Anda di halaman 1dari 2

Nama : Aura Agnaeyni

Nim : 61118006
Kelas : A2/VI/Ilmu Hukum

Contoh Kasus :

Buruh PT Arnott's Minta Kemnaker Turut Tangani Kasus PHK Sepihak

Puluhan buruh PT Arnott's Indonesia mengadakan unjuk rasa di depan Kementerian


Ketenagakerjaan (Kemnaker), menuntut Kemnaker ikut campur dalam penyelesaian kasus
PHK sepihak yang dialami buruh. "Kita minta Kementerian turun tangan, ikut campur
menyelesaikan urusan PHK karena Kementerian pembuat regulasi, juga seharusnya dia
menegakkan regulasi," kata perwakilan massa aksi Sasa Sukanti di depan Kemnaker
(07/06/2011).
Massa berdemo lantaran tak terima dengan keputusan PT Arnott's Indonesia yang
melakukan PHK 300 karyawannya secara sepihak pada 25 Mei kemarin. Menurut mereka,
alasan yang diberikan PT Arnotz Indonesia tidak masuk akal dan bertolak belakang dengan
kenyataan. Perusahaan yang sehari-hari memproduksi cemilan biskuit cokelat tersebut
beralasan PHK dilakukan demi efisiensi dan menyelamatkan perusahaan. Namun saat buruh
meminta penjelasan soal laporan keuangan perusahaan, PT Arnott's enggan menanggapi.
Massa buruh pun menolak PHK lantaran berdasarkan pasal 151 (3) undang-undang
ketenagakerjaan, PHK harus dilakukan lewat perundingan. Jika perundingan tak
membuahkan hasil, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan setelah
memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
"Hingga saat ini pihak perusahaan tidak mau menjalankan perintah undang-undang
tersebut," tegas Sasa. Menurutnya, perusahaan memang sempat mengadakan perundingan
dengan 300 orang karyawannya, dan meminta mereka untuk mengundurkan diri. Namun
hingga perundingan selesai, hanya segelintir pekerja yang menerima.
"Akhirnya menurut kehendak sewenang-wenang mereka ya sudah, ini datanya
[pekerja], langsung ditunjuk langsung dicopot," terang Sasa. Buruh pun makin merasa
janggal dengan alasan yang diberikan perusahaan lantaran para pekerja kontrak yang
beberapa waktu sebelum PHK dilakukan sudah diputus kontraknya, kini dipanggil lagi untuk
untuk bekerja sehabis libur Idul Fitri.
"Kepada kami mereka bilang kelebihan orang, tapi kenyataannya malah memanggil
orang lagi," kata Sasa. Selain itu, buruh merasa PT Arnott's Indonesia tidak memiliki tolok
ukur yang jelas dalam memutuskan karyawan yang akan dirumahkan. Pasalnya, mereka
mengaku selama ini bekerja normal, sesuai target, tanpa melakukan kesalahan apapun.
Akhirnya buruh merasa ada upaya pemberangusan serikat pekerja. Awalnya
mayoritas yang mengalami PHK adalah pengurus dan anggota serikat pekerja. Akhirnya,
sebanyak enam orang perwakilan buruh diperbolehkan masuk untuk audiensi dengan
perwakilan dari Kemnaker. Ke depan buruh akan terus melakukan aksi menolak PHK.
Mereka berencana membangun tenda di depan pabrik dan berdemo setiap hari sebagai wujud
perlawanan. "Teman-teman ini kebanyakan punya istri dan anak. Kalau di-PHK artinya
keluarga tidak bisa bertahan dan merencanakan hidup lebih jauh di masa depan." tutup Sasa.

Berdasarkan kasus di atas dapat disimpulkan bahwa :

1. Perselisihan ini termasuk ke dalam perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK),


Adanya perselisihan ini karena perusahaan atau pengusaha melakukan pemutusan hubungan
kerja (PHK) secara sepihak dengan alasan yang tidak masuk akal dan bertolak belakang
dengan kenyataan.

2. Tata cara penyelesaian perselisihan di atas adalah melalui Pengadilan Hubungan industrial
(PHI). Sebanyak enam orang perwakilan buruh diperbolehkan masuk untuk audiensi dengan
perwakilan dari Kemnaker. Massa buruh menolak PHK lantaran berdasarkan pasal 151 (3)
undang-undang ketenagakerjaan, PHK harus dilakukan lewat perundingan. Jika perundingan
tak membuahkan hasil, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan setelah
memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

Anda mungkin juga menyukai