Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR

Oleh:
NI LUH SUTAMIYANTI

NIM. 199012325
KELOMPOK 1 (B11A)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN FRAKTUR

I. LAPORAN PENDAHULUAN (TINJAUAN TEORI)


A. DEFINISI
Fraktur adalah patahnya tulang, yang biasanya dialami hewan kecil
akibat kecelakaan, terjatuh dan luka. Fraktur atau patah tulang adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.
Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak
langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2011).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang
biasanya disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot,
rupture tendon, kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh
dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang
dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat
diabsorbsinya (Smeltzer, 2013).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar
dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan
langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi
otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2015).

B. ANATOMI FISIOLOGI
Susunan kerangka terdiri dari susunan berbagai macam tulang-
tulang yang banyaknya kira-kira 206 buah tulang yang satu sama lainnya
saling berhubungan yang terdiri dari tulang kepala yang berbentuk
tengkorak (8 buah); tulang wajah (14 buah); tulang telinga dalam (6 buah);
tulang lidah (1 buah); tulang yang membentuk kerangka dada (25 buah);
tulang yang membentuk tulang belakang dan gelang pinggul (26 buah);
tulang anggota yang membentuk lengan (anggota gerak atas) (64 buah);
tulang yang membentuk kaki (anggota gerak bawah) (62 buah). (Mansjoer.
2013).
Rangka tubuh manusia dikelompokkan atas dua bagian yaitu:
1. Skeleton Aksial
Terdiri atas sekelompok tulang yang menyusun poros tubuh dan
memberikan dukungan dan perlindungan pada organ di kepala, leher
dan badan.

Macam-macam skeleton aksial yaitu:


a. Tulang tengkorak bagian kepala terdiri dari:
 bagian parietal –> tulang dahi
 bagian temporal –> tulang samping kiri kanan kepala
dekat telinga
 bagian occipitas –> daerah belakang daritengkorak
 bagian spenoid –> berdekatan dengan tulang rongga
mata, seperti tulang baji
 bagian ethmoid –> tulang yang menyususn rongga hidung
b. Tulang tengkorak bagian wajah terdiri dari:
 rahang bawah –> menempel pada tulang tengkorak bagian
temporal. hal tersebut merupakan satu-satunya hubungan antar
tulang dengan gerakan yang lebih bebas
 Rahang bawah –> menyusun sebagian dari hidung, dan langit-
langit
 palatinum (tulang langit-langit) –> menyusun sebagian dari
rongga hidung dan bagian atas dari atap rongga mulut
 zigomatik –> tulang pipi
 tulang hidung
 Tulang lakrimal –> sekat tulang hidung.
c. Tulang dada
Tulang dada termasuk tulang pipih, terletak di bagian tengah dada.
pada sisi kiri dan kanan tulang dada terdapat tempat lekat dari
rusuk. bersama-sama dengan rusuk, tulang dada memberikan
perlindungan pada jantung, paru-paru dan pembuluh darah besar
dari kerusakan

Tulang dada tersusun atas 3 tulang yaitu:


 tulang hulu / manubrium. terletak di bagian atas dari tulang
dada, tempat melekatknya tulang rusuk yang pertama dan
kedua
 Tulang badan / gladiolus, terletak dibagian tengah, tempat
melekatnya tulang rusuk ke tiga sampai ke tujuh, gabungan
tulang rusuk ke delapan sampai sepuluh.
 Tulang taju pedang / xiphoid process, terletak di bagian bawah
dari tulang dada. Tulang ini terbentuk dari tulang rawan.
d. Tulang rusuk
Tulang rusuk berbentuk tipis, pipih dan melengkung. bersama-
sama dengan tulang dada membentuk rongga dada untuk
melindungi jantung dan paru-paru. Tulang rusuk dibedakan atas
tiga bagian yaitu:
 Tulang rusuk sejati berjumlah tujuh pasang. Tulang-tulang
rusuk ini pada bagian belakang berhubungan dengan ruas-ruas
tulang belakang sedangkan ujung depannya berhubungan
dengan tulang dada dengan perantaraan tulang rawan
 Tulang rusuk palsu berjumlah 3 pasang. Tulang rusuk ini
memiliki ukuran lebih pendek dibandingkan tulang rusuk sejati.
Pada bagian belakang berhubungan dengan ruas-ruas tulang
belakang sedangkan ketiga ujung tulang bagian depan
disatukan oleh tulang rawan yang melekatkannya pada satu
titik di tulang dada
 Rusuk melayang berjumlah 2 pasang. Tulang rusuk ini pada
ujung belakang berhubungan dengan ruas-ruas tulang belakang,
sedangkan ujung depannya bebas.
e. Ruas-ruas tulang belakang
Ruas-ruas tulang belakang disebut juga tulang belakang disusun
oleh 33 buah tulang dengan bentuk tidak beraturan. ke 33 buah
tulang tersebut terbagai atas 5 bagian yaitu:
 tujuh ruas pertama disebut tulang leher. ruas pertama dari
tulang leher disebut tulang atlas, dan ruas kedua berupa tulang
pemutar atau poros. bentuk dari tulang atlas memungkinkan
kepala untuk melakukan gerakan.
 Dua belas ruas berikutnya membentuk tulang punggung. Ruas-
ruas tulang punggung pada bagian kiri dan kanannya
merupakan tempat melekatnya tulang rusuk.
 Lima ruas berikutnya merupakan tulang pinggang. Ukuran
tulang pinggang lebih besar dibandingkan tulang punggung.
Ruas-ruas tulang pinggang menahan sebagian besar berat tubuh
dan banyak melekat otot-otot.
 Lima ruas tulang kelangkangan (sacrum), yang menyatu,
berbentuk segitiga terletak dibawah ruas-ruas tulang pinggang.
 bagian bawah dari ruas-ruas tulang belakang disebut tulang
ekor (coccyx), tersusun atas 3 sampai dengan 5 ruas tulang
belakang yang menyatu.

2. Skeleton apendikular

Tersusun atas tulang tulang yang merupakan tambahan dari skeleton


axial. Skeleton axial terdiri dari :
a. Tulang anggota gerak atas (extremitas superior)
Tulang penyusun anggota gerak atas tersusun atas:
 Humerus / tulang lengan atas. Termasuk kelompok tulang
panjang /pipa, ujung atasnya besar, halus, dan dikelilingi oleh
tulang belikat. pada bagian bawah memiliki dua lekukan
merupakan tempat melekatnya tulang radius dan ulna
 Radius dan ulna / pengumpil dan hasta. Tulang ulna
berukuran lebih besar dibandingkan radius, dan melekat dengan
kuat di humerus. Tulang radius memiliki kontribusi yang besar
untuk gerakan lengan bawah dibandingkan ulna.
 karpal / pergelangan tangan. tersusun atas 8 buah tulang
yang saling dihubungkan oleh ligamen
 metakarpal / telapak tangan. Tersusun atas lima buah tangan.
Pada bagian atas berhubungan dengan tulang pergelangan
tangan, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan tulang-
tulang jari (palanges)
 Palanges (tulang jari-jari). tersusun atas 14 buah tulang.
Setiap jari tersusun atas tiga buah tulang, kecuali ibu jari yang
hanya tersusun atas 2 buah tulang.
b. Tulang anggota gerak bawah (ekstremitas inferior)
Tulang anggota gerak bawah disusun oleh tulang:
 Femur / tulang paha. Termasuk kelompok tulang panjang,
terletak mulai dari gelang panggul sampai ke lutut.
 Tibia dan fibula / tulang kering dan tulang betis. Bagian
pangkal berhubungan dengan lutut bagian ujung berhubungan
dengan pergelangan kaki. Ukuran tulang kering lebih besar
dinandingkan tulang betis karena berfungsi untuk menahan
beban atau berat tubuh. Tulang betis merupakan tempat
melekatnya beberapa otot
 Patela / tempurung lutut. terletak antara femur dengan tibia,
bentuk segitiga. patela berfungsi melindungi sendi lutut, dan
memberikan kekuatan pada tendon yang membentuk lutut
 Tarsal / Tulang pergelangan kaki. Termasuk tulang pendek,
dan tersusun atas 8 tulang dengan salah satunya adalah tulang
tumit.
 Metatarsal / Tulang telapak kaki. Tersusun atas 5 buah
tulang yang tersesun mendatar.
 Palanges / tulang jari-jari tangan. Setiap jari tersusun atas 3
tulang kecuali tulang ibu jari atas 14 tulang.
c. Tulang gelang bahu (klavikula dan scapula / belikat dan
selangka)
Tulang selangka berbentuk seperti huruf “S”, berhubungan dengan
tulang lengan atas (humerus) untuk membentuk persendian yang
menghasilkan gerakan lebih bebas, ujung yang satu berhubungan
dengan tulang dada sedangkan ujung lainnya berhubungan dengan
tulang belikat. Tulang belikat (skapula) berukuran besar, bentuk
segitiga dan pipih, terletak pada bagian belakang dari tulang rusuk.
Fungsi utama dari gelang bahu adalah tempat melekatnya sejumlah
otot yang memungkinkan terjadinya gerakan pada sendi.
d. Gelang panggul
Tulang gelang panggul terdiri atas dua buah tulang pinggung. Pada
anak anak tulang pinggul ini terpisah terdiri atas tiga buah tulang
yaitu illium (bagian atas), tulang ischiun (bagian bawah) dan tulang
pubis (bagian tengah). Dibagian belakang dari gelang panggul
terdapat tulang sakrum yang merupakan bagian dari ruas-ruas
tulang belakang. Pada bagian depan terdapat simfisis pubis
merupakan jaringan ikat yang menghubungkan kedua tulang pubis.
Fungsi gelang panggung terutama untuk mendukung berat badan
bersama-sama dengan ruas tulang belakang. melindungi dan
mendukung organ-organ bawah, seperti kandung kemih, organ
reproduksi, dan sebagai tempat tumbuh kembangnya janin.

C. KLASIFIKASI FRAKTUR

Menurut Awan & Rini (2015) Klasifikasi pada fraktur adalah:


1. Berdasarkan klasifikasi secara umum fraktur dibedakan

menjadi fraktur lengkap dan fraktur tak lengkap.

a) Fraktur lengkap adalah terjadinya terjadinya fraktur pada

tulang secara lengkap

b) Fraktur tidak lengkap merupakan fraktur yang tidak

melibatkan keseluruhan ketebalan tulang.


2. Berdasarkan jenisnya, fraktur dibedakan menjadi fraktur terbuka

dan fraktur tertutup.

a) Fraktur terbuka adalah patah tulang yang menembus jaringan

otot dan kulit. Tulang terkontaminasi dengan dunia luar.

b) Fraktur tertutup adalah fraktur atau patah tulang yang

tidak sampai menembus jaringan kulit beserta dunia luar.

3. Berdasarkan tipe ditinjau dari sudut patah tulang fraktur

dibedakan menjadi fraktur transversal, oblik, dan spiral.

a) Fraktur transversal, yaitu suatu fraktur yang garis

patahnya tegak lurus

b) Fraktur oblik, yaitu fraktur yang garis patahnya

berbentuk sudut atau miring.

c) Fraktur spiral, yaitu fraktur yang berbentuk seperti spiral

D. ETIOLOGI/PRESDIPOSISI
Fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang yang biasanya di akibatkan secara langsung dan
tidak langsung dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau
luka yang di sebabkan oleh kendaraan bermotor.
Penyebab patah tulang paling sering di sebabkan oleh trauma terutama
pada anak-anak, apabila tulang melemah atau tekanan ringan. (Doenges,
2010).
Menurut Carpenito (2013) adapun penyebab fraktur antara lain:

1. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik
terjadinya kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat
fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
2. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat
yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya
adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor
kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan
dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Deformitas
2. Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti : rotasi
pemendekan tulang, Penekanan tulang
3. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi
darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
4. Echumosis dan perdarahan subculaneus
5. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.
6. Tendernes atau keempuka
7. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari
tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
8. Kehilangan sensasi (Mati rasa, munkin terjadi dari rusaknya
saraf atau perdarahan).
9. Pergerakan abnormal
10. Syock hipovolemik dari hilangnya hasil darah.
11. Krepitasi

F. PATOFISIOLOGI
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik,
gangguan metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang
turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah
akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP
menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan
mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka
penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai
serabut saraf yang dapat menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri.
Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang
menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping
itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan
dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan
kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya
disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu
terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai
serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri.
Selain itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang
akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu,
disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar.
Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan
dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen
yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh.
G. PATHWAY

Trauma
Langsung Trauma Tidak Kondisi Patologis

Langsung

Faktur

Diskontinuitas Pergeseran Frakmen Nyeri


Tulang Akut
Tulang
Kerusakan frakmen
Perubahan tulang
Jaringan Sekitar Spasme otot
Laserasi kulit Tekanan sumsum tulang
Pergeseran Peningkatan lebih tinggi dari kalpiler
Fragmen Tulang
Putus vena/arteri tekanan kapiler
Kerusakan Reaksi stres klien
Deformitas Integritas Perdarahan Pelepasan histamin
Kulit protein plasma Melepaskan
hilang katekolamin
Gangguan Fungsi Kehilangan
volume cairan
Edema Mobilisasi
Hambatan asam lemak
Defisit
mobilitas fisik Volume Penekanan
Cairan Pembuluh Bergabung
darah dengan trombosit

Penurunan Emboli
perfusi jaringan

Menyumbat
Gangguan Pertukaran Gaspembuluh darah
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK
1. X.Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang
yang cedera.
2. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
3. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
4. CCT kalau banyak kerusakan otot.
5. Pemeriksaan Darah Lengkap
Lekosit turun/meningkat, Eritrosit dan Albumin turun, Hb, hematokrit
sering rendah akibat perdarahan, Laju Endap Darah (LED) meningkat
bila kerusakan jaringan lunak sangat luas, Pada masa penyembuhan Ca
meningkat di dalam darah, traumaa otot meningkatkan beban kreatinin
untuk ginjal. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan
darah, transfusi multiple, atau cederah hati.

I. PENATALAKSANAAN
1. Rekognasi
Pergerakan relative sesudah cidera dapet mengganggu suplai
neurovascular ekstremitas. Karena itu begitu diketahui kemungkinan
fraktur tulang panjang, maka ekstremitas yang cedera harus dipasang
bidai untuk melindunginya dari kerusakan.
2. Traksi
Alat traksi diberikan dengan kekuatan tarikan pada anggota yang
fraktur untuk meluruskan bentuk tulang. Ada 2 macam yaitu:
a. Skin Traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan
menempelkan plester langsung pada kulit dan biasanya digunakan
untuk jangka pendek (48-72 jam).
b. Skeletal traksi adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan
tulang yang cedera pada sendi panjang untuk mempertahankan
bentuk dengan memasukkan pins atau kawat ke dalam tulang.
3. Reduksi
a. Reduksi Tertutup/ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
b. Reduksi Terbuka/OREF (Open Reduction Eksternal Fixation)
4. Imobilisasi Fraktur
Setelah fraktur di reduksi, fragment tulang harus diimobilisasi, atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau
interna.

II. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS


A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah pertama yang paling penting dalam
proses keperawatan. Jika langkah ini tidak di tangani dengan baik, perawat
akan kehilangan kontrol atas langkah-langkah selanjutnya dari proses
keperawatan. Tanpa pengkajian keperawatan yang tepat, tidak ada
diagnose keperawatan, dan tanpa diagnose keperawatan, tidak ada
tindakan keperawatan mandir (Herman, 2015)
Pengkajian meliputi:

1. Identitas Klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, status

perkawinan, pendidikan, pekerjaan, nomer register, tanggal masuk

Rumah Sakit, diagnosa medis.

2. Pengkajian Primer

Menurut Paul Krisanty (2016) Setelah klien sampai di Instalasi

Gawat Darurat (IGD) yang pertama kali harus dilakukan adalah

mengamankan dan mengaplikasikan prinsip Airway, Breathing,

Circulation, Disability Limitation, Exposure (ABCDE).

a) Airway : Penilaian kelanaran airway pada klien yang mengalami

fraktur meliputi, pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang

dapat disebabkan benda asing, fraktur wajah, fraktur mandibula

atau maksila, fraktur laring atau trachea. Usaha untuk

membebaskan jalan nafas harus melindungi vertebral servikal

karena kemungkinan patahnya tulang servikal harus selalu


diperhitungkan. Dalam hal ini dapat dilakukan chin lift, tetapi tidak

boleh melibatkan hiperektensi leher.

b) Breathing : Setelah melakukan airway kita harus menjamin

ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik

dari paru, dinding dada dan diafragma. Dada klien harus dibuka

uantuk melihat pernapasan yang baik.

c) Circulation : Kontrol perdarahan vena dengan menekan langsung

sisi area perdarahan bersamaan dengan tekanan jari pada arteri

paling dekat dengan perdarahan. Curiga hemoragi internal (pleural,

parasardial, atau abdomen) pada kejadian syok lanjut dan adanya

cidera pada dada dan abdomen. Atasi syok, dimana klien dengan

fraktur biasanya mengalami kehilangan darah. Kaji tanda- tanda

syok yaitu penurunan tekanan darah, kulit dingin, lembab dan nadi

halus.

d) Disability :kaji kedaan neurologis secara cepat yang dinilai adalah

tingkat kesadaran (GCS), ukuran dan reaksi pupil. Penurunan

kesadaran dapat disebabkan penurunan oksigen dan penurunan

perfusi ke otak, atau disebabkan perlukaan pada otak. Perubahan

kesadaran menuntut dilakukannya pemeriksaan terhadap keadaan

ventilasi, perfusi dan oksigenasi.

e) Exsposure : jika exsposure dilakukan di Rumah Sakit, tetapi jika

perlu dapat membuka pakaian, misalnya membuka baju untuk

melakukan pemeriksaan fisik thoraks. Di Rumah Sakit klien harus

di buka seluruh pakaiannya, untuk evaluasi klien. Setelah pakain

dibuka, penting agar klien tidak kedinginan klien harus diberikan

slimut hangan, ruangan cukup hangat dan diberikan cairan

intravena.
3. Pengkajian Sekunder

Bagian dari pengkajian sekunder pada klien cidera muskuloskeletal

adalah anamnesis danpemeriksaan fisik. tujuan dari survey sekunder

adalah mencari cidera - cidera lain yangmungkin terjadi pada klien

sehingga tidak satupun terlewatkan dan tidak terobati.Apabilaklien

sadar dan dapat berbicara maka kita harus mengambil riwayat

SAMPLE dari klien, yaitu Subyektif, Allergies, Medication, Past

Medical History, Last Ate dan Event (kejadian atau mekanisme

kecelakaan). Mekanisme kecelakaan penting untuk ditanyakan untuk

mengetahui dan memperkirakan cedera apa yang dimiliki oleh klien,

terutama jika kitamasih curiga ada cidera yang belum diketahui saat

primary survey, Selain riwayat SAMPLE, penting juga untuk mencari

informasi mengenai penanganan sebelum klien sampai di rumah sakit.

Pada pemeriksaan fisik klien, beberapa hal yang penting untuk

dievaluasi adalah (1) kulit yang melindungi klien dari kehilangan cairan

dan infeksi, (2) fungsi neuromuskular (3) status sirkulasi, (4) integritas

ligamentum dan tulang. Cara pemeriksaannya dapatdilakukan dengan

Look, Feel, Move. Pada Look, kita menilai warna dan perfusi, luka,

deformitas, pembengkakan, dan memar. Penilaian inspeksi dalam tubuh

perlu dilakukan untuk menemukan pendarahan eksternal aktif, begitu

pula dengan bagian punggung.

Bagian distal tubuh yang pucat dan tanpa pulsasi menandakan

adanya gangguan vaskularisasi. Ekstremitas yang bengkak pada daerah

yang berotot menunjukkan adanyacrush injury dengan ancaman

sindroma kompartemen.

Pada pemerikasaan Feel, kitamenggunakan palpasi untuk

memeriksa daerah nyeri tekan, fungsi neurologi, dan krepitasi. Pada


periksaan Move kita memeriksa Range of Motion dan gerakan

abnormal.Pemeriksaan sirkulasi dilakukan dengan cara meraba pulsasi

bagian distal dari fraktur danjuga memeriksa capillary refill pada ujung

jari kemudian membandingkan sisi yang sakit dengan sisi yang sehat.

Jika hipotensi mempersulit pemeriksaan pulsasi, dapat digunakanalat

Doppler yang dapat mendeteksi aliran darah di ekstremitas. Pada klien

dengan hemodinamik yang normal, perbedaan besarnya denyut nadi,

dingin, pucat, parestesi danadanya gangguan motorik menunjukkan

trauma arteri. Selain itu hematoma yangmembesar atau pendarahan

yang memancar dari luka terbuka menunjukkan adanya trauma arteria.

Pemeriksaan neurologi juga penting untuk dilakukan mengingat

cedera muskuloskeletal juga dapat menyebabkan cedera serabut syaraf

dan iskemia sel syaraf. Pemeriksaan fungsi syaraf memerlukan kerja

sama klien. Setiap syaraf perifer yang besar fungsi motoris dan

sensorisnya perlu diperiksa secara sistematik.

4. Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan utama pada klien fraktur adalah rasa nyeri.

Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lama serangan.

Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri di

gunakan:

a) Provoking Incident : Apakah ada peristiwa yang menjadi faktor

presitasi nyeri.

b) Quality Of Pain : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan. Apakah

seperti terbakar, berdenyut atau menusuk.

c) Region : Apakah rasaa sakit bias reda, apakah rasa sakit

menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.

d) Severity (scalr) Of Pain : Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan


klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau menerangkkan seberapa

jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.

e) Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah

buruk pada malam hari atau siang hari.

5. Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari

fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan

terhadap klien. Ini biasa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehinga

nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana

yang terkena.

6. Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan

member petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.

Penyakit – penyakit tersebut seperti kangker tulang dan penyakit pagets

yang menyebabkan fraktur patologis yang sulit untuk menyambung.

7. Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit keluarga yang nerhubungan dengan penyakit tulang

merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti

diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan dan

kangker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik (Ignatavicius,

Donna D, 1995).

8. Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum : dikaji GCS klien

b) System Integumen : kaji ada tidaknya eritema, bengkak,

oedema, nyeri tekan.

c) Kepala : kaji bentuk kepala, apakah terdapat benjolan, apakah ada

nyeri kepala
d) Leher : kaji ada tidaknya penjolankelenjar tiroid, dan

reflek menelan.

e) Muka : kaji ekspresi wajah klien wajah, ada tidak perubahan

fungsi maupun bentuk. Ada atau tidak lesi, ada tidak oedema.

f) Mata : kaji konjungtiva anemis atau tidak (karena tidak

terjadi perdarahan).

g) Telinga : kaji ada tidaknya lesi, nyeri tekan, dan penggunaan alat

bantu pendengaran.

h) Hidung : kaji ada tidaknya deformitas, dan pernapasan

cuping hidung.

i) Mulut dan Faring : kaji ada atau tidak pembesaran

tonsil, perdarahan gusi, kaji mukosa bibir pucat atau

tidak.

j) Paru :

1) Inspeksi : kaji ada tidaknya pernapasan meningkat.

2) Palpasi : kaji pergerakan sama atau simetris, fermitus

raba sama.

3) Perkusi : kaji ada tidaknya redup atau suara tambahan.

4) Auskultasi : kaji ada tidaknya suara nafas tambahan.

k) Jantung

1) Inspeksi : kaji ada tidaknya iktus jantung.

2) Palpasi : kaji ada tidaknya nadi meningkat, iktus teraba

atau tidak.

3) Perkusi : kaji suara perkusi pada jantung

4) Auskultasi : kaji adanya suara tambahan

l) Abdomen

1) Inspeksi : kaji kesimetrisan, ada atau tidak hernia

2) Auskultasi : kaji suara Peristaltik usus klien


3) Perkusi : kaji adanya suara

4) Palpasi : ada atau tidak nyeri tekan

m) Ekstremitas
1) Atas : kaji kekuatan otot, rom kanandan kiri, capillary refile,

perubahan bentuk tulang

2) Bawah : kaji kekuatan otot, rom kanan dan kiri,

capillary refile, dan perubahan bentuk tulang

B. DIANOGSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik, fraktur
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran darah,
emboli, perubahan membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru,
kongesti)
3. Risiko infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh primer
menurun, prosedur invasive, fraktur
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan tulang
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik
(daya gesek, tekanan, imobilitas fisik)
6. Defisensi pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya
berhubungan dengan kurang paparan terhadap informasi,
keterbatan kognitif
7. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif
C. INTERVENSI DAN RASIONAL

NO Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1 Nyeri akut Setelah dilakukan NIC label : NIC label :
berhubungan Asuhan Manajemen nyeri Manajemen nyeri
dengan agen keperawatan Intervensi :
injuri fisik, selama ….x 24 1. Lakukan pengkajian 1. Untuk mengetahui
fraktur jam tingkat nyeri yang lokasi, karakteristik,
kenyamanan komprehensif yang durasi, frekuensi,

pasien meningkat, meliputi lokasi, kuantits, intensitas

tingkat nyeri karakteristik, atau beratnya nyeri

terkontrol dengan durasi, frekuensi, dan faktor pencetus

Kriteria hasil: kuantits, intensitas nyeri

atau beratnya nyeri


NOC label : dan faktor pencetus
Kontrol nyeri 2. Ajarkan 2. Untuk

1. Mengendali penggunaan teknik meningkatkan

nonfarmakologi sirkulasi jaringan


kapan nyeri
perifer
terjadi untuk mengurangi
2. Menggambark nyeri seperti terapi
an factor musik, terapi
penyebab bermain, terapi
3. Menggunakan aktivitas, terapi
analgesic yang aplikasi panas
direkomendasi dingin dan pijatan
3. Untuk mencegah
kan 3. Dorong pasien
nyeri semakin
4. Melaporkan untuk memonitor
memberat
perubahan nyeri dan
terhadap penanganan nyeri
gejala nyeri secara tepat
4. Untuk mengetahui
pada 4. Dorong pasien
penanganan yang
professional untuk
kesehatan mendiskusikan tepat untuk
5. Melaporkan pengalaman nyeri menangani nyeri
nyeri sesuai kebutuhan 5. Mengurangi nyeri
terkontrol 5. Atur posisi yang dan pergerakan
NOC label : nyaman dan aman 6. Menambah
Pengetahuan : 6. Berikan informasi pengetahuan pasien
Manajemen nyeri mengenai nyeri tentang nyeri
1. Tanda dan seperti penyebab
gejala nyeri nyeri, berapa lama
2. Strategi untuk nyeri yang
mengontrol dirasakan dan
nyeri antisipasi akibat dan
3. Penggunaan ketidaknyamanan
yang benar prosedur
obat yang 7. Kolaborasi 7. Mengurangi nyeri
diresepkan pemberian yang ditimbulkan
4. Teknik analgetik
relaksasi yang NIC label :
efektif NIC label : Admistrasi Admistrasi analgetik
analgetik
1. Untuk melakukan
1. Cek program pemberian analgetik
pemberian yang benar dan
analgetik tepat
2. Untuk mengetahui
riwaya alergi pasien
2. Cek riwayat alergi 3. Pemberian dosis,
rute pemberian
3. Tentukan analgetik yang tepat dapat
pilihan, rute membantu proses
pemberian dan pengurangan nyeri
dosis optimal 4. Untuk mengetahui
keadaan umum
4. Monitor Tanda- pasien
tanda vital 5. Untuk mengetahui

5. Evaluasi efektifitas
analgetik, tanda dan kefektifan analgetik
gejala, efek yang diberikan
samping

2 Gangguan Setelah dilakukan NIC label : NIC label


pertukaran Asuhan Manajemen jalan :Manajemen jalan
gas keperawatan nafas nafas
berhubungan selama …x24 jam Intervensi:
dengan diharapkan 1. Buka jalan nafas 1. Untuk mengetahui
perubahan pertukaran gas dengan teknik chin adanya sumbatan
aliran darah, pasien kembali lift atau jaw thrust, jalan nafas
emboli, efektif dengan sebagaimana
perubahan Kriteria hasil: mestinya
membran NOC label : 2. Posisikan pasien 2. Posisi semi fowler
alveolar/kapi untuk memungkinkan
Status
ler memaksimalkan ekspansi p aru dan
pernafasan
(interstisial, memudahkan
: ventilasi ventilasi
edema paru, pernafasan
1. Frekuensi
kongesti) 3. Memaksimalkan
pernafasan 3. Lakukan fisioterapi
keefektifan jalan
2. Irama dada sebagaimana
nafas
pernafasan mestinya
4. Ronchi dan
3. Kedalaman 4. Buang sekret
wheezing menyertai
inspirasi dengan momitifasi
obstruksi jalan
4. Penggunaan pasien untuk
nafas
otot bantu melakukan batuk
nafas dan menyedot lendir
5. Mendengarkan
5. Suara nafas 5. Auskultasi suara
suara tambahan
tambahan nafas, catat area
dalam pernafasan
6. Retraksi ventilasinya
dinding dada menurun atau tidak
7. Dispnea saat ada dan suara
istirahat tambahan
8. Dispnea saat
latihan
NOC label :
Status pernafasan NIC label : Terapi NIC label : Terapi
: pertukaran gas oksigen oksigen
1. Tekanan Intervensi :
parsial oksigen 1. Pertahanan 1. Mempertahankan
di darah arteri kepatenan jalan kepatetan jalan
(PaO2) nafas nafas
5. Tekanan 2. Berikan oksigen 2. Oksigen terpenuhi
parsial tambahan
karbondioksida 3. Monitor efektivitas 3. Memantau
di darah arteri terapi oksigen pemakaian
(PaCo2) 4. Pantau adanya oksigen
6. Saturasi tanda-tanda 4. Mengetahui efek
oksigen keracunan oksigen pemakaian oksigen
7. Keseimbangan NIC label : Monitor
ventilasi dan tanda-tanda vital NIC label : Monitor
perfusi Intervensi : tanda tanda vital
8. Sianosis 1. Monitor tekanan
9. gangguan darah nadi suhu dan 1. Memantau kondisi
kesadaran status pernafasan pasien
dengan tepat
2. Monitor dan
laporkan gejala 2. Membuat dokumen
hipotermi dan pasien
hipertermi
3. Monitor keberadaan
dan kualitas nadi 3. Memantau kondisi
nadi
3 Risiko Setelah dilakukan NIC label : Kontrol NIC label : Kontrol
infeksi Asuhan infeksi infeksi
berhubungan keperawatan Intervensi:
dengan selama …x 24 jam 1. Intruksikan kepada 1. Cuci tangan
imunitas diharapkan tidak pengunjung untuk langkah pertama
tubuh primer terjadi infeksi mencuci tangan saat mencegah infeksi
menurun, dengan Kriteria berkunjung dan
prosedur hasil: sesudahnya.
invasive, NOC label : 2. Gunakan sabun anti 2. Sabun anti microba
fraktur Deteksi resiko microba untuk dapat
1. Mengenali mencuci tangan. membersihkan
tanda dan kuman
gejala yang 3. Lakukan cuci tangan 3. Cuci tangan
mengindikasi sebelum dan sesudah langkah pertama
resiko tindakan mencegah infeksi
2. Mengidentifika keperawatan.
si 4. Lakukan perawatan 4. Perawatan yang
kemungkinan luka, baik akan
resiko mencegah
3. Melakukan terjadinya infeksi
skrining sesuai 5. Jelaskan tanda gejala 5. Menambah
dengan waktu infeksi dan anjurkan pengetahuan
yang diberikan untuk segera lapor pasien dan
4. Mengetahui petugas mencegah
riwayat terjadinya infeksi
penyakit dalam yang lebih parah
keluarga
NIC label : Proteksi NIC label : Proteksi
terhadap infeksi terhadap infeksi
1. Monitor tanda dan 1. Untuk mengetahui
gejala infeksi adanya tanda-tanda
sitemik dan local infeksi
2. Monitor hitung 2. Peningkatan WBC
granulasi dan WBC salah satu penanda
terjadinya infeksi
3. Inspeksi kondisi luka 3. Untuk mengetahui
keadaan luka
4. Dorong istirahat 4. Istirahat dapat
yang cukup membeantu
pencegahan infeksi
4 Hambatan Setelah dilakukan NIC label : Terapi NIC label : Terapi
mobilitas Asuhan ambulasi ambulasi
fisik keperawatan Intervensi :
berhubungan selama …x 24 jam 1. Kaji kemampuan 1. Mengetahui
dengan diharapkan pasien dalam kemampuan pasien
terputusnya mobilitas fisik melakukan
kontinuitas tidak mengalami ambulasi
jaringan gangguan dengan 2. Kolaborasi dg 2. Mempercepat
tulang Kriteria hasil: fisioterapi untuk proses ambulasi
NOC label : perencanaan
Ambulasi ambulasi
1. Berjalan 3. Latih pasien ROM 3. Latihan ROM
dengan pelan pasif-aktif sesuai dapat membantu
2. Berjalan kemampuan pasien dalam
menurun, ambulasi
menaiki 4. Ajarkan pasien 4. Untuk membantu
tangga berpindah tempat mobilisasi pasien
3. Berjalan secara bertahap
mengelilingi 5. Evaluasi pasien 5. Mengetahui
tangga dalam kemampuan kemampuan pasien
ambulasi setalah terapi
NOC label :
Pergerakan NIC label : Pendidikan NIC label :
1. Cara berjalan kesehatan Pendidikan kesehatan
2. Menggerakan Intervensi :
otot 1. Edukasi pada pasien 1. Dapat memahami
3. Menggerakan dan keluarga pentingnya
sendi pentingnya ambulasi dini
4. Bergerak ambulasi dini
dengan mudah 2. Edukasi pada pasien 2. Dapat melakukan
dan keluarga tahap tahapan ambulasi
ambulasi
3. Berikan 3. Dengan
reinforcement Reinforcement
positip atas usaha positif, pasien akan
yang dilakukan bersemangat untuk
pasien. melakukan latihan
5 Kerusakan Setelah diberikan NIC label : NIC label :
integritas asuhan Pengecekan kulit Pengecekan kulit
kulit keperawatan Intervensi :
berhubungan selama ...x24 jam 1. Amati warna, 1. Mengetahui
dengan diharapkan tidak kehangatan, adanya tanda-tanda
faktor terjadi kerusakan bengkak, pulpasi, kerusakan kulit
mekanik integritas kulit tekstur, edema, dan
(daya gesek, dengan kriteria ulserasi pada
tekanan, hasil : ekstremitas
imobilitas NOC label : 2. Periksa kondisi luka 2. Mencegah adanya
fisik) operasi dengan tepat infeksi pada luka
Integritas
3. Perubahan warna
jaringan : kulit 3. Monitor warna dan
dan suhu kulit
dan mukosa suhu kulit
adalah tanda awal
1. Suhu kulit
terjadi kerusakan
2. Sensasi
jaringan kulit
3. Elastitisitas
4. Tekanan dan
4. Lesi pada 4. Monitor sumber
gesekan akan
kulit tekanan dan gesekan
memperlambat
5. Pigmentasi
sirkulasi
abnormal
5. Mencegah terjadi
6. Nekrosis 5. Monitor infeksi,
infeksi lebih lanjut
terutama dari daerah
NOC label : edema
6. Meningkatkan
Penyembuhan 6. Ajarkan anggota
pengetahuan dan
luka : Primer keluarga mengenai
mencegaj
1. Memperkiraka tanda-tanda
kerusakan kulit
n kondisi kulit kerusakan kulit
yang lebih parah
2. Memperkiraka
n kondisi tepi
NOC label :
luka NOC label : Perawatan
Perawatan luka
3. Pembentukan luka
bekas luka Intervensi:
4. Peningkatan 1. Monitor karakteristik 1. Untuk mengetahui
suhu kulit luka, warna, ukuran keadaan luka
dan bau
2. Bersihkan luka 2. Normal salin
dengan normal salin adalah cairan yang
aman untuk
memberihkan luka
3. Oleskan salep yang 3. Salep dapat
sesuai dengan kulit membantu
mempercepat
proses
penembuhan
4. Berikan balutan 4. Balutan membantu
yang sesuai dengan menutup luka dan
jenis luka terhindar dari
kuman

6 Defisensi Setelah diberikan NIC label : NIC label :


pengetahuan asuhan Pendidikan kesehatan Pendidikan kesehatan
tentang keperawatan : proses penyakit : proses penyakit
penyakit dan selama ...x... Intervensi :
perawatanny diharapkan 1. Kaji pengetahuan 1. Untuk mengetahui
a pengetahuan pasien. pengetahuan pasien
berhubungan pasien betambah tentang penyakitnya
dengan dengan kriteria 2. Jelaskan proses 2. Meningkatkan
kurang hasil : terjadinya penyakit, pengetahuan pasien
paparan NOC label tanda gejala serta
terhadap Pengetahuan : komplikasi yang
informasi, mungkin terjadi
Proses penyakit
keterbatan 3. Dapat memberi
1. Karakteristik 3. Berikan informasi
kognitif semangat kepada
spesifik pada keluarga
pasien untuk tetap
penyakit tentang
melanjukan
2. Faktor-faktor perkembangan
pengobatan
penyebab dan pasien.
4. Dapat mencegah
faktor yang 4. Berikan informasi
berkonstribusi pada pasien dan kebingungan pasien
3. Faktor risiko keluarga tentang dan keluarga
4. Tanda dan tindakan yang akan
gejala dilakukan.
penyakit 5. Diskusikan pilihan 5. Pasien dapat
5. Potensial terapi memilih terapi yang
komplikasi sesuai
penyakit 6. Berikan penjelasan 6. Ambulasi dini
tentang pentingnya mencegah
ambulasi dini terjadinya
kerusakan integritas
kulit
7. Jelaskan komplikasi 7. Mencegah terjadi
kronik yang komplikasi yng
mungkin akan muncul
muncul

7 Kekurangan Setelah diberikan NIC label : NIC label :


volume asuhan Manajemen syok : Manajemen syok :
cairan keperawatan volume volume
berhubungan selama ...x... Intervensi :
dengan diharapkan cairan 1. Monitor TTV, 1. Untuk mengetahu
kehilangan pasien terpenuhi tekanan darah kondisi pasien
cairan aktif dengan kriteria ortostatik, status
hasil : mental dan urine
NOC label: output
Keseimbangan 2. Berikan cairan IV 2. Cairan IV kristaloid

cairan kristaloid sesuai dapat membantu

1. Tekanan darah dengan memenuhi cairan

2. Denyut nadi kebutuhan (NaCl pasien

radial 0,9%; RL;


3. Turgor kulit D5%W) 3. Pada pasien syok ,
pemberian oksigen
4. Kelembaban 3. Berikan terapi
sangat membantu
membran oksigen dan
4. Untuk mengetahui
mukosa ventilasi mekanik
4. Monitor frekuensi
5. Bola mata jantung fetal tingkat syok pasien
cekung dan (bradikardia bila
lembek HR <110
6. Kehausan kali/menit) atau
(takikardia bila HR
NOC label : >160 kali per
Hidrasi menit) berlangsung
1. Turgor kulit lebih lama dari 10
2. Membran menit
mukosa 5. Berikan cairan 5. Cairan sangat
lembab untuk membantu dalam
3. Intake cairan mempertahankan menangani syok
4. Output urine tekanan daarah atau
5. Haus cardiac output
6. Bola mata 6. Monitor status 6. Untuk mengetahui
cekung dan cairan meliputi keseimbangan
lunak intake dan output anatara cairan
7. Nadi cepat masuk dan cairan
dan lemah keluar
7. Lakukan 7. Untuk membantu
pemasangan kateter memantau produksi
urinaria urine

D. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan,
dan implementasinya sudah berhasil dicapai. Evaluasi memungkinkan
perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian,
analisis, perencanaan, dan implementasi tindakan

Diagnosa keperawatan Evaluasi


Nyeri akut berhubungan dengan 1. Pasien melaporkan nyeri
agen injuri fisik, fraktur berkurang dg scala 3-4
2. Ekspresi wajah tenang
3. Pasien dapat istirahat dan tidur
Gangguan pertukaran gas 1. Suara nafas bersih
berhubungan dengan perubahan 2. Tidak ada sianosis dan dyspnea
aliran darah, emboli, perubahan 3. Frekuensi pernafasan dalam
membran alveolar/kapiler batas normal
(interstisial, edema paru, kongesti) 4. Saturasi oksigen dalam batas
normal
5. Keseimbangan ventilasi dan
perfusi
6. Tekanan parsial oksigen di darah
arteri (PaO2) normal
7. Tekanan parsial
karbondioksida di darah arteri
(PaCo2) normal
8. Kesadaran baik
Risiko infeksi berhubungan 1. Mengenali tanda dan gejala
dengan imunitas tubuh primer yang mengindikasi resiko
menurun, prosedur invasive, 2. Mengidentifikasi kemungkinan
fraktur resiko
3. Melakukan skrining sesui
dengan waktu yang diberikan
Hambatan mobilitas fisik 1. Dapat berjalan dengan pelan
berhubungan dengan patah tulang 2. Dapat berjalan menurun,
menaiki tangga
3. Dapet berjalan mengelilingi
tangga
4. Dapat menggerakan otot
5. Dapat menggerakan sendi
Kerusakan integritas kulit 1. Suhu kulit, sensasi, elastitisitas
berhubungan dengan konsekuensi dalam batas normal
imobilitas fisiologi 2. Tidak adanya tanda-tanda infeksi
seperti lesi pada kulit,pigmentasi
abnormal dan nekrosis
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2015. Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah, edisi 8 vol.3.
EGC. Jakarta
Carpenito, LJ. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
Doengoes, M.E., 2010, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Gloria, M, , et all. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC)
Edisi Keenam. Singapure: Elsivier
Ircham Machfoedz, 2010. Pertolongan Pertama di Rumah, di Tempat Kerja,
atau di Perjalanan. Yogyakarta: Fitramaya
Johnson, M., et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima.
Singapure: Elsivier
Mansjoer, A dkk. 2013. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Santosa, Budi. 2013. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Sjamsuhidajat & de jong. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3 Jakarta EGC
Smeltzer, S.C., 2013, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai