Anda di halaman 1dari 8

PHK Massal MNC Group Dinilai Salahi

Prosedur UU Ketenagakerjaan
Sasmito Madrim dari Federasi Serikat Pekerja Media Independen (FSPMI)
menilai bahwa pemutusan hubungan kerja (PHK) sekitar 300 pekerja oleh
perusahaan MNC Group milik Hary Tanoesoedibjo, tidak sesuai prosedur yang
ditetapkan dalam Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.

Sasmito mengatakan, PHK dilakukan secara sepihak, sebab hingga saat ini
pihak perusahaan tidak menjelaskan dasar dari PHK tersebut.

"PHK yang dilakukan saat ini kan tidak sesuai prosedur. Dari manajemen
belum ada penjelasan resmi, kalau ada penjelasan kan enak, karyawan di-PHK
karena apa," ujar Sasmito usai bertemu Direktur Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Perindustrian Kementerian Ketenagakerjaan John Daniel Saragih di
gedung Kemenaker, Jakarta Selatan, Rabu (5/7/2017).

Selain tidak menyertai alasan yang jelas, lanjut Sasmito, pihak perusahaan
juga tidak memberikan surat peringatan kepada karyawan sebelum menerima
surat pemberitahuan PHK. Surat pemberitahuan PHK itu tidak diberikan
langsung ke karyawan, melainkan dikirimkan ke rumah.

(Baca: Pesangon Tak Sesuai, Ratusan Karyawan MNC Group Menolak PHK)

"Kemudian surat PHK yang diberikan ke teman-teman itu juga tidak


manusiawi. Ada teman-teman yang sudah bekerja belasan tahun, surat PHK-
nya ini hanya diberikan melalui surat dikirim ke rumahnya," kata Sasmito.

Selain itu, menurut Sasmito, pihak MNC Group juga tidak memberikan
pesangon yang sesuai dengan ketentuan dalam UU Ketenagakerjaan.

Sasmito mengatakan, ada sejumlah karyawan yang sudah bekerja selama


lebih dari lima tahun, namun pesangon yang diterima tidak sesuai dengan
masa kerjanya.
Sementara itu, UU Ketenagakerjaan menyatakan karyawan yang telah
menjalankan masa kerja lebih dari lima tahun dan kurang dari enam tahun,
berhak uang pesangon sebesar enam kali dari upah per bulan.

"Kami sedang mendorong untuk mediasi bipartit dulu ya. Kami menolak PHK
dan berharap pihak manajemen tidak melakukan PHK sepihak. Kalaupun
terjadi PHK, kami mendorong perusahaan memberikan hak yang sesuai
undang-undang," ucapnya.

Berdasarkan Pasal 151 UU Ketenagakerjaan, pihak pengusaha, serikat buruh


dan pemerintah harus mengusahakan agar PHK tidak terjadi.

Jika PHK tidak bisa dihindari maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib
dirundingkan oleh pengusaha dan pekerja atau.serikat pekerja.

Selain itu, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan


pekerja atau buruh setelah memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial.

Pihak MNC Group Tak Penuhi Undangan


Mediasi Terkait PHK Massal

Pihak Perusahaan MNC Group tidak hadir dalam pertemuan mediasi bipartit
dengan pihak perwakilan karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja
(PHK) massal di gedung Kementerian Ketenagakerjaan, Jakarta Selatan, Rabu
(5/7/2017).

Rencananya, pertemuan yang difasilitasi oleh pihak Kemenaker itu digelar


untuk mendengarkan keterangan pihak terkait mengenai kasus PHK yang
dialami sekitar 300-an pekerja media yang bernaung di bawah perusahaan
MNC Group milik Hary Tanoesoedibjo.

Direktur Penyelesaian Perselisihan Hubungan Perindustrian Kementerian


Ketenagakerjaan, John Daniel Saragih mengatakan, pihaknya telah
mengirimkan surat pemanggilan mediasi kepada pihak perusahaan pada
Senin (3/7/2017).

Oleh sebab itu, lanjut John, pertemuan akan kembali digelar pada Senin
(10/7/2017).

"Pihak perusahaan kami sudah undang, ternyata tidak hadir, oleh karena itu
kami sepakat tadi akan mengundang mereka kembali pada hari Senin tanggal
10 Juli 2017," ujar John saat ditemui di gedung Kemenaker, Jakarta Selatan,
Rabu (5/7/2017).

John menuturkan, dalam pertemuan tersebut pihak Kemenaker telah


mencatat beberapa poin klarifikasi yang disampaikan oleh Federasi Serikat
Pekerja Media Independen (FSPMI), Aliansi Jurnalis independen (AJI), dan
Lembaga Bantuan Hukum Pers (LBH Pers) sebagai perwakilan pihak
karyawan.

Menurut perwakilan pihak karyawan, Pihak perusahaan telah melakukan PHK


secara sepihak dan tidak sesuai prosedur yang ditentukan dalam Undang-
Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Selain itu, pesangon yang diberikan pun tidak sesuai dengan perhitungan
masa kerja karyawan.

"Kalau sesuai undang-undang, langkah pertama yang harus dilakukan adalah


mediasi, makanya kami undang dalam rangka mediasi," kata John.

"Oleh karena itu, nanti kami mempertemukan semuanya untuk menyelesaikan


dalam cara musyawarah mufakat, kalau bisa jangan terjadi PHK lah. Kita
mencegah terjadinya PHK," ucapnya.

Sasmito Madrim dari FSPMI mengatakan, sekitar 300-an karyawan MNC


Group, mengalami PHK sepihak secara massal tahun 2017.
Manajemen Koran Sindo yang bernaung di bawah PT Media Nusantara
Informasi (PT MNI) menutup sejumlah biro daerah, antara lain Koran Sindo
Biro Sumatera Utara, Biro Sumatera Selatan, Biro Jawa Tengah/Yogyakarta,
Biro Jawa Timur, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Biro Sulawesi Utara.

Selain itu, PT Media Nusantara Informasi Global (PT MNIG) yang menaungi
penerbitan Tabloid Genie dan Tabloid Mom and Kiddie juga berhenti
beroperasi per Juli 2017. 

Dari total hampir 100 karyawan, sebanyak 42 orang karyawan di-PHK secara
sepihak.

Pemutusan kontrak kerja juga dialami 90 orang karyawan MNC Channel.


Masih di tahun yang sama, delapan orang karyawan media InewsTV beberapa
waktu lalu juga mengalami PHK.

Pesangon Tak Sesuai, Ratusan


Karyawan MNC Group Menolak PHK
 Federasi Serikat Pekerja Media Independen (FSPMI), Aliansi Jurnalis
independen (AJI), dan Lembaga Bantuan Hukum Pers (LBH Pers) bertemu
dengan pihak Kementerian Ketenagakerjaan, Rabu (5/7/2017).

Pertemuan tersebut membahas terkait pemutusan hubungan kerja (PHK)


terhadap sekitar 300 pekerja anak perusahaan MNC Group. Mereka menolak
penjatuhan PHK sebab pemberian uang pesangon dinilai tak sesuai ketentuan
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

"Kami diundang oleh Kemenaker, untuk memberi masukan terkait pemutusan


kerja massal sepihak dari MNC. Data yang masuk ke kami ada 300 pekerja
yang di-PHK," ujar Sasmito Madrim dari FSPMI sebelum pertemuan.

Sasmito menuturkan, seluruh pekerja yang di-PHK menuntut pesangon


dibayarkan sesuai dengan ketentuan UU Ketenagakerjaan.
Menurut dia, ada ratusan pekerja yang sudah bekerja selama lebih dari lima
tahun, namun pesangon yang diterima tidak sesuai dengan masa kerjanya.

(Baca: Kemenaker Panggil MNC Group terkait PHK Jurnalis)

Sementara, berdasarkan UU Ketenagakerjaan, karyawan yang telah


menjalankn masa kerja lebih dari lima tahun dan kurang dari enam tahun,
berhak uang pesangon sebesar enam kali dari upah per bulan.

"Kami menolak PHK tersebut, karena itu terjadi secara sepihak, dari pihak
MNC harus memberikan hak-hak karyawan gaji dan sebagainya," tuturnya.

"Tapi jika memang harus di-PHK kita minta adanya pesangon sesuai Undang-
Undang Ketenagakerjaan, kalau yang kontrak memang tidak tercantum di
Undang-Undang, akan dilihat sisa masa kerjanya berapa bulan dan pihak MNC
harus membayar sisa masa kerja itu," kata Sasmito.

Sedikitnya, sekitar 300-an karyawan MNC Group, mengalami PHK sepihak


secara massal tahun 2017.

Manajemen  Koran Sindo yang bernaung di bawah PT Media Nusantara


Informasi (PT MNI) menutup sejumlah biro daerah, antara lain Koran Sindo
Biro Sumatera Utara, Biro Sumatera Selatan, Biro Jawa Tengah/Yogyakarta,
Biro Jawa Timur, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Biro Sulawesi Utara.

Selain itu, masih di bawah holding MNC Group, PT Media Nusantara Informasi


Global (PT MNIG) yang menaungi penerbitan Tabloid Geniedan Tabloid Mom
and Kiddie juga berhenti beroperasi per Juli 2017. 

Sedikitnya dari total hampir 100 karyawan, sebanyak 42 orang karyawan di-
PHK sepihak.

Selain itu pemutusan kontrak kerja yang dialami sebanyak 90 orang karyawan
MNC Channel. Masih di tahun yang sama, delapan orang karyawan media
InewsTV beberapa waktu lalu juga mengalami PHK. Hingga saat ini, kasusnya
masih bergulir di Sudin Nakertrans Jakarta Pusat.
Kemenaker Panggil MNC Group terkait
PHK Jurnalis
Kementerian Tenaga Kerja akan segera memanggil bos perusahaan MNC
Group. Pemanggilan ini terkait dengan pemutusan hubungan kerja yang
dilakukan oleh perusahaan itu terhadap sejumlah jurnalis Koran Sindo.

Direktur Pencegahan dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial


(P3HI) Kementerian Tenaga Kerja Sahat Sinurat mengatakan, pemanggilan itu
akan dilakukan pada Rabu (5/7/2017).

"Saya sudah koordinasi dengan unit teknis tadi pagi. Tanggal 5 Juli diundang.
Pihak pekerja dan perusahaan," kata Sahat kepada Kompas.com, Senin
(3/7/2017).

Sahat mengatakan, pemanggilan tersebut bertujuan untuk melakukan


klarifikasi terkait pemutusan hubungan kerja yang dilakukan perusahaan.
Akan dilakukan juga kajian terhadap aspek hukumnya.

"Kalau aspek hukumnya mengarah pada UU ketenagakerjaan, artinya


penyelesainnya, PHK harus dirundingkan, pekerja harus diberikan haknya,"
kata Sahat.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, pengusaha wajib


membayar pesangon kepada karyawan yang di-PHK. Besaran pesangon
disesuaikan dengan lama karyawan bekerja.
Penjelasan MNC Group soal Pemberitaan
PHK Karyawan
 Pihak MNC Group membantah kabar bahwa telah terjadi pemutusan
hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran kepada para pegawainya.

Corporate Secretary MNC Group, Syafril Nasution mengaku bahwa saat ini
perusahaannya tidak memiliki masalah terkait karyawan.

Terkait dengan isu kekaryawanan Koran Sindo di sejumlah daerah, Syafril


menjelaskan bahwa situasi tersebut adalah ekses kebijakan manajemen yang
melakukan perubahan strategi

"Koran Sindo berubah menjadi koran nasional dari koran berbasis regional,”


ujar Syafril melalui keterangan tertulisnya, Rabu (12/7/2017).

Sementara itu, Direktur Utama PT Media Nusantara Informasi (MNI)  Sururi


Alfaruq menjelaskan bahwa dalam menghadapi perubahan strategi
manajemen, Koran Sindo melakukan langkah yang sangat hati-hati.

Menurut Sururi Alfaruq, langkah tersebut antara lain adalah sebagian


karyawan di setiap daerah ada yang tetap dipertahankan, sebagian karyawan
di daerah ada yang ditarik ke Jakarta, atau dialihkan ke unit bisnis MNC lain.

Adapun bagi karyawan bagi karyawan yang tidak masuk dalam tiga langkah
tadi, MNC menyatakan akan melakukan pembicaraan secara baik-baik.

"Dengan cara musyawarah kekeluargaan dengan masing-masing karyawan,"


ujar Sururi.

Terkait musyawarah yang sudah dilakukan pihak manajemen, pekerja dan


perwakilannya, yang difasilitasi Kemenaker RI pada Senin 10 Juli 2017, kedua
belah pihak bersedia untuk melakukan perundingan secara musyawarah
mufakat sampai dengan tanggal 31 Juli 2017.
Sebelumnya, Federasi Serikat Pekerja Media Independen (FSPMI), Aliansi
Jurnalis independen (AJI), dan Lembaga Bantuan Hukum Pers (LBH Pers)
bertemu dengan Kementerian Ketenagakerjaan, Rabu (5/7/2017).

Pertemuan tersebut membahas terkait pemutusan hubungan kerja (PHK)


terhadap sekitar 300 pekerja anak perusahaan MNC Group.

Mereka menolak PHK sebab pemberian uang pesangon dinilai tak sesuai
ketentuan Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Anda mungkin juga menyukai