Oleh:
NI LUH SUTAMIYANTI
NIM. 199012325
KELOMPOK 1 (B11A)
B. ANATOMI FISIOLOGI
Susunan kerangka terdiri dari susunan berbagai macam tulang-
tulang yang banyaknya kira-kira 206 buah tulang yang satu sama lainnya
saling berhubungan yang terdiri dari tulang kepala yang berbentuk
tengkorak (8 buah); tulang wajah (14 buah); tulang telinga dalam (6 buah);
tulang lidah (1 buah); tulang yang membentuk kerangka dada (25 buah);
tulang yang membentuk tulang belakang dan gelang pinggul (26 buah);
tulang anggota yang membentuk lengan (anggota gerak atas) (64 buah);
tulang yang membentuk kaki (anggota gerak bawah) (62 buah). (Mansjoer.
2013).
Rangka tubuh manusia dikelompokkan atas dua bagian yaitu:
1. Skeleton Aksial
Terdiri atas sekelompok tulang yang menyusun poros tubuh dan
memberikan dukungan dan perlindungan pada organ di kepala, leher
dan badan.
2. Skeleton apendikular
C. KLASIFIKASI FRAKTUR
D. ETIOLOGI/PRESDIPOSISI
Fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang yang biasanya di akibatkan secara langsung dan
tidak langsung dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau
luka yang di sebabkan oleh kendaraan bermotor.
Penyebab patah tulang paling sering di sebabkan oleh trauma terutama
pada anak-anak, apabila tulang melemah atau tekanan ringan. (Doenges,
2010).
Menurut Carpenito (2013) adapun penyebab fraktur antara lain:
1. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik
terjadinya kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat
fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
2. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat
yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya
adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor
kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan
dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Deformitas
2. Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti : rotasi
pemendekan tulang, Penekanan tulang
3. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi
darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
4. Echumosis dan perdarahan subculaneus
5. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.
6. Tendernes atau keempuka
7. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari
tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
8. Kehilangan sensasi (Mati rasa, munkin terjadi dari rusaknya
saraf atau perdarahan).
9. Pergerakan abnormal
10. Syock hipovolemik dari hilangnya hasil darah.
11. Krepitasi
F. PATOFISIOLOGI
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik,
gangguan metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang
turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah
akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP
menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan
mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka
penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai
serabut saraf yang dapat menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri.
Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang
menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping
itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan
dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan
kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya
disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu
terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai
serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri.
Selain itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang
akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu,
disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar.
Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan
dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen
yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh.
G. PATHWAY
Trauma
Langsung Trauma Tidak Kondisi Patologis
Langsung
Faktur
Penurunan Emboli
perfusi jaringan
Menyumbat
Gangguan Pertukaran Gaspembuluh darah
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK
1. X.Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang
yang cedera.
2. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
3. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
4. CCT kalau banyak kerusakan otot.
5. Pemeriksaan Darah Lengkap
Lekosit turun/meningkat, Eritrosit dan Albumin turun, Hb, hematokrit
sering rendah akibat perdarahan, Laju Endap Darah (LED) meningkat
bila kerusakan jaringan lunak sangat luas, Pada masa penyembuhan Ca
meningkat di dalam darah, traumaa otot meningkatkan beban kreatinin
untuk ginjal. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan
darah, transfusi multiple, atau cederah hati.
I. PENATALAKSANAAN
1. Rekognasi
Pergerakan relative sesudah cidera dapet mengganggu suplai
neurovascular ekstremitas. Karena itu begitu diketahui kemungkinan
fraktur tulang panjang, maka ekstremitas yang cedera harus dipasang
bidai untuk melindunginya dari kerusakan.
2. Traksi
Alat traksi diberikan dengan kekuatan tarikan pada anggota yang
fraktur untuk meluruskan bentuk tulang. Ada 2 macam yaitu:
a. Skin Traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan
menempelkan plester langsung pada kulit dan biasanya digunakan
untuk jangka pendek (48-72 jam).
b. Skeletal traksi adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan
tulang yang cedera pada sendi panjang untuk mempertahankan
bentuk dengan memasukkan pins atau kawat ke dalam tulang.
3. Reduksi
a. Reduksi Tertutup/ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
b. Reduksi Terbuka/OREF (Open Reduction Eksternal Fixation)
4. Imobilisasi Fraktur
Setelah fraktur di reduksi, fragment tulang harus diimobilisasi, atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau
interna.
1. Identitas Klien
2. Pengkajian Primer
ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik
dari paru, dinding dada dan diafragma. Dada klien harus dibuka
cidera pada dada dan abdomen. Atasi syok, dimana klien dengan
syok yaitu penurunan tekanan darah, kulit dingin, lembab dan nadi
halus.
intravena.
3. Pengkajian Sekunder
terutama jika kitamasih curiga ada cidera yang belum diketahui saat
dievaluasi adalah (1) kulit yang melindungi klien dari kehilangan cairan
dan infeksi, (2) fungsi neuromuskular (3) status sirkulasi, (4) integritas
Look, Feel, Move. Pada Look, kita menilai warna dan perfusi, luka,
sindroma kompartemen.
bagian distal dari fraktur danjuga memeriksa capillary refill pada ujung
jari kemudian membandingkan sisi yang sakit dengan sisi yang sehat.
sama klien. Setiap syaraf perifer yang besar fungsi motoris dan
4. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada klien fraktur adalah rasa nyeri.
Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lama serangan.
gunakan:
presitasi nyeri.
nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana
yang terkena.
Donna D, 1995).
8. Pemeriksaan Fisik
nyeri kepala
d) Leher : kaji ada tidaknya penjolankelenjar tiroid, dan
reflek menelan.
fungsi maupun bentuk. Ada atau tidak lesi, ada tidak oedema.
terjadi perdarahan).
g) Telinga : kaji ada tidaknya lesi, nyeri tekan, dan penggunaan alat
bantu pendengaran.
cuping hidung.
tidak.
j) Paru :
raba sama.
k) Jantung
atau tidak.
l) Abdomen
m) Ekstremitas
1) Atas : kaji kekuatan otot, rom kanandan kiri, capillary refile,
B. DIANOGSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik, fraktur
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran darah,
emboli, perubahan membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru,
kongesti)
3. Risiko infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh primer
menurun, prosedur invasive, fraktur
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan tulang
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik
(daya gesek, tekanan, imobilitas fisik)
6. Defisensi pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya
berhubungan dengan kurang paparan terhadap informasi,
keterbatan kognitif
7. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif
C. INTERVENSI DAN RASIONAL
NO Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1 Nyeri akut Setelah dilakukan NIC label : NIC label :
berhubungan Asuhan Manajemen nyeri Manajemen nyeri
dengan agen keperawatan Intervensi :
injuri fisik, selama ….x 24 1. Lakukan pengkajian 1. Untuk mengetahui
fraktur jam tingkat nyeri yang lokasi, karakteristik,
kenyamanan komprehensif yang durasi, frekuensi,
5. Evaluasi efektifitas
analgetik, tanda dan kefektifan analgetik
gejala, efek yang diberikan
samping
D. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan,
dan implementasinya sudah berhasil dicapai. Evaluasi memungkinkan
perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian,
analisis, perencanaan, dan implementasi tindakan
Brunner, Suddarth. 2015. Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah, edisi 8 vol.3.
EGC. Jakarta
Carpenito, LJ. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
Doengoes, M.E., 2010, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Gloria, M, , et all. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC)
Edisi Keenam. Singapure: Elsivier
Ircham Machfoedz, 2010. Pertolongan Pertama di Rumah, di Tempat Kerja,
atau di Perjalanan. Yogyakarta: Fitramaya
Johnson, M., et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima.
Singapure: Elsivier
Mansjoer, A dkk. 2013. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Santosa, Budi. 2013. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Sjamsuhidajat & de jong. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3 Jakarta EGC
Smeltzer, S.C., 2013, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.