Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN PNEUMONIA

OLEH :
NI LUH TRISNA JULIANTARI, S.Kep
NIM : 20089142184

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Beberapa pengertian pneumonia sebagai berikut:
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
agen infeksius. Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering menyebabkan kematian di
Amerika Serikat. Dengan pria menduduki peringkat ke-empat dan wanita peringkat ke-lima
sebagai akibat hospitalisasi. Penyakit ini juga diobati secara luas dibagian rawat jalan
(Brunner dan Suddarth, 2002).
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk,
demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA) semua bentuk
pneumonia baik pneumonia maupun bronchopneumonia disebut pneumonia(Depkes RI,
2006).
Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua paru-paru yang biasanya
disebabkan oleh bakteri-bakteri, virus-virus, jamur atau parasit, dan kimia atau bahkan
cedera fisik ke paru-paru. Radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri biasanya
diakibatkan oleh bakteri streptococcus dan mycoplasma pneumoniae. Pneumonia ditandai
denganradang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai
dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda
asing. Gejala yang berhubungan dengan radang paru-paru termasuk batuk, sakit dada,
demam dan kesulitan bernapas. Kantong-kantong udara dalam paru yang disebut alveoli
yang secara mikroskopis merupakan kantung berisi udara di paru-paru bertanggung jawab
untuk menyerap oksigen, pada keadaan radang akan dipenuhi nanah dan cairan sehingga
kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh
tidak bisa bekerja (News Medical, 2012).
2
B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi saluran napas
Gambar 1

2. Fisiologi
Organ-organ pernapasan
a. Hidung
Merupakan saluran udara pertama yang mempunyai 2 lubang, dipisahkan oleh
sekat hidung. Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berfungsi untuk menyaring dan
menghangatkan udara (Mutaqqin, 2009).
b. Faring
Merupakan persimpangan antara jalan napas dan jalan makanan, terdapat di
dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
Terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan
makanan(Mutaqqin, 2009).
c. Laring (pangkal tenggorok)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di
depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea
di bawahnya(Mutaqqin, 2009).
d. Trakea (batang tenggorok)

3
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari
tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam
diliputi oleh sel bersilia yang berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda asing yang
masuk bersama-sama dengan udara pernapasan. Percabangan trakea menjadi bronkus
kiri dan kanan disebut karina(Mutaqqin, 2009).
e. Bronkus (cabang tenggorokan)
Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah pada ketinggian vertebra
torakalis IV dan V(Mutaqqin, 2009).
f. Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-
gelembung hawa (alveoli). Alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika
dibentangkan luas permukaannya  90 meter persegi, pada lapisan inilah terjadi
pertukaran udara(Mutaqqin, 2009).
3. Fisiologis pernapasan

(a) (b)

(a) Foto sinar-X yang menampilkan paru-paru pengidap radang paru-paru,


(b) Peradangan Pada Alveoli (Google image, 2019)
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara yang mengandung oksigen
dan menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar
dari tubuh. Adapun guna dari pernapasan yaitu mengambil O2 yang dibawa oleh darah ke
seluruh tubuh untuk pembakaran, mengeluarkan CO2 sebagai sisa dari pembakaran yang
dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang, menghangatkan dan melembabkan udara.
Pada dasarnya sistem pernapasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara yang
menghangatkan udara luar agar bersentuhan dengan membran kapiler alveoli. Terdapat
beberapa mekanisme yang berperan memasukkan udara ke dalam paru-paru sehingga
pertukaran gas dapat berlangsung. Fungsi mekanis pergerakan udara masuk dan keluar dari
paru-paru disebut sebagai ventilasi atau bernapas. Kemudian adanya pemindahan O 2 dan CO2
yang melintasi membran alveolus-kapiler yang disebut dengan difusi sedangkan pemindahan
oksigen dan karbondioksida antara kapiler-kapiler dan sel-sel tubuh yang disebut dengan

4
perfusi atau pernapasan internal (Mutaqqin, 2009).

Proses pernapasan : Proses bernapas terdiri dari menarik dan mengeluarkan napas.
Satu kali bernapas adalah satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi. Bernapas diatur oleh otot-
otot pernapasan yang terletak pada sumsum penyambung (medulla oblongata). Inspirasi
terjadi bila muskulus diafragma telah dapat rangsangan dari nervus prenikus lalu mengkerut
datar. Ekspirasi terjadi pada saat otot-otot mengendor dan rongga dada mengecil. Proses
pernapasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.

Proses fisiologis pernapasan dimana oksigen dipindahkan dari udara ke dalam


jaringan-jaringan dan karbondioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi menjadi
tiga stadium. Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam
dan ke luar paru-paru. Stadium kedua adalah transportasi yang terdiri dari beberapa aspek
yaitu difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan antara
darah sistemik dengan sel-sel jaringan, distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan
penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolus-alveolus dan reaksi kimia, fisik dari
oksigen dan karbondioksida dengan darah. Stadium akhir yaitu respirasi sel dimana metabolit
dioksida untuk mendapatkan energi dan karbon dioksida yang terbentuk sebagai sampah
proses metabolisme sel akan dikeluarkan oleh paru-paru (Mutaqqin,2009)

C. ETIOLOGI
Pada umumnya Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat disebabkan oleh bakteri,
virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa (Jeremy, 2007).
1. Bakteri
Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri ini bisa menyerang siapa saja. Bakteri penyebab
pneumonia paling umum adalah Streptococcus pneumoniae sudah ada di kerongkongan
manusia sehat. Dimana bila pertahanan tubuh menurun, bakteri segera memperbanyak diri
dan menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi,
berkeringat, napas terengah-engah dan denyut jantungnya meningkat cepat
2. Virus
Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV).
Pada umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu
singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa berat
dan kadang menyebabkan kematian.
3. Jamur
Jamur penyebab infeksi seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang
mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
Beberapa jenis jamur yang biasa menginfeksi yaitu Candidiasis, Blastomycosis,
Cryptococcosis, Histoplasmosis, Coccidioidomycosis.

5
4. Aspirasi:
Makanan, cairan, muntah.
5. Inhalasi
Racun atau bahan kimia (Polivinilpirolidin, Gumma Arabikum, Berillium, Uap air raksa),
rokok, debu dan gas
6. Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada manusia
dan tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik
keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas.
Mikoplasma menyerang segala jenis usia, paling sering pada anak pria remaja dan usia
muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.
7. Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia pneumosistis.
Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia
pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat
lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam
hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru
atau spesimen yang berasal dari paru.

D. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis pneumonia tergantung pada berat ringannya penyakit, gejalanya secara
umum adalah sebagai berikut:
1. Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu
makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare, kadang-kadang
ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.
2. Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk (nonproduktif / produktif), sesak napas, retraksi
dada, napas cepat/takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih/grunting, dan
sianosis.
WHO telah menggunakan penghitungan frekuensi napas per menit berdasarkan golongan
umur sebagai salah satu pedoman untuk memudahkan diagnosa Pneumonia. Napas cepat/
takipnea, bila frekuensi napas:
 umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit
 umur 2-11 bulan : ≥ 50 kali/menit
 umur 1-5 tahun : ≥ 40 kali/menit
 umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit

E. PATOFISIOLOGIS
Bakteri penyebab pneumonia ini dapat masuk melalui infeksi pada daerah mulut dan

6
tenggorokkan, menembus jaringan mukosa lalu masuk ke pembuluh darah mengikuti aliran
darah sampai ke paru-paru bahkan hingga selaput otak. Akibatnya timbul timbul peradangan
pada paru dan daerah selaput otak. Lokasi invasi dapat mengenai satu atau kedua paru.
Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk
produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka
komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.Kolaps
alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi.
Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai
pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan
atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis
mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien
terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas.
Secara singkat patofisiologi dapat digambarkan pada skema proses.
7
F. PATHWAY PNEUMONIA

Kuman Lingkungan, Inhalasi


(bakteri, virus) Kuman dari flora
factor ASI, mikroba, jamur
kelahiran melalui udara,
aspirasi normal vagina
Invasi di traktus

Masuk ke chorionic
Melalui
saluran napas
Secara
menyebar ke plate
hematogen
paru-paru
masuk ke paru-
paru
Aspirasi

Masuk ke paru
PNEUMONIA

Penularan ke WBC, leukosit ↑


Kuman
orang lain
keluar ke Reaksi inflamasi
melalui udara yg hebat di
droplet
bebas saluran napas
bawah
(bronkiolus-
alveolus)

Produ
n
ksi Rangsangan Kurangnya Fibrosus & pelebaran
sekr batuk pengetahua
et Gg. ventilasi
mengenai
penyakit

Frekuensi napas
tidur A
Akumula Nyeri pleuritik te
si sekret le
kt
a
NYERI AKUT ks
Obstruksi is
jalan
napas G
Perangsangan
g.
system di
aktivasi fu
retikulotis si

BERSIHAN
JALAN NAPAS
TIDAK
EFEKTIF
Susah untuk
DEFISIENSI
PENGETAHUA
N

Gg. PERTUKARAN
h galami
O2 ke jaringan
m keletiha
Tu e n Gg
bu n
.
Gg. POLA TIDUR INTOLERANS sianosis PERFUSI
I JARINGA
AKTIVITAS

Stimulasi
chemoreseptor
RISIKO INFEKSI
hipotalamus Kebutuhan O2
Metabolisme Evaporasi meningkat namun
meningkat meningkat CO2 gagal
Reaksi
Lemak dipecah & dikeluarkan
peningkatan
nutrisi tidak panas tubuh Penurunan
adekuat cairan tubuh
KETIDAKSEIMBANGA HIPERTERMI Peningkatan frekuensi napas
N NUTRISI KURANG
DARI KEBUTUHAN
TUBUH
KLEKURANGA
N VLUME
CAIRAN KETIDAKEFEKTI
F AN POLA

8
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Doenges (1999 : 165) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosa pneumonia antara lain :
1. Sinar X: Mengidentifikasi distribusi struktural (misal lobar, bronkial); dapat juga
menyatakan abses luas/ infiltrat, empiema (Staphylococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/ perluasan infiltrat nodul (lebih sering virus).
Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
2. Arteri Gas Darah (AGD) untuk pemeriksaan kebutuhan suplemen oksigen.
3. GDS/ Oksimetri : Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat
dan penyakit paru yang ada.
4. Pemeriksaan gram/ Kultur sputum dan darah : Dapat diambil dengan biopsi
jarum,aspirasi transtrakeal, bronkoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebab. Lebih dari satu tipe oeganisme yang ada; bakteri yang
umum meliputi Diplocoocus Pneumonia, Staphylococcus Aureus, A-hemolitik
Streptococcus, Haemophylus Influenza; CMV.
Catatan: Kultur sputum dapat tak mengidentifikasi semua organisme yang ada. Kultur
darah dapat menunjukkan bakterimia sementara.
a) JDL : Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya
pneumonia bacterial.
b) Pemeriksaan Serologi, misal titer virus atau legiolla, agglutinin dingin : Membantu
dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
c) LED : Meningkat.
 Pemeriksaan fungsi paru : Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar); tekanan jalan napas mungkin meningkat dan komplain menurun.
Mungkin terjadi perembesan (hipoksemia).
 Elektrolit : Natrium dan klorida mungkin rendah.
 Bilirubin : Mungkin meningkat.
 Aspirasi perkutan/ biopsi jaringan paru terbuka : Dapat menyatakan intranuklear
tipikal dan keterlibatan Sitoplasma (CMV); karakteristik sel raksasa (rubeola).

H. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa:
a. Diagnosis etiologik pneumonia sangat sulit untuk dilakukan sehingga pemberian
antibiotik dilakukan secara empirik sesuai dengan pola kuman tersering yaitu
Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Pemberian antibiotik sesuai
dengan kelompok umur. Untuk bayi di bawah 3 bulan diberikan golongan penisillin
dan aminoglikosida. Untuk umur >3 bulan, ampisilin dipadu dengan kloramfenikol
merupakan obat pilihan pertama. Bila keadaan pasien berat atau terdapat empiema,
antibiotik pilihan adalah golongan sefalosporin.
b. Bila disertai demam (≥ 39º C) yang tampaknya menyebabkan distress, berikan
parasetamol.
c. Bila ditemukan adanya wheeze, beri bronchodilator kerja cepat, dengan salah satu
cara berikut:
 Salbutamol nebulisasi.
 Salbutamol dengan MDI (metered dose inhaler) dengan spacer.
 Jika kedua cara tidak tersedia, beri suntikan epinefrin (adrenalin)secara
subkutan.
2. Suportif:
a. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 % berdasarkan
pemeriksaan AGD.
b. Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental.
c. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya dengan clapping dan vibrasi.
d. Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif terhadap
pembebanan cairan terutama pada pneumonia bilateral.
e. Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis.
f. Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan bila terjadi
hipoksemia persisten, gagal napas yang disertai peningkatan respiratoy distress dan
respiratory arrest.
g. Pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat. Cairan rumatan yang diberikan
mengandung gula dan elektrolit yang cukup. Jumlah cairan sesuai berat badan,
kenaikan suhu dan status hidrasi. Pasien yang mengala sesak yang berat dapat
dipuasakan, tetapi bila sesak sudah berkurang asupan oran segera diberikan.
Pemberian asupan oral diberikan bertahap melalui NGT (selang nasogastric) drip susu
atau makanan cair. Dapat dibernarkan pemberian retriksi cairan 2/3 dari kebutuhan
rumatan, untuk mencegah edema paru dan edema otak akibat SIADH (Syndrome of
Inappropriate Anti Diuretic Hormone).
h. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal untuk
memperbaiki transport mukosiliar
i. Koreksi kelainan elektrolit atau metabolic yang terjadi midalnya hipoglikemia,
asidosis metabolic
j. Mengatasi penyakit penyerta seperti kejang demam, diare dan lainnya serta
komplikasi bila ada.
Standart penatalaksanaan Pneumonia Dari DEPKES RI:
1. Beri antibiotic oral sesuai indikasi Untuk semua klasifikasi yang membutuhkan antibiotic
yang sesuai.
a. Antibiotic pilihan pertama: kotrimoksazol (trimetoprim+sulfametoksazol)
b. Antibiotic pilihan kedua: amoksilin
c. Umur atau berat badan kotrimoksazol. Beri 2 kali sehari selama 5 hari
d. Amoksisilin, beri 3 kali sehari selama 5 hari
Tablet dewasa
o 480 mg Tablet anak
o 120 mg Sirup/ 5 ml
o 240 mg Sirup 125 mgper 5 ml
o 2 – 4 bulan
o (4 – < 6 kg) ¼ 1 2,5 ml 2,5 ml
o 4 – 12 bulan
o (6 – < 10 kg) ½ 2 5 ml 5 ml
o 12 bulan – 5 tahun
o (10 – < 19 kg) ¾ atau 1 3 7,5 ml 10 ml
2. Beri antibiotic intramuscular
Untuk anak yang harus segera dirujuk tetapi tidak dapat menelan obat oral, beri
dosis (IM) kloramfenikol dan atau ampisilin dan rujuk segera. Jika rujukan tidak
memungkinkan ulangi suntikan kloramfenikol setiap 12 jam selama 5 hari dan
atau ampisilin setiap 6 jam selama 5 hari. Kemudian ganti dengan antibiotic yang
sesuai, untuk melengkapi 10 hari pengobatan.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat keperawatan
Riwayat Kesehatan :
a. Keluhan utama : batuk, pilek, demam, sesak napas, gelisah
b. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah
sakit)
c. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh pasien) : sesak napas, batuk lama, TBC, alergi
d. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak) :
sesak napas, batuk lama, TBC, alergi
e. Riwayat imunisasi : BCG
f. Riwayat tumbuh kembang
2. Pemeriksaan Fisik dan Data Fokus
Gejala peneumonia yang tidak khas sering terdapat pada anak dibawah 5 tahun, namun
secara umum pneumonia untuk penilaian keadaan umumnya adalah frekuensi napas,
nadi, kesadaran dan kemapuan makan (IDAI, 2009). Temuan pemeriksaan fisik dada
tergantung dari luas lesi di paru. Pada inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal
waktu bernapas, pasa palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada
auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai
ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi
(PDPI, 2003).
Paru :
I : pengembangan paru berat, tidak simetris jika hanya pada sisi paru.
P : adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada daerah yang
terkena P : pekak terjadi bila terisi cairan normalnya timpani
A : biasanya terdengan ronchi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler
ditandai dengan gas darah arteri abnormal, pernapasan abnormal (frekuensi, ritme,
kedalaman), sianosis, dan iritabilitas
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan terdapat sekret di dalam
bronkus (obsturuksi akibat kelebihan sekret) ditandai dengan kelebihan sekret dan batuk
yang tidak efektif
4. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan dyspnea,
pernapasan bibir dan enggunaan otot aksesoris pernapasan
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan suplai oksigen
ke jaringan ditandai dengan perubahan warna kulit (sianosis).
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen dengan
oksigen yang dibutuhkan ditandai dengan kelemahan dan hipoksemia
7. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan melaporkan nyeri
secara verbal.
8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan pernapasan ditandai dengan
perubahan pola tidur normal
9. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme ditandai peningkatan
suhu tubuh di atas kisaran normal.
10. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan
penurunan turgor kulit, membran mukosa kulit, peningkatan suhu tubuh, dan kelemahan
11. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
biologis dan metabolisme tubuh meningkat ditandai dengan kurangnya intake makanan
dan terjadi penurunan berat badan.
12. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi ditandai dengan
keluarga tidak mengetahui penanganan dan penjelasan tentang penyakit yang dialami
klien
13. Risiko infeksi berhubungan ditandai dengan imunitas didapat tidak adekuat
C. INTERVENSI

No. DIAGNOSA Kriteria Hasil/NOC Intervensi/NIC Rasional


1. Ketidakefektifan Setelah diberikan asuhan keperawatan NIC Label : Airway management Airway management
bersihan jalan napas selama 3x 24 jam, diharapkan bersihan 1. Kaji TTV klien, catat jika ada perubahan. 1. Mengetahui adanya perubahan kondisi
berhubungan dengan jalan napas kembali efektif dengan 2. Posisikan klien pada posisi yang 2. Memaksimalkan pertukaran udara
terdapat sekret di kriteria hasil: memaksimalkan potensi pertukaran udara 3. Melancarkan sirkulasi
dalam bronkus NOC Label : respiratory (posisi semi fowler) 4. Membersihkan jalan napas
(obsturuksi akibat status : ventilation 3. Lakukan terapi fisik dada sesuai kebutuhan. 5. Mengetahui status oksigenasi
kelebihan sekret) 1. Laju pernapasan klien dalam 4. Bersihkan sekresi dengan dorongan batuk 6. Mengetahui kebutuhan oksigenasi pada
ditandai dengan rentang normal (skala 5) atau suctioning pasien
kelebihan sekret 2. Irama pernapasan dalam rentang 5. Monitor status respirasi dan oksigenasi 7. Mengetahui adanya suara napas
dan batuk yang tidak normal (skala 5) klien tambahan
efektif 3. Kedalaman inspirasi dalam 6. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
rentang normal (skala 5) alat jalan napas buatan
4. Klien tidak menggunakan otot 7. Auskultasi suara napas, catat adanya suara
bantu pernapasan (skala 5) tambahan

NOC Label : respiratory NIC Label : Airway suction Airway suction


status : airway patency 1. Pastikan kebutuhan oral/tracheal suctioning 1. Membersihkan jalan napas
- Klien mampu mengeluarkan 2. Auskultasi suara napas sebelum dan 2. Mengetahui adanya suara napas
secret (level 5) sesudah suctioning tambahan
3. Informasikan pada klien dan keluarga 3. Memberikan kenyamanan pada pasien
tentang suctioning dan keluarga
4. Anjurkan alat yang steril setiap melakukan 4. Mencegah infeksi
tindakan 5. Mengetahui status oksigenasi
5. Monitor status oksigen klien

2. Gangguan Setelah diberikan asuhan keperawatan Airway Management Airway Management


pertukaran gas selama 3 x 24 jam diharapkan status 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan 1. Memberikan jalan napas yang adekuat
berhubungan dengan pertukaran gas klien normal dengan ventilasi udara 2. Melancarkan aluran udara
perubahan membran kriteria hasil: 2. Lakukan terpai fisik dada, sesuai kebutuhan 3. Memberikan jalan napas yang adekuat
alveolar kapiler Respiratory Status 3. Keluarkan secret dengan melakukan batuk 4. Mengetahui perkembangan pasein
ditandai dengan gas  Respiration rate dalam rentang efektif atau dengan melakukan suctioning 5. Memberikan jalan napas yang adekuat
darah arteri normal mencapai skala 5 (no 4. Catat dan monitor pelan, dalamnya 6. Memberikan kebutuhan oksigenasi
abnormal, deviation from normal range). pernapasan dan batuk 7. Menjaga keseimbangan cairan
pernapasan  Ritme pernapasan dalam keadaan 5. Berikan treatment aerosol, sesuai kebutuhan 8. Mengetahui status oksigenasi pasien
abnormal (frekuensi, normal mencapai skala 5 (no 6. Berikan terapi oksigen, sesuai keebutuhan
ritme, kedalaman), deviation from normal range). 7. Regulasi intake cairan untuk mencapai
sianosis, dan  Auscultasi suara napas tidak keseimbangan cairan
iritabilitas menunjukkan keabnormalan 8. Monitor status respiratory dan oksigenasi
mencapai skala 5 (no deviation
Respiratory Monitoring Respiratory Monitoring
from normal range).
1. Monitor frekuensi, ritme, kedalaman 1. Mengetahui kondisi pasien
 Saturation oxygen dalam rentang
pernapasan. 2. Mengetahui adanya suara napas
normal mencapai skala 5 (no
2. Monitor adanya suara abnormal/noisy pada tambahan
deviation from normal range).
pernapasan seperti snoring atau crowing. 3. Mengetahui kebutuhan oksigenasi
 Tanda-tanda sianosis mencapai
3. Kaji keperluan suctioning dengan 4. Mengetahui kebutuhan oksigenasi
skala 5 (none)
 Klien tidak mengalami somnolen melakukan auskultasi untuk mendeteksi
mencapai skala 5 (none). adanya crackles dan rhonchi di sepanjang
jalan napas.
4. Catat onset, karakteristik dan durasi batuk.

Respiratory Status : Gas Exchange


- Tekanan parsial oksigen dalam
darah arteri PaO2 dalam rentang
normal mencapai skala 5 (no
deviation from normal range).
- Tekanan parsial karbondioksida
dalam darah arteri PaCO2 dalam
rentang normal mencapai skala
5 (no deviation from normal
range).
- PH darah arteri dalam
rentang normal mencapai
skala 5 (no
deviation from normal range).
- Saturation oxygen dalam rentang
normal mencapai skala 5 (no
deviation from normal range).
- Tanda-tanda sianosis mencapai
skala 5 (none)
- Klien tidak mengalami somnolen
mencapai skala 5 (none).
Tissue Perfusion : Peripheral
- Capitary refill pada jari-jari dalam
rentang normal mencapai skala 5
(no deviation from normal range).
- Temperatur kulit ekstremitas
mencapai skala 5 (no deviation
from normal range).

3. Kekurangan volume Setelah dilakukan asuhan keperawatan Fluid Management Fluid Management
cairan berhubungan selama 3 x 24 jam, diharapkan status 1. Pantau input dan output yang sesuai 1. Mengetahui terapi selanjutnya
dengan kehilangan hidrasi klien baik dengan kriteria hasil : 2. Pantau status hidrasi klien 2. Mengetahui terapi selanjutnya
cairan aktif ditandai NOC Label : Fluid Balance 3. Pantau hasil laboratorium retensi cairan yang 3. Mengetahui kondisi pasien
dengan penurunan - Tekanan darah normal (skala 5) relevan 4. Mengetahui kondisi pasien
turgor kulit, - Intake dan output selama 24 jam 4. Pantau tanda-tanda vital 5. Mengetahui kondisi pasien
membran mukosa seimbang (skala 5) 5. Pantau indikasi cairan overload / retensi yang 6. Mengetahui balance cairan
kulit, peningkatan - Turgor kulit normal (skala 5) sesuai 7. Meningkatkan nafsu makan
suhu tubuh, dan - Membran mukosa lembab (skala 6. Pantau makanan / cairan yang masuk dan 8. Meningkatkan nutrisi
kelemahan 5) menghitung asupan kalori harian yang 9. Mengetahui status nitrisi pasien
NOC Label : Hydration sesuai
- Turgor kulit (skala 5) 7. Promosikan asupan oral yang sesuai
- Membran mukosa lembab (skala 8. Berikan asupan cairan selama 24 jam sesuai
5) ketentuan
- Intake cairan (skala 5) 9. Pantau respon klien terhadap terapi elektrolit
- Pengeluaran urine (skala yang telah ditentukan
4. Hipertermia Setelah diberikan asuhan keperawatan NIC: Vital Signs Monitoring Vital Signs Monitoring
berhubungan dengan selama 3x24 jam diharapkan terjadinya 1. Observasi suhu, nadi, tekanan darah, 1. Mengetahui kondisi pasien
peningkatan laju penurunan suhu tubuh, dengan kriteria pernapasan. 2. Menurunkan suhu tubuh
metabolisme hasil : 2. Beri kompres dengan air hangat (air biasa) 3. Meningkatkan evavorasi
ditandai peningkatan NOC : pada daerah axila, lipat paha, temporal bila 4. Mengetahui statuss hyrasi pasien
suhu tubuh di atas Thermoregulasi Vital terjadi panas. 5. Membantu menurunkan suhu tubuh
kisaran normal. Signs 3. Anjurkan keluarga untuk memakaikan
1. Suhu tubuh 36 – 370C. pakaian yang dapat menyerap keringat
2. Tekanan darah, nadi dan RR seperti katun.
dalamrentang normal. 4. Monitor hidrasi seperti turgor kulit,
3. Tidak ada perubahan warna kulit kelembaban membran mukosa)
dan membran mukosa lembap. 5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat anti piretik.
Temperatur Regulation
Temperatur Regulation 1. Meningkatkan evavorasi pengantaran
1. Anjurkan penggunaan selimut hangat untuk panas
menyesuaikan perubahan suhu tubuh

5. Risiko infeksi Setelah diberikan asuhan keperawatan NIC LABEL: Infection Control Infection Control
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam, diharapkan tidak 1. membersihkan lingkungan setelah digunakan 1. Mencegah penyebaran kuman
imunitas didapat terjadi infeksi dengan kriteria hasil: pasien 2. Menghindari infeksi
tidak adekuat Risk Control 2. mengganti peralatan perawatan pasien sesuai 3. Mencegah penularan
- Keluarga mengetahui faktor resiko kebijakan institusi 4. Mencegah penularan
- Keluarga mengembangkan strategi 3. mengisolasi pasien-pasien yang terkena 5. Mencegah penularan
yang efektif untuk kontrol resiko penyakit menular 6. Menghindari infeksi
- Keluarga menunjukkan pola hidup 4. melakukan tindakan isolasi pencegahan yang 7. Menghindari infeksi
sehat disarankan, jika diperlukan 8. Mencegah penularan
- Keluarga berpartisipasi dalam 5. batasi pengunjung, jika diperlukan 9. Mencegah penularan
screening yang berhubungan 6. ajarkan cara cuci tangan untuk perawatan 10. Mencegah penularan
dengan masalah kesehatan kesehatan pribadi 11. Mencegah penularan
- Keluarga ikut berpartisipasi dalam 7. instruksikan pengunjung pasien untuk 12. Mencegah penularan
screening untuk mengidentifikasi mencuci tangan sebelum dan setelah 13. Meningkatkan antibody
resiko meninggalkan ruangan. 14. Meningkatkan antibody
- Status kesehatan klien baik 8. Cuci tangan sebelum dan setelah melakukan 15. Mencegah infeksi
perawatan pada pasien 16. Mencegah penularan
NOC LABEL: Knowledge: Infection 9. Gunakan universal precaution
Management 10. Gunakan handscoon seperti yang disarankan
- Keluarga mengetahui cara yang oleh universal precaution
mengurangi penularan infeksi 11. pakai pakaian bersih atau gaun jika
- Mengetahui tanda dan gejala memegang bahan infeksius
infeksi 12. memelihara lingkungan aseptik yang optimal
- Keluarga mengetahui pentingnya 13. dorong untuk istirahat
sanitasi tangan 14. administrasikan terapi antibiotik, jika
- Keluarga mengetahui pengaruh diperlukan
praktek gizi pada infeksi 15. Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala
- Keluarga dapat mengetahui faktor infeksi dan kapan harus dilaporkan pada
yang berpengaruh terhadap respon tenaga kesehatan
kekebalan 16. Ajarkan keluarga bagaimana menghindari
infeksi
6. Intoleransi aktivitas Setelah diberikan asuhan keperawatan Label NIC : Activity Therapy Activity Therapy
berhubungan dengan selama 3x24 jam, diharapkan aktivitas 1. Membantu memilih aktivitas yang 1. Mengetahui aktivitas pasien
ketidakseimbangan klien kembali efektif dengan kriteria sesuai dengan kemampuan fisik, 2. Mengetahui aktivitas yang dapat
suplai oksigen hasil : psikologi, dan social. dilakukan
dengan oksigen 2. Membantu untuk fokus pada apa yang pasien 3. Mengetahui aktivitas yang dapat
yang dibutuhkan 1. Label NOC : Activity Tolerance dapat lakukan, bukan pada kekurangannya. dilakukan
ditandai dengan - Denyut nadi klien dalam batas 3. Membantu mengidentifikasi dan memperoleh 4. Mengetahui aktivitas yang dapat
kelemahan dan normal sumber daya yang dibutuhkan untuk kegiatan dilakukan
hipoksemia - Saturasi oksigen saat yang diinginkan. 5. Memberikan aktivitas fisik
beraktivitas tidak terganggu 4. Membantu pasien dalam 6. Meningkatkan aktivitas fisik
- Frekuensi pernapasan klien dalam mengidentifikasi preferensi untuk
batas normal aktivitasnya.
- Kekuatan tubuh bagian atas normal 5. Membantu dengan aktivitas fisik secara
- Kekuatan tubuh bagian bawah teratur (misalnya ambulasi, transfer, berputar,
normal dan perawatan pribadi) yang diperlukan
6. Membantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan kekuatan diri.
2. Label NOC : Fatigue Level Label NIC : Energy Management Energy Management
- Nyeri pada otot dikatakan 1. Menentukan keterbatasan fisik pasien. 1. Mengetahui aktivitas yang dapat dilakukan
berkurang dengan skala 5 2. Menentukan hal yang yang menyebabkan 2. Mengetahui aktivitas yang dapat dilakukan
- Nyeri tulang dikatakan kelelahan. (misalnya perawatan, nyeri dan 3. Mengetahui aktivitas yang dapat dilakukan
berkurang dengan skala 5 medikasi) 4. Mengetahui aktivitas yang dapat dilakukan
- Klien dapat beraktivitas sehari- 3. Memantau asupan nutrisi untuk memastikan 5. Mengetahui aktivitas yang dapat dilakukan
hari secara normal dengan skala sumber daya energi yang memadai. 6. Mengetahui aktivitas yang dapat dilakukan
5 4. Memantau respon kardio-respirasi terhadap 7. Mengurangi kaku otot / atropi
- Kualitas istirahat klien baik aktivitas (misalnya takikardi, disritmia, 8. Mengetahui aktivitas yang dapat dilakukan
dengan skala 5 dispnea, diaphoresis, pucat, tekanan 9. Mengetahui aktivitas yang dapat dilakukan
- Kualitas tidur klien baik dengan hemodinamika, frekuensi pernapasan)
skala 5 5. Mempromosikan istirahat atau pembatasan
3. Label NOC : Vital Signs aktivitas (misalnya meningkatkan jumlah
- Suhu tubuh dalam batas normal waktu istirahat) kepada klien
dengan skala 5 6. Mengatur kegiatan fisik klien untuk
- Denyut jantung apical klien mengurangi hambatan suplai oksigen ke
dalam batas normal fungsi tubuh yang vital (misalnya
- Irama jantung klien dalam batas menghindari aktivitas segera setelah makan).
normal 7. Menggunakan latihan ROM pasif dan atau
- Irama pernapasan klien dalam aktif untuk meredakan ketegangan otot.
batas normal 8. Merencanakan kegiatan ketika pasien
- Tekanan nadi klien dalam batas memiliki banyak energi.
normal 9. Mendorong pasien untuk memilih kegiatan
- Kedalaman inspirasi klien yang secara bertahap membangun ketahanan
dalam batas normal tubuh.

7. Defisiensi Setelah diberikan asuhan keperawatan NIC Label : Health Education Health Education
pengetahuan selama ... x 24 jam, pengetahuan 1. Identifikasi faktor internal dan eksternal 1. Mengetahui kebutuhan edukasi
berhubungan dengan keluarga dan pasien meningkat dengan yang mungkin akan meningkatkan atau 2. Meningkatkan minat keluarga terhadap
kurang pajanan kriteria hasil: mengurangi motivasi untuk berperilaku edukasi yang diberikan
informasi ditandai NOC label Knowledge: health sehat
dengan keluarga promotion 2. Hindari penggunaan teknik mentakut-takuti
tidak mengetahui - Mengetahui perilaku dan sebagai strategi untuk memotivasi orang
penanganan dan kebiasaan yang meningkatkan untuk merubah perilaku atau gaya hidup
penjelasan tentang kesehatan (skala5) kesehatan
penyakit yang - Mengetahui manajemen
dialami klien pengobatan yang aman (skala 5) NIC Label : Teaching : Disease process Teaching : Disease process
NOC Label : knowledge : disease 1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga 1. Mengetahui tingkat pengetahuan keluarga
process mengenai proses penyakit Pneumonia 2. Memberikan pengetahuian mengenai
- Keluarga mengetahui efek dari 2. Jelaskan patofisiologi penyakit pneumonia pneumonia
penyakit Pneumonia (level 5) dan bagaimana hubungannya pada anatomi 3. Memberikan pengetahuian mengenai
- Keluarga mengetahui factor yang fisiologi, jika perlu pneumonia
menyebabkan dan menunjang 3. Review pengetahuan keluarga mengenai 4. Memberikan pengetahuian mengenai tanda
terjadinya Pneumonia (level 5) kondisi klien gejala
- Keluarga mengetahui tanda dan 4. Jelaskan tanda dan gejala penyakit kepada 5. Memberikan pengetahuian mengenai
gejala dari penyakit Pneumonia keluarga proses penyakit
(level 5) 5. Jelaskan proses penyakit 6. Memberikan pengetahuian mengenai
- Keluarga mengetahui strategi 6. Identifikasi etiologi yang mungkin etiologi pneumonia
untuk meminimalkan progesifitas 7. Jelaskan strategi untuk meminimalkan 7. Memberikan pengetahuian mengenai
kerja Pneumonia (level 5) progresifitas penyakit mencegah pneumonia
8. Jelaskan strategi untuk mencegah penularan 8. Memberikan pengetahuian mengenai
penyakit mencegah pneumonia
9. Sediakan informasi mengenai kondisi 9. Memberikan rasa nyaman
pasien, jika perlu 10. Memberikan pengetahuian mengenai
10. Diskusikan perubahan gaya hidup yang komplikasi pneumonia
diperlukan untuk mencegah komplikasi di 11. Memberi rasa nyaman
kemudian hari dan atau untuk mengontrol
proses penyakit
11. Berikan informasi kepada keluarga
mengenai progress pasien
8. Ketidakseimbangan Setelah diberikan askep selama 3x 24 Label NIC: Nutrition Management Nutrition Management
nutrisi: kurang dari jam, diharapkan nutrisi klien adekuat 1. Mengkaji/menanyakan adanya riwayat 1. Mengetahui alergi
kebutuhan tubuh dengan kriteria hasil: alergi makanan 2. Mengetahui makanan kesukaan pasien
berhubungan dengan Label NOC: Nutritional status 2. Memastikan preferensi makanan klien 3. Menjaga nutrisi seimbang
faktor biologis dan  Intake nutrisi tercukupi 3. Memberikan asupan kalori yang 4. Menjaga nutrisi seimbang
metabolisme tubuh  Asupan makanan tercukupi sesuai untuk tipe tubuh dan gaya 5. Menjaga nutrisi seimbang
hidup klien
meningkat ditandai  Asupan cairan tercukupi 4. Memberikan asupan kalori, protein, zat 6. Menjaga nutrisi seimbang
dengan kurangnya  Energi adekuat besi, dan vitamin C, yang sesuai dengan 7. Menjaga nutrisi seimbang
intake makanan dan  Rasio Berat / tinggi badan kebutuhan klien 8. Menjaga nutrisi seimbang
terjadi penurunan seimbang 5. Memantau asupan zat gizi dan kalori klien
berat badan.  Kekuatan Tonus otot 6. Mengkaji kemampuan klien untuk
 Hidrasi adekuat memenuhi kebutuhan gizi
Label NOC: Nutritional Status : 7. Memberikan informasi yang tepat kepada
Food and fluid intake keluarga tentang kebutuhan zat gizi yang
 Asupan makanan melalui oral tepat dan sesuai untuk klien
tercukupi 8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
 Asupan cairan melalui oral menentukan jumlah kalori dan nutrisi , serta
tercukupi jenis makanan yang sesuai dengan
 Asupan cairan intravena kebutuhan klien
adekuat Nutrition Therapy
Label NIC :Nutrition Therapy 1. Mengetahui status nutrisi pasien
 Asupan nutrisi parenteral
1. Mengkaji kebutuhan nutrisi klien 2. Menjaga nutrisi seimbang
adekuat
2. Memonitor makanan/ asupan cairan dan 3. Menjaga nutrisi seimbang
Label NOC: Weight : Body mass
kalori yang sesuai 4. Meningkatkan nafsu makan
 Berat badan sesuai
3. Memantau diet sesuai kebutuhan nutrisi 5. Meningkatkan nafsu makan
 Persentase lemak tubuh
sehari-hari 6. Menjaga nutrisi seimbang
seimbang
4. Sediakan atau Sajikan makanan dalam 7. Menjaga nutrisi seimbang
 Lingkar kepala persentil (anak) tampilan yang menarik,
dalam batas normal berikan sentuhan warna-warna yang menggugah
 Tinggi persentil (anak) dalam selera makan, dan variasi makanan yang beragam
batas normal 5. Lakukan Oral hygiene sebelum pasien
 Berat persentil (anak) dalam makan bila diperlukan
batas normal 6. Mengajarkan kepada keluarga
tentang diet sesuai ketentuan
7. Memberikan catatan kepada keluarga
tentang contoh diet yang telah
ditentukan.
9. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan asuhan NIC LABEL: Oksigen terapy Oksigen terapy
perfusi jaringan keperawatan selama 3x24 jam perfusi 1. Pertahankan keadekuatan jalan napas 1. Sirkulasi oksigen adekuat
perifer berhubungan jaringan perifer klien baik dengan 2. Monitor kebutuhan oksigen pasien 2. Mengetahui status oksigenasi
dengan penurunan kriteria hasil: 3. Observasi tanda kekurangan saturasi 3. mencegah hipoventilasi
suplay oksigen ke NOC: Circulation Status oksigen untuk mencegah hipoventilasi 4. mengetahui adanya sianosis
jaringan ditandai  Tekanan darah Sistolik normal 4. Monitor turgor kulit 5. mengetahui adanya sianosis
dengan perubahan  Tekanan darah diastolik normal 5. Monitor tanda keracunan oksigen
warna kulit  Saturasi oksigen normal
( sianosis), CRT > 3  PaO2 (tekanan parsial oksigen NIC LABEL Vital sign monitoring Vital sign monitoring
detik, dan perubahan didalam pembuluh darah arteri) 1. Monitor perubahan tekanan darah, nadi, RR, 1. mengetahui tanda-tanda vital pasien
fungsi motorik normal dan suhu tubuh pasien. 2. mengetahui adanya perubahan kondisi
 PaCO2 ( tekanan parsial 2. Monitor tekanan darah pasien setelah 3. mengetahui adanya perubahan kondisi
karbondioksida di pembuluh diberikan pengobatan. 4. mengetahui adanya perubahan kondisi
darah arteri) klien normal 3. Monitor perubahan tanda-tanda vital setelah 5. mengetahui adanya perubahan suara
 Urin output normal pasien melakukan aktivitas sedang napas
 Suhu kulit normal 4. Monitor perubahan suhu tubuh klien bila 6. mengetahui adanya perubahan suara
 CRT klien normal terjadi hipertermia atau hipotermia. napas
5. Auskultasi irama jantung 7. mengetahui adanya perubahan sirkulasi
NOC: Tissue Perfusion : Peripheral 6. Monitor abnormalnya sistem pernapasan
pasien bila adanya Cheyne-stokes,
 Capillary refill pada jari-jari
kussmaul, biot, apneu, dan adanya sianosis.
tangan normal
7. Monitor warna kulit, suhu kulit, dan
 Capillary refill pada jari-jari kaki
kelembapan kulit.
normal
 Suhu kulit pada ekstremitas
normal
 Kekuatan denyut nadi klien
normal
 Warna kulit klien normal

10. Gangguan pola tidur Setelah diberikan asuhan keperawatan NIC: Sleep Enhancement Sleep Enhancement
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam diharapkan pola 1. Kaji pola tidur klien 1. mengetahui pola tidur
gangguan tidur klien tidak mengalami gangguan 2. Kaji keteraturan tidur klien/siklus bangun 2. mengetahui siklus tidur
pernapasan ditandai dengan kriteria hasil: tidur dalam perencanaan keperawatan 3. mengetahui pengaruh obat terhadap pola
dengan perubahan NOC Label: Sleep 3. Kaji efek medikasi pada pasien dalam pola tidur
pola tidur normal - Durasi tidur klien normal tidurnya 4. mengetahui kondisi tanda vital terhadap
dan keluarga - Pola tidur klien normal 4. Monitor pola tidur klien, dan catat keadaan pola tidur
mengatakan klien - Kualitas tidur klien baik fisik (apnea saat tidur, obstruksi jalan napas, 5. mengetahui kondisi tanda vital terhadap
sering terjaga. - Efisiensi tidur klien normal nyeri, frekuensi urin) dan psikososial pola tidur
- Klien dapat tidur malam secara (ketakutan atau cemas) dan kondisi yang 6. memberi rasa nyaman
tetap dapat mengganggu tidur 7. memberi rasa nyaman
- Klien dapat bangun pada waktu 5. Pantau dan catat pola tidur klien dan jumlah 8. memperbaiki pola tidur
yang direncanakan. waktu tidur klien 9. meningkatkatkan rasa kantuk
6. Modifikasi lingkungan klien 10. memperbaiki pola tidur
(pencahayaan, keributan, suhu, tempat
tidur) untuk meningkatkan tidur klien
7. Instruksikan pasien untuk melakukan
relaksasi otot atau kegiatan
nonfarmakologi sebelum tidur atau
sesudahnya
8. Anjurkan untuk meningkatkan jumlah
waktu tidur
9. Tambahkan terapi medikasi untuk
membantu tidur klien / siklus bangun tidur
10. Diskusikan dengan pasien dan keluarga
mengenai tehnik istirahat Positioning
1. memberi rasa nyaman
NIC: Positioning 2. memberikan rasa nyaman
1. Tempatkan klien pada tempat tidur/kasur 3. menghindari terjadinya apneu
yang sesuai dengan terapeutik. 4. memberikan rasa nyaman
2. Dorong klien untuk terlibat dalam 5. memberikan rasa nyaman
melakukan perubahan posisi, sesuai 6. memberikan rasa nyaman
kebutuhan. 7. memberikan rasa nyaman
3. Monitor status oksigenasi klien sebelum dan 8. memberikan rasa nyaman
setelah dilakukan perubahan posisi pada
klien.
4. Gabungkan posisi tidur yang disukai klien
ke dalam rencana perawatan, bila tidak
terdapat kontraindikasi.
5. Posisikan dengan tepat keseimbangan tubuh
klien.
6. Posisikan klien untuk meringankan dispnea
(misal: semi-fowler).
7. Berikan posisi yang cocok untuk
mendukung ventilasi dan perfusi klien,
seperti yang dianjurkan.
8. Berikan posisi yang sesuai untuk membantu
posisi leher pada klien.
11. Ketidakefektifan Setelah diberikan asuhan keperawatan NIC Label : Airway Management Airway Management
pola napas selama 3 x 24 jam diharapkan pola 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan 1. Mengetahui adanya perubahan
berhubungan dengan napas klien tidak mengalami gangguan ventilasi udara kondisi
hiperventilasi dengan kriteria hasil: 2. Lakukan terpai fisik dada, sesuai kebutuhan 2. Memaksimalkan pertukaran udara
ditandai dengan NOC Label : 3. Catat dan monitor pelan, dalamnya 3. Melancarkan sirkulasi
dispnea, pernapasan Respiratory Status: Airway patency pernapasan dan batuk 4. Membersihkan jalan napas
bibir dan Respiratory Status: Ventilation 4. Berikan treatment aerosol, sesuai kebutuhan 5. Mengetahui status oksigenasi
penggunaan otot Vital Signs 5. Berikan terapi oksigen, sesuai keebutuhan 6. Mengetahui kebutuhan oksigenasi
aksesoris untuk 6. Regulasi intake cairan untuk mencapai pada pasien
bernapas  Frekuensi Pernapasan klien keseimbangan cairan 7. Mengetahui adanya suara napas
normal 7. Monitor status respiratory dan oksigenasi tambahan
 Irama Pernapasan klien normal
 Kedalaman Inspirasi normal NIC Label: Respiratory Monitoring Respiratory Monitoring
 Klien tidak menggunaan otot 1. Monitor frekuensi, ritme, kedalaman 1. Mengetahui status respirasi
bantu napas pernapasan. 2. Mengetahui adanya suara napas
 Tidak ada retraksi dinding dada 2. Monitor adanya suara abnormal/noisy tambahan
 Tekanan nadi klien normal pada pernapasan seperti snoring atau 3. Mengetahui status respirasi
 Tekanan darah klien normal crowing.
3. Catat onset, karakteristik dan durasi
 Suhu tubuh dan kulit klien
batuk.
normal
Vital Signs Monitoring Vital Signs Monitoring
1. Monitor tekanan darah, nadi, 1. Mengetahui kondisi tubuh pasien
temperature, dan status respirasi, sesuai 2. Megetahui status respirasi
kebutuhan. 3. Mengetahui adanya suara napas
2. Monitor respiration rate dan ritme tambahan
(kedalaman dan simetris) 4. Mengetahui adanya berubahan dinding
3. Monitor suara paru dada
4. Monitor adanya abnormal status 5. Mengetahui status perubahan warna kulit
respirasi (cheyne stokes, apnea, 6. Mengetahui adanya sianosis
kussmaul)
5. Monitor warna kulit, temperature dan
kelembapan.
6. Monitor adanya sianosis pada central
dan perifer

12. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan Label NIC : Pain Management Pain Management
berhubungan dengan selama 3 X 24 jam diharapkan nyeri 1. Lakukan penilaian yang komprehensif 1. Mengeatahui karakteristik nyeri
agen cedera biologis klien berkurang dengan criteria hasil : dari rasa sakit untuk memasukkan lokasi, 2. Mengetahui respon nyeri
ditandai dengan Label NOC : pain level karakteristik, onset / durasi, frekuensi, 3. Memberikan rasa nyaman
mengekspresikan  Klien melaporkan adanya rasa kualitas, intensitas atau keparahan 4. Memberikan rasa nyaman
prilaku (merengek nyeri yang ringan (skala 5) nyeri, dan faktor pencetus 5. Mengetahui penyebab nyeri
dan menangis) dan  Klien tidak mengerang atau 2. Amati isyarat nonverbal ketidaknyamanan, 6. Membeantu mengontrol nyeri
ungkapan verbal menangis terhadap rasa sakitnya t erutama dalam mereka yang tidak 7. Membeantu mengontrol nyeri
klien. (skala 5) mampu untuk berkomunikasi secara efektif 8. Membeantu mengontrol nyeri
 RR klien dalam batas normal 3. Gunakan
(skala 5) strategi komunikasi terapeutik untuk
 TD klien dalam batas normal mengakui mengalami rasa sakit
(skala 5) dan menyampaikan respon penerimaan
 Nadi klien dalam batas normal pasien terhadap nyeri
(skala 5) 4. Tentukan dampak dari
Label NOC : discomfort level pengalaman nyeri pada kualitas hidup
Nyeri dalam skala ringan (skala 4) (pola tidur, nafsu makan, aktivitas,
kognisi,mood, hubungan, kualitas kerja, dan
tanggung jawab peran)
5. Eksplorasi dengan pasien faktor-
faktor yang
menghilangkan / memperburuk nyeri
6. Kendalikan faktor-faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
7. Kurangi atau hilangkan faktor-faktor
yang memicu atau meningkatkan
pengalaman nyeri (rasa takut, kelelahan, Analgesic Administration
monoton, kurangnya pengetahuan) 1. Mengetahui karakteristik nyeri
8. Ajarkan prinsip manajemen nyeri 2. Mengetahui alergi obat
3. Mengurangi nyeri
Label NIC :Analgesic Administration 4. Mengetahui pengaruh obat terhadap
1. Ketahui lokasi, karakteristik, kualitas, dan tanda-tanda vital
derajat nyeri sebelum memberikan pasien 5. Mengetahui pengaruh obat terhadap nyeri
medikasi
2. Lakukan pengecekan terhadap riwayat
alergi
3. Pilih analgesic yang sesuai atau
kombinasikan analgesic saat di resepkan
anagesik lebih dari
4. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan
setelah diberikan analgesic dengan satu kali
dosis atau tanda yang tidak biasa dicatat
perawat
5. Evaluasi keefektian dari analgesic
6. EVALUASI

No Diagnosa Evaluasi
1 Gangguan pertukaran gas S: Pasien mengatakan tidak sesak
berhubungan dengan perubahan O: Respirasi dalam batas normal, tidak ada suara
membran alveolar kapiler napas tambahan, saturasi dalam batas normal
ditandai dengan gas darah arteri A : Tujuan pada kriteria hasil tercapai
abnormal, pernapasan P: Pertahankan pernapasan yang adekuat
abnormal (frekuensi, ritme,
kedalaman), sianosis, dan
iritabilitas
2 Ketidakefektifan bersihan jalan S: Pasein mengatakan mampu mengeluarkan dahak.
napas berhubungan dengan O: Laju pernapasan dalam batas normal, pasien tidak
terdapat sekret di dalam mengalami retraksi dada
bronkus (obsturuksi akibat A: Tujuan pada kriteria hasil tercapai
kelebihan sekret) ditandai P: Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan kelebihan sekret dan
batuk yang tidak efektif
3 Ketidakefektifan pola napas S: Pasien mengatakan tidak mengalami sesak
berhubungan dengan O:Laju pernapasan dalam batas normal, irama
hiperventilasi ditandai dengan pernapasan dalam batas normal
dyspnea, pernapasan bibir dan A: Tujuan dalam kriteria hasil tercapai
enggunaan otot aksesoris P: Pertahankan pola napas pasien
pernapasan
4 Ketidakefektifan perfusi S: Pasien mengatakan Tidak mengalami sesak
jaringan perifer berhubungan O: CRT <2 detik, saturasi dalam batas normal, tidak
dengan penurunan suplai adanya tanda-tanda sianosis
oksigen ke jaringan ditandai A: Tujuan tercapai berdasarkan kriteria hasil
dengan perubahan warna kulit P: Pertahankan perfusi jaringan ke perifer
(sianosis).
5 Intoleransi aktivitas S: Pasien mengatakan tidak mengalami kelelahan
berhubungan dengan ataupun kelemahan dalam melakukan aktivitas
ketidakseimbangan suplai O: Denyut nadi dalam batas normal, saturasi saat
oksigen dengan oksigen yang beraktifitas tidak terganggu
dibutuhkan ditandai dengan A: Tujuan berdasarkan kriteria hasil tercapai
kelemahan dan hipoksemia P: Pertahankan aktivitas pasien yang efektif
6 Nyeri akut berhubungan S: Pasien mengatakan nyeri berkurang (10-0) pasien
dengan agen cedera biologis mengatakan dapat mengonterol nyeri bila nyeri
ditandai dengan melaporkan datang
nyeri secara verbal. O: skala nyeri berkurang, pasien tidak tampak
meringis
A: Tujuan berdasarkan kriteria hasil tercapai
P: Pertahankan kemampuan pasien megontrol nyeri
7 Gangguan pola tidur S: Pasien mengatakan dapat mengatur pola tidur
berhubungan dengan gangguan seperti biasanya
pernapasan ditandai dengan O: Durasi tidur kembali seperti sebelum sakit,
perubahan pola tidur normal kualitas tidur baik
A: Tujuan berdasarkan kriteria hasil tercapai
P: Pertahankan pola tidur pasien
8 Hipertermia berhubungan S: Pasien mengatakan suhu tubuh tidak tinggi
dengan peningkatan laju (demam)
metabolisme ditandai O: Suhu tubuh dalam rentang normal
peningkatan suhu tubuh di atas A: Tujuan berdasarkan kriteria hasil tercapai
kisaran normal. P: pertahankan suhu tubuh normal pasien
9 Kekurangan volume cairan S: pasien mengatakan tidak mengalami kelelahan
berhubungan dengan O: turgor kulit baik, mukosa bibir lembab, suhu
kehilangan cairan aktif ditandai tubuh normal
dengan penurunan turgor kulit, A: Tujuan berdasarkan kriteria hasil tercapai
membran mukosa kulit, P: pertahankan balance cairan
peningkatan suhu tubuh, dan
kelemahan
10 Ketidakseimbangan nutrisi: S: Pasien mengatakan dapat makan dan mimun
kurang dari kebutuhan tubuh seperti biasa
berhubungan dengan faktor O: Pordi makan kembali seperti sebelum sakit, nafsu
biologis dan metabolisme makan baik
tubuh meningkat ditandai A: Tujuan berdasarkan kriteria hasil tercapai
dengan kurangnya intake P: pertahankan status nutrisi pasien
makanan dan terjadi penurunan
berat badan.

11 Defisiensi pengetahuan S: Pasien mengatakan memahami tentang penyakit


berhubungan dengan kurang yang dideritanya
pajanan informasi ditandai O: Pasien tampak tidak bertanya-tanya tentang
dengan keluarga tidak penyakit dan sebab sakitnya
mengetahui penanganan dan A: Tujuan berdasarkan kriteria hasil tercapai
penjelasan tentang penyakit P: Pertahankan pengetahuan pasien
yang dialami klien
12 Risiko infeksi berhubungan S: -
ditandai dengan imunitas O: Keluarga dan pasien tampak mengetahui
didapat tidak adekuat penularan infeksi dan pencegahannya. WBC
pasien dalam batas normal
A: Tujuan berdasarkan kriteria hasil tercapai
P: pertahankan kemampuan menanggulangi infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan
Akut. Jakarta : Depkes RI.
http://www.news-medical.net/health/Pneumonia-(Indonesian).aspx (Akses: 13 Juli 2015)

Jeremy P. 2007. At Glance Sistem Respirasi. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga Medical Series. Hal.
76-77.

Joanne & Gloria. 2004. Nursing Intervension Classification Sixth Edition, USA : Mosby Elsevier

Muttaqin, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
News Medical, 2012. Pneumonia

Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2.
Jakarta: EGC

Sue, Marion, Meridean, Elizabeth. 2008. Nursing Outcomes Classification Sixth Edition, USA :
Mosby Elsevier

T. Heather Herdman. 2011. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai