Astria Yunita
Ayu Diana
Bardiah
Khamalia Hasanah
Lady Nadia
Nasrianti
Sri Ade Nurkhatijah
Sejarah Geometri Eliptik
Geometri Eliptik merupakan cabang dari
Geometri Non Euclid. Geometri Eliptik muncul awal
abad ke 19 sekitar tahun 1830, matematikawan
Hungaria János Bolyai dan matematikawan Rusia
Nikolai Lobachevsky secara terpisah menerbitkan
tulisan tentang geometri hiperbolik. Akibatnya,
geometri hiperbolik disebut juga geometri Bolyai yang
kemudian dirombak, diubah dan dilakukan
penyesuaian oleh Bernhard Rieemann sehingga
muncul lah geometri Eliptik.
Selanjutnya Benhard Riemann (1826-1866)
memperkenalkan geometri Eliptik sebagai geometri
non-Euclid. Pandangan Riemann pada geometri
Eliptik, garis adalah lingkaran besar pada bola yang
memuat dua titik. Pandangan Riemann ini kemudian
dimodifikasi oleh Christian Klein (1849-1925) dengan
memandang bahwa setiap pasang titik antipodal (titik
yang berlawanan pada lingkaran besar) merupakan
titik yang identik/sama. Klein mengembangkan
model geometri bola dan menyebutnya dengan
variasi geometri eliptik.
Geometri Eliptik berbeda dengan Geometri
Euclid hanya pada postulat kesejajarannya saja.
Postulat kesejajaran dari Riemann adalah Tidak ada
garis-garis sejajar dengan garis lain.
8.
Analisis Riemann terhadap pembuktian teorema di
atas sebagai berikut.
1. Pandangan penting adalah Langkah 6, bahwa “l dan m
serupa” karena garis tersebut memiliki titik C dan C’
secara bersama-sama. Langkah ini akan gagal jika C dan
C’ tidak berbeda.
2. Euclid mengasumsikan bahwa setiap garis “memisahkan
bidang menjadi dua sisi yang berhadapan (Separation
Principle)”.
3. Dalam pandangan sifat pemisahan, konstruksi dalam
Langkah 1 pembuktian di atas (untuk memperluas CA
melalui panjangnya C’) menjamin bahwa C dan C’
berada pada sisi sehadap dari n dan merupakan titik
yang berbeda.
4. Tanpa sifat pemisah, keberadaan C dan C’ tidak memiliki
justifikasi formal dan bukti tersebut akan gagal.
Berdasarkan analisis Riemann di atas, maka muncul dua teori
baru yang berangkat dari dua kemungkinan berikut.
a. Jika prinsip pemisahan tersebut diterima, C dan C’ haruslah
merupakan titik yang berbeda. Dengan kata lain, setiap dua garis
berpotongan pada dua titik dan setiap garis memisahkan bidang.
b. Jika mengabaikan prinsip pemisahan, maka C dan C’ merupakan
titik yang sama. Dengan kata lain, setiap dua garis berpotongan
pada satu titik dan tidak ada garis yangz memisahkan suatu
bidang.
Terbukti.
• Teorema 2
Pada sebarang segitiga siku-siku di geometri eliptik,
setiap duasudut yang lain mempunyai besar sudut
kurang dari, sama dengan, atau lebih dari sudut siku-siku
tergantungdariapakahsisi yang berlawanan itu
mempunyai panjang sisi kurang dari, sama dengan, atau
lebih dari jarak kutubnya.
Bukti:
Misalkan siku-siku di C.
Pada buat titik P sehingga CP adalah jarak kutub.
mempunyai titik P sebagai titik kutubnya.
Sehingga tegak lurus pada dan merupakan
sudut siku-siku.
Jika CB sama dengan jarak kutub maka
adalah sudut siku-siku.
Jika CB kurang dari jarak kutub maka .
Dan jika CB lebih dari jarak kutub maka .
• Teorema 3
Pada geometri eliptik sudut puncak segiempat Saccheri
adalah kongruen dan tumpul.
Bukti:
Misalkan segiempat ABCD adalah sebuah segiempat Saccheri
dimana adalah sudut siku-siku dan ruas garis AD BC.
Sebuah teorema dari geometri netral menjelaskan bahwa
sudut puncak adalah kongruen.
Akan di buktikan sudut puncak segiempat sacherri adalah
tumpul.
Misalkan E dan F titik tengah ruas garis AB dan CD.
Berdasarkan teorema pada segiempat Sacherri
menjelaskan bahwa garis yang menghubungkan titik-titik
tengah dari sisi atas dan sisi bawah segiempat Sacherri
adalah tegak lurus terhadap keduanya.
Maka ruas garis EF tegak lurus terhadap dan .
Misalkan kita memperpanjang dan hingga
keduanya berpotongan di sebuah titik P. Dengan definisi, P
adalah kutub dari , maka EP adalah jarak kutub.
Karena CP < EP, teorema sebelumnya menjelaskan pada
kita bahwa sehingga .
Terbukti.
• Teorema 4
Pada geometri eliptik sudut keempat dari segiempat
Lambert adalah tumpul.
Bukti:
• Teorema 5
Pada geometri eliptik, jumlah sudut dari segitiga
siku- siku adalah lebih dari
Bukti:
A P
B
R
Misalkan mempunyai sudut siku-siku di C.
Akan ditunjukkan bahwa S
Buatlah ruas garis AX sehingga
Titik Q merupakan titik tengah ruas garis AB.
Hubungkan titik Q dengan titik R sehingga ruas garis QR tegak
lurus dengan ruas garis BC.
Hubungkan titik Q dengan titik P sehingga ruas garis QP tegak
lurus dengan ruas garis AX.
Jelas, maka segiempat ACRP merupakan
segiempat Lambert.
Berdasarkan sebab akibat bahwa sudut keempat dari segiempat
Lambert adalah tumpul, maka Karena sudut PAQ
= sudut QBR, maka sudut BAC + sudut ABC > ,
sehingga jumlah sudut dalam segitiga siku-siku ABC yaitu
sudut BAC + sudut ABC + sudut ACB >
Terbukti.
• Teorema 6
Pada geometri eliptik jumlah sudut dari segitiga
sebarang adalah lebih dari.
Bukti:
= +<p
=
Terbukti bahwa jumlah besar sudut suatu segitiga
lebih besar dari
• Teorema 7
Pada geometri eliptik jumlah dari besar sudut
dalam dari setiap segiempat cembung lebih besar
dari
Bukti:
Dipunyai segiempat ABCD.
Akan di buktikan
Perhatikan segiempat ABCD. Terdapat segitiga ABC
dan segitiga ACD. Berdasarkan teorema.
C
A
B D
Terbukti.
• Teorema 8
Tidak ada bujur sangkar dalam geometri eliptik.
Bukti:
Andaikan ada bujur sangkar dalam geometri eliptik.
Berarti ada segiempat ABCD dengan semua sisinya sama
panjang dan semua sudutnya siku-siku.
Jadi jumlah besar sudut segiempat
ABCD = <A+<B+<C+<D
Terbukti.
• Teorema 10
Luas segitiga adalah sebanding dengan
kelebihannya, yaitu, luas, dimana k
adalah konstanta tergantung pada satuan panjang
yang dipilih.
Bukti:
Adb.
Berdasarkan definisi segibanyak secara umum, luas
dari segitiga adalah sebanding dengan defectnya,
atau dapat dituliskan:
Diketahui bahwa .
Karena definisi dari defect suatu segitiga adalah
selisih antara dan jumlah sudut dalam
segitiga tersebut, maka: