Anda di halaman 1dari 1

Filsafat pendidikan

Positivisme diperkenalkan oleh August Comte (1798-1857) yang tertuang dalam karya
utama nya Cours de philosophic positivisme. Positivisme yang diperkenalkan olehnya
berpandangan bahwa pengetahuan tidak boleh melebihi fakta-fakta.

Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya
sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisika dan
mitos-mitos irasional.

Secara umum, para penganut paham positivisme memiliki minat kuat terhadap sains dan
mempunyai sikap skeptis terhadap ilmu agama dan hal-hal yang berbau metafisika. Mereka
meyakini bahwa semua ilmu pengetahuan haruslah berdasarkan inferensi logis yang
berdasarkan fakta yang jelas.

Comte percaya bahwa dalam alam pikiran manusia melewati tiga tahapan historis yaitu
teologi, metadisik, dan ilmiah. Dalam tahap teologi, fenomena alam dan sosial dapat
dijelaskan berdasarkan kekuatan spiritual. Pada tahap metafisik manusia akan mencari
penyebab akhir (ultimate causes) dari setiap fenomena yang terjadi. Dalam tahapan ilmiah
usaha untuk menjelasakn fenomena akan ditinggalkandan ilmuan hanya akan mencari
korelasi antarfenomena.

Empirisme diperkenalkan oleh John Locke (1632-1704) yang merupakan bapak


empirisme mnyatakan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan akal yang masih bersih
ibarat kertas kosong yang elum ditulis apapun, pengetahuan baru muncul ketika indrawi
manusia menimba pengalaman dengan cara melihat dan mengamati berbagai kejadian dan
kehidupan.

George barkeley (1685-1753) seluruh gagasan dalam pikiran atau ide datang dari pengalaman

Thomas hobes berpendapat bahwa pengalaman indrawi manusia permulaan segala


pengenalan.

Filsafat pendidikan yang berbasis pada empiris telah menciptakan suatu aliran empirisme
pendidikan yang berpandangan bahwa dasar-dasar pendidikan harus digali dari pengalaman
manusia sehingga segalahal yang diberikan kepada manusia sesuai dengan perjalanan
kehidupannya yang nyata. Pendidikan bukan pelajaran idelisme yang mengajarkan sesuatu
yang “semu”, tanpa bukti yang pasti. Pengalaman manusia memiliki kebenaran yang pasti
dan dapat dirasionalisasi sesuai dengan dayaingat pemilik pengalamannya masing-masing.
Dengan pendidikan yang berbasis pada pengalaman, antara subjk dan objek, pendidikan akan
terjadi saling memberi informasi karenapendidikan tidak akan dinamis apabila tidak ada
duaunsur penting, yaitu memberi dan menerima.

Anda mungkin juga menyukai