Anda di halaman 1dari 11

Keterangan : Tulisan di Italic adalah yang di cantumkan di PPT sisanya

penjelasan. Jadi jika kalian ingin lebih mengembangkan materi PPT bisa di
baca narasi berikut :

(Muhammad Firdaus)

1. Pengertian Identitas Nasional


Identitas sendiri memiliki arti sebagai ciri yang dimiliki setiap
pihak yang dimaksud sebagai suatu pembeda atau pembanding dengan
pihak yang lain. Sedangkan nasional atau Nasionalisme memiliki arti
suatu paham, yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus
diserahkan kepada Negara kebangsaan. Identitas nasional adalah
kepribadian nasional atau jati diri nasional yang dimiliki suatu bangsa
yang membedakan bangsa satu dengan bangsa yang lainnya.
Identitas nasional dalam kosteks bangsa cenderung mengecu pada
kebudayaan, adat istiadat, serta karakter khas suatu negara. Sedangkan
identitas nasional dalam konteks negara tercermin dalam simbol-simbol
kenegaraan seperti: Pancasila, Bendera Merah Putih, Bahasa Nasional
yaitu Bahasa Indonesia, Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika,
Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila, Konstitusi (Hukum Dasar) negara
yaitu UUD 1945 serta Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat. Pahlawan – pahlawan rakyat pada masa perjuangan
nasional seperti Pattimura, Hasanudin, Pangeran Antasari dan lain – lain.
Dengan terwujudnya identitas bersama sebagai bangsa dan negara
Indonesia dapat mengikat eksistensinya serta memberikan daya hidup.
Sebagai bangsa dan negara yang merdeka, berdaulat dalam hubungan
internasional akan dihargai dan sejajar dengan bangsa dan negara lain.
Identitas bersama itu juga dapat menunjukkan jatidiri serta
kepribadiannya. Rasa solidaritas sosial, kebersamaan sebagai kelompok
dapat mendukung upaya mengisi kemerdekaan. Dengan identitas bersama
itu juga dapat memberikan motivasi untuk mencapai kejayaan bangsa dan
negara di masa depan.
Identitas nasional merupakan suatu konsep kebangsaan yang tidak
pernah ada padanan sebelumnya. Perlu dirumuskan oleh suku-suku
tersebut. Istilah Identitas Nasional secara terminologis adalah suatu ciri
yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa
tersebut dengan bangsa lain. Eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi
yang sangat kuat terutama karena pengaruh kekuasaan internasional.
Ciri khas suatu bangsa yang merupakan local genius dalam
menghadapi pengaruh budaya asing akan menghadapi challence dan
response. Jika challence cukup besar sementara response kecil maka
bangsa tersebut akan punah dan hal ini sebagaimana terjadi pada bangsa
Aborigin di Australia dan bangsa Indian di Amerika. Namun demikian jika
challance kecil sementara response besar maka bangsa tersebut tidak akan
berkembang menjadi bangsa yang kreatif. Oleh karena itu, agar bangsa
Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi maka harus tetap
meletakkan jati diri dan identitas nasional yang merupakan kepribadian
bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya
globalisasi. Sebagaimana terjadi di berbagai negara di dunia, justru dalam
era globalisasi dengan penuh tantangan yang cenderung menghancurkan
nasionalisme, muncullah kebangkitan kembali kesadaran nasional.

Fajar Maulana Sidiq

2. Unsur-unsur Identitas Nasional Bangsa Indonesia

Identitas nasional mampu membedakan antara Bangsa Indonesia


dengan bangsa lain yang dibentuk melalui unsur-unsur berikut:

a. Suku Bangsa
Individu memiliki suku bangsa sejak lahir dan tidak mampu
untuk memilih mereka ingin berada di suku apa. Yang dapat dilakukan
individu adalah memilih bagaimana bertingkah laku setelah menjadi
bagian dari suku bangsa tersebut.
Suku bangsa ini merupakan salah satu identitas yang dapat
terlihat dengan cukup jelas. Umumnya yang terlihat bukan "suku" nya,
melainkan budaya-budaya yang melekat pada suku tersebut.
Indonesia sendiri memiliki keanekaragaman suku yang tersebar
dari Sabang hingga Merauke. Antara lain ada Suku Dayak, Suku
Sasak, Suku Jawa, Suku Minahasa, Suku Asmat, dan masih banyak
lagi.
b. Bahasa
Bahasa merupakan identitas nasional yang sangat integral dan
yang paling terlihat. Masyarakat Indonesia menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan mereka. Hampir semua
masyarakat Indonesia bisa menggunakan bahasa ini.
Namun, banyak rakyat kita yang masih menggunakan bahasa
daerah mereka dalam komunikasi sehari-hari. Bahasa daerah juga
menunjukkan salah satu kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia.
Contohnya adalah bahasa Sunda, bahasa Jawa, ataupun bahasa lokal
lainnya.
c. Kebudayaan
Indonesia memiliki budaya nasional yang sangat kaya.
Contohnya seperti tarian tradisional, lagu-lagu daerah, pakaian adat,
hingga rumah adat yang beraneka ragam bentuknya.
Hampir setiap suku memiliki tarian tradisional mereka sendiri.
Contoh yang cukup terkenal adalah tari saman, tari piring, hingga tari
tor-tor.
Kemudian pakaian adat biasanya digunakan sebagai salah satu
simbol perayaan acara sakral seperti upacara pernikahan. Pakaian adat
ini juga dapat menunjukkan ciri khas daerah tersebut.
Indonesia juga memiliki banyak sekali lagu-lagu daerah dalam
bahasa-bahasa yang sangat beragam pula. Beberapa yang cukup
terkenal adalah Bungong Jeumpo yang berasal dari Aceh, Tokecang
dari Jawa Barat, Ampar Ampar Pisang dari Kalimantan Selatan hingga
Yamko Rambe Yamko yang berasal dari Papua.
d. Agama
Indonesia dikenal sebagai negara majemuk yang terdiri dari
berbagai macam suku bangsa. Hal ini mengakibatkan Indonesia juga
terdiri dari berbagai macam agama yang dianut oleh warga
negaranya.
Di Indonesia sendiri agama yang diakui terdiri dari 6 agama
yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, hingga Konghucu.
Meskipun berbeda-beda warga Indonesia tetap harus saling
menghargai dan mampu bersikap toleransi terhadap pemeluk agama
lain.

Bintang Rajapasha

3. Revitalisasi Pancasila sebagai Pemberdayaan Identitas Nasional

Revitalisasi Pancasila sebagaimana manifestasi Identitas Nasional


pada gilirannya harus diarahkan juga pada pembinaan dan
pengembangan moral, sedemikian rupa sehingga moralitas Pancasila
dapat dijadikan dasar dan arah dalam upaya untuk mengatasi krisis dan
disintegrasi yang cenderung sudah menyentuh ke semua segi dan sendi
kehidupan, dan harus kita sadari bahwa moralitas Pancasila akan
menjadi tanpa makna, menjadi sebuah “karikatur” apabila tidak disertai
dukungan suasana kehidupan di bidang hukum secara kondusif. Antara
moralitas dan hukum memang terdapat korelasi yang sangat erat, dalam
arti bahwa moralitas yang tidak didukung oleh kehidupan hukum yang
kondusif akan menjadi subjektivitas yang satu sama lain akan saling
berbenturan, sebaliknya ketentuan hukum yang disusun tanpa disertai
dasar dan alasan moral akan melahirkan suatu legalisme yang represif,
kontra produktif dan bertentangan dengan nilai- nilai Pancasila itu sendiri.

Dalam merevitalisasi Pancasila sebagai manifestasi Identitas


Nasional, penyelenggaraan MPK hendaknya dikaitkan dengan wawasan:

a. Spiritual, untuk meletakkan landasan etik, moral, religiusitas, sebagai


dasar dan arah pengembangan sesuatu profesi.
b. Akademis, untuk menunjukkan bahwa MPK merupakan aspek being
yang tidak kalah pentingnya bahkan lebih penting daripada aspek
having dalam kerangka penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang
bukan sekedar instrumen melainkan adalah subjek pembaharuan dan
pencerahan.
c. Kebangsaan, untuk menumbuhkan kesadaran nasionalismenya agar
dalam pergaulan antar bangsa tetap setia kepada kepentingan
bangsanya, bangga dan respek kepada jatidiri bangsanya yang
memilki ideologi tersendiri.
d. Mondial, untuk menyadarkan bahwa manusia dan bangsa di masa kini
siap menghadapi dialektikanya perkembangan dalam masyarakat
dunia yang “terbuka”. Mampu untuk segera beradaptasi dengan
perubahan yang terus menerus terjadi dengan cepat, dan mampu pula
mencari jalan keluarnya sendiri dalam mengatasi setiap tantangan yang
dihadapi, sebab dampak dan pengaruh perkembangan Iptek yang
bukan lagi hanya sekedar sarana, melainkan telah menjadi sesuatu
yang substantif yang dalam kehidupan umat manusia bukan hanya
sebagai tantangan melainkan juga peluang untuk berkarya.

Aufarrahman Fasya

4. Fungsi Identitas Nasional Indonesia

Identitas dapat diartikan sebagai ciri, tanda, atau jati diri yang
ada pada diri seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang
lain. Identitas nasional ini secara terminologis merupakan suatu ciri yang
telah dimiliki oleh suatu negara dan secara filosofis mampu membedakan
bangsa tersebut dengan bangsa lainnya.  Umumnya identitas nasional
memiliki fungsi diantaranya:

a. Sebagai Alat Pemersatu Bangsa


Identitas nasional dibentuk untuk mampu mempersatukan
bangsa. Terutama bangsa Indonesia yang memiliki banyak perbedaan
dalam berbagai hal seperti suku, agama dan kebudayaan yang
beragam. Maka, identitas nasional hadir untuk menjadikan satu
kesatuan perbedaan tersebut. Selain itu, identitas nasional dapat
mempererat jiwa masyarakat yang saling berbeda itu menjadi satu
yaitu Indonesia. Indonesia merupakan salah satu Negara yang
memiliki suku bangsa terbanyak di dunia, maka dari itu tidak jarang
perpecahan terjadi. Seperti bunyi pancasila yang ke 3, yaitu persatuan
indonesia. Fungsi identitas nasional adalah sebagai pemersatu bangsa.
b. Sebagai Pembeda dengan Negara Lain
Terbentuknya identitas nasional akan menjadikan Indonesia
unik dan tentunya berbeda dengan negara lain. Karena dari adanya
identitas, suatu negara dapat dengan mudah dikenali oleh dunia. Jadi,
identitas nasional bisa dijadikan sebagai pembeda antara negara
Indonesia dengan negara lainnya yang ada di dunia. Semua negara
tentu memiliki identitas nasional atau ciri khasnya masing-masing
yang dibanggakan untuk mereka jadikan sebagai pembeda dengan
negara lain.
c. Sebagai Landasan Negara Indonesia
Landasan negara juga bisa diartikan sebagai salah satu identitas
nasional. Karena landasan merupakan pegangan, pijakan serta sumber
terpercaya dari suatu negara. Landasan negara Indonesia adalah
pancasila. Pancasila merupakan suatu identitas yang sangat dikenal
dari negara Indonesia. Burung Garuda, Pohon kapas, sejumlah padi,
dan lambang lambang lainnya dalam pancasila memiliki banyak arti
yang dikhususkan sebagai identitas negara. Bisa diartikan bahwa,
identitas nasional digunakan sebagai suatu panduan, pemersatu dan
juga pegangan untuk mewujudkan cita–cita dan tujuan negara. Tidak
hanya itu, identitas nasional dapat dimanfaatkan untuk
menggambarkan apa saja potensi, sumber daya, dan kemampuan yang
dimiliki oleh negara Indonesia yang tentu saja berbeda dengan apa
yang dimiliki oleh bangsa lainnya di dunia.
d. Sebagai Nilai Kualitas Suatu Negara
Identitas dari suatu negara juga dapat menunjukkan nilai jual
atau kualitas dari negara tersebut. Karena dalam suatu identitas
biasanya mencakup seluruh perilaku kehidupan. Suatu negara akan
maju, apabila ia benar benar menunjukkan identitasnya dan tidak
mengikuti budaya negara lain. Identitas negara Indonesia inilah yang
kemudian dalam perjalanannya akan membentuk persepsi negara lain
atau bangsa lain di dunia terhadap Indonesia.
e. Sebagai Bentuk Perlindungan diri dari Dampak Buruk Globalisasi
Tantangan yang sangat kuat di era sekarang datang dari
globalisasi yang juga berasal dari perkembangan dunia internasional
pada berbagai bidang seperti permasalahan sosial budaya. Globalisasi
akan terjadi mau ataupun tidak mau, di Indonesia dampak globalisasi
sudah banyak terjadi. Ada yang mendapatkan dampak positif seperti
semakin pintar dalam teknologi, ada juga yang terkena dampak
negatif. Contoh dampak negatif yang banyak terjadi adalah
berubahnya cara berpakaian, maka dari itu identitas nasional juga turut
menjadi tameng dari dampak buruk era globalisasi.

Juan Marchevinco A

5. Faktor Pembentuk Identitas Nasional


Terdapat dua faktor penting dalam pembentukan identitas
nasional yaitu faktor primodial dan faktor kondisional.
a. Faktor primodial atau faktor objektif adalah faktor bawaan yang
bersifat alamiah yang melekat pada bangsa tersebut seperti geografi,
ekologi dan demografi. Kondisi geografis-ekologis yang membentuk
Indonesia sebagai wilayah kepulauan yang beriklim tropis dan terletak
di persimpangan jalan komunikasi antar wilayah dunia di Asia
Tenggara, ikut mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis,
ekonomis, sosial dan kultural bangsa Indonesia.
b. Faktor kondisional atau faktor subyektif adalah keadaan yang
mempengaruhi terbentuknya identitas nasional. Faktor subyektif
meliputi faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki
bangsa Indonesia. Faktor historis ini mempengaruhi proses
pembentukan masyarakat dan bangsa Indonesia, beserta identitasnya,
melalui interaksi berbagai faktor yang terlibat di dalamnya. Hasil dari
interaksi dari berbagai faktor tersebut.
Selain itu terdapat factor lain yaitu faktor sakral dapat berupa
kesamaan agama yang dipeluk masyarakat atau ideologi doktriner yang
diakui oleh masyarakat yang bersangkutan. Agama dan ideologi
merupakan faktor sakral yang dapat membentuk bangsa negara. Faktor
sakral ikut menyumbang terbentuknya satu nasionalitas baru. Negara
Indonesia diikat oleh kesamaan ideologi Pancasila. Tokoh kepemimpinan
dari para tokoh yang disegani dan dihormati oleh masyarakat dapat pula
menjadi faktor yang menyatukan bangsa negara. Pemimpin di beberapa
negara dianggap sebagai penyambung lidah rakyat, pemersatu rakyat dan
simbol pemersatu bangsa yang bersangkutan. Contohnya Soekarno di
Indonesia, Nelson Mandela di Afrika Selatan, Mahatma Gandhi di India,
dan Tito di Yugoslavia.
Prinsip kesediaan warga bangsa bersatu dalam perbedaan (unity in
deversity) juga menjadi faktor pembentuk identitas nasional. Yang disebut
bersatu dalam perbedaan adalah kesediaan warga bangsa untuk setia pada
lembaga yang disebut 6 negara dan pemerintahnya tanpa menghilangkan
keterikatannya pada suku bangsa, adat, ras, agamanya. Sesungguhnya
warga bangsa memiliki kesetiaan ganda (multiloyalities). Warga setia pada
identitas primordialnya dan warga juga memiliki kesetiaan pada
pemerintah dan negara, namun mereka menunjukkan kesetiaan yang lebih
besar pada kebersamaan yang terwujud dalam bangsa negara di bawah
satu pemerintah yang sah. Mereka sepakat untuk hidup bersama di bawah
satu bangsa meskipun berbeda latar belakang. Oleh karena itu, setiap
warga negara perlu memiliki kesadaran akan arti pentingnya penghargaan
terhadap suatu identitas bersama yang tujuannya adalah menegakkan
Bhinneka Tunggal Ika atau kesatuan dalam perbedaan (unity in deversity)
suatu solidaritas yang didasarkan pada kesantunan (civility).
Faktor yang tak kalah penting yaitu sejarah. Persepsi yang sama
diantara warga masyarakat tentang sejarah mereka dapat menyatukan
diri dalam satu bangsa. Persepsi yang sama tentang pengalaman masa
lalu, seperti sama-sama menderita karena penjajahan, tidak hanya
melahirkan solidaritas tetapi juga melahirkan tekad dan tujuan yang sama
antar anggota masyarakat itu.

Muhamad Ramzy Raihan

6. Bentuk Identitas Nasional Bangsa Indonesia

Identitas nasional bangsa Indonesia tercipta dari berbagai nilai-


nilai kultural suku bangsa yang ada di setiap daerah. Nilai-nilai kultural
tersebut kemudian dihimpun menjadi satu kesatuan yang akhirnya
membentuk identitas nasional bangsa Indonesia.

Dalam buku Pendidikan Kewarganegaraan (2020) karya


Rosmawati dan Hasanal Mulkan, dijelaskan bentuk-bentuk identitas
nasional bangsa Indonesia, yaitu:

a. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional atau bahasa persatuan.


Bahasa Indonesia berawal dari rumpun bahasa Melayu yang
dipergunakan sebagai bahasa pergaulan yang kemudian diangkat
sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928. Bangsa
Indonesia sepakat bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional
sekaligus sebagai identitas nasional Indonesia.
b. Sang Merah Putih sebagai bendera negara. Warna merah berarti
berani dan putih berarti suci. Lambang merah putih sudah dikenal pada
masa kerajaan di Indonesia yang kemudian diangkat sebagai bendera
negara. Bendera merah putih dikibarkan pertama kali pada tanggal 17
Agustus 1945, namun telah ditunjukkan pada peristiwa Sumpah
Pemuda.
c. Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan Indonesia. Lagu Indonesia
Raya pertama kali dinyanyikan pada tanggal 28 Oktober 1928 dalam
Kongres Pemuda II.
d. Burung Garuda yang merupakan burung khas Indonesia dijadikan
sebagai lambang negara.
e. Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara yang berarti
berbeda-beda tetapi satu jua. Menunjukkan kenyataan bahwa bangsa
kita heterogen, namun tetap berkeinginan untuk menjadi satu bangsa,
yaitu bangsa Indonesia.
f. Pancasila sebagai dasar falsafat negara yang berisi lima dasar yang
dijadikan sebagai dasar filsafat dan ideologi negara Indonesia.
Pancasila merupakan identitas nasional yang berkedudukan sebagai
dasar negara dan pandangan hidup (ideologi) bangsa.
g. UUD 1945 sebagai konstitusi (hukum dasar) negara. UUD 1945
merupakan hukum dasar tertulis yang menduduki tingkatan tertinggi
dalam tata urutan peraturan perundangan dan dijadikan sebagai
pedoman penyelenggaraan bernegara.
h. Bentuk negara adalah Kesatuan Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat. Bentuk negara adalah kesatuan, sedang bentuk
pemerintahan adalah republik. Sistem politik yang digunakan adalah
sistem demokrasi (kedaulatan rakyat). Saat ini identitas negara
kesatuan disepakati untuk tidak dilakukan perubahan.
i. Konsepsi wawasan nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungan yang serba beragam dan memiliki nilai
strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, serta
kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
j. Kebudayaan sebagai puncak-puncak dari kebudayaan daerah.
Kebudayaan daerah diterima sebagai kebudayaan nasional. Berbagai
kebudayaan dari kelompok-kelompok bangsa di Indonesia yang
memiliki cita rasa tinggi, dapat dinikmati dan diterima oleh masyarakat
luas sebagai kebudayaan nasional.

Tumbuh dan disepakatinya beberapa identitas nasional Indonesia


itu sesungguhnya telah diawali dengan adanya kesadaran politik bangsa
Indonesia sebelum bernegara. Hal demikian sesuai dengan ciri dari
pembentukan negara-negara model mutakhir. Kesadaran politik itu adalah
tumbuhnya semangat nasionalisme (semangat kebangsaan) sebagai
gerakan menentang penjajahan dan mewujudkan negara Indonesia.
Dengan demikian, nasionalisme yang tumbuh kuat dalam diri bangsa
Indonesia turut mempermudah terbentuknya identitas nasional Indonesia.

Malika Nuraziza K

7. Studi Kasus

Anda mungkin juga menyukai