Rimahayati Panggabean
Rimahayati Panggabean
OLEH :
RIMAHAYATI PANGGABEAN
P01701574
OLEH :
RIMAHAYATI PANGGABEAN
P01701574
*Mahasiswa
**Dosen Pembimbing
iii
ABSTRACT
Rimahayati Panggabean *. Rostianna Purba., S.Kep.M.Kes **. Ns. Tiur
Romatua Sitohang, S.Kep., M.Kep **.
NURSING CARE FOR CHRONIC KIDNEY FAILURE CLIENTS
ACCOMPANIED BY EXCESSIVEFLUID VOLUME IN GENERAL
HOSPITALS OF FERDINAND LUMBAN TOBING, SIBOLGA 2020
(ix + 41 pages + 1 table + 2 attachments)
*Student
**Consultant
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas Kasih, Berkat dan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan Studi Literatur yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien
Gagal Ginjal Kronik dengan Masalah Keperawatan Kelebihan Volume
Cairan di Rumah Sakit Umum Ferdinand Lumban Tobing Tahun 2020”.
Studi literatur ini disusun untuk menyelesaikan tugas akhir dan memenuhi
salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan D-III Keperawatan Tapanuli
Tengah. Penulis menyadari bahwa studi litteratur ini masih jauh dari kata
sempurnaan, baik dari isi maupun dari pembahasannya. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
menyempurnakan studi literatur ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya, kepada yang terhormat :
1. Ibu Dra. Ida Nurhayati, M.Kes, selaku Direktur Potekes Kemenkes Medan RI
Keperawatan Tapanuli Tengah.
2. Ibu Rostianna Purba, S.Kep,M.Kes selaku Ka.Prodi Keperawatan Tapanuli
Tengah Poltekes Kemenkes Medan sekaligus sebagai pembimbing utama saya
yang telah banyak memberikan arahan kepada saya untuk menyelesaikan studi
literatur ini.
3. Bapak Faisal, SKM, MKM di Keperawatan Tapanuli Tengah Poltekkes
Kemenkes Medan, selaku Ketua Penguji Saya yang telah bersedia meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan kepada saya dalam memperbaiki studi
literatur saya.
4. Ibu Ns. Tiur Romatua Sitohang, S.Kep.,M.Kep. selaku dosen Pembimbing
pendamping saya di Keperawatan Tapanuli Tengah Poltekkes Kemenkes
Medan, yang telah banyak memberi bimbingan dan arahan dalam menyusun
studi literatur ini dapat terselesaikan.
5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Pengajar dan Staf Pegawai di Keperawatan Tapanuli
Tengah Poltekes Kemenkes Medan yang telah memberi motivasi dan ilmu
v
pengetahuan selama penulis menjadi mahasiswa Akademi Keperawatan
Tapanuli Tengah Poltekes Kemenkes Medan.
6. Teristimewa buat Orang Tua saya Asrudol Panggabean dan Ibunda tercinta
Almh. Nurtiana Hutagalung yang telah memberikan Doa dan dukungan moral
maupun material, selama penulis dalam masa pendidikan di Keperawatan
Tapanuli Tengah Poltekes Kemenkes Medan sehingga Studi literatur ini dapat
terselesaikan.
7. Kepada Adik-adik tercinta saya yang selalu memberikan semangat dan
motivasi kepada saya selama pendidikan sehingga saya dapat menyelesaikan
studi literatur ini.
10. Kepada rekan-rekan mahasiswa/i Angkatan XI Keperawatan Tapanuli Tengah
Poltekes Kemenkes Medan yang telah banyak memberikan dorongan dan
motivasi serta dukungan kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan studi
literatur ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
studi literatur ini. Harapan penulis semoga studi literatur ini dapat bermanfaat bagi
semua pembaca khususnya Keperawatan Tapanuli Tengah Poltekes Kemenkes
Medan.
Penulis
Rimahayati Panggabean
NPM. 17-01-574
vi
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................................. iii
ABSTRACT.................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.3 Tujuan............................................................................................................. 5
1.4 Manfaat .......................................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Gagal Ginjal Kronik ...................................................................... 6
2.1.1 Defenisi Gagal ginjal kronik ..............................................................6
2.1.2 Etiologi gagal ginjal kronik................................................................7
2.1.3 Klasifikasi ..........................................................................................7
2.1.4 Patofisiologi .......................................................................................8
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ..................................................................... 9
2.2.1 Pengkajian .........................................................................................12
2.2.2 Diagnosa............................................................................................12
2.2.3 Intervensi...........................................................................................12
2.2.4 Implementasi .....................................................................................13
2.2.5 Evaluasi .............................................................................................14
2.3 Konsep Kelebihan volume cairan ............................................................. 14
2.3.1 Defenisi .............................................................................................14
2.3.2 Etiologi..............................................................................................14
2.3.3 Patofisiologi ......................................................................................15
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 18
3.2 Desain Penelitian ........................................................................................ 19
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil jurnal. .........................................................................................21
4.2 Pembahasan..........................................................................................38
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ..........................................................................................34
5.2 Saran.....................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1.................................................................................................38
Lampiran 2.................................................................................................40
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajatnya.................8
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
kerusakan permanen pada ginjal. Ginjal tidak mampu melakukan fungsinya untuk
membuang sampah sisa metabolisme dalam tubuh. Gagal ginjal kronik dapat
berkembang cepat 2-3 bulan dan dapat pula berkembang dalam waktu yang sangat
lama 30-40 tahun (Aritonang, 2017). Pada pasien gagal ginjal kronik memiliki
yang dapat menyebabkan retensi air, retensi natrium dan cairan ini yang
mengencerkan urine secara normal pada penyakit gagal ginjal kronik (Asdie,
2015).
Edema merupakan tanda dan gejala pada pasien kelebihan volume cairan.
ruang interstisial. Edema akan terjadi pada keadaan hipoproteinemia dan gagal
ginjal yang parah seperti gagal ginjal kronis (Thomas & Tanya, 2012 dalam
Faruq, 2017).
Di dalam tubuh seseorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen
kimia tubuh selalu dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal
input cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh sedangkan apabila dalam
1
kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan elektrolit
tubuh. Keseimbangan cairan terjadi apabila kebutuhan cairan sama dengan cairan
(Pernefri) diperkirakan sekitar 12,5 % dari populasi atau sebesar 25 juta penduduk
(Kementerian Kesehatan RI, 2018). Pada bulan oktober tahun 2018 tercatat pasien
https://sibolgakota.go.id/home/rsu-fl-tobing-kota-sibolga-miliki-gedung-baru-
(Setyohadi et al. 2016). Pasien gagal ginjal kronik sering mengalami masalah
disease yaitu dimulai dari zat toksik, vaskular infeksi dan juga obstruksi saluran
kemih yang dapat menyebabkan arterio sclerosis, kemudian suplay darah dalam
ginjal menurun yang mengakibatkan GFR menurun, saat GFR menurun memicu
adanya retensi natrium dalam tubuh, ketika sudah terjadi retensi natrium dalam
tubuh maka cairan juga akan menumpuk dan berpengaruh pada beban jantung
sehingga jantung harus bekerja lebih keras lagi, dan jika cardiac output menurun
maka aliran darah dalam ginjal akan menurun, maka akan terjadi retensi Na dan
cairan yang akan menyebabkan kelebihan volume cairan (Amin & Hardhi, 2015).
2
Apabila kelebihan volume cairan pada tubuh tidak segera diatasi maka
akan berdampak pada beberapa masalah lain yaitu, adanya edema perifer karena
terjadi perubahan tekanan hidrostatik atau osmotic kapiler, dan juga dapat
Belanda pada tahun 2016 dari 312 pasien yang menderita Chronic kidney disease
(43%) mengalami hipervolumia dan secara keseleruhan diteliti pada pasien gagal
et al.2016).
keluhan klien yang mengalami penurunan frekuensi BAK (2-3 kali/hari), jumlah
urin sedikit, data observasi berupa adanya edema pitiing grade 3 pada kedua
tungkai bawah klien serta ascites, jumlah urin dalam 24 jam (400 cc), tekanan
dapat menimbulkan komplikasi berupa gagal jantung, edema paru yang dapat
pembatasan cairan efektif dan efisien untuk mencegah kompilkasi tersebut. Upaya
untuk menciptakan program pembatasan cairan yang efektif dan efisien, salah
satunya dapat dilakukan melalui pemantauan intake output cairan pasien selama
24 jam dengan menggunakan fluid intake output chart. Remela et al. (2016)
menyatakan pembatasan asupan cairan dan elektrolit sangat penting pada pasien
3
kualitas hidup klien, semakin besar presentase Intradyalitic Weight Gain (IDWG),
asuhan keperawatan dalam intervensi terhadap pasien gagal ginjal kronis dengan
masalah kelebihan volume cairan yaitu dengan menentukan lokasi dan derajat
nadi, peningkatan tekanan darah, mengkaji suara napas tidak normal, mengkaji
ekstremitas atau bagian tubuh yang edema terhadap gangguan sirkulasi dan
litium) pada edema, pantau secara teratur lingkar abdomen ata ekstremitas,
(Wilkinson, 2016).
mengambil judul studi literatur tentang “Asuhan Keperawatan Kepada Klien yang
Rumah Sakit Umum Ferdinand Lumban Tobing Kota Sibolga Tahun 2020”.
4
yang Mengalami Gagal Ginjal Kronik dengan Kelebihan Volume Cairan di
Rumah Sakit Umum Ferdinand Lumban Tobing Kota Sibolga Tahun 2020”.
1.5. Manfaat
1. Bagi penulis
5
BAB 2
LANDASAN TEORI
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali
cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi
urin (NKF. 2016). Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang
dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min
Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan
dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia (Smeltzer & Bare,
2015). Gagal ginjal kronik adalah kemunduran fungsi ginjal yang progresif dan
6
2.1.2 Etiologi
dan lambat pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun dan tidak
ginjal)
g) Nefropati toksik
2.1.3 Klasifikasi
7
Tabel 2.1 Klasifikasi penyakit ginjal kronik sesuai dengan derajatnya.
LFG (m/mnt/1,73 m2
Derajat Pejelasan )
atau meningkat
Ringan
Sedang
Berat
Sumber: setiati,2015 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam edisi 6. Jakarta : FKUI
dengan kehilangan fungsi ginjal yang progesif. Ketika laju filtrasi glomerulus
menurun dan bersihan menurun, nitrogen urea serum meningkat dan kreatinin
ekskresi zat terlarut, volume haluaran urine akan meningkat sehingga pasien
mereabsorpsi.
yang masih berfungsi, laju filtrasi glomerulus total menurun lebih jauh sehingga
8
tubuh tidak mampu mengeluarkan kelebihan air., garam, dan produk limbah
lainnya melalui ginjal. Ketika laju filtrasi glomerulus kurang dari 10-20 mL/min,
tubuh akan mengalami keracunan ureum. Jika penyakit tidak diatasi dengan
dialisis atau transplantasi, hasil akhir dari gagal ginjal stadium akhir adalah
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
individu. Pengkajian keperawatan pada klien dengan GGK (gagal ginjal kronik).
Menurut Doengoes, 2012; Nursalam, 2008; Sudoyo, 2015; NIC NOC, 2015
sebagai berikut :
a) Demografi.
Klien GGK (gagal ginjal kronik) kebanyakan berusia diantara 30 tahun,
namun ada juga yang mengalami GGK (gagal ginjal kronik) dibawah umur
b) Riwayat penyakit yang diderita klien sebelum GGK (gagal ginjal kronik)
9
hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius bagian
c) Pengkajian Bio-psiko-Sosial
1) Aktivitas istirahat
2) Sirkulasi
(angina)
Tanda : Hipertensi : nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada
menunjukkan hipovolemia.
3) Integritas Ego
perubahan kepribadian.
4) Eliminasi
10
5) Makanan / cairan
6) Pernafasan
7) Keamanan
8) Seksualitas
9) Interaksi Sosial
11
2.2.2 Diagnosa
berdasarkan prioritas, hasil yang diharapkan (sasaran jangka pendek atau panjang)
(2015) ;
12
e) Monitor indikasi retensi/ kelebihan cairan (Crackles, edema, distensi
f) Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi. Catat
keperawatan pada pasien gagal ginjal kronis dengan masalah kelebihan volume
cairan yaitu:
resepkan
13
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian terakhir didasarkan pada tujuan keperawatan
pada kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu.
dalam bernafas.
2.3.1 Definisi
2.3.2 Etiologi
(2015) adalah Overhidrasi yang terjadi jika asupan cairan lebih besar daripada
natrium dalam aliran darah menjadi sangat kecil. Minum air dalam jumlah yang
14
ginjal dan jantung berfungsi secara normal. Overhidrasi lebih sering terjadi pada
orang – orang yang ginjalnya tidak membuang cairan secara normal, misalnya
membatasi jumlah air yang mereka minum dan jumlah garam yang mereka
2.3.3 Patofisiologi
Menurut kojier et al (2010) dalam Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016),
interstisial dikenal sebagai edema. Pada gagal ginjal kronik sekitar 90% dari
terjadi edema.
15
kapiler atau vaskular ke ruang interstitial, mekanisme ini hampir secara langsung
Edema terlokalisir terjadi seperti pada inflamasi setempat dan obstruktif. Edema
16
g) Monitoring tanda tanda vital
dibutuhkan
17
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
hasil yang diukur untuk menjawab tujuan. Jurnal penelitian yang sesuai
hasil yang diukur untuk menjawab tujuan. Jurnal penelitian yang sesuai
18
Untuk lebih memperjelas analisis abstrak dan full text jurnal dibaca
kesimpulan.
tertentu yang bisa didapat dari berbagai sumber seperti jurnal, buku,
medline with full text, google scholar menggunakan kata kunci yang
cairan. Artikel atau jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
format pdf dan scholarly (peer reviewed journals). Kriteria jurnal yang
19
direview adalah artikel jurnal penelitian berbahasa Indonesia dan Inggris
literature review.
20
BAB 4
21
mampu
melakukan
pematuhan
dalam
pembatasan
cairan.
Berdasarkan
data yang di
peroleh oleh
peneliti,
dirumuskan
diagnosa yang
muncul pada
ny.y adalah
kelebihan
volume cairan
berhubungan
dengan asupan
cairan yang
berlebih.
Intervensi
keperawatan
yang
dilakukan
peneliti pada
pasien Ny.y
yang
mengalami
kelebian
volume cairan.
Intervensi
yang di
terapkan
berfokus
dalam
mengkaji
intake dan
output,
menimbang
BB post dan
BB pre hd,
melakukan
pembatasan
cairan.
Intervensi
tersebut
dilakukan
dengan tujuan
22
pasien mampu
membatasi
cairan yang
masuk ke
tubuhnya.
Implementasi
adalah
tindakan yang
dilakukan
sesuai dengan
intervensi
yang telah
direncanakan
sebelumnya
yang di
kondisikan
sesuai dengan
keadaan klien
2. Pemantauan fany tujuan Sampel yang Penelitian Manifestasi
intake angrain penelitian ini digunakan ini klinis
output i dan adalah untuk adalah Ny. S mengguna overload
cairan pada arcellia menggambarka (50 tahun), kan cairan yang
pasien gagal farosya nkan metode dirawat di metode dialami Ny. S
ginjal h putri pemantauan rumah sakit studi berupa edema
kronik intake output sejak tanggal kasus, grade 3 dan
dapat cairan pasien 7 mei 2014 yaitu ascites
mencegah ggk dengan pasien berhubungan
overload menggunakan dengan dengan
cairan / fluid intake gagal penurunan
2016 output chart. ginjal kemampuan
kronik. ginjal dalam
Adapun mere-gulasi
teknik penyerapan
pengumpul dan haluaran
an data elektrolit na,
yang sehingga
digunakan menyebabkan
meliputi retensi na
wawancara yang lebih
, observasi lanjut
partisipan, meningkatkan
catatan volume cairan
individu, ekstrasel.
atau rekam Tindakan
medik dan keperawatan
perawatan. dalam
mengatasi
over-load
23
meliputi
pemantauan
tanda-tanda
vital status
mental,
distensi vena
leher, suara
nafas, berat
badan, status
hidrasi,
pemantauan
adanya edema,
ascites,
kolaborasi
pembatasan
cairan
Dan pantau
intake output.
pemantauan
tersebut
terbukti efektif
untuk
menangani
overload
cairan pada
klien,
dibuktikan
dengan
berkurangnya
manifestasi
overload
cairan pada
klien.
3. Application St. Penelitian ini Sampel yang Metode Hasil
of nursing Suarnia bertujuan digunakan deskriptif penelitian
care in ti menggambarka dalam dengan menunjukkan
patients n asuhan penelitian ini pendekatan kelebihan
with fluid keperawatan adalah satu studi volume cairan
and pada pasien tn. orang pasien kasus. ditandai
electrolyte N dengan ggk dengan dengan edema
needs in dalam gangguan grade 2 pada
hemodialisa pemenuhan kebutuhan ekstremitas,
room, kebutuhan cairan pada merasa sesak
labuang cairan di ruang gagal ginjal ketika tidak
baji hemodilisa stadium V, mengikuti
makassar’s rsud labuang dengan terapi hd,
hospital / baji makassar kriteria haus, olguria,
2019 inklusiyang anemia dan
24
menjalani azotemia.
terapi Penerapan
hemodialisa asuhan
dengan keperawatan
frekuensi 3 dilakukan
kali seminggu. untuk
memantau
intake output
dan
pembatasan
cairan
sehingga tidak
terjadi
kelebihan
volume cairan,
sehingga
disimpulkan
bahwa
pemantauan
intake output
dan
pembatasan
cairan pada
pasien ggk
yang
menjalani hd
efektif dapat
menurunkan
derajat edema
dan berat
badan.
Disarankan
kepada
perawat untuk
memantau
intake output
selama 24 jam
dan
memberikan
edukasi untuk
pelaksanaan
perawatan di
rumah dalam
mencegah
kelebihan
volume cairan.
4. Faktor- Eka Penelitian ini Sampelnya Penelitian Sebagian
faktor yang fitriani, bertujuan adalah 35 observasio besar peserta
25
berhubunga Diah untuk peserta nal ini tidak
n dengan Krisnan mengetahui penderita mengguna mematuhi
kepatuhan sari, tingkat CKD yang kan desain pembatasan
asupan Hery kepatuhan dan menjalani cross cairan, namun
cairan dan Winarsi faktor-faktor hemodialisis sectional. sesuai
natrium yang di Rumah Metode dengan
pada pasien berhubungan Sakit Prof. Dr. pengambil batasan
gagal ginjal dengan Margono an sampel natrium.
kronik / kepatuhan Soekarjo, mengguna Semua faktor
2017 asupan cairan Purwokerto.. kan yang telah
dan natrium purposive dianalisis
pada pasien sampling tidak memiliki
gagal ginjal korelasi
kronik dengan
kepatuhan
asupan cairan
dan natrium
(p> 0,05),
kecuali faktor
pendukung
gender dan
sosial yang
memiliki
korelasi
terhadap
kepatuhan
asupan cairan
(p <0,05).
Pasien laki-
laki
membutuhkan
bantuan
intensif
agar
kepatuhan
asupan cairan
meningkat.
Apalagi
dukungan
sosial dari
keluarga dan
orang lain
perlu
untuk
mencapai
tujuan ini.
5. Hubungan Edi Penelitian ini populasi Penelitian Berdasarkan
Pengetahua Saputra, bertujuan seluruh ini hasil
26
n Keluarga Laily untuk keluarga mengunak penelitian ini
Dengan Isroin, mengetahui responden an menunjukkan
Perilaku Anni adanya dengan GGK desain bahwa dari 53
Fitriyatu
Pembatasan l
Hubungan di ruang penelitian responden
Cairan Pada Mas’uda Pengetahuan Hemodialisa kuantitatif adalah
Pasien h Keluarga RSUD dengan berpengetahua
Gagal Dengan Dr.Harjono study n baik dengan
Ginjal Perilaku Ponorogo korelasi, perilaku
Kronik / Pembatasan sejumlah rancangan positif yaitu
2019 Cairan Pada 2.603 dan penelitian 72,4%
Pasien Gagal sampel 53 yang sedangkan
Ginjal Kronik responden digunakan pengetahuan
yang dapat cross baik dengan
mempengaruhi sectional perilaku
perkembangan negatif yaitu
pasien. 20,8% ,
dan
pengetahuan
buruk dengan
perilaku
positif yaitu
27,6%,
sedangkan
pengetahuan
buruk dengan
perilaku
negatif yaitu
9,6%. Analisa
data statistik
menunjukan
nilai
signifikan p=
0,00 <α (0,05)
terdapat
hubungan
pengetahuan
keluargadenga
n
perilaku
pembatasan
cairan pada
pasien gagal
ginjal kronik
di ruang
Hemodialisa
RSUD
Dr.Harjono
Ponorogo.
27
Berdasarkan
penelitian ini
dapat
disimpulkan
bahwa
semakin baik
pengetahuan
keluarga
dalam
pembatasan
cairan maka
semakin
rendah
perilaku
negatif dan
jika
pengetahuan
keluarga
rendah dalam
pembatasan
cairan maka
semakin tinggi
perilaku
negatif.
4.2 Pembahasan
1. Persamaan
28
2. Kelebihan
dilakukan selama 4 hari, yaitu 15 mei – 19 mei 2018. Hal ini dapat
gagal ginjal kronik dapat mencegah overload cairan’ dari hasil review
output cairan. Hal ini terlihat dari perawatan Ny. S yang mulai teratasi
pada hari rawat ke-2, ditandai dengan penurunan derajat edema (edema
(130/90 mmHg) dan status mental CM. Masalah teratasi penuh pada
29
edema (de-rajat 1), ascites berkurang, tidak ada penambahan BB dari
30
e. Penelitian ke-lima yang dilakukan oleh Edi Saputra, Laily Isroin, dan
3. Kekurangan
jurnal tersebut adalah tidak merincikan cairan intra sel dan ekstrasel
31
dalam jurnal tersebut adalah tidak menyebutkan tujuan dari penelitian
asupan cairannya.
e. Penelitian ke-lima yang dilakukan oleh Edi Saputra, Laily Isroin, dan
32
BAB 5
5.1 Kesimpulan
peneliti pertama yang ditulis oleh Nurlina (2018) yang berjudul “Penerapan
asuhan keperawatan pada pasien Ny.Y dengan gagal ginjal kronik dalam
Penelitian kedua yang dilakukan fany angraini dan arcellia farosyah putri
(2016) yang berjudul “Pemantauan intake output cairan pada pasien gagal
penelitian ketiga yang dilakukan oleh Fitri mailani dan ginza johanda
(2018) yang berjudul “Hubungan intake cairan dengan tekanan darah pada
Sakti, Dan Ropendi Pardede (2019) “Dukungan keluarga dan lama dialisis
penelitian kelima yang dilakukan oleh St. Suarniati (2019) yang berjudul
33
Sumber pencarian jurnal dalam penelitian ini adalah Google Scholar,
PubMed, Perpusnas, LIPI dan ResearchGate, jurnal dan artikel yang diterbitkan
mengatasi masalah kelebihan volume cairan pada klien gagal ginjal kronik
kelebihan volume cairan dan memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengetahui,
mencegah dan memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada klien gagal ginjal
5.1 Saran
1) Bagi penderita
Bagi pasien Gagal Ginjal Kronik dengan masalah kelebihan volume cairan
2) Bagi Keluarga
dan ikut terlibat dalam pembatasan asupan cairan, agar pasien tetap patuh.
cairan terhadap pembatasan asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik.
34
Diharapkan kepada instansi pendidikan untuk menambah wawasan
kronik
5) Bagi penulis
masa yang akan datang khususnya tentang pembatasan asupan cairan pada
meneliti terapi lain sehingga dapat memperkaya hasil penelitian pada jenis
terapi untuk mengatasi kelebihan volume cairan pada pasien gagal ginjal
kronik.
35
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani. (2015). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dangan Gangguan Sistem
Perkemihan Aplikasi Nanda Nic-Noc. Jakarta: Trans Info Media.
Fany Angraini, Arcelia Farosyah Putri (2016). Pemantauan intake output cairan
pada pasien gagal ginjal kronik dapat mencegah overload cairan. Jurnal
Keperawatan Indonesia. Vol. 19 No.3 , 152.
Huda Amin & Kusuma Hardi. (2016), Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
diagnosa NANDA NIC-NOC, Yogyakarta : Mediaction Jogya.
ICME STIKes, (2016), Buku Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah : Studi
Kasus, Jombang : STIKes Icme.
Kementrian kesehatan. Hasil riskesdas 2018.
http://depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%2
02013.pdf. Diakses pada tanggal 24 Maret 2020
Laporan Terkini Sibolga, https://sibolgakota.go.id/home/rsu-fl-tobing-kota-
sibolga-miliki-gedung-baru-hemodialisis/, tanggal akses 21 Maret 2020
Prabowo, Eko & Pranata, Andi E. (2018). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan. Yogyakarta: Nuha Medika
United State Renal Data. Annual Data Report End-stage Renal Disease.
http://www.usrds.org/2014/view/v2_01.aspx. Diakses tanggal 22 Maret 2020
Yasmara, R. a. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2015.
Wilkinson. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa NANDA
NIC-NOC. Jakarta : Media Action.
Yuli, Reny (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
NANDA NIC-NOC. Jakarta
Nurlina, 2018. Penerapan asuhan keperawatan pada pasien ny.y dengan gagal
ginjal kronik (ggk) dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit di ruang
hemodialisa rsud labuang baji makassar. Jurnal media keperawatan :
poltekkses makasar. Vol. 9 No 02 2018 e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035
Fany A., & Arcellia F. P., 2016. Pemantauan Intake Output Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik Dapat Mencegah Overload Cairan. Jurnal Keperawatan Indonesia.
Vol. 19 No. 3. Diakses dari DOI : 10.7454/jki.v19i3.47. Tanggal akses 25 maret
2020
Eka F., Diah K., & Hery W., 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kepatuhan Asupan Cairan Dan Natrium Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik. J.Gipas
36
Volume 1 Nomor 1. Diakses dari http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps. Tanggal
akses 25 maret 2020
St. Suarniati,. 2019. Application of nursing care in patients with fluid and
electrolyte needs in hemodialisa room, labuang baji makassar’s hospital. J-Healt.
Vol. 2 No. 1. Diakses dari https://ojs.unsulbar.ac.id/index.php/j-healt/ Tanggal
akses 25 maret 2020
Edi S., Laily I., & Anni F. M.., 2019. Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Perilaku
Pembatasan Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik. Health Science Journal. Vol. 3 No. 2.
Diakses dari http://studentjournal.umpo.ac.id/index.php/HSJ. Tanggal akses 25 maret
2020
37
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 9 No 02 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035
PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny.Y DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK (GGK)
DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DI RUANG HEMODIALISA RSUD LABUANG
BAJI MAKASSAR
Application of Nursing Care In Patient Ny. "Y" With Chronic Kidney Failure In Fulfilling Needs Of Fluids And
Electrolytes In Hemodialisa Room RSUD Labuang Baji Makassar
Nurlina
ABSTRACT
Background: Based on data from the World Health Organization (WHO) showing that suffering from acute and
chronic kidney failure is 50% while only 25% and 12.5% are treated and treated well. The cause of renal failure
occurs when the kidneys are unable to transport the body's metabolic waste or perform its regular function, a
substance that is normally eliminated in the urine accumulate in body fluids due to renal excretion and leads to
impaired endocrine and metabolic functions, fluids, electrolytes, and acid-base acids. Objective: to give an idea of
nursing care to Ny. "Y" diagnosed Chronic Renal Failure Stage V, in fulfillment of fluid and electrolyte
requirements in hemodialysis chamber of RSUD Labuang Baji Makassar By using descriptive method and using
the technique of collecting interview data and observation with one resource (patient) Kidney Failure Stadium V.
Results: studies have shown excess fluid and electrolyte marked with swelling on both legs, increased weight, slight
urine output, and abdominal bloating. Conclusion: after doing research it can be concluded that by doing nursing
care in fluid and electrolyte restriction the patient can maintain ideal BB and not experiencing fluid overload.
Suggestion: in the implementation nurses and other health teams still provide education to patients and families.
ABSTRAK
Latar Belakang: berdasarkan data badan kesehatan dunia atau World Healt Organisation (WHO)
memperlihatkan yang menderita gagal ginjal baik akut maupun kronik mencapai 50% sedangkan yang diketahui
dan mendapat pengobatan hanya 25% dan 12,5% yang terobati dengan baik. Adapun penyebab gagal ginjal terjadi
ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya, suatu bahan
yang biasanya di eliminasi di urin menumpuk dalam cairan tubuh akibat ekskresi renal dan menyebabkan terjadinya
gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, seta asam basa. Tujuan: untuk memberikan gambaran
mengenai asuhan keperawatan pada Ny. “y” yang terdiagnosa Gagal Ginjal Kronik Stadium V, dalam pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit di ruang hemodialisa RSUD Labuang Baji Makassar. Metode deskriptif dengan
menggunakan tekhnik pengumpulan data yaitu wawancara dan observasi dengan satu sabyek (pasien) Gagal
Ginjal Kronik Stadium V. Hasil: penelitian yang telah dilakukan menunjukkan kelebihan cairan dan elektrolit yang
di tandai dengan bengkak pada kedua kaki, berat badan meningkat, haluaran urin sedikit, dan perut terlihat
kembung Kesimpulan: setelah dilakukan penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan melakukan asuhan
keperawatan dalam pembatasan cairan dan elektrolit pasien dapat mempertahankan BB ideal dan tidak mengalami
overload cairan. Saran: dalam pelaksanaannya perawat dan tim kesehatan lainnya tetap memberikan edukasi
pada pasien dan keluarga.
Kata Kunci: Gagal Ginjal Kronik, Askep Kebutuhan Cairan dan Elektrolit.
PENDAHULUAN sedangkan cairan ekstra seluler adalah cairan yang
berada di luar sel. Sekitar 60% berat tubuh total
Latar Belakang terdiri atas air. Dari jumlah ini dua pertiga (66%)
Cairan dan elektrolit merupakan komponen adalah cairan intra sel. Cairan berperan penting
terbesar dalam tubuh manusia. Dimana dalam tubuh dalam pembentukan energi, pemeliharaan tekanan
terdiri dari dua jenis cairan yaitu cairan intra seluler osmotik, dan transport zat-zat tubuh dan menembus
dan cairan ekstra seluler. Cairan intra seluler membrane sel, dan satu pertiga (33%) adalah cairan
merupakan cairan yang berada dalam sel, ekstra sel. Sedangkan organ utama mengatur
keseimbangan cairan tubuh adalah ginjal. Jika
151
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 9 No 02 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035
keseimbangan cairan tidak baik, ginjal akan asuhan keperawatan pada pasien Gagal Ginjal
mengalami masalah. (Corwin, 2009) Kronik.
Menurut hasil penelitian hierarki maslow Subjek studi kasus
kebutuhan cairan merupakan kebutuhan dasar Subjek stadi kasus yang akan dikaji adalah
manusia yang pertama yang harus di penuhi. pasien dengan penyakit Gagal Ginjal Kronik dalam
Masalah ini harus segera diatasi karena kelebihan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit.
volume cairan apabila tidak di tangani akan
menyebabkan beban sirkulasi berlebihan, udem, Fokus studi kasus
hipertensi dan gagal jantung kongestif Studi kasus berfokus pada pasien Gagal
(Hedrman, 2015) Ginjal Kronik yang mengalami gangguan pemenuhan
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia kebutuhan cairan.dan elektrolit
atau World Health Organisation (WHO) Tempat dan waktu
memperlihatkan yang menderita gagal ginjal baik Tempat pelaksanaan studi kasus bertempat
akut maupun kronik mencapai 50% sedangkan yang di ruang hemodialisa RSUD Labuang baji Makassar
diketahui dan mendapatkan pengobatan hanya 25% Waktu pelaksanaan studi kasus pada tanggal
dan 12,5% yang terobati dengan baik. (Indrasari, 15 s/d 22 Mei 2018.
2015) Pengumpulan data
Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi Tehnik pengumpulan data yang di gunakan
gagal ginjal kronis berdasar diagnosis di Indonesia yaitu: wawancara dan observasi
sebesar 0,2%. Pravelensi tertinggi di Sulawesi Penyajian data
Tengah sebesar 0,5%, diikuti Aceh, Gorongtalo Data yang telah terkumpul dari hasil
dan Sulawesi Utara masing-masing 0,4% sementara pengumpulan data yang di peroleh dari pasien di
Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Lampung, sajikan secara tekstural/narasi dari subjek studi
Jawa Barat, Jawa Tengah, di Yogyakarta, dan Jawa kasus yang merupakan data pendukungnya.
Timur masimg-masing 0,3%. Provinsi Sumatera HASIL STUDI KASUS
Utara sebesar 0,2%. Gambaran umum lokasi pelaksanaan studi kasus
Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15
mengangkut sampah metabolik tubuh atau s/d 22 Juli 2018 di Ruangan Hemodialisa, Rumah
melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang Sakit Umum Daerah (RSUD) Labuang Baji Makassar
biasanya di eliminasi di urine menumpuk dalam yang terletak di bagian selatan Kecamatan
cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan Mamajang Kota Makassar tepatnya di Jalan Dr.
menyebabkan terjadinya gangguan fungsi endokrin Ratulangi No. 81 Makassar.
dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa. Data Umum Subyek Studi Kasus
(Suharyanto & Madjid, 2009) Pengkajian studi kasus dilakukan pada
Penyakit ginjal kronis adalah beban selasa, 15 Mei 2018 jam 07.40 WIB, dengan jumlah
kesehatan global dengan biaya ekonomi tinggi populasi GGK sebanyak 20 orang, yang sesuai
terhadap sistem kesehatan dan merupakan faktor dengan kriterian inklusi hanya 2 orang tetapi satu
risiko independen untuk penyakit kardiovaskular pasien bukan pasien tetap yang melakukan HD di RS
(Cardiovaskular Disease/CVD). Semua stadium GGK Labuang Baji Makassar, sehingga penelitian ini
dikaitkan dengan peningkatan risiko morbiditas hanya menggunakan satu subjek penelitian saja
kardiovaskular, mortalitas dini, dan / atau penurunan dengan data sebagai berikut:
kualitas hidup (Hill, et al., 2016). Pasien bernama Ny.Y berumur 46 tahun,
Dari beberapa hasil penelitian penulis jenis kelamin perempuan, pekerjaan sebagai Ibu
menyimpulkan bahwa apabila kelebihan cairan pada Rumah Tangga, pendidikan terakhir SMA, suku
pasien gagal ginjal kronik tidak ditangani secara Makassar, Alamat Perumnas antang. Nomor rekam
tepat dan teratur maka akan menyebabkan medik 15.16.15, diagnosa medis Gagal Ginjal Kronik
komplikasi seperti penyakit kardiovaskular, serta (GGK) Ny.Y pertama kali menjalani terapi
memperburuk kualitas hidup pada penderita. Maka Hemodialisa pada 22 juli 2008 sampai saat ini
salah satu upaya untuk mencegah hal tersebut dengan frekuensi 2x dalam satu minggu. Penulis
penulis akan melakukan penerapan asuhan melakukan penelitian selama satu minggu melalui
keperawatan pada pasien Gagal Ginjal Kronik dalam penerapan asuhan keperawatan yang dimulai dari
pemenuhan Cairan dan elektrolit. Pengkajian, perumusan diagnosa, intervensi,
Tujuan studi Kasus implementasi sampai evaluasi keperawatan yang
Mengetahui penerapan asuhan diperoleh sebagai berikut :
keperawatan pada pasien Gagal Ginjal Kronik Pengkajian keperawatan
dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit. Keluhan utama
Rencana studi kasus Dari hasil pengkajian di peroleh data, keluhan
Karya tulis ilmiah ini menggunakan utama ”sesak karena adanya penumpukan cairan
rancangan studi kasus deskriptif, dan data hasil pada rongga perut”, bengkak pada kedua pungung
penelitian di sajikankan dalam bentuk penerapan kaki, mengalami peningkatan berat badan, klien
152
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 9 No 02 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035
mengatakan haluaran urine sedikit, dan berkeringat prioritas diagnosa keperawatan sesuai dengan
pada malam hari ketika klien merasa panas, kulit masalah keperawatan yang dialami pasien atau yang
terasa gatal dan merasa perutnya kembung. harus diberikan penanganan secara tepat.
Riwayat penyakit sekarang Adapun prioritas yang di angkat sebagai
Ny.Y mengatakan sejak positif di diagnosis masalah yaitu kelebihan volume cairan berhubungan
Gagal Ginjal Kronik pada tahun 2008 lalu, klien harus dengan kelebihan asupan cairan.
menjalani terapi Hemodialisa secara rutin dengan Data subjektif : Klien mengatakan ia merasa
frekuensi 3x dalam seminggu dan klien berusaha sesak, klien mengatakan bengkak pada punggung
untuk melakukan pembatasan cairan mengingat kaki, perut terasa kembung. Klien mengatakan
perawat dan dokter selalu memberikan edukasi haluaran urine hanya sedikit, dimana intake cairan
tentang pembatasan cairan pada pasien Gagal Ginjal selama 24 jam yaitu 1000 ml, sedangkan keluaran
Kronik. Tetapi sampai saat ini klien belum mampu urine hanya 80 ml/24 jam tetapi klien banyak
untuk membatasi cairan dengan alasan pasien selalu mengeluarkan keringat.
merasa haus. Data objektif : Klien nampak sesak dengan
1) Riwayat kesehatan masa lalu frekuensi napas 26x/mnt, TD:140/80 mmHg,
Ny.Y mengatakan ia memiliki riwayat nadi:80x/mnt suhu:37oC, nampak udem pada kedua
penyakit hipertensi yang mengharuskannya kaki positif 2 terjadi peningkatan BB dari 43 kg post
mengomsumsi obat secara teratur. Pada tahun 2008 hemodialisa menjadi BB 45 kg pre hemodialisa pada
klien merasa pusing, sakit kepala, mual muntah saat dilakukan pengkajian.
sehingga memeriksakan dirinya ke puskesmas, klien Intervensi keperawatan
di beri obat mag dan antihipertensi seperti yang Intervensi keperawatan yang akan dibahas
biasa ia komsumsi, selang waktu dua minggu klien mengenai rencana keperawatan yang sesuai dengan
kembali memeriksakan diri karena merasa obat yang prioritas masalah pada klien dengan diagnosa
ia minum tidak memberikan hasil dan malah keperawatan kelebihan volume cairan berhubungan
memperburuk kondisinya dengan merasakan dengan kelebihan asupan cairan. Adapun yang
keluhan bengkak seluruh badan dan merasa gatal, menjadi tujuan dari intervensi keperawatan yang
dengan kondisi klien yang semakin memburuk ingin dicapai adalah setelah dilakukan tindakan
sehingga klien di Rujuk ke RS.Wahidin Sudirohusodo keperawatan, diharapkan klien mampu
untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. mempertahankan berat badan ideal tanpa kelebihan
Sebelum sakit klien mengatakan frekuensi cairan , dengan kriteria hasil : tidak ada edema,
makannya 3x sehari dengan porsi yang cukup, klien seimbang antara input & output, elektrolit dalam
biasanya mengomsumsi makanan siap saji, klien batas normal yaitu normal elektrolit 12-16 gr/dL.
mengatakan malas minum air putih serta klien sangat Intervensi yang dibuat berdasarkan diagnosa
menyukai minuman dingin yang bersoda. keperawatan adalah :
Ketika di lakukan pengkajian pre Hemodialisa 1) Kaji status cairan : timbang berat badan sebelum,
di peroleh data: kesadaran composmentis, keadaan sesudah, dan menanyakan riwayat post HD,
umum Ny.Y nampak sesak, TTV (TD:140/80 mmHg, adanya edema, pantau TTV.
nadi : 80x/mnt suhu : 37oC, pernafasan : 26x/mnt), Rasional : Pengkajian merupakan tindakan dasar
BB 45 kg, dengan BB post hemodealisa sebelumnya yang dilakukan sebagai tindak lanjut untuk
43 kg. memantau perubahan dan mengevaluasi setiap
Klien mengatakan haluaran urine sedikit, intervensi yang telah dilakukan.
dimana intake cairan selama 24 jam yaitu 1000 ml, 2) Identifikasi sumber potensial dan cairan
sedangkan keluaran urine hanya 80 ml/24 jam Rasional: Mengetahui sumber kelebihan cairan
dengan frekuensi 4-6x/hari dimana volume urine yang tidak dapat diidentifikasi
hanya ±20 ml setiap berkemih. Pemeriksaan fisik, 3) Batasi masukan cairan.
terdapat udem pada kaki derajat edema positif 2, Rasional : Membatasi cairan akan menentukan
pernapasan cepat, dan kulit klien nampak kering dan berat tubuh ideal, haluaran urin dan respon
hiperpigmentasi. terhadap terapi.
Hasil pemeriksaan penunjang dan 4) Tingkatkan dan dorong hygiene oral dengan
Laboratorium pada Ny.Y yang terakhir dilakukan sering.
pada 10 April 2018 untuk pemeriksaan Ureum Rasional: Hyigien oral mengurangi kekeringan
Kreatinin, Didapatkan hasil Ureum 78 mg/dL, membrane mukosa mulut.
Kreatinin 11,19 mg/dL. Adapun pemeriksaan untuk 5) Ajarkan pasien atau keluarga tentang diet
darah lengkap klien pada tanggal yang sama pembatasan natrium, tekankan tentang
didapatkan HB 10,2 g/dL WBC 8,4 103/µL, RBC 4,15 pentingnya pemeriksaan sebelum membawa
106/µL, HCT 35,70 %, LED 18 mm/jam. makanan ke pasien.
Diagnosa keperawatan Rasional : Kelebihan natrium memicu retensi air,
Diagnosa keperawatan yang muncul dari diet pembatasan natrium diberikan untuk
hasil pengkajian dan observasi diatas, penulis telah mengurangi penambahan air.
melakukan analisa data, kemudian menentukan
153
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 9 No 02 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035
6) Bantu pasien dalam menghadapi Hasil : klien mengerti dan tidak merasa sulit dalam
ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan melakukan pembatasan cairan.
Rasional : Kenyamanan pasien meningkatkan
kepatuhan terhadap pembatasan diet. Rabu 16 Mei 2018
Implementasi 1) Mengkaji status cairan dan elektrolit:
Berdasarkan intervensi keperawatan dari a) menimbang BB harian
prioritas masalah yang muncul yaitu kelebihan Hasil : 43 kg (09.25)
volume cairan b/d kelebihan asupan cairan adapun b) Memantau TTV (09.30)
implementasinya yaitu: Hasil : (TD 140/70 mmHg, N 80/i, P 20x/i, S : 370C)
Selasa 15 Mei 2018 c) Mengkaji pitting edema
1) Mengkaji status cairan dan elektrolit: Hasil : positif 2
a) menimbang BB pre dan post 2) Identifikasi sumber potensial dan cairan (Jam
Hasil : BB pre 45 kg (Jam 08.15) 09.45)
BB post HD sebelumnya 43 (Jam 12.45) Hasil: Penyebab kelebihan volume cairan akibat
b) Memantau TTV (Jam 08.20) ketidakpatuhan klien dalam melakukan pembatasan
Hasil : (TD 140/80 mmHg, N 80/i, P 26x/i, S : cairan dimana cairan yang masuk kedalam tubuh
370C) klien 500 cc saat klien merasa haus, 100 cc minum
c) Mengkaji pitting edema teh, dan kadang mengomsumsi air sayur 30 cc.
Hasil : positif 2 Tanpa di batasi klien minum 800 cc/Hari dan tidak
2) Identifikasi sumber potensial dan cairan (Jam patuh
08.25) Sedangkan hitungan keseimbangan
Hasil: Penyebab kelebihan volume cairan akibat masukan dan haluaran urine dilakukan jam 08.30
ketidakpatuhan klien dalam melakukan Hasil: Intake cairan 800cc, output 40 cc, fases 30 cc
pembatasan cairan dimana cairan yang masuk dan terkadang mengeluarkan keringat ketika
kedalam tubuh klien 500 cc saat klien merasa badannya merasa panas.
haus, 120 cc minum teh, dan kadang IWL = 15xBB
mengomsumsi air sayur 50 cc. Tanpa di batasi 24 Jam
klien minum 1000 cc/Hari. = 15x43 = 675 = 26,8x24 = 643
Sedangkan hitungan keseimbangan Output: 40+30+643 = 713 cc
masukan dan haluaran urine dilakukan jam 08.30. Input - output = 800 - 713 = 127 cc
Hasil: Intake cairan 1000 cc, output 80 cc, fases 30 3) Membatasi masukan cairan dan elektro lit (09.50)
cc dan terkadang mengeluarkan keringat ketika Hasil : klien belum patuh dalam pembatasan
badannya merasa panas. cairan (500 cc/24 jam) dan mengomsumsi
IWL = 15xBB nasi+ayam kira-kira 15 gr. Minuman: air putih 250
24 Jam cc, terkadang minum teh 100 cc, air sayur
= 15x45 = 675 = 28,1x24 = 674 kacangan 20 cc. Tidak sesuai dengan cairan
Output: 80+30+674 = 784 cc yang seharusnya diminum.
Input - output = 1000 - 784 = 216 cc 4) Mengingatkan kembali tentang hyigine oral
3) Membatasi masukan cairan dan elektrolit (09.15) dengan sering (10.05)
Hasil : klien belum patuh dalam pembatasan cairan Hasil : klien mengatakan masih mengingat
(800 cc/24 jam) dan mengomsumsi nasi+ayam kira- pentingnya kebersihan oral dan masih rutin
kira 15 gr, minuman: air putih 250 cc, terkadang melakukan sikat gigi minimal 2x sehari dan juga
minum teh 100 cc, air sayur kacang 20 cc. Tidak berkumur-kumur
sesuai dengan cairan yang seharusnya diminum. 5) Memberitahukan kembali kepada pasien atau
4) Tingkatkan dan dorong hygiene oral dengan keluarga tentang diet pembatasan natrium, dan
sering (09.45) menjelaskan kembali tentang pentingnya
Hasil : klien mengerti akan pentingnya memeriksa kandungan makanan sebelum
kebersihan oral dan rutin membersihkan mulut membawa makanan ke pasien misalnya
dengan sikat gigi minimal 2x sehari makanan kemasan yang siap saji (10.15)
5) Ajarkan pasien atau keluarga tentang diet Hasil : klien mengerti tentang pembatasan diet
pembatasan natrium, tekankan tentang yang dijelaskan dan mengetahui beberapa jenis
pentingnya memeriksa kandungan makanan makanan yang mengandung natrium.
sebelum membawa makanan ke pasien misalnya 6) Bantu pasien dalam menghadapi
makanan kemasan yang siap saji (09.50) ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan
Hasil : klien mengerti tentang pembatasan diet (10.00)
yang dijelaskan dan mengetahui beberapa jenis Hasil : klien mengerti dan tidak merasa sulit
makanan yang mengandung natrium. dalam melakukan pembatasan cairan.
6) Bantu pasien dalam menghadapi Kamis 17 Mei 2018
ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan 1) Mengkaji status cairan dan elektrolit:
(10.00) a) Menimbang BB harian
154
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 9 No 02 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035
Menurut penelitian Astuti dan Husna (2017) Sari 2016). Dan menurut Mubarak, dkk (2015 dalam
menyatakan bahwa peningkatan kretinin memiliki Sari 2016) menyatakan bahwa tindakan ini dilakukan
pengaruh terhadap hiperpigmentasi seperti kulit untuk memantau peningkatan tekanan darah karena
kering dan terasa gatal. Dan faktor yanng jumlah cairan berlebihan dan produksi hormon vaso
mempengaruhi ekselbasi adalah panas berkeringat aktif. Hal ini sejalan dengan Black dan Hawk (2009
atau dingin sehingga semakin meningkatnya uremia dalam Anggraini dan Putri 2016) menyatakan bahwa
atau zat metabolisme di dalam tubuh maka akan pemantauan TD merupakan salah satu indikator
mengakibatkan terjadiya hiperpigmentasi kulit adanya meningkatan intravaskuler. Peningkatan
d. Klien mengatakan produksi urin menurun volume cairan berlebih pada kompartemen
(oliguria) intravaskuler lebih lanjut akan menyebabkan
Menurut smetzer dan bare (2013) dalam Sari perpindahan cairan dari pembulu darah menuju
(2016) menyatakan bahwa GGK adalah terjadinya jaringan intertisial tubuh. Oleh sebab itu, intervensi
penurunan fungsi ginjal sehingga retensi natrium dan pemantauan TD pada pasien GGK sangat penting
cairan mengakibatkan gijal tidak mampu dalam untuk memperkirakan terjadinya overload pada
mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara pasien.
normal yang mengakibatkan terjadinya oliguria. Menimbang berat badan
Diagnosa Menurut Wang (2015 dalam Sari 2016)
Diagnosa yang di angkat pada studi kasus menyatakan penimbangan BB dilakukan setiap
yang terjadi pada Ny.Y dengan Gagal Ginjal Kronik harinya karena penambahan BB sangat berpengaruh
(GGK) “kelebihan volume cairan berhungan dengan terhadap keseimbangan cairan. Dan menurut Terry
asupan cairan yang berlebih” Di tandai dengan data dan Aurora (2013 dalam Sari 2016) menyatakan
: nampak udem pada kedua kaki, ascites, intake bahwa memonitoring BB setiap hari guna untuk
cairan selama 24 jam 1000 ml sedangkan keluaran mengetahui apakah pasien patuh atau tidak terhadap
urine sangat sedikit hanya 80 ml, turgor kulit kering pembatasan dietnya dan menimbang BB setiap
dan klien mengatakan kulitnya gatal, BB post HD harinya untuk memantau adanya retensi cairan atau
terakhir 43 kg kemudian menjadi 45 kg saat di kaji kehilangan cairan dalam waktu yang singkat. Hal ini
pre HD. Hal ini didukung oleh pendapat Nurarif sejalan dengan Lewis, Heitkemper, Dirksen, O’Brien
(2017) kelebihan cairan adalah suatu keadaan dan Bucher (2007 dalam Sari 2016), yang
dimana tubuh mengalami kelebihan cairan isotonik menyatakan bahwa perubahan BB secara signifikan
yang dapat menyebabkan overload (volume cairan yang terjadi dalam 24 jam menjadi salah satu
yang berlebih bagi penderita). Sejalan dengan indikator status cairan dalam tubuh dan kenaikan 1
pendapat (Setyohadi, Sally & Putu, 2016) yang kg dalam 24 jam menunjukkan kemungkinan adanya
menyatakan bahwa pentingnya untuk dilakukan tambahan akumulasi cairan pada jaringan tubuh
pembatasan cairan dan penanganan cepat bagi sebanyak 1 liter dan sebaliknya.
pasien GGK untuk mengurangi penumpukan cairan Monitoring input dan output cairan
Keseimbangan cairan tubuh di hitung
Intervensi berdasarkan jumlah cairan yang masuk dan jumlah
Intervensi keperawatan yang disusun cairan yang keluar. Kebutuhan cairan dapat dihitung
berdasarkan dengan kondisi klien dan berfokus pada dengan menggunakan cara perhitungan balance
tindakan mandiri seperti: observasi, helth education, cairan. Untuk menghitung IWL (Insensible Wather
perencanaan diagnosa keperawatan kelebihan Loss) dengan rumus (15xBB). Rumus balance
volume cairan berhubungan dengan asupan cairan cairan adalah (Intake-output). Tindakan ini dilakukan
yang berlebih, berfokus pada pemantauan TTV yang untuk mengetahui apakah cairan yang dikomsumsi
lakukan setiap jam, mengkaji status cairan dan oleh pasien sudah balance atau tidak. (Yuliana,
elektrolit serta melakukan pembatasan cairan dan Syuibah & Ambarwati, 2014 dalam Sari, 2016)
elektrolit saat HD berlangsung. Intervensi ini
bertujuan untuk mempertahankan berat badan ideal Membatasi masukan cairan
dengan kriteria hasil: tidak terdapat edema, tidak ada Asupan cairan pada pasien GGK di
ascites, input dan output seimbang, elektrolit dalam batasi sesuai dengan hasil pengukuran kebutuhan
batas normal, dan turgor kulit baik. cairan klien. Dengan menggunakan rumus
Implementasi kebutuhan cairan pada pasien GGK yaitu Jumlah
Implementasi dilakukan sesuai dengan Urin/24 jam ditambah dengan 500 ml. Pembatasan
perencanaan keperawatan dan kondisi pasien cairan bertujuan untuk mengurangi kelebihan cairan
selama pelaksanaan studi kasus, dengan diagnosa jika tidak dikurangi dapat menjadi edema, hipertensi,
kelebihan volume cairan berhubugan dengan dan hipertrovi ventrikal kiri. (Istanti, 2013 dalam Sari,
kelebihan intake cairan, yaitu: Mengkaji TTV 2016)
dilakukan untuk mengetahui kondisi pasien dan Membantu pasien dalam menghadapi
untuk mengontrol tekanan darah, karena tekanan ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan
darah yang tinggi dapat mempercepat Dalam melakukan pembatasan cairan
perkembangan kerusakan ginjal (Ariani, 2016 dalam biasanya pasien akan memiliki rasa haus atau
157
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 9 No 02 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035
keinginan yang disadari akan kebutuhan cairan. cairan, membantu pasien dalam menangani
Mekanisme rasa haus dimulai dari peningkatan ketidaknyamanan pembatasan cairan, kolaborasi
osmolaritas cairan ekstrasel, kemudian ginjal dalam pemberian diuretik sesuai indikasi, terbukti
melepas rening akan mengakibatkan produksi efektif dengan menurunannya jumlah balance cairan
angiotensin II kemudian merangsang hipotalamus pada penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK).
yang menghasilkan rasa haus (Saputra, 2013 dalam KESIMPULAN DAN SARAN
Sari, 2016) Kesimpulan
Ajarkan pasien atau keluarga pembatasan tinggi Berdasarkan pembahasan dan data yang di
natrium dan makanan cepat saji peroleh dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pada pasien GGK sangat memerlukan 1. Setelah dilakukan pengkajian pada Ny.Y di
dukungan keluarga tanpa dukungan dari keluarga, dapatkan data intake selama 24 jam adalah 1000
pengetahuan dan sikap pasien dia tidak akan mampu ml, sedangkan output klien hanya sekitar 80
mematuhi program diet yang sudah ditentukan. ml/24 jam, terdapat udem pada kedua kaki, dan
(Almatsier, 2008 dalam Riyanti, 2017) klien mengalami kenaikan BB dari 43 menjadi 45
Diet rendah natrium bertujuan untuk pre HD, ascites, dan klien tidak mampu
membantu menghilangkan retensi garam atau air melakukan pematuhan dalam pembatasan
dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan cairan.
darah. Dan garam mengandung unsur natrium yang 2. berdasarkan data yang di peroleh oleh peneliti,
bersifat menahan air, serta komsumsi garam dapat dirumuskan diagnosa yang muncul pada Ny.Y
menyebabkan tumpukan cairan dalam tubuh. adalah kelebihan volume cairan berhubungan
Sehingga pada pasien GGK harus dilakukan dengan asupan cairan yang berlebih.
pembatasan asupan natrium untuk mengurangi 3. Intervensi keperawatan yang dilakukan peneliti
penumpukan cairan dalam tubuh dan akan pada pasien Ny.Y yang mengalami kelebian
mengurangi rasa haus. (Colvi, 2010 dalam Institut volume cairan. Intervensi yang di terapkan
Pertanian Bogor, 2015) berfokus dalam mengkaji intake dan output,
Evaluasi menimbang BB post dan BB pre HD, melakukan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses pembatasan cairan. Intervensi tersebut dilakukan
keperawatan. Evaluasi dilakukan untuk menilai dengan tujuan pasien mampu membatasi cairan
apakah tujuan yang ditetapkan dalam rencana yang masuk ke tubuhnya.
keperawatan tercapai atau tidak. 4. Implementasi adalah tindakan yang dilakukan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah
pada Ny.Y dengan diagnosa kelebihan volume cairan direncanakan sebelumnya yang di kondisikan
berhubungan dengan asupan cairan yang berlebih sesuai dengan keadaan klien
maka diperoleh hasil evaluasi sebagai berikut: 5. Pada saat melakukan evaluasi keperawatan
Data subjektif: klien mengatakan sesaknya mengenai diagnosa yang di tegakkan oleh penulis
berkurang, klien mengatakan kedua kakinya sudah belum teratasi. Tetapi pada saat dilakukan evaluasi
tidak bengkak lagi dan perut kembung berkurang, post HD terjadi penurunan BB dari 45 kg pre HD
klien mengatakan sudah membatasi asupan cairan mejadi 43 kg post HD, dan tidak terdapat udem pada
yang di komsumsinya. kedua kaki.
Data objektif: klien nampak sesaknya Saran
berkurang, tidak terdapat edema pada kedua kaki, 1. Sebaiknya perawat dan Tim kesehatan lainnya
TTV: TD 130/90 mmHg, N: 80x/mnt, S: 370C, P: harus lebih sering memberikan pengetahuan
20x/mnt BB pre HD 45 kg menjadi 43 post HD. tentang Bahaya penyakit GGK dan faktor yang
Assesment : masalah tidak teratasi. Planning : memicu terjadinya GGK agar masyarakat lebih
lanjutkan intervensi (1) Kaji status cairan : timbang waspada sehingga jumlah penderita penyakit
berat badan setiap hari, adanya edema, kaji adanya GGK tidak bertambah banyak.
distensi vena leher, pantau TTV. (2) Batasi masukan 2. Diharapkan bagi semua anggota keluarga dan
cairan. (3) Tingkatkan dan dorong hygiene oral setiap masyarakat agar memberikan respon positif
2 jam (3) Ajarkan pasien atau keluarga tentang diet terhadap orang yang mengalami penyakit GGK
pembatasan natrium, tekankan tentang pentingnya agar klien merasa percaya diri dan dapat
pemeriksaan sebelum membawa makanan ke menerima kondisinya serta memiliki semangat
pasien. (4) Kolaborasi pemberian diuretik yang hidup.
diresepkan sesuai petunjuk, pantau respon pasien 3. Di harapkan ketika ingin melakukan pemantauan
terhadap terapi. Hal ini sejalan dengan hasil tentang berhasil tidaknya pembatasan cairan
penelitian dari Lusi Ratna Sari (2016), menyatakan maka perlu dilakukan edukasi kepada klien dan
bahwa dengan memberikan intervensi pada pasien keluarga dan sebaiknya para perawat
Gagal Ginjal Kronik (GGK) yang menjalani terapi memberikan lembar pemantauan untuk
hemodialisa dengan diagnosa kelebihan cairan pelaksanaan batasan intake dirumah
dilakukan intervensi memonitoring tanda-tanda vital,
menimbang berat badan harian, membatasi masukan
158
Jurnal Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Vol. 9 No 02 2018
e-issn : 2622-0148, p-issn : 2087-0035
DAFTAR PUSTAKA
159
Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 19 No.3, November 2016, hal 152-160
pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203
DOI : 10.7454/jki.v19i3.475
*Email: fany.angraini@ui.ac.id
Abstrak
Pola diet tidak sehat pada masyarakat perkotaan merupakan salah satu faktor risiko penyakit tidak menular DM dan
Hipertensi. Kedua penyakit tersebut menjadi dua penyebab utama kerusakan pada ginjal yang dapat berlanjut kepada
tahap gagal ginjal (GGK). Pasien GGK seringkali mengalami masalah overload cairan yang dapat menimbulkan
masalah kesehatan lainnya bahkan dapat berujung dengan kematian. Oleh karena itu, dibutuhkan program pembatasan
cairan yang efektif dan efisien untuk mencegah komplikasi tersebut, diantaranya melalui upaya pemantauan intake
output cairan. Penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode studi kasus dengan tujuan menggambarkan metode
pemantauan intake output cairan pasien GGK dengan menggunakan fluid intake output chart. Pemantauan tersebut
terbukti efektif untuk menangani overload cairan pada klien, dibuktikan dengan berkurangnya manifestasi overload
cairan pada klien.
Kata kunci: DM, fluid intake output chart, GGK, hipertensi, masyarakat perkotaan, overload cairan, pemantauan
intake output cairan, pola diet yang tidak sehat
Abstract
Fluid Intake Output Monitoring of Chronic Renal Failure Patients can Prevent Fluid Overload. Unhealthy diet in
urban society as one of risk factor noncommunicable disease, such as Diabetes and Hypertension. Both of them is
leading causes of kidney disease and it can be End Stage Renal Disease stage (ESRS). ESRD patient often experience
fluid overload state, that can cause another health problem even it can be cause of death. That’s way, it is important to
make effective and efficient fluid restriction program to prevent the complication, one other thing is fluid intake output
monitoring. This scientific paper use case study method to describe analysis of clinical practice in fluid intake output
monitoring by using fluid intake output chart. Monitoring is proven effective to treat fluid overload, it is shown by
decreasing of patient’s fluid overload clinical manifestation
Keyword: diabetes, ESRD, fluid intake output chart, fluid intake output monitoring, Fluid Overload, hypertension,
unhealthy diet, urban society
Risiko Infeksi. Masalah keperawatan risiko Sehubungan dengan evaluasi tindakan kepera-
infeksi ditunjang dengan adanya data klien watan yang telah dilakukan didapatkan hasil
dengan riwayat penyakit kronik CKD se- sebagai berikut:
menjak 4 bulan yang lalu, hasil pemeriksaan
terlihat kulit klien kering dan meneglupas a. Masalah keperawatan gangguan perfusi
(Xerotic Skin), kadar Ureum meningkat (161 jaringan perifer teratasi penuh pada hari
mg/dl), penurunan kadar Hb (5,7 gr/dl), pe- rawat ke-3, setelah klien mendapatkan
nurunan kadar limfosit (limfosit 4). Keadaan transfusi PRC ke 4. Hal tersebut ditandai
tersebut meningkatkan risiko klien untuk ter- dengan peningkatan kadar Hb (8,3 gr/dl)
kena infeksi. dan berkurangnya anemis pada konjung-
tiva dan punggung kuku serta CRT < 3
Kerusakan Integritas Kulit. Kondisi kulit dtk. Meskipun demikian, pada hari ter-
klien dan peningkatan kadar ureum seperti akhir klien dirawat, kadar Hb klien kem-
yang sudah diuraikan sebelumnya, juga men- bali mengalami penurunan (Hb 7,3 gr/dl),
jadi data penunjang munculnya masalah ke- klien direncanakan transfusi on HD pada
rusakan integritas kulit. Data tambahan terkait jadwal HD berikutnya.
kerusakan integritas kulit lainnya adalah be-
b. Masalah keperawatan kelebihan volume
rupa keluhan klien mengenai rasa gatal pada
cairan mulai teratasi pada hari rawat ke-2,
kulit.
ditandai dengan penurunan derajat edema
(edema grade 2), ascites berkurang, tidak
Intoleransi Aktivitas. Intoleransi aktivitas
ada penambahan BB dari hari sebelum-
dibuktikan dengan adanya data berupa keluhan
nya, JVP tidak meningkat, balance cairan
lemas dari klien dan berdasarkan observasi
negatif, TD stabil (130/90 mmHg) dan
klien tampak lemah, bed rest dan pemenuhan
status mental CM. Masalah teratasi penuh
ADL dibantu keluarga.
pada hari terakhir klien dirawat ditunjuk-
kan dengan penurunan derajat edema (de-
Adapun tindakan keperawatan yang telah di-
rajat 1), ascites berkurang, tidak ada
lakukan selama pemberian asuhan keperawat-
penambahan BB dari hari sebelumnya,
an kepada Ny. S meliputi pemantauan status
JVP tidak meningkat, balance cairan nega-
mental/ neurologis, pemantauan tanda-tanda
tif, suaran nafas vesikuler, status mental
vital, pemantauan status hidrasi (pemantauan
CM, dan TD stabil (130/90 mmHg).
BB, JVP, edema, ascites, intake output), pe-
mantauan toleransi klien dalam melakukan c. Masalah risiko gangguan keseimbangan
ADL, pemberian motivasi kepada klien untuk nutrisi mulai teratasi pada hari rawat ke-3,
meningkatkan intake makanannya, pemberi- ditandai dengan keluhan mual yang dira-
an saran kepada klien untuk makan dengan sakan klien berkurang, porsi makanan
porsi kecil tapi sering, pemberian kesehatan yang habis bertambah (1/2 porsi), nafsu
tentang diet rendah garam dan rendah protein, makan mulai membaik. Masalah teratasi
pendidikan kesehatan tentang hand hygiene, penuh pada hari teakhir klien dirawat,
pemberian lotion pelembab untuk mengatasi ditandai dengan hilangnya keluhan mual,
kulit klien yang kering, kolaborasi pembatas- nafsu makan membaik, porsi makanan
an intake cairan, kolaborasi pemberian diet, yang habis > 50% (3/4 porsi).
kolaborasi pemantauan hasil laboratorium
(Hb, Ur, & Cr), kolaborasi pemberian diure- d. Masalah risiko infeksi mulai teratasi pada
tik, antiemetik, antibiotik, antipruritus, serta hari pertama pemberian asuhan keperawa-
transfusi PRC, kolaborasi pemberian tindakan tan pada klien, ditandai dengan tidak ada
HD. tanda infeksi. Masalah teratasi penuh pada
Anggraini, et al., Pemantauan Intake Output Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik 155
hari terkahir perawatan klien ditandai lan, makanan berpenyedap rasa yang kuat dan
dengan tidak adanya tanda infeksi pada rutin mengkonsumsi kopi setiap harinya. Pa-
klien serta kadar ureum darah klien yang sien tersebut memiliki riwayat obesitas,
sudah menurun (90 mg/dl). dengan beratnya pernah mencapai 100 kg,
riwayat DM dan hipertensi semenjak 4 tahun
e. Masalah kerusakan integritas kulit mulai yang lalu. Dapat disimpulkan DM dan menjadi
teratasi pada hari rawat pertama ditandai faktor pemicu GGK pada Ny. S.
dengan berkurangnya keluhan gatal pada
kulit. Masalah teratasi penuh pada hari
Gangguan Perfusi Jaringan Perifer. Kondisi
terakhir klien dirawat, ditunjukkan rasa
anemia (Hb 5,7 gr/dl) merupakan manifestasi
gatal pada kulit. Masalah teratasi penuh
klinis lainnya yang dialami Ny. S. Kondisi
pada hari terakhir klien dirawat, ditunjuk-
tersebut berhubungan dengan kerusakan ginjal
kan dengan rasa gatal pada kulit berku-
yang mengakibatkan penurunan fungsi ginjal
rang, kulit sudah tidak terlalu kering dan
dalam mensintesis enzim eritropoetin yang
mengelupas, kadar ureum darah menurun
merupakan prekusor pembentukan sel darah
(90 mg/dl). merah pada sumsum tulang belakang. Selain
f. Masalah intoleransi aktivitas mulai terata- itu, keadaan anemia pada Ny. S diperparah
si pada hari rawat ke-4 ditandai dengan dengan deplesi komponen sel darah merah
berkurangnya keluhan lemas yang dirasa- sehubungan dengan uremia (Ureum 161 mg/
kan klien. Masalah teratasi penuh pada dl). Uremia memberikan dampak buruk berupa
hari rawat terakhir, klien sudah mampu hemolisis/pemendekan usia sel darah merah
mobilisasi ke kamar mandi, karena badan- yang normalnya berusia 120 hari (LeMone &
nya sudah tidak terlalu lemas. Burke, 2008).
Pola diet yang tidak sehat menjadi faktor Tindakan keperawatan dalam mengatasi over-
pemicu awal gangguan ginjal yang dialami load meliputi pemantauan TTV (TD), status
Ny.S. Berdasarkan hasil wawancara dengan mental, CVP, distensi vena leher, suara nafas,
pasien, didapatkan bahwa klien sering meng- berat badan, status hidrasi, pemantauan adanya
konsumsi gorengan yang dibeli di pinggir ja- edema, ascites, kolaborasi pembatasan cairan
156 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 19, No. 3, November 2016, hal 152-160
dan pantau intake output (Dongoes, Moorhouse, terdapat kelebihan cairan di rongga alveolus.
& Murr, 2010). Akumulasi tersebut terjadi karena perpindahan
cairan dari kompartemen intravaskuler ke
Pemantauan tekanan darah menjadi salah satu dalam rongga alveolus sehubungan dengan
intervensi utama dalam penanganan klien terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik
dengan overload karena TD merupakan salah yang dihasilkan jantung karena adanya pening-
satu indikator adanya peningkatan volume katan volume cairan di dalam pembuluh darah.
cairan intravaskuler. Peningkatan volume cai- Akumulasi cairan tersebut dapat menimbulkan
ran berlebih pada kompartemen intarvaskuler komplikasi gagal nafas.
lebih lanjut akan menyebabkan perpindahan
cairan dari dalam pembuluh darah menuju Intervensi selanjutnya yang dilakukan dalam
jaringan interstisial tubuh. Oleh sebab itu, mengatasi kelebihan cairan pada pasien GGK
intervensi pemantauan TD pada pasien GGK adalah berupa pemantauan berat badan, edema
sangat penting untuk memperkirakan kemung- atau ascites dan status hidrasi. Perubahan berat
kinan terjadinya overload pada pasien (Black badan secara signifikan yang terjadi dalam 24
& Hawk, 2009). jam menjadi salah satu indikator status cairan
dalam tubuh. Kenaikan 1 kg dalam 24 jam
Intervensi berupa pemantauan status mental menunjukkan kemungkinan adanya tambahan
pada pasien GGK merupakan hal yang penting akumulasi cairan pada jaringan tubuh seba-
karena salah satu kemungkinan penyebab nyak 1 liter. Pemantauan selanjutnya, berupa
perubahan status mental pada pasien GGK pemantauan adanya edema dan ascites menun-
adalah perpindahan cairan dari pembuluh jukkan adanya akumulasi cairan di jaringan
darah otak menuju jaringan interstisial (edema interstisial tubuh yang salah satu kemungkinan
serebral). Meskipun perubahan status mental penyebabnya perpindahan cairan ke jaringan.
pada pasien GGK lebih sering disebabkan Salah satu pemicu kondisi tersebut adalah
karena akumulasi ureum dalam darah, namun peningkatan volume cairan dalam pembuluh
akumulasi cairan pada jaringan otak dapat darah (Lewis, Heitkemper, Dirksen, O’Brien
diprediksi menjadi kemungkinan penyebab & Bucher, 2007).
lainnya (Ignatavicius & Workman, 2010).
Sehubungan dengan tindakan kolaborasi,
Pemantauan selanjutnya adalah berupa peman- intervensi keperawatan dalam menangani kele-
tauan adanya distensi vena jugularis dan me- bihan cairan diantaranya adalah kolaborasi
ngukur JVP. Hal tersebut dapat dilakukan pembatasan intake cairan. Pada pasien GGK
sehubungan dengan anatomi pembuluh darah pembatasan cairan harus dilakukan untuk
tersebut bermuara pada vena sentral (vena menyesuaikan asupan cairan dengan toleransi
cava superior). Peningkatan pada vena sentral ginjal dalam regulasi (ekresi cairan), hal terse-
sehubungan dengan meningkatnya volume but dikarenakan penurunan laju ekresi ginjal
sirkulasi sistemik akan berdampak kepada dalam membuang kelebihan cairan tubuh se-
peningkatan JVP yang dapat terlihat dengan hubungan dengan penurunan LFG. Pada pasien
adanya distensi vena leher, jadi secara tidak ginjal intake cairan yang direkomendasikan
langsung terhadap distensi vena leher dan bergantung pada jumlah urin 24 jam, yaitu
peningkatan JVP menunjukkan kemungkinan jumlah urin 24 jam sebelumnya ditambahkan
adanya kondisi overload cairan (Smeltzer, 500-800 cc (IWL) (Europan Society for Par-
Bare, Hinkle & Ceever, 2010). enteral and Enteral Nutrition dalam Pasticci,
Fantuzzi, Pegoraro, Mc Cann, Bedogni, 2012).
Intervensi berupa pemeriksaan fisik (auskultasi
paru) penting dilakukan, sehubungan dengan Pemantauan status hidrasi pada pasien GGK
adanya suara nafas abnormal crackle jika meliputi pemantauan intake output cairan sela-
Anggraini, et al., Pemantauan Intake Output Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik 157
ma 24 jam dengan menggunakan chart intake Pada tahap awal dalam memberikan intervensi
output cairan untuk kemudian dilakukan peng- mahasiswa terlebih dahulu memperkenalkan
hitungan balance cairan (balance positif me- chart meliputi nama serta tujuan pengisian
nunjukkan keadaan overload). Chart peman- chart. Setelah itu mahasiswa mulai memper-
tauan intake output cairan klien, tidak hanya kenalkan cara pengisian chart kepada klien.
diisi oleh mahasiswa saja, namun juga diisi Pada dasarnya klien ataupun keluarga tidak
oleh klien. Hal tersebut bertujuan untuk mela- memahami cara pengisian chart, karena cara
tih klien dalam memantau asupan dan haluaran pengisian yang cukup mudah seperti membuat
cairan, sehingga pada saat pulang ke rumah catatan harian.
klien sudah memiliki keterampilan berupa mo-
difikasi perilaku khususnya dalam manajemen Berdasarkan catatan perkembangan penggu-
cairan. Keterampilan tersebut diharapkan da- naan chart dalam rangka memantau intake
pat mencegah terjadinya overload cairan pada output cairan, terlihat bahwa upaya yang dila-
klien, mengingat jumlah asupan cairan klien kukan mahasiswa dalam manajemen kelebihan
bergantung kepada jumlah urin 24 jam. cairan cukup efektif, dibuktikan dengan jum-
lah intake cairan klien terkontrol sesuai dengan intake output chart yang juga diberikan pada
haluaran urin, berkurangnya kelebihan cairan klien.
yang dialami klien dibuktikan dengan tidak
ada peningkatan BB yang meningkat signi- Risiko Gangguan Nutrisi. Keluhan klien
fikan setiap harinya, edema/ascites berkurang, berupa mual, penurunan nafsu makan terjadi
tekanan darah stabil, suara nafas vesikuler, sehubungan dengan uremia (161 mg/dl). Pe-
status mental CM, tidak ada distensi vena leher ningkatan ureum yang merupakan sampah sisa
(JVP tidak meningkat), serta balance cairan metabolisme protein dan semestinya dibuang
yang negatif. Pelaksanaan asuhan keperawatan dari dalam tubuh terjadi karena penurunan
yang dilakukan mahasiswa selama praktek fungsi klirens ginjal sehubungan dengan
tidak lepas dari kendala, diantaranya terkait penurunan LFG. Pada Ny. S, berdasarkan
sarana. formula kreatinin klirens didapatkan LFG
klien hanya 8,7 ml/mnt.
Adapun sarana yang dimaksud adalah belum
tersedianya gelas ukur urin dan formulir Risiko Infeksi. Peningkatan kadar ureum juga
khusus pemantauan intake output cairan menyebabkan gangguan pada fungsi leukosit
khususnya untuk pasien GGK di ruang rawat, sebagai agen yang berperan dalam sisitem
padahal kedua komponen tersebut merupakan imun. Pada klien terjadi penurunan kadar
bagian dari standar operasional prosedur Limfosit, hal tersebut menempatkan klien pada
pemantauan intake output cairan dengan risiko infeksi.
menggunakan intake output cairan (Sephard,
2010). Untuk menangani masalah tersebut, Kerusakan Integritas Kulit. Keluhan klien
mahasiswa mencoba mencari alternatif, berupa berupa rasa gatal pada kulit dan kondisi kulit
penggantian gelas ukur urin dengan menggu- yang kering/bersisik dan mengelupas merupa-
nakan tampung berupa botol air mineral bekas kan manifestasi klinis dari keadaan uremia
dan menggunakan formulir pemantauan intake yang dialami klien.
output yang diterjemahkan dan diadaptasi dari
luar negeri (Bennet, 2010 dalam Shepherd, Intoleransi Aktivitas. Penurunan kadar Hb
2011). yang menyebabkan kondisi anemia pada klien
menimbulkan manifestasi klinis berupa badan
Kendala yang ditemui selama penelitian tidak yang terasa lemas, kepala pusing, sehinggan
hanya berhubungan dengan sarana saja, tetapi membuat klien tidak mampu melakukan akti-
juga berhubungan dengan kerja sama klien vitas untuk pemenuhan ADL.
atau keluarga dalam memberikan informasi
intake output cairan yang benar. Klien atau Kesimpulan
keluarga terkadang lupa untuk mengukur
intake cairan maupun haluaran urin, sehingga Penyakit tidak menular yang sering ditemukan
dapat memengaruhi keakuratan data intake di perkotaan adalah DM dan hipertensi yang
output cairan klien karena pencatatan jumlah disebabkan oleh pola diet yang tidak sehat
cairan melalui perkiraan saja dan bukan me- misalnya konsumsi makaan siap saji yang
lalui pengukuran. Kendala tersebut tidak ber- mengandung kadar kolesterol, gula dan garam
langsung lama dan terjadi di awal pemberian yang tinggi. DM dan hipertensi lebih lanjut
asuhan keperawatan, setelah diberikan edukasi menyebabkan komplikasi gangguan kesehatan
dan diingatkan secara berulang-ulang, akhir- berupa GGK yang menyebabkan gangguan
nya kepatuhan klien/keluarga mengalami pe- regulasi cairan dan elektrolit dan memicu
ningkatan. Hal tersebut dibuktikan dengan ke- terjadinya kondisi overload cairan pada pen-
rutinan mencatat setiap intake dan output pada derita.
Anggraini, et al., Pemantauan Intake Output Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik 159
Overload cairan lebih lanjut dapat menim- Dongoes, M.E., Moorhouse, M.F., & Murr, A.C.
bulkan komplikasi berupa gagal jantung, (2010). Nursing care plans:guideline for
edema paru yang dapat berujung kematian. individualizing client care across the life
Oleh sebab itu, dibutuhkan manajemen cairan span (8th Ed.). Philadelphia: F. A Davis
berupa pembatasan cairan efektif dan efisien Company
untuk mencegah kompilkasi tersebut. Upaya
untuk menciptakan program pembatasan cai- Ignatavicius, D. D., & Workman, M. L. (2010).
ran yang efektif dan efisien, salah satunya Medical-surgical nursing: Patient-centered
dapat dilakukan melalui pemantauan intake collaboraive care. (6th ed). St. Louis:
output cairan pasien selama 24 jam dengan Sauders Elsevier.
menggunakan fluid intake output chart.
Jha, V., Garcia-Garcia, G., Iseki, K., Li, Z.,
Naicker, S., Plattner, B., Saran, R., Wang,
Sehubungan dengan pentingnya upaya pe- A.Y., & Yang, C.W. (2013). Chronic kidney
mantauan intake output cairan pada pasien disease: global dimnesion and perspectives.
GGK, maka rumah sakit perlu menyediakan Lancet, 382 (9888), 260-272. doi: 10.
alat ukur urin serta formulir pemantauan intake 1016/S0140-6736(13)60687-X
output cairan yang sudah terstandarisasi tidak
hanya di ruang perawatan kritis saja. Hal Kementerian Kesehatan RI. (2011). Stategi
tersebut diperlukan untuk memfasilitasi pe- nasional penerapan pola konsumsi dan
rawat dalam memberikan intervensi kepe- aktifitas fisik untuk mencegah penyakit tidak
rawatan berupa pemantauan intake output yang menular. Jakarta: Kementerian Kesehatan
akurat, sehingga komplikasi overload cairan Republik Indonesia.
pada pasien GGK dapat diminimalisasi (US,
TN). Meiliana, R. (2013). Hubungan kepatuhan
terhadap terjadinya overload pada pasien
gagal ginjal kronik post hemodialisa di
Referensi Rumah Sakit Fatmawati (Skripsi, tidak
dipublikasikan). Program Studi Sarjana
Angelantonio, E. D., Chowdhury, R., Sarwar,
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas
N., Aspelund, T., Danesh, J., & Gudnason,
Indonesia, Depok – Jawa Barat, Indonesia.
V. (2010). Chronic kidney disease and risk
of major cardiovascular disease and non-
Pasticci, F., Fantuzzi, A. L., Pegoraro M., Mc
vascular mortality: prospective population
Cann, M., & Bedogni, G. (2012). Nutritional
based cohort study. British medical journal
management stage 5 of chronic kidney
341, 768.
disease. Journal of renal care, 38 (1), 50-58.
doi: 10.1111/j.1755-6686.2012.00266.x
Black, J. M. & Hawks, J. H. (2009). Medical-
surgical nursing: Clinical management for
Shepherd, A. (2011) Measuring and managing
positive outcomes (8th Ed.). St. Louis:
fluid balance. Nursing times 107(28), 12-16.
Saunders Elsevier.
Diperoleh dari https://www.ncbi.nlm.
nih.gov/p ubmed/21941718
Caturvedy, M. (2014). Management of
hypertension in CKD. Clinical queries:
Tsai, Y. C., Tsai, J. C., Chen, S. C., Chiu, Y. W.,
nephrology 3, 1-4.
Hwang, S. Y., Hung, C. C., Chen, T. H.,
Kuo, M. C., & Chen, H. C. (2014).
Dx Medical Stationery. 2013. Fluid balance
Association of fluid overload with kidney
record data form. Diperoleh dari
disease progression in advanced CKD: a
http://dxmedicalstati onery.com.au.
rospective cohort study. American of Journal
160 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 19, No. 3, November 2016, hal 152-160
___________________________ Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan kegagalan fungsi ginjal untuk
menjalankan fungsinya dengan baik yang menyebabkan menurunnya
filtrasi glomerulus secara bertahap sehingga harus menjalani terapi
Kontak :
St. Suarniati hemodialisa. Penyakit GGK menduduki peringkat ke 12 tertinggi angka
Email : sittisuarniati@yahoo.com kematian. Tahun 2013, Sulawesi Selatan berada pada peringkat ke tiga
Akademi Keperawatan Muhammadiyah dengan prevalensi 0,3%. Penanganan upaya penurunan volume cairan
Makassar dengan cara pembatasan cairan mempengaruhi kelangsungan hidup
pasien. Penelitian ini bertujuan menggambarkan asuhan keperawatan
___________________________ pada pasien Tn. N dengan GGK dalam pemenuhan kebutuhan cairan di
Ruang Hemodilisa RSUD Labuang Baji Makassar, menggunakan
Vol 2 No 1 September 2019 metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian
menunjukkan kelebihan volume cairan ditandai dengan edema grade 2
DOI: https://doi.org/10.31605/j- pada ekstremitas, merasa sesak ketika tidak mengikuti terapi HD, haus,
healt.v2i1 olguria, anemia dan azotemia. Penerapan asuhan keperawatan dilakukan
___________________________ untuk memantau intake output dan pembatasan cairan sehingga tidak
©2019J-Healt terjadi kelebihan volume cairan,sehingga disimpulkan bahwa
ini adalah artikel dengan akses terbuka pemantauan intake output dan pembatasan cairan pada pasien GGK
dibawah licenci CC BY-NC-4.0 yang menjalani HD efektif dapat menurunkan derajat edema dan berat
https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/ badan. Disarankan kepada perawat untuk memantau intake output
selama 24 jam dan memberikan edukasi untuk pelaksanaan perawatan
di rumah dalam mencegah kelebihan volume cairan.
Abstract
PENDAHULUAN METODE
Ginjal merupakan organ utama dalam menjaga Desain Penelitian ini merupakan studi kasus
keseimbangan cairan (Pranata, 2013). dengan menggunakan pendekatan proses
Terganggunya fungsi ginjal akan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa,
menyebabkan penurunan fungsi ginjal yang intervensi, implementasi dan evaluasi yang
dapat mengakibatkan komplikasi seperti berfokus pada gangguan kebutuhan cairan
perikarditis, hipertensi, anemia, osteodistrofi pada pasien GGK stadium V. Penelitian
ginjal, gagal jantung dan impotensi dilakukan di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit
(Muhammad, 2010). Umum Daerah Labuang Baji Makassar pada
Tanggal 8 s/d 15 Mei 2018. Subjek studi kasus
Menurut World Health Organization (WHO, adalah satu orang pasien dengan gangguan
2017), penyakit Gagal ginjal kronik kebutuhan cairan pada GGK stadium V,
menduduki peringkat ke 12 tertinggi, dan dengan kriteria inklusiyang menjalani terapi
diperkirakan sebanyak 36 juta orang di dunia hemodialisa dengan frekuensi 3 kali
meninggal akibat GGK. Di Indonesia seminggu.SementaraPasien yang mengalami
diperkirakan ada 70 ribu penderita gagal ginjal clothing pada saat hemodialisa berlangsung di
kronik. eksklusi.
53
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1)
e-issn : 2621-9301
54
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1)
e-issn : 2621-9301
55
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1)
e-issn : 2621-9301
masing 30 cc, total cairan yang masuk ke sejalan dengan penelitian yang
dalam tubuh pasien adalah 160 cc. jumlah dilakukan oleh Muhammad Hanif
cairan yang diminum selama 24 jam Faruq (2017)
sebanyak ± 600-700 cc. volume urine
sebanyak 500-600 cc/hari. b. Terjadi peningkatan berat badan
Peningkatan berat badan pada pasien
5. Evaluasi
GGK stadium v dikarenakan terjadinya
Evaluasi dilakukan dengan metode SOAP penumpukan cairan dalam tubuh secara
yaitu S : Subjektif (Klien mengatakan) O : berlebih. Peningkatan berat badan
Objektif (klien terlihat/hasil pemeriksaan secara signifikan dalam rentang
perawat) A : Assesment (masalah beberapa hari mengindikasikan adanya
teratasi/belum teratasi) P : Planning kelebihan cairan dalam tubuh pasien.
(rencana tindak lanjut). Menurut Levea (2003, dalam
Sepdianto, Suprajitno, & usmiati,
Pada hari Selasa, 15 Mei 2018. evaluasi 2017) mengatakan bahwa penyebab
yang dilakukan yaitu, data subjektif : klien meningkatnya berat badan pada pasien
mengatakan bengkak pada kaki sudah GGK stadium v dipengaruhi oleh dua
hilang, akan tetapi klien mengeluh kram faktor yaitu internal dan eksternal,
dan gatal pada lengan yang terpasang dimana internal seperti rasa haus yang
cimino. Data objektif : edema hilang, TTV berlebih sedangkan faktor eksternal
: TD : 140/80 mmHg, nadi : 86 x/menit, seperti jumlah intake cairan yang
suhu : 36 °C, pernapasan : 20 x/menit. BB berlebih, dimana garam dan intake
post HD saat ini : 59 kg. Assesment : cairan selama periode interdialisis
Masalah belum teratasi. Planning : adalah faktor penyebab penambahan
Lanjutkan intervensia,b,c,d. berat badan antar dialysis. Natrium
asupan makanan adalah faktor yang
merangsang rasa haus yang paling
PEMBAHASAN banyak.
1. Pengkajian
Berdasarkan hasil penelitian studi kasus c. Klien sering merasakan haus
yang terjadi pada Tn. N didapatkan data Pada saat dilakukan penelitian, klien
sebagai berikut : mengatakan rasa haus meningkat. Rasa
a. Terdapat edema derajat 2 (grade 2) haus muncul ketika mengkonsumsi
pada ekstremitas bawah natrium yang tinggi, semakin tinggi
natrium yang dikonsumsi, semakin
Edema terjadi akibat penumpukan tinggi pula rasa haus yang dirasakan
cairan karena berkurangnya tekanan oleh klien. Menurut Septianingsih
osmotik plasma dan retensi natrium (2011 dalam Sepdianto, Suprajitno, &
serta air. Akibat peranan dari gravitasi, usmiati, 2017) mengatakan bahwa
cairan yang berlebih tersebut akan selain dari makanan yang memicu
lebih mudah menumpuk di tubuh timbulnya rasa haus pada pasien GGK
bagian perifer seperti kaki, sehingga stadium v juga dikarenakan aktifitas
edema perifer akan lebih cepat terjadi yang berlebih dilakukan oleh pasien
dibanding gejala kelebihan cairan sehingga dapat memicu rasa haus. Rasa
lainnya pada kasus gagal ginjal kronik haus terjadi dimulai dari peningkatan
stadium v. Itu disebabkan karena osmolalitas cairan ekstra sel, kemudian
terjadinya penurunan fungsi ginjal gnjal melepas renin yang
dimana ginjal tiak mampu mengakibatkan produksi angiotensin II
mengekskresikan cairan yang berlebih yang merangsang hipotalamus
(Aisara, Azmi, & Yanni, 2018). Hal ini
56
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1)
e-issn : 2621-9301
57
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1)
e-issn : 2621-9301
GGK adalah defisiensi besi, defisiensi belum mampu melakukan pembatasan cairan
vitamin, penurunan masa hidup secara optimal. Tetapi pada hari terakhir
eritrosit yang menggalami hemoliisis, penelitian, edema hilang dan berat badan
dan akibat perparahan (Azmi, Hidayat, menurun. Dengan demikian, pemantauan
& Pertiwi, 2016). intake dan output cairan serta kepatuhan dalam
menjalani terapi hemodialisa terbukti efektif
Hal ini sejalan dengan penelitian Siraid dalam menurunkan derajat edema dan berat
dan Sari (2017) yang menyatakan badan. Adapun saran
bahwa gagal ginjal menyebabkan ginjal penelitianselanjutnyaadalahmenilaiefektivitas
tidak dapat bekerja seperti biasanya. tingkat kepatuhan serta pembatasan cairan
Dapat terjadi penurunan sintesis terhadap derajat edema dan penurunan berat
eritropoetin akibat bahan baku yang badan yang dialami pasien.
kurang atau ginjal yang rusak..
eritropoetin berfungsi sebagai salah
REFERENSI
satu bahan untuk memproduksi sel
darah merah sehingga jumlah sel darah Aisara, S., Azmi, S., & Yanni, M. (2018).
merah menjadi berkurang. Hal inilah Gambaran Klinis penderita Penyakit
yang mendasari terjadinya anemia pada Ginjal Kronik Yang Menjalani
pasien GGK. Hemodialisis. Jurnal Kesehatan
Andalas , 46. Diakses dari
http://jurnal.fk.unand.ac.id. Pada
g. Klien mengalami azotemia
Tanggal 20 Mei 2018.
Pasien mengalami azotemia karena Angraini, F., & Putri, A. F. (2016).
penimbunan sampah dan cairan dalam Pemantauan Intake Output Cairan Pada
tubuh klien yang berlebih akibat Pasien Gagal Ginjal Kronik Dapat
kegagalan ginjal untuk Mencegah Overload Cairan Jurnal
mengekskresikan zat toksin (ureum dan Keperwatan Indonesia Vol. 19 No. 3, 3.
kreatinin) dalam tubuh. Pada pasien Diakses dari
gagal ginjal kronik untuk pemeriksaan https://media.neliti.com.pdf. Pada
kadar ureum keratinin itu meningkat. Tanggal 21 Februari 2018.
Ureum meningkat disebabkan oleh
ekskresi ureum yang terhambat oleh Anita, D. C., & Novitasari, D. (2015).
kegagalan fungsi ginjal. Sedangkan Kepatuhan Pembatasan Asupan Cairan
keratinin dalam darah meningkat Terhadap Lama Menjalani
apabila fungsi renal berkurang (Faruq, Hemodialisa. Diakses dari
2017). http:/media.neliti.com. Pada Tanggal
11 April 2018.
58
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1)
e-issn : 2621-9301
59
Journal Of Health, Education and Literacy, 2019 2 (1)
e-issn : 2621-9301
60
J.Gipas, November 2017, Volume 1 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
aku_fitriani49@yahoo.co.id
ABSTRACT
This observational study using cross sectional design. Sampling method using purposive sampling and
got 35 participants who were CKD patients undergoing hemodialysis in Prof. Dr. Margono Soekarjo
Hospital, Purwokerto. The data of participant characteristic, length of time since the initiation of
hemodialysis therapy, knowledge, attitude, and social support were collected by using questionnares.
Patient’s compliance to fluid and natrium intake was collected by calculating fluid and natrium intake
level. Data were analyzed using Fisher test. Most participants did not comply with fluid restriction,
but complied with natrium restriction. All factors that have been analized had no correlation to fluid
and natrium intake compliance (p > 0,05), except gender and social support factor that had correlation
to fluid intake compliance (p < 0,05). Male patients needed an intensive assistance so that fluid intake
compliance increased. Moreover, social support from family and others needed to achieve this goal.
Keywords: Fluid and natriumi intake compliance, gender, hemodialyss, social, support
ABSTRAK
Penelitian observasional ini menggunakan desain cross sectional. Metode pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling dan didapatkan 35 peserta penderita CKD yang menjalani
hemodialisis di Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo, Purwokerto. Data karakteristik peserta,
lamanya waktu sejak dimulainya terapi hemodialisis, pengetahuan, sikap, dan dukungan sosial
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Ketaatan pasien terhadap asupan cairan dan natrium
dikumpulkan dengan menghitung tingkat asupan cairan dan natrium. Data dianalisis dengan
menggunakan uji Fisher. Sebagian besar peserta tidak mematuhi pembatasan cairan, namun sesuai
dengan batasan natrium. Semua faktor yang telah dianalisis tidak memiliki korelasi dengan kepatuhan
asupan cairan dan natrium (p> 0,05), kecuali faktor pendukung gender dan sosial yang memiliki
korelasi terhadap kepatuhan asupan cairan (p <0,05). Pasien laki-laki membutuhkan bantuan intensif
agar kepatuhan asupan cairan meningkat. Apalagi dukungan sosial dari keluarga dan orang lain perlu
untuk mencapai tujuan ini.
Kata kunci: Kepatuhan cairan dan natrium, jenis kelamin, hemodialisis, dukungan sosial
93
J.Gipas, November 2017, Volume 1 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
94
J.Gipas, November 2017, Volume 1 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
95
J.Gipas, November 2017, Volume 1 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
96
J.Gipas, November 2017, Volume 1 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
Tabel 2 Gambaran Jumlah Urin 24 Jam, Asupan, Kebutuhan, dan Tingkat Asupan Cairan
dan Natrium
Variabel Rata-rata
Keluaran urin 24 jam (ml) 347.14
Asupan cairan (ml) 1138.27
Asupan natrium (mg) 720.21
Kebutuhan air (ml) 847.14
Kebutuhan natrium (mg) 1694.29
Tingkat asupan cairan (%) 142.87
Tingkat asupan natrium (%) 42.36
97
J.Gipas, November 2017, Volume 1 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
Tabel 4 Hasil Uji Bivariat antara Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, Lama
Menjalani Hemodialisis, Pengetahuan, Sikap, dan Dukungan Sosial dengan
Kepatuhan Asupan Cairan
Kepatuhan asupan cairan
Patuh Tidak Total
p Keterangan
Patuh
n % N % n %
Tidak
Usia ≥40 tahun 6 25,0 18 75,0 24 100,0 1,000 Berhubungan
<40 tahun 2 18,2 9 81,8 11 100,0
Jenis Perempuan 7 36,8 12 63,2 19 100,0 0,047 Berhubungan
kelamin Laki-laki 1 6,3 15 93,8 16 100,0
Tidak
Tingkat Menengah- 4 25,0 12 75,0 16 100,0 1,000 Berhubungan
Pendidikan Tinggi
Dasar 4 21,1 15 78,9 19 100,0
Tidak
Lama <1 tahun 3 27,3 8 72,7 16 100,0 0,685 Berhubungan
menjalani ≥1 tahun 5 20,5 19 79,2 19 100,0
hemodialisis
Tidak
Pengetahuan Baik 6 28,6 15 71,4 21 100,0 0,431 Berhubungan
Kurang 2 14,3 12 85,7 14 100,0
Tidak
Sikap Baik 2 15,4 11 84,6 13 100,0 0,680 Berhubungan
Kurang 6 27,3 16 72,7 22 100,0
Baik
Dukungan Baik 8 33,3 16 66,7 24 100,0 0,037 Berhubungan
sosial Kurang 0 0,0 11 100,0 11 100,0
98
J.Gipas, November 2017, Volume 1 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
Tabel 5 Hasil Uji Bivariat antara Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, Lama
Menjalani Hemodialisis, Pengetahuan, Sikap, dan Dukungan Sosial dengan
Kepatuhan Asupan Natrium
99
J.Gipas, November 2017, Volume 1 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
100
J.Gipas, November 2017, Volume 1 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
101
J.Gipas, November 2017, Volume 1 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
lebih dari 1 tahun lebih besar (87,5%) sejalan dengan penelitian yang
daripada pasien dengan lama dilakukan oleh Park et al. (2008) yang
hemodialisis kurang dari 1 tahun yang menyatakan bahwa tidak terdapat
patuh (81,8%). Hal ini disebabkan hubungan antara pengetahuan dengan
semakin lama pasien menjalani kepatuhan pembatasan natrium. Pada
hemodialisis semakin paham dengan penelitian ini responden dengan
pembatasan natrium sehingga lebih pengetahuan yang kurang dan patuh
patuh. pada pembatasan natrium (92,9%)
Penelitian ini menunjukkan lebih banyak daripada responden
bahwa tidak terdapat hubungan antara dengan pengetahuan yang baik dan
pengetahuan dengan kepatuhan asupan patuh (81,0%). Hal ini disebabkan
cairan (p = 0,431). Temuan ini sejalan karena terjadinya penurunan nafsu
dengan penelitian yang dilakukan oleh makan akibat toksik uremik sehingga
Sari (2009) yang menyatakan bahwa asupan makan menjadi berkurang.
kepatuhan asupan cairan tidak Penelitian ini menunjukkan
dipengaruhi oleh pengetahuan. bahwa tidak terdapat hubungan antara
Walaupun tidak terdapat hubungan sikap dengan kepatuhan asupan cairan
yang signifikan secara statistik, tetapi (p = 0,680) dan kepatuhan asupan
berdasarkan proporsi pasien yang natrium (p = 0,627). Temuan ini
patuh dapat diketahui bahwa pasien sejalan dengan penelitian yang
dengan pengetahuan yang baik dilakukan oleh Shailendranath et al.
memiliki proporsi lebih besar (28,6%) (2014) yang menyatakan bahwa tidak
daripada pasien dengan pengetahuan terdapat hubungan antara sikap dengan
yang kurang (14,3%). Tidak adanya kepatuhan. Hal ini disebabkan karena
hubungan antara pengetahuan dengan sikap juga dipengaruhi oleh tingkat
kepatuhan asupan cairan dalam kesukaan terhadap makanan tertentu,
penelitian ini dapat disebabkan karena iklim/cuaca, jadwal hemodialisis,
jumlah sampel yang terlalu kecil. jarak tempat tinggal dengan tempat
Penelitian ini juga menunjukkan hemodialisis, dan rasa haus. Penelitian
bahwa tidak terdapat hubungan antara ini menunjukkan dukungan sosial
pengetahuan dengan kepatuhan asupan berhubungan dengan kepatuhan
natrium (p = 0,627). Temuan ini asupan cairan (p = 0,037). Temuan ini
102
J.Gipas, November 2017, Volume 1 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
103
J.Gipas, November 2017, Volume 1 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps
104
JURNAL ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA: Ciptaan disebarluaskan di
HEALTH SCIENCES JOURNAL, VOL. 10 NO. 01, JUNI 2019 bawah Lisensi Creative Commons
Atribusi-NonKomersial-
DOI: https://doi.org/10.34305/jikbh.v10i1.84 BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
Ni Luh Gede Intan Saraswati1, Ni Luh Yoni Sri Antari1, Ni Luh Gede Suwartini2
1
STIKes Wira Medika Bali
2
RSUD Wangaya Denpasar
saraswati622@gmail.com
Abstrak
Kata Kunci : chronic kidney disease, dukungan keluarga, kepatuhan pembatasan cairan
usaha untuk membersihkan darah dari bahan kecemasan, stres, dan perubahan psikologis
beracun yang tidak dapat dikeluarkan oleh yang dapat meningkatkan masalah
ginjal dari dalam tubuh (Suwitra, 2010). kesehatan lainnya bahkan kematian bagi
Data Indonesian Renal Regristry (IRR) dari penderita CKD yang menjalani hemodialisis
249 renal unit yang melaporkan, bahwa ((Efe & Kocaöz, 2015). Hasil studi
tercatat 30.554 pasien aktif menjalani pendahuluan yang dilakukan di salah satu
hemodialisa pada tahun 2015 (Kementerian RS di daerah Tabanan Bali diketahui bahwa
RI, 2017). pada tahun 2015-2017 jumlah pasien
Pada pasien chronic kidney disease chronic kidney disease yang menjalani
keseimbangan cairan dalam tubuh akan hemodialisa mengalami peningkatan dari
terganggu, sehingga intervensi yang dapat tahun ke tahun yaitu tahun 2015 jumlah
dilakukan adalah pembatasan asupan cairan. pasien sebanyak 2467, kemudian meningkat
Jika pasien tidak melakukan pembatasan menjadi 2472 pada tahun 2016 dan pada
asupan cairan, maka akan mengakibatkan tahun 2017 meningkat sebesar 2560. Studi
penumpukan cairan pada tubuh. Kepatuhan pendahuluan yang dilakukan dari 60 pasien
terhadap pembatasan cairan merupakan yang menjalani hemodialisa terdapat 33
faktor yang sangat penting dalam orang (55%) mengalami peningkatan berat
menentukan tingkat kesehatan dan badan > 2kg, padahal menurut informasi
kesejahteraan pasien dengan hemodialisa. perawat, pasien dan keluarga telah sering
Pembatasan cairan menjadi hal sangat diberikan info mengenai pembatasan cairan,
sulit untuk dilakukan dan membuat pasien pada studi pendahuluan lainnya diketahui
stres serta depresi, terutama jika mereka bahwa pasien didampingi oleh keluarga pada
mengkonsumsi obat-obatan yang dapat saat melakukan terapi hemodialisa, namun
membuat membran mukosa kering seperti belum diketahui secara pasti apakah
diuretik, sehingga menyebabkan rasa haus dukungan keluarga memiliki efek yang
dan pasien berusaha untuk minum (Praticia signifikan terhadap kepatuhan pembatasan
&Potter, 2005). Efe & Kocaoz (2015) dalam cairan karena hasil studi sebelumnya
penelitiannya menyebutkan 95% pasien menunjukkan tingginya angka
tidak patuh dalam menjalani pembatasan ketidakpatuhan dalam pembatasan cairan
cairan. pada pasien CKD yang dihemodialisa
Kepatuhan pasien terhadap Dari fenomena tersebut adanya
pembatasan cairan dipengaruhi beberapa penambahan berat badan lebih dari 2 kg
faktor salah satunya dukungan keluarga mengindikasikan, bahwa pasien CKD yang
(Victoria, Evangelos, & Sofia, 2015). menjalani hemodialisa belum dapat
Dukungan keluarga merupakan bentuk mengontrol asupan cairan yang masuk ke
dorongan dengan selalu memberikan tubuh, maka dari itu peneliti melakukan
bantuan apabila pasien membutuhkan penelitian hubungan dukungan keluarga
(Akhmadi, 2009). Keluarga merupakan dengan kepatuhan pembatasan cairan pada
faktor eksternal yang memiliki hubungan pasien chronic kidney disease yang
yang paling kuat dengan pasien. Keberadaan menjalani hemodialisa
keluarga mampu memberikan dukungan
yang sangat bermakna pada pasien disaat Metode Penelitian
pasien memiliki berbagai permasalahan pola
kehidupan yang sedemikian rumit dan segala Penelitian ini menggunakan desain
macam program kesehatan (Syamsiah, deskriptif korelasi dengan rancangan cross
2011). Keluarga juga menjadi pendorong sectional. Teknik yang digunakan dalam
dalam usaha belajar untuk mengikuti pengambilan sampel yaitu dengan teknik
perubahan dalam kehidupan (Victoria, puposive sampling. Penelitian ini dilakukan
Evangelos & Sofia, 2015). Kehilangan pada tanggal 19-21 April 2018. Pengambilan
dukungan dari keluarga dapat meningkatkan data dilakukan dengan kuesioner dan
observasi perubahan berat badan. Data
Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan umur pada pasien chronic kidney disease
yang menjalani terapi hemodialisa
Umur Frekuensi Presentase
17-25 tahun 1 1,4%
26-35 tahun 4 5,8%
36-45 tahun 14 20,3%
46-55 tahun 25 36,2%
56-65 tahun 23 33,3%
>65 tahun 2 2,9%
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar 25 (36,2%) responden berumur 46-55
tahun.
Tabel 3. Identifikasi dukungan keluarga pada pasien chronic kidney disease yang
menjalani terapi hemodialisa
Tabel 4. Identifikasi kepatuhan pembatasan cairan pada pasien chronic kidney disease
yang menjalani terapi hemodialisa
Berdasarkan tabel 4 diketahui sebagian besar 39 (56,5%) responden tidak patuh terhadap
pembatasan cairan.
Berdasarkan hasil uji statistik Rank Spearman bahwa diketahui nilai p value = 0,012<
α (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya terdapat hubungan dukungan keluarga dengan
kepatuhan pembatasan cairan pada pasien chronic kidney disease yang menjalani terapi
hemodialisa.Kuat lemahnya hubungan variabel dilihat dari koefisien korelasi (0,299)
menunjukkan bahwa kekuatan korelasi yang lemah antar kedua variabel.
mempunyai pengetahuan lebih baik yang kuat mempengaruhi perilaku sehat dari
memungkinkan responden itu dapat setiap anggotanya (Potter & Perry, 2006).
mengontrol dirinya dalam mengatasi Keluarga merupakan faktor eksternal yang
masalah kesehatannya. Perilaku yang memiliki hubungan paling kuat dengan
didasari oleh pengetahuan akan lebih baik pasien. Dukungan keluarga secara nyata
dari pada perilaku yang tidak didasari oleh dapat dilihat secara langsung ketika keluarga
pengetahuan (Notoatmodjo, 2010). Status selalu mendampingi pasien saat menjalani
pengetahuan seseorang tentang penyakit hemodialisa dengan jadwal yang teratur
chronic kidney disease dapat mempengaruhi (Arliza, 2006). Hal ini sesuai dengan
kemampuannya dalam memilih dan penelitian Candra (2009) yang mengatakan
memutuskan terapi hemodialisa yang sesuai bahwa dengan adanya pendampingan
dengan kondisinya, dengan pengambilan keluarga, pasien merasa nyaman, tenang dan
keputusan yang tepat ketaatan klien dalam lebih kuat dalam menerima keadaan fisiknya
menjalani terapi hemodialisa dapat sehingga akan memberi dampak yang baik
dipertahankan. terhadap proses penyembuhan penyakit.
Dalam penelitian ini, bentuk dukungan yang
Dukungan Keluarga paling sedikit diterima adalah bentuk
dukungan informasional dan dukungan
Berdasarkan hasil penelitian pada 69 emosional.
responden, didapatkan bahwa sebagian besar Rendahnya dukungan informasional
responden mendapat dukungan keluarga yang diterima oleh pasien kemungkinan
tidak baik sebanyak 53 orang (76,8%). Hasil karena keluarga memiliki pengetahuan yang
penelitian tersebut sama dengan penelitian kurang mengenai pembatasan cairan yang
yang dilakukan oleh Andriani (2016) tentang harus dilakukan oleh pasien sehingga
hubungan dengan keluarga diet pada pasien keluarga tidak dapat memberikan informasi
gagal ginjal yang menjalani hemodialisa di yang tepat mengenai pembatasan cairan
Rumah Sakit TK.III Dr. Roeksodiwiryo pada pasien. Pengetahuan yang kurang dapat
Padang, diperoleh dari 39 responden dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang
sebagian besar 30 (78,9 %) responden rendah. Dukungan emosional juga
medapatkan keluarga tidak baik. Hasil merupakan salah satu dukungan keluarga
penelitian ini juga hampir sama dengan yang paling penting diberikan kepada
Susanti (2016), yaitu dari 144 responden anggota keluarganya, karena dapat
sebanyak 65 (45,1%) responden memiliki meningkatkan semangat pasien dan
jumlah keluarga kurang baik. Hal ini sejalan memberikan ketenangan.
dengan Friedman (2010), yang Rendahnya dukungan emosional yang
menunjukkan bahwa dunia responden diterima oleh pasien menyebabkan pasien
memiliki Keluarga yang kurang dalam memiliki perasaan yang tidak nyaman, tidak
menjalani hemodialisa, artinya responden diperdulikan dan dicintai sehingga individu
tidak dapat menemukan, instrumental sulit dalam menghadapi masalah (Azizah,
(informasi, saran atau misi dan petunjuk) , 2011). Dukungan keluarga sangat
dan penghargaan (memberikan dukungan bermanfaat dalam pengendalian emosi
dan pengakuan) yang bagus sehingga tidak seseorang dalam mengurangi tekanan yang
dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam ada pada konflik yang terjadi pada dirinya
menjalani hemodialisa. yang mengakibatkan kecemasan dalam
Smeltzer & Bare (2002) menyatakan pelaksanaan hemodialisa. Dukungan
bahwa, keluarga merupakan sumber keluarga yang rendah menunjukkan bahwa
dukungan yang penting. Dukungan keluarga keluarga kurang maksimal dalam
sebagai bagian dari dukungan sosial dalam memberikan dukungan sosial yaitu sebagai
memberikan dukungan ataupun pertolongan keluarga hanya memberikan aksi sugesti
dan bantuan pada anggota keluarga yang yang umun pada pasien tanpa memberikan
memerlukan hemodialisa. Keluarga secara
tertinggi yang dirasakan oleh pasien dalam meneliti kembali faktor-faktor lain yang
menjaga kepatuhan pasien dalam dapat mempengaruhi kepatuhan pasien
pembatasan cairan adalah dukungan dengan dapat mengontrol faktor perancu
keluarga. berupa jumlah cairan yang diminum, stres,
Kehadiran seseorang dalam keluarga akan dan self efikasi
memberikan bantuan dalam perawatan dan
bertukar pendapat dalam mengatasi masalah Daftar Pustaka
pada pasien CKD terkait dengan
penyakitnya (Kara, dkk, 2007) dalam (Efe & Adriani. (2016). “Hubungan Dukungan
Kocaöz, 2015). Dukungan keluarga Keluarga dengan Kepatuhan Diet
diperlukan karena pasien gagal ginjal akan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
mengalami sejumlah perubahan bagi yang Menjalani Hemodialisis di
hidupnya sehingga menghilangkan Rumah Sakit TK.III Dr. Reksodiwiryo
semangat hidup pasien, diharapkan dengan Padang”. Skripsi tidak dipublikasi.
adanya dukungan keluarga dapat menunjang STIKes YPAK Padang
kepatuhan pasien (Kartika, 2009). Ahrari, S., Moshki, M., & Bahrami, M.
Dukungan yang rendah mengenai (2014). The Relationship Between
dukungan informasional dan dukungan Social Support and Adherence of
emosional mengarahkan pasien pada Dietary and Fluids Restrictions among
ketidakpatuhan dalam pembatasan cairan. Hemodialysis Patients in Iran, 3(1), 11–
Hal ini diperkuat oleh penelitian Kara et el 19.
(2007), dalam penelitian ini didapatkan https://doi.org/10.5681/jcs.2014.002
p=0,012 yang menyatakan bahwa dukungan Akhmadi.(2009). Dukungan Keluarga
keluarga yang rendah berhubungan secara Http://Www.Rajawana.Com/Artikel/
signifikan terhadap ketidakpatuhan Kesehatan. Diakses pada tanggal 30
pembatasan cairan. Hal ini diperkuat oleh Januari 2018
penelitian Istanti (2009) yang menyatakan Amiranti.(2015).Waspadai Gagal Ginjal
bahwa keluarga menunjukan perhatian yang “The Silent Killer”:
lebih kepada anggota keluarga yang sakit Https://lifestyle.kompas.com/read/2
namun dukungan yang diberikan hanya 017/02/27/070700623/waspadi.gaga
sebatas mengantarkan dan menemani pasien l.ginjal.the.silent.killer. Diakses
saat menjalani hemodialisa tetapi tidak pada tanggal 15 Januari 2018
memberikan perhatian tentang kondisi Azizah.(2011). Keperawatan Lanjut Usia.
pasien dan peningkatan berat badan Yogyakarta: Graha Ilmu.
intradialitik yang dialami pasien. Chandra.(2009). Pengaruh Dukungan Sosial
Keluarga Terhadap Kesembuhan
KESIMPULAN DAN SARAN Penderita Post Traumatic Stress
Disorder (Ptsd) Di Pusat Pelayanan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada Terpadu. Diunduh dari
penelitian ini, maka dapat disimpulkan http://respository.usu.ac.id/ pada
bahwa sebagian besar pasien CKD tidak tanggal 31 April 2018
patuh pada pembatasan cairan yang Efe, D., & Kocaöz, S. (2015). Adherence to
ditentukan dalam terapi serta dukungan diet and fluid restriction of individuals
keluarga memiliki hubungan yang signifikan on hemodialysis treatment and
terhadap kepatuhan pembatasan cairan pada affecting factors in Turkey, 113–123.
pasien CKD yang menjalani hemodialisa. https://doi.org/10.1111/jjns.12055
Untuk itu diperlukan keaktifan tenaga Friedman, M. (2010). Buku Ajar
kesehatan dalam memberikan informasi Keperawatan Keluarga: Riset, Teori
mengenai pentingnya dukungan keluarga & Praktek Edisi 5.Jakarta: EGC
pada pasien maupun keluarganya. Bagi
peneliti selanjutnya diharapkan dapat