Anda di halaman 1dari 7

TUGAS EKONOMI

KASUS KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA

CHERYL LIBNA ALQONITA


XI-B
10

SMA NEGERI 1 PAMEKASAN


TAHUN PELAJARAN 2023/2024
Berita / Kasus

Bentrok Pekerja China dan Indonesia di PT GNI, Kemenaker Didesak Jatuhkan Sanksi
Berat : ‘Masa Negara Kalah sama Perusahaan?’

Kementerian Tenaga Kerja didesak mengambil tindakan hukum dan menjatuhkan


sanksi berat terhadap PT Gunbaster Nickel Industry karena melakukan sejumlah pelanggaran
aturan ketenagakerjaan sehingga menyebabkan setidaknya empat pekerja meninggal sejak
2022, menurut pengamat.
Pelanggaran aturan ketenagakerjaan itu mulai dari tidak adanya Peraturan Perusahaan,
memberlakukan status kontrak bagi pekerjaan yang bersifat tetap, pemotongan upah,
melanggar aturan tentang Keselamatan Kesehatan Kerja atau K3, serta PHK sepihak.
Menanggapi persoalan ini, Menaker Ida Fauziyah akan menurunkan tim investigasi ke
lokasi dan menyusun langkah-langkah untuk mencegah kejadian serupa.
Adapun PT Gunbaster Nickel Industry menyatakan prihatin atas peristiwa unjuk rasa
yang berakhir ricuh tersebut.
Sementara itu, Menko Polhukam, Mahfud MD meminta PT GNI menyikapi tuntutan
pekerja dengan arif.
“Selanjutnya, pekerja harus bisa menyampaikan, aspirasinya dan menuntut hak-hak nya
secara proporsional sesuai dengan peraturan perundang-undangan," ujar Mahfud MD dalam
keterangan kepada media, Senin (16/01).
Pemerintah juga mengimbau PT GNI terbuka sehingga pemerintah bisa menyelidiki
soal peristiwa bentrok antara tenaga kerja asing (TKA) dan tenaga kerja Indonesia (TKI).
"Pemerintah dengan ini mengimbau agar PT GNI bisa bersikap terbuka sehingga
pemerintah dapat mempunyai data tentang semua tenaga kerja dan pelaksanaan pengamanan
di dalam lingkungan perusahaan yang beroperasi di wilayah Republik Indonesia," ujar
Mahfud MD.
Apa yang melatari unjuk rasa dan mogok kerja?
Ketua Serikat Pekerja Nasional (SPN) PT GNI di Morowali Utara, Amirullah,
mengatakan aksi unjuk rasa dan mogok kerja buruh PT Gunbaster Nicker Industry
sesungguhnya sudah pernah dilakukan sebelumnya.
Yang pertama berlangsung pada tanggal 22 hingga 24 September 2022. Ketika itu,
serikat pekerja menuntut perusahaan menjalankan beberapa hal:
1. Mendesak PT GNI menerapkan prosedur Keselamatan Kesehatan Kerja atau K3.
Sejak PT GNI beroperasi sampai sekarang, kata Amirullah, pekerja di beberapa
posisi tidak dibekali alat pelindungi diri (APD) yang memadai. Ia mencontohkan pekerja
di tungku smelter pabrik hanya mengenakan kaos oblong dan masker medis. Padahal
pekerjaan itu risikonya besar sebab bersinggungan dengan suhu tinggi yang membayakan
keselamatan. Selain itu, bijih logam yang diolah mengandung zat berbahaya. Belum lagi
alat-alat berat yang digunakan punya potensi risiko besar. Semestinya pekerja di tungku
smelter memakai baju tahan panas.
"Ada teman-teman itu mukanya sudah tidak kentara karena debu," imbuhnya.
Contoh lain, dua pekerja diketahui meninggal karena terlindas kendaraan besar
beroda 12 ketika mereka hendak menuju lokasi kerja menggunakan sepeda motor.
Peristiwa nahas itu, menurut dia, tidak akan terjadi kalau perusahaan menyediakan
kendaraan khusus yang dipergunakan untuk antar-jemput pekerja.
2. Menuntut PT GNI membuat Peraturan Perusahaan.
Sesuai Undang-Undang Ketenagakerjaan, setiap perusahaan wajib membuat
Peraturan Perusahaan yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib. Tapi sampai
sekarang, kata Amirullah, PP itu tidak pernah dibuat dan belum pernah disosialisasikan ke
pekerja. Akibatnya pekerja diperlakukan dengan sewenang-wenang. Beberapa kali,
sambungnya, manajemen mengeluarkan Surat Peringatan kepada pekerja tanpa acuan
yang jelas.
3. Menghentikan status kontrak pada pekerja Indonesia.
Kebanyakan pekerja Indonesia di PT GNI, imbuhnya, statusnya kontrak. Padahal
mereka telah bekerja selama dua hingga tahun dan pekerjaan yang mereka lakukan bersifat
tetap. Pihak manajemen berdalih status pekerja tetap hanya berlaku untuk staf seperti
HRD.
"Jadi ada yang awalnya dikontrak satu tahun, lalu jadi enam bulan, kemudian tiga
bulan."
4. Menghentikan pemotongan upah secara tidak jelas.
Beberapa pekerja mengadu dipotong upahnya padahal kerja lembur. Kemudian ada
pekerja yang mengambil enam hari cuti tahunan malah kena pemotongan upah.
"Bayangkan saja kalau satu hari kena potong Rp200.000, enam hari berapa itu?
Harusnya kan tidak," imbuh Amirullah.
Hal lain, ada juga buruh yang tidak menerima tunjangan keahlian sebesar
Rp600.000 gara-gara tidak masuk kerja karena sakit. Pihak manajemen berdalih ada
kesalahan teknis, tapi nyatanya terus berulang.
Dari empat tuntutan tersebut tidak ada yang dikabulkan. Malah beberapa pekerja
yang terlibat aksi unjuk rasa dan mogok kerja diputus kontraknya dan ada yang diberi
Surat Peringatan atau SP.
Itu sebabnya, ujar Amirullah, serikat pekerja berencana kembali menggelar aksi
serupa pada tanggal 11 sampai 14 Januari 2023 dengan tuntutan tambahan. Tuntutan itu
antara lain mendesak perusahaan mempekerjakan kembali anggota serikat yang diPHK
akibat unjuk rasa dan mogok kerja pada September lalu.
Namun di tengah aksi unjuk rasa dan mogok kerja kedua ini, pihak PT GNI setuju
untuk menggelar mediasi pada Jumat (13/01) dengan difasilitasi oleh Dinas Tenaga Kerja
Morowali Utara dan pihak kepolisian setempat.
Sayangnya "tidak terjadi kesepakatan" antara serikat dan manajemen lantaran
pihak PT GNI, menurut Amirullah, tak mau membuat Perjanjian Bersama (PB).
"Perjanjian Bersama ini sebagai bukti kalau memang betul-betul perusahaan
merealisasikan tuntutan kami dan agar sama-sama dikawal," tegas Amirullah.
"Tapi perusahaan maunya buat surat pernyataan aja, enggak mau bikin PB.
Sehingga kami serikat inisiatif melanjutkan aksi unjuk rasa dan mogok kerja besoknya."
Mengapa terjadi bentrok?
Surat pemberitahuan unjuk rasa dan mogok kerja yang berlangsung pada 11 sampai
14 Januari 2023, kata Amirullah, sudah dikirim ke PT GNI, Dinas Tenaga Kerja Morowali
Utara, Bupati, dan DPRD.
Pada aksi unjuk rasa dan mogok kerja hari terakhir atau Sabtu (14/01) sekitar pukul
14.00 WITA berlangsung cukup damai. Meski ada bentrok kecil yang dipicu oleh pemukulan
yang diduga dilakukan pekerja asing dari China kepada pekerja Indonesia.
Kala itu, tak semua pekerja ikut aksi, ujarnya. Kebanyakan yang ikut mogok kerja dan
unjuk rasa tergabung dalam serikat.
"Jadi puluhan tenaga kerja China itu gunakan pipa besi dan menyerang karyawan
yang mau ikut aksi mogok kerja di luar. Beberapa teman pekerja luka."
"Setelah diamankan polisi, sempat reda situasi saat itu."
Situasi "terkendali" itu berlangsung sampai pukul 17.00 WITA, kata Amirullah.
Sebab pihak serikat pekerja mempersilakan pekerja yang ikut demo untuk pulang atau
melanjutkan pekerjaan. Dia menduga, bentrok yang berujung pada pembakaran mes
karyawan dan kendaraan kerja, adalah "aksi balasan" dari kejadian pemukulan sebelumnya.
Sepengetahuan dia, hubungan pekerja lokal dan asing selama ini baik. Tidak pernah ada
gesekan di area kerja. Para pekerja China itu, katanya, mayoritas posisinya sebagai pengawas.
Setidaknya 17 orang tersangka
Versi berbeda disampaikan Kapolri Listyo Sigit Prabowo dalam konferensi pers di
Jakarta. Ia membantah ada pemukulan oleh pekerja asing. Kata dia, bentrok di PT GNI
berawal dari ajakan mogok kerja disertai pemaksaan yang kemudian "diviralkan dan
diprovokasi dengan narasi terjadi pemukulan TKA terhadap TKI".
Sigit menjelaskan, polisi telah menangkap 71 orang dan menetapkan 17 sebagai
tersangka. Adapun Polri telah menerjunkan 548 personel untuk berjaga di area PT GNI dan
bakal menambah 2 Satuan Setingkat Kompi (SSK) Brimob dari Jakarta.
"Tentunya polisi akan menindak tegas terhadap pelaku-pelaku pengerusakan, anarkis,
sehingga ke depan kita harap hal-hal begini tidak terulang," ujar Kapolri.
"Polisi bersama-sama dengan rekan dari TNI siap menjaga dan mengawal serta
mengamankan program-rpogram yang jadi kebijakan pemerintah termasuk program terkait
investasi."
Kapolri juga memastikan operasional smelter PT GNI akan mulai aktif Senin (16/01).
Data Polri, PT GNI mempekerjakan 1.300 Tenaga Kerja Asing dan 11.000 Tenaga Kerja
Indonesia.
Kemnaker turunkan tim investigasi
Menteri Tenaga Kerja, Ida Fauziyah, mengaku prihatin atas kericuhan yang terjadi di
lokasi PT GNI karena mengakibatkan dua pekerja meninggal. Satu tenaga kerja asal China
inisial CE dan pekerja Indonesia asal Pare-Pare berinisial MS.
Atas insiden ini, Kemnaker akan menurunkan tim investigasi dari unsur pengawas
ketenagakerjaan, mediator dan pengantar kerja ke lokasi PT GNI.
"Tim Kemnaker akan terus melakukan pendampingan kepada Tim Pengawas
Ketenagakerjaan Daerah untuk penanganan masalah permasalahan yang terjadi. Termasuk
menyusun langkah-langkah untuk mencegah kejadian serupa," kata Ida Fauziyah dalam
siaran pers kepada BBC News Indonesia, Senin (16/01).
Namun demikian, Ida Fauziyah juga menangkis anggapan bahwa kerusuhan ini dipicu
oleh keberadaan tenaga kerja asing.
Soal tim investigasi ini, Ketua Umum Serikat Pekerja Nasional, Djoko Heriyono,
menilai tidak perlu. Sebab selain prosesnya bakal berlarut-larut, penyebab peristiwa ini sudah
terang benderang: yakni adanya pelanggaran aturan ketenagakerjaan oleh PT GNI.
Persoalan pelanggaran aturan ketenagakerjaan tersebut juga sudah diketahui Disnaker
setempat dan kepala daerah. Menurut Djoko, Kemnaker harus mengambil tindakan hukum
terhadap PT GNI atas pelanggaran norma dan syarat kerja. Apalagi ada pekerja yang
meninggal saat bekerja.
"Ini kan ada penyelundupan hukum dan ancamannya bisa pidana. Kalau Kemnaker
nanti mengatakan sulit menemukan pelanggaran, maka ini bukti negara kalah dengan
pengusaha pelanggar."
Kalau di kemudian hari, perusahaan ini masih bandel tak melaksanakan tuntutan
serikat pekerja, maka ia mendesak pemerintah berani menutup perusahaan itu.
"Masa negara kalah sama perusahaan?"
Pakar: 'Pekerja lokal harus kuat posisinya'
Pengamat Ketenagakerjaan dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Tadjuddin Noer
Effendi, pelanggaran aturan ketenagakerjaan kerap terjadi lantaran "lemahnya pengawasan
dari pusat". Di sisi lain, pemda atau kepala daerah kerap "main mata" dengan perusahaan
dengan mengutamakan kepentingan mereka, ketimbang melindungi pekerja lokal.
Menurut dia, jika ada perusahaan asing yang berinvestasi di Indonesia pekerja lokal
harus dijamin memiliki posisi yang kuat dari segi status.
"Pekerja lokal jangan kontrak. Kalau kontrak bisa semena-mena perusahaan asing.
Sementara pekerja asing pasti diawasi ketat oleh mereka."
"Kalau mau konsisten dengan Perppu Cipta Kerja, harus ada perlindungan yang kuat
dari pemerintah, kalau enggak dilahap sama perusahaan asing."
Ia mengusulkan agar pemerintah pusat membentuk tim khusus yang tugasnya
mengawasi perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia. Perkiraan dia
pelanggaran ketenagakerjaan yang terjadi di PT GNI juga terjadi di daerah lain yang jauh dari
pantauan Jakarta.
"Tim khusus ini jangan libatkan pemda, itu mereka ngeri mainnya."
Untuk kasus PT GNI, Tadjuddin menilai perusahaan yang dimiliki pengusaha
tambang asal China ini patut dikenakan sanksi berat karena pelanggaran yang dilakukan
pihak manajemen tergolong parah.
Dilansir dari https://www.google.com/search?
q=hrd+adalah&oq=hrd+&aqs=chrome.1.69i57j0i433i512j0i131i433i512j0i433i512j0i512l6.
2233j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8

Penyebab
PT Gunbaster Nickel Industry melakukan sejumlah pelanggaran aturan
ketenagakerjaan. Pelanggaran aturan ketenagakerjaan itu mulai dari tidak adanya Peraturan
Perusahaan, memberlakukan status kontrak bagi pekerjaan yang bersifat tetap, pemotongan
upah, melanggar aturan tentang Keselamatan Kesehatan Kerja atau K3, serta PHK sepihak.
Oleh karena itu para buruh-pun melancarkan aksi unjuk rasa dan mogok kerja. Saat sedang
melakukan aksi unjuk rasa, terjadi bentrok kecil yang diduga diakibatkan pemukulan oleh
pekerja asing dari China kepada pekerja Indonesia. Namun, dugaan tersebut tidak dibenarkan
oleh Kapolri Listyo Sigit Prabowo. Ia membantah ada pemukulan oleh pekerja asing. Kata
dia, bentrok di PT GNI berawal dari ajakan mogok kerja disertai pemaksaan yang kemudian
"diviralkan dan diprovokasi dengan narasi terjadi pemukulan TKA terhadap TKI".

Solusi
Menurut saya, beberapa solusi yang bisa dilakukan adalah mulai dari perubahan oleh
PT Gunbaster Nickel Industry. Perubahan yang dimaksud adalah PT GNI tersebut segera
membenahi hal-hal yang tidak benar. Mulai dari segera membuat Peraturan Perusahaan demi
kenyamanan bersama, membayar upah para buruh atau pekerja dengan tepat waktu,
mematuhi aturan tentang Keselamatan Kesehatan Kerja (K3), segera mengangkat para buruh
sebagai pekerja tetap, bukan hanya pekerja kontrak. Menjaga kerukunan antara para pekerja
asing dan para pekerja lokal juga perlu dilakukan. Selain itu, bantuan dari pihak luar juga
sangat dibutuhkan. Diperlukan adanya pengawasan dari pihak luar terhadap kondisi PT GNI,
dan pihak tersebut haruslah tegas serta tidak mudah dipancing untuk main mata dengan pihak
PT GNI.

Anda mungkin juga menyukai