Anda di halaman 1dari 4

Kasus sengketa 

hubungan industrial termasuk pemutusan hubungan kerja


(PHK) ratusan pekerja PT. Alpen Food Industry (AFI), produsen es krim
Aice akhirnya diinvestigasi kementerian ketenagakerjaan (Kemenaker). 

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah telah mengirimkan tim


khusus pengawas ketenagakerjaan untuk melakukan pemeriksaan atau
investigasi terhadap PT. Alpen Food Industry (AFI), perusahaan yang
memproduksi es krim AICE yang berlokasi di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Hasilnya memang ada pelanggaran.

Plt. Dirjen Pembinaan pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (PPK dan K3)  Iswandi Hari sebelumnya menanggapi
adanya laporan dan informasi pengaduan terkait perusahaan PT AFI dari
serikat pekerja/buruh maupun dari masyarakat.

Ia bilang berdasarkan laporan dari tim pengawas ketenagakerjaan,


diinformasikan sementara ini bahwa ada tenaga kerja sekitar 1.206 orang di
antaranya terdapat pekerja perempuan. "Kita temukan beberapa pelanggaran
yang harus diperbaiki", kata Iswandi, dalam pernyataan resminya, dikutip
Rabu (11/3)

Menurutnya tim khusus ini terus melakukan pendalaman, pemeriksaan


berkas, dan permintaan keterangan dari Pengusaha/pengurus perusahaan,
pekerja dan anggota SP/SB terdapat temuan yang melanggar ketentuan.

"Segera akan ditindaklanjuti, baik melalui nota pemeriksaan dan tahapan


penyidikan. Termasuk kemungkinan diberikan sanksi tegas," kata Iswandi.

Para buruh PT AFI  mengaku mengalami banyak hal yang memprihatinkan


selama proses bekerja. Juru bicara Juru bicara Federasi Serikat Buruh
Demokratik Kerakyatan (F-SEDAR) yang menaungi ratusan buruh
perusahaan itu, Sarinah menyebut, banyak kasus yang mendera para buruh.

Di antaranya buruh hamil yang masih diminta bekerja pada malam hari hingga
pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak oleh pihak
perusahaan. Aksi mogok tersebut dilakukan pada 21-28 Februari 2020 lalu
untuk protes dugaan pelanggaran manajemen.

Perusahaan menganggap PHK dilakukan karena buruh dianggap melakukan


mogok kerja secara tidak sah. Legal Corporate PT Alpen Food Industry Simon
Audry Halomoan yang mewakili pihak perusahaan mengklaim telah
melakukan PHK sesuai dengan prosedur yang berlaku. Ia mengacu pada
pasal 6 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 232 Tahun
2003.
"Bagi kami, mogok kerja yang dilakukan SGBBI (Serikat Gerakan Buruh Bumi
Indonesia Alpen Food Industry) dikualifikasikan sebagai mogok kerja tidak
sah," tegas Simon seperti dikutip dari CNN Indonesia

Berdasarkan Keputusan Menteri (Kepmen) Tenaga Kerja dan Transmigrasi


Nomor 232 Tahun 2003. Di ayat 1 pasal 6 dijelaskan, mogok kerja yang
dilakukan secara tidak sah dikualifikasikan sebagai mangkir.

Ayat 2 menyatakan pemanggilan untuk kembali bekerja bagi pelaku mogok


dilakukan oleh pengusaha 2 kali berturut-turut dalam tenggang waktu 7 hari
dalam bentuk pemanggilan secara patut dan tertulis. Pada ayat 3 dijelaskan
pekerja/buruh yang tidak memenuhi panggilan maka dianggap mengundurkan
diri.

"Bahwa Alpen sudah mengeluarkan pengumuman imbauan kembali bekerja,


bahkan sudah saya bacakan di depan publik. Kemudian sudah kirim surat 2
kali, ya apalagi upayanya?" jelas Simon.

Terkait jumlah karyawan yang dianggap mogok kerja secara tidak sah, dia
memastikan tidak sampai 620 orang seperti informasi yang beredar. Tapi
jumlahnya memang sampai ratusan orang.

"Tapi kalau 620 seperti yang dinyatakan di media terkait yang melakukan aksi
mogok tidak sah, ya saya pastikan itu angkanya sangat besar sekali," kata
Simon dikutip dari detikcom.

Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) menerjunkan tim khusus


pengawas ketenagakerjaan untuk memeriksa pabrik es krim AICE milik
PT Alpen Food Industry (AFI) di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Hasilnya,
ditemukan sejumlah pelanggaran.
ADVERTISEMENT

"Kita temukan beberapa pelanggaran yang harus diperbaiki,” kata Plt


Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan Kerja
(PPK dan K3), Iswandi Hari, lewat keterangan yang diterima kumparan,
Senin (17/3).
Iswandi tidak menjelaskan lebih lanjut pelanggaran apa yang dilakukan
perusahaan pengelola pabrik AICE. Dia mengatakan saat ini Kemenaker
tengah melakukan pendalaman pelanggaran tersebut untuk segera
ditindaklanjuti.
"Kita terus melakukan pendalaman, pemeriksaan berkas, dan permintaan
keterangan dari pengusaha atau pengurus perusahaan, pekerja dan anggota
Serikat Pekerja atau Serikat Buruh terdapat temuan yang melanggar
ketentuan, maka segera akan ditindaklanjuti, baik melalui nota
pemeriksaan dan tahapan penyidikan. Termasuk kemungkinan diberikan
sanksi tegas," kata Iswandi.

Perbesar

Wisata pabrik Aice di Mojokerto. Foto: Toshiko/kumparan


Sementara itu, Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah menegaskan,
diturunkannya tim khusus merupakan bentuk respons cepat dari
Kemenaker untuk menanggapi adanya laporan dan informasi pengaduan
dari serikat pekerja buruh terkait dugaan pelanggaran ketenagakerjaan.
ADVERTISEMENT

"Kemenaker telah mengirimkan tim pengawas ketenagakerjaan untuk


melakukan pemeriksaan langsung ke lapangan. Kita juga sudah
berkoordinasi dengan UPTD II Pengawasan wilayah II Provinsi Jawa
Barat,” kata Ida.
Menaker menambahkan saat ini tim tengah mengecek dan memverifikasi
laporan tersebut. Dia menegaskan jika PT AFI terbukti melanggar aturan,
maka Kemenaker akan memberikan sanksi sesuai dengan perundang-
undangan.
“Saat ini tim terus bekerja melakukan tahap pemeriksaan dokumen dan
permintaan keterangan kepada pekerja dan pengusaha serta para pihak
terkait untuk dilakukan pendalaman materi dugaan pelanggaran Norma
Kerja, Norma Perempuan serta termasuk penerapan norma K3 di lokasi
kerja,” ujar Ida.
“Kalau terbukti tentu kita berikan sanksi tegas sesuai peraturan perundang-
undangan,” kata Ida.
Sejumlah isu pelanggaran ketenagakerjaan sempat menghempas PT AFI.
Perusahaan asal Singapura itu disebut menggaji buruh pabriknya dengan
upah yang tidak layak dan mengabaikan keselamatan kerja hingga
beberapa di antaranya sampai keguguran.
ADVERTISEMENT

Dua masalah itu sampai membuat ratusan buruh pabrik AICE mogok
kerja. Mereka menuntut upah yang layak dan tentunya kondisi lingkungan
kerja yang aman.
Sebelumnya, manajemen PT AFI telah mengkonfirmasi dua isu tersebut.
Soal upah, PT AFI memastikan telah menggaji pekerja sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
“Setiap perusahaan memiliki kebijakan dalam pemberian upah. AFI telah
mengikuti regulasi yang ada. Setiap kebijakan yang ditempuh dalam
menentukan kenaikan anggaran gaji mengacu dan sudah mengikuti kepada
ketentuan pengupahan,” kata Legal Corporate PT AFI, Simon Audry
Halomoan Siagian, saat menggelar press briefing di kawasan Senayan, 28
Februari lalu.
Sementara soal pekerjanya yang keguguran, Simon memastikan keguguran
itu bukan disebabkan karena beban kerja yang terlalu berat.
ADVERTISEMENT

“Sebagian karena mereka sendiri tidak mengetahui sedang hamil, atau


berhubungan seksual di trisemester pertama,” ujar Simon.

Anda mungkin juga menyukai