OLEH:
NI LUH TRISNA JULIANTARI, S.Kep
NIM. 20089142184
B. ANATOMI FISIOLOGI
Susunan kerangka terdiri dari susunan berbagai macam tulang-
tulang yang banyaknya kira-kira 206 buah tulang yang satu sama lainnya
saling berhubungan yang terdiri dari tulang kepala yang berbentuk
tengkorak (8 buah); tulang wajah (14 buah); tulang telinga dalam (6 buah);
tulang lidah (1 buah); tulang yang membentuk kerangka dada (25 buah);
tulang yang membentuk tulang belakang dan gelang pinggul (26 buah);
tulang anggota yang membentuk lengan (anggota gerak atas) (64 buah);
tulang yang membentuk kaki (anggota gerak bawah) (62 buah). (Mansjoer.
2013).
Rangka tubuh manusia dikelompokkan atas dua bagian yaitu:
1. Skeleton Aksial
Terdiri atas sekelompok tulang yang menyusun poros tubuh dan
memberikan dukungan dan perlindungan pada organ di kepala, leher
dan badan.
2. Skeleton apendikular
dan selangka)
Tulang selangka berbentuk seperti huruf “S”, berhubungan dengan
tulang lengan atas (humerus) untuk membentuk persendian yang
menghasilkan gerakan lebih bebas, ujung yang satu berhubungan
dengan tulang dada sedangkan ujung lainnya berhubungan dengan
tulang belikat. Tulang belikat (skapula) berukuran besar, bentuk
segitiga dan pipih, terletak pada bagian belakang dari tulang rusuk.
Fungsi utama dari gelang bahu adalah tempat melekatnya sejumlah
otot yang memungkinkan terjadinya gerakan pada sendi.
d. Gelang panggul
Tulang gelang panggul terdiri atas dua buah tulang pinggung. Pada
anak anak tulang pinggul ini terpisah terdiri atas tiga buah tulang
yaitu illium (bagian atas), tulang ischiun (bagian bawah) dan tulang
pubis (bagian tengah). Dibagian belakang dari gelang panggul
terdapat tulang sakrum yang merupakan bagian dari ruas-ruas tulang
belakang. Pada bagian depan terdapat simfisis pubis merupakan
jaringan ikat yang menghubungkan kedua tulang pubis. Fungsi
gelang panggung terutama untuk mendukung berat badan bersama-
sama dengan ruas tulang belakang. melindungi dan mendukung
organ-organ bawah, seperti kandung kemih, organ reproduksi, dan
sebagai tempat tumbuh kembangnya janin.
C. KLASIFIKASI FRAKTUR
secara lengkap
fraktur tertutup.
D. ETIOLOGI/PRESDIPOSISI
Fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang yang biasanya di akibatkan secara langsung dan
tidak langsung dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau
luka yang di sebabkan oleh kendaraan bermotor.
Penyebab patah tulang paling sering di sebabkan oleh trauma terutama
pada anak-anak, apabila tulang melemah atau tekanan ringan. (Doenges,
2010).
Menurut Carpenito (2013) adapun penyebab fraktur antara lain:
1. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur
terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
2. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang
jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya
adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor
kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat
berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Deformitas
2. Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti : rotasi
pemendekan tulang, Penekanan tulang
3. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi
darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
4. Echumosis dan perdarahan subculaneus
5. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.
6. Tendernes atau keempuka
7. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari
tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
8. Kehilangan sensasi (Mati rasa, munkin terjadi dari rusaknya
saraf atau perdarahan).
9. Pergerakan abnormal
10. Syock hipovolemik dari hilangnya hasil darah.
11. Krepitasi
F. PATOFISIOLOGI
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan
metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang
terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan
pendarahan, maka volume darah menurun. COP menurun maka terjadi
perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan
poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur
terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan
ganggguan rasa nyaman nyeri.
Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang
menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping
itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat
terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan
integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh
trauma gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup.
Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai
tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri
gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka
dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi
terkontaminasi dengan udara luar.
Pada umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan
dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk mempertahankan fragmen
yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh.
G. PATHWAY
Trauma
Langsung Trauma Tidak Kondisi Patologis
Langsung
Faktur
Penurunan Emboli
perfusi jaringan
Menyumbat
Gangguan pembuluh darah
Pertukaran Gas
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK
1. X.Ray dilakukan untuk melihat bentuk patahan atau keadaan tulang
yang cedera.
2. Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
3. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler.
4. CCT kalau banyak kerusakan otot.
5. Pemeriksaan Darah Lengkap
Lekosit turun/meningkat, Eritrosit dan Albumin turun, Hb, hematokrit
sering rendah akibat perdarahan, Laju Endap Darah (LED) meningkat
bila kerusakan jaringan lunak sangat luas, Pada masa penyembuhan Ca
meningkat di dalam darah, traumaa otot meningkatkan beban kreatinin
untuk ginjal. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan
darah, transfusi multiple, atau cederah hati.
I. PENATALAKSANAAN
1. Rekognasi
Pergerakan relative sesudah cidera dapet mengganggu suplai
neurovascular ekstremitas. Karena itu begitu diketahui kemungkinan
fraktur tulang panjang, maka ekstremitas yang cedera harus dipasang
bidai untuk melindunginya dari kerusakan.
2. Traksi
Alat traksi diberikan dengan kekuatan tarikan pada anggota yang fraktur
untuk meluruskan bentuk tulang. Ada 2 macam yaitu:
a. Skin Traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan
menempelkan plester langsung pada kulit dan biasanya digunakan
untuk jangka pendek (48-72 jam).
b. Skeletal traksi adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan
tulang yang cedera pada sendi panjang untuk mempertahankan
bentuk dengan memasukkan pins atau kawat ke dalam tulang.
3. Reduksi
a. Reduksi Tertutup/ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
b. Reduksi Terbuka/OREF (Open Reduction Eksternal Fixation)
4. Imobilisasi Fraktur
Setelah fraktur di reduksi, fragment tulang harus diimobilisasi, atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau
interna.
1. Identitas Klien
2. Pengkajian Primer
yang baik. Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru,
dinding dada dan diafragma. Dada klien harus dibuka uantuk melihat
cidera pada dada dan abdomen. Atasi syok, dimana klien dengan
yaitu penurunan tekanan darah, kulit dingin, lembab dan nadi halus.
dan dapat berbicara maka kita harus mengambil riwayat SAMPLE dari
kitamasih curiga ada cidera yang belum diketahui saat primary survey,
adalah (1) kulit yang melindungi klien dari kehilangan cairan dan infeksi,
Move. Pada Look, kita menilai warna dan perfusi, luka, deformitas,
sindroma kompartemen.
bagian distal dari fraktur danjuga memeriksa capillary refill pada ujung
jari kemudian membandingkan sisi yang sakit dengan sisi yang sehat.
sama klien. Setiap syaraf perifer yang besar fungsi motoris dan
4. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada klien fraktur adalah rasa nyeri.
Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lama serangan. Untuk
presitasi nyeri.
c) Region : Apakah rasaa sakit bias reda, apakah rasa sakit menjalar
nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana
yang terkena.
Donna D, 1995).
8. Pemeriksaan Fisik
nyeri tekan.
nyeri kepala
d) Leher : kaji ada tidaknya penjolankelenjar tiroid, dan reflek
menelan.
fungsi maupun bentuk. Ada atau tidak lesi, ada tidak oedema.
perdarahan).
g) Telinga : kaji ada tidaknya lesi, nyeri tekan, dan penggunaan alat
bantu pendengaran.
hidung.
j) Paru :
sama.
k) Jantung
tidak.
l) Abdomen
m) Ekstremitas
1) Atas : kaji kekuatan otot, rom kanandan kiri, capillary refile,
B. DIANOGSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik, fraktur
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran darah,
emboli, perubahan membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru,
kongesti)
3. Risiko infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh primer menurun,
prosedur invasive, fraktur
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan tulang
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik (daya
gesek, tekanan, imobilitas fisik)
6. Defisensi pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya
berhubungan dengan kurang paparan terhadap informasi, keterbatan
kognitif
7. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
C. INTERVENSI DAN RASIONAL
NO Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1 Nyeri akut Setelah dilakukan NIC label : NIC label :
berhubungan Asuhan Manajemen nyeri Manajemen nyeri
dengan agen keperawatan Intervensi :
injuri fisik, selama ….x 24 1. Lakukan pengkajian 1. Untuk mengetahui
fraktur jam tingkat nyeri yang lokasi, karakteristik,
kenyamanan komprehensif yang durasi, frekuensi,
pasien meningkat, meliputi lokasi, kuantits, intensitas
tingkat nyeri karakteristik, atau beratnya nyeri
terkontrol dengan durasi, frekuensi, dan faktor pencetus
Kriteria hasil: kuantits, intensitas nyeri
atau beratnya nyeri
NOC label : dan faktor pencetus
Kontrol nyeri 2. Ajarkan 2. Untuk
1. Mengendali penggunaan teknik meningkatkan
kapan nyeri nonfarmakologi sirkulasi jaringan
terjadi untuk mengurangi perifer
2. Menggambark nyeri seperti terapi
an factor musik, terapi
penyebab bermain, terapi
3. Menggunakan aktivitas, terapi
analgesic yang aplikasi panas
direkomendasi dingin dan pijatan
kan 3. Dorong pasien 3. Untuk mencegah
4. Melaporkan untuk memonitor nyeri semakin
perubahan nyeri dan memberat
terhadap penanganan nyeri
gejala nyeri secara tepat
pada 4. Dorong pasien 4. Untuk mengetahui
professional untuk penanganan yang
kesehatan mendiskusikan tepat untuk
5. Melaporkan pengalaman nyeri menangani nyeri
nyeri sesuai kebutuhan 5. Mengurangi nyeri
terkontrol 5. Atur posisi yang dan pergerakan
NOC label : nyaman dan aman 6. Menambah
Pengetahuan : 6. Berikan informasi pengetahuan pasien
Manajemen nyeri mengenai nyeri tentang nyeri
1. Tanda dan seperti penyebab
gejala nyeri nyeri, berapa lama
2. Strategi untuk nyeri yang
mengontrol dirasakan dan
nyeri antisipasi akibat dan
3. Penggunaan ketidaknyamanan
yang benar prosedur
obat yang 7. Kolaborasi 7. Mengurangi nyeri
diresepkan pemberian analgetik yang ditimbulkan
4. Teknik
relaksasi yang NIC label : Admistrasi NIC label :
efektif analgetik Admistrasi analgetik
D. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan,
dan implementasinya sudah berhasil dicapai. Evaluasi memungkinkan
perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian,
analisis, perencanaan, dan implementasi tindakan
Brunner, Suddarth. 2015. Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah, edisi 8 vol.3.
EGC. Jakarta
Carpenito, LJ. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC Doengoes,
M.E., 2010, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
Gloria, M, , et all. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam.
Singapure: Elsivier
Ircham Machfoedz, 2010. Pertolongan Pertama di Rumah, di Tempat Kerja, atau di Perjalanan.
Yogyakarta: Fitramaya
Johnson, M., et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima.
Singapure: Elsivier
Mansjoer, A dkk. 2013. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Santosa, Budi. 2013. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Sjamsuhidajat & de jong. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3 Jakarta EGC Smeltzer, S.C.,
2013, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.