Di antaranya buruh hamil yang masih diminta bekerja pada malam hari hingga
pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak oleh pihak
perusahaan. Aksi mogok tersebut dilakukan pada 21-28 Februari 2020 lalu
untuk protes dugaan pelanggaran manajemen.
Terkait jumlah karyawan yang dianggap mogok kerja secara tidak sah, dia
memastikan tidak sampai 620 orang seperti informasi yang beredar. Tapi
jumlahnya memang sampai ratusan orang.
"Tapi kalau 620 seperti yang dinyatakan di media terkait yang melakukan aksi
mogok tidak sah, ya saya pastikan itu angkanya sangat besar sekali," kata
Simon dikutip dari detikcom.
Perbesar
Dua masalah itu sampai membuat ratusan buruh pabrik AICE mogok
kerja. Mereka menuntut upah yang layak dan tentunya kondisi lingkungan
kerja yang aman.
Sebelumnya, manajemen PT AFI telah mengkonfirmasi dua isu tersebut.
Soal upah, PT AFI memastikan telah menggaji pekerja sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
“Setiap perusahaan memiliki kebijakan dalam pemberian upah. AFI telah
mengikuti regulasi yang ada. Setiap kebijakan yang ditempuh dalam
menentukan kenaikan anggaran gaji mengacu dan sudah mengikuti kepada
ketentuan pengupahan,” kata Legal Corporate PT AFI, Simon Audry
Halomoan Siagian, saat menggelar press briefing di kawasan Senayan, 28
Februari lalu.
Sementara soal pekerjanya yang keguguran, Simon memastikan keguguran
itu bukan disebabkan karena beban kerja yang terlalu berat.
ADVERTISEMENT