Kelompok 4 - Makalah Indonesia
Kelompok 4 - Makalah Indonesia
MAKALAH
Ditulis untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Oleh :
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, nikmat
serta karunia-Nya yang tak ternilai dan tak dapat dihitung sehingga kami
bisa menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul
” Kehalalan Pendapatan Dari Media Sosial Perspektif Hukum Ekonomi
Islam ” ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
Terima kasih kami haturkan kepada Ibu Yulis Sulistiana Dewi yang
senantiasa membimbing kami di dalam kelas dan penyusunan makalah ini.
Tanpa adanya bimbingan dari beliau, kami kiranya tidak akan mampu
menyelesaikannya.
Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kami menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan
dalam makalah ini. Kami pun berharap pembaca makalah ini dapat
memberikan kritik dan sarannya kepada kami agar di kemudian hari kami
bisa membuat makalah yang lebih sempurna lagi. Akhir kata, kami ucapkan
terima kasih kepada segala pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu
atas bantuannya dalam penyusunan makalah ini.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
ii
B. Perspektif hukum ekonomi islam pada pendapatan dari media
sosial ............................................................................................ 18
A. Simpulan ..................................................................................... 22
B. Saran ........................................................................................... 23
iii
ABSTRAK
Penggunaan teknologi modern (seperti komputer atau telepon genggam)
sebagai alat bantu guna memperlancar kegiatan usaha jual beli merupakan
salah satu strategi pemasaran yang sangat menguntungkan. Di era digital
sekarang ini terdapat banyak transaksi perdagangan melalui dunia maya
(online atau via internet), sehingga antara penjual dan pembeli tidak dibatasi
oleh ruang dan waktu. Dahulu, pada masa belum ditemukannya teknologi
internet apabila seseorang bermaksud membeli suatu barang maka ia akan
mendatangi tempat dimana barang itu dijual, pembeli dapat memeriksa
secara langsung kondisi barang yang ia inginkan kemudian terjadi tawar
menawar antara pembeli dan penjual, apabila tercapai kesepakatan antara
penjual dan pembeli barulah terjadi serah terima uang dan barang. Proses
jual beli konvensional inilah yang diatur dalam fiqh muamalah, yang
mensyaratkan adanya empat hal yaitu Sighat al’aqd (ijab qabul), Mahallul
‘aqd (obyek perjanjian / barang), Al’aqidaian (para pihak yang
melaksanakan isi perjanjian) dan Maudhu’ul’aqd (tujuan perjanjian). Dalam
sighat al’aqd (ijab qabul) dilaksanakan dengan ucapan lisan, tulisan atau
isyarat bagi mereka yang tidak mampu berbicara atau menulis. Bahkan
dapat dilaksanakan dengan perbuatan (fi’li) yang menunjukkan kerelaan
kedua belah pihak untuk melakukan suatu perjanjian (jual beli) yang
umumnya dikenal dengan al mu’athah. Mahallul ‘aqd mensyaratkan obyek
atau barang yang diperjanjikan sudah ada nyata, dapat diserahkan ketika
terjadi kesepakatan serta bukan barang yang dilarang menurut syara’.
Al’aqidaian adalah para pihak yang melaksanakan isi perjanjian haruslah
memenuhi syarat seperti aqil baligh, berakal, sehat, dewasa/bukan
mumayyid dan cakap hukum. Sedangkan maudhu’ul ‘aqd berarti yang
menjadi tujuan dibuatnya perjanjian (jual beli) yakni penjual menyerahkan
barang atau jasa sedangkan pembeli menyerahkan sejumlah uang.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang manusia diciptakan oleh Allah swt sebagai makhluk
ekonomi dan makhluk sosial yang bermoral, aktfitas makhluk ekonomi,
dijalani dengan melakukan pemenuhan kebutuhan, baik kebutuhan
primer maupun kebutuhan skunder, dan tersier, hal ini dilakukan agar
keberlangsungan hidup seseorang dapat dijalankan. Sebagai makhluk
sosial, manusia juga harus mampu memenuhi kebutuhan orang lain
dengan bekerja, manusia bekerja dengan kemampuannya masing-masing,
ada yang bekerja sebagai petani dan ada yang bekerja sebagai nelayan,
hal ini tidak bisa dipungkiri bahwa sejatinya manusia butuh orang lain
untuk memenuhi sebagian kebutuhannya, lalu kaitannya dengan islam,
kita harus terus mengoptimalkan hubungan kita dengan manusia
(habluminanas) hubungan kita dengan alam (habluminalalam) dan
hubungan manusia dengan Allah (habluminalloh) karena dengan
menjalin relasi dengan baik antara sesama manusia, maka akan
mempermudah pemenuhan bisnis, misalnya dengan komunikasi yang
baik, adapun menjaga hubungan dengan Allah yaitu melalui ibadah, dan
bersyukur atas nikmat dan karunianya, sebagai makhluk khalifah.
.(Runto Hediana & Ahmad Dasuki Aly, transaksi jual beli online
perspektif ekonomi islam,( Cirebon. IAIN Syekh Nurjati2013)
Untuk mempertahankan hidupnya, seseorang dapat
mengekspresikan posisinya secara bebas untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri. Kebijaksanaan atau kebebasan diperlukan agar
manajemen buatan manusia memenuhi kebutuhan yang ada. Jika
manusia memiliki kesadaran yang sama, maka manusia dapat
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kehalalan pendapatan dari media sosial sesuai syari’ah
islam ?
2. Bagaimana perspektif hukum ekonomi islam pada pendapatan dari
media sosial ?
C. Tujuan Penulisan
1. Menambah wawasan mengenai kehalalan pendapatan dari media
sosial sesuai syariah islam.
2. Menambah wawasan mengenai perspektif hukum ekonomi islam
pada pendapatan dari media sosial.
3
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan
pemahaman mengenai pandangan hukum Islam mengenai jual beli
on-line dan mendapatkan pendapatan halal dari media sosial. Dan
diharapakan dapat memperkaya khazanah pemikiran Keislaman pada
umumnya, civitas Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam,
khususnya pada jurusan Manajemen Keuangan Syariah.
2. Secara Praktis penelitian ini dimaksudkan sebagai salah satu tugas
guna memenuhi nilai mata kuliah Bahasa Indonesia oleh Ibu Yulis
Sulistiana Dewi,S.PD,.M.PD.I
E. Teknik Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan studi pustaka
melalui mencari pemahaman tentang sistem pendapatan di media sosial
menurut perspektif hukum ekonomi islam dan mencari pemahaman-
pemahaman tentang pendapatan dari media sosial.
Pencarian tersebut dilakukan melalui google dan muncul beberapa
artikel terkait yang dibutuhkan. Artikel tersebut dilakukan pengutipan
dan dilakukan paraphrase dengan bahasa sendiri dan disajikan dalam
bentuk paragraph.
4
BAB II
KAJIAN TEORI
5
kerja, faktor modal (kapital), faktor manajemen, teknologi serta bahan
baku.
6
7
tetapi pada prakteknya untuk hal-hal yang situasi dan kondisi tertentu
bisa saja berlaku luwes bahkan bisa mengalami perubahan (Zaki Fuad
Chalil, 2009).
1. Tauhid
Prinsip tauhid melahirkan prinsip-prinsip yang menyangkut
segala aspek kehidupan dunia dan akhirat (M. Quraish Shihab,
2006). Ketika seseorang mengesakan dan menyembah Allah Swt.
Hal itu akan berimplikasi pada adanya niat yang tulus bahwa
8
11
12
PEMBAHASAN
15
16
Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah
pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba
fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi
lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan
demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan
sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini riba nasiah yang berlipat
ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah.
Rasulullah mengisyaratkan bahwa jual beli itu halal selagi suka sama
suka (Antaradhin). Karena jual beli atau berbisnis seperti melalui online
memiliki dampak positif karena dianggap praktis, cepat, dan mudah.
Allah Swt berfirman dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah [2] : 275:
“...Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...”. Al
Bai’ (Jual beli) dalam ayat termasuk didalamnya bisnis yang dilakukan
lewat online. Namun jual beli lewat online harus memiliki syarat-syarat
tertentu boleh atau tidaknya dilakukan.
18
19
penjual harus menulis syarat dan kondisi apa saja yang terdapat dalam
transaksi tersebut, sehingga terjadi keterbukaan antara penjual dan
pembeli.
Adapun bentuk akad transaksi jual beli yang dapat dipakai dalam
sebuah transaksi online ialah bay`al-murahabah (biasa disebut
murabahah) dan bay`al-salam (biasa disebut salam).
sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, terus berhenti (dari larangan riba), Maka baginya apa
yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada allah. Orang yang telah kembali (mengambil riba),
Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal
didalamnya” (QS Al-Baqarah;275).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi solusi yang harus kita laksanakan dan ditempuh dalam jual beli
online agar sah menurut agama islam dan mendapatkan pendapatan yang
halal adalah dengan menjual produk yang halal, kejelasan produk yang
dijual, kesesuaian harga dengan kualitas barang, dan yang paling penting
adalah kejujuran.
22
B. Saran
1. Bagi Penjual, hendaknya berbisnis dengan memperhatikan prinsip
hukum ekonomi islam. Jika bisnis melalui on-line tidak sesuai dengan
syarat-syarat dan langkah-langkah yang telah ditentukan dalam islam,
maka hukumnya adalam “Haram” yang artinya tidak diperbolehkan.
2. Bagi pembeli, hendaknya lebih selektif dalam membeli barang di
sosial media.
23
DAFTAR PUSTAKA
Norazlina Zainul., dkk. 2004. E-Commerce From An Islamic Perspective,
Dikutip dari http:// sciencedirect.com
Badroen, Faisal, dkk. 2006. Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta : Kencana.
http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/ISLAMADINA/article/view/1528
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0007/05/ekonomi/volu28.htm
24