Anda di halaman 1dari 8

PROFIL PERUSAHAAN

Nama Perusahaan

PT. SC Enterprises

Alamat Perusahaan

Kantor Pusat:
Jl Petitenget No 7A, Kerobokan, Kuta, Bali 80361.
Telp: +62-361-4730215, 4730216, 4734841. Fax:
+62-361-4730215
Pabrik:
-

Jl. Bugisan Raya Rt 01 Rw 006, Bugisan,


Prambanan, Klaten-Jawa Tengah 57454. Telp.
+62-274-4469240,
4469241,
4469242,
4469243, 4469244. Fax: +62-274-4469245

Jl Muktiharjo Raya KM 03, Genuk, Semarang,


Jawa Tengah 50115. Telp: +62-24-6581165.
6590760, 6590782. Fax: +62-24-6590783

Status Permodalan

Penanaman Modal Asing (Italia)

Nama Pemilik

Stevano Cavazza

Jenis Usaha

Garment (Pakaian Jadi)

Merk/Lable
Produksi

Yang

Di Original Marines, IMAP, GAP, Walmart, HNS


(Terutama Brand atau Merk dari Italia)

Pabrik Terkait

Mondrian (Klaten), COIN (Semarang), Asrindo


(Semarang),
Colombo
(Semarang),
PT
SCE
(Semarang)

Alamat Email

rifky@sceindonesia.com, sce@sceindonesia.com

Jumlah Buruh

1.400 orang/ 60 persen PKWT, 30 persen Harian


Lepas 10 persen PKWTT

KRONOLOGI PERJUANGAN SERIKAT PEKERJA SC


ENTERPRISES-KONFEDERASI KASBI
Pada tanggal 11 Maret 2012 dalam rapat akbar yang dihadiri kurang lebih sekitar 200 orang
pekerja PT SC Enterprises sepakat mendirikan Serikat Pekerja bernama Serikat Pekerja SC
Enterprises dan berafiliasi ke Konfederasi KASBI. Dengan keanggotaan yang terdata pada saat
itu sebanyak 366 orang anggota. Pada tanggal 12 Maret 2012 kami mendaftarkan SP SC
Enterprises ke Dinas Tenaga Kerja Klaten. Pencatatan diberikan pada tanggal 27 Maret 2012.
Dengan nomer 060/OP/DINSOSNAKERTRANS/III/2012.
Paska pencatatan tersebut SP SCE melakukan pemberitahuan kepada Manajemen PT SC
Enterprises. Demikian juga SP SCE mulai melakukan aktivitasnya sebagai Serikat Pekerja.
Terutama dalam hal memberikan pemahaman mengenai hak-hak normatif buruh. Demikian
juga mensosialisasikan keberadaan serikat dan hak-hak normatif buruh kepada pekerja yang
belum berserikat melalui selebaran. Dari proses pendidikan tersebut terdapat beberapa point
yang menjadi keluhan dari pekerja PT SC Enterprises. Keluhan tersebut adalah:
1. Penerapan Sistem kerja Kontrak yang tidak sesuai dengan jenis dan sifat pekerjaan
yang terus menerus. Serta banyaknya cacat hukum dalam penerapan Sistem Kerja
Kontrak (Pasal 59 Undang-undang Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003)
2. Sistem Kerja Harian Sementara yang diterapkan selama lebih dari 21 hari (Pasal 10
KepMen No 100/MEN/VI/2004)
3. Upah lembur yang tidak sesuai dengan ketentuan (Pasal 78 ayat 1 Undang-undang
Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003 dan PENGHITUNGAN UPAH LEMBUR KepMen No
102/Men/VI/2004)
4. Tidak adanya perlindungan atas upah buruh (Pasal 93 Undang-undang Ketenagakerjaan
No 13 Tahun 2003)
5. Pemotongan ataupun denda terhadap upah buruh
6. Jam kerja loyalitas (Pasal
7. 77 Undang-undang Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003)
8. Tidak adanya kepastian Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kesehatan
9. Peraturan dan Tata Tertib yang diskriminatif terhadap perempuan
10.Ancaman PHK terhadap pekerja yang berserikat, mengeluarkan pendapat dan mogok.
(Undang-undang Serikat Pekerja/ Serikat Buruh No 21 Tahun 2000 dan Undang-undang
Perselisihan Hubungan Industrial No 2 Tahun 2004)
11.Tidak adanya cuti tahunan, cuti haid dan cuti melahirkan (Undang-undang
Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003)
Seiring berjalannya proses sosialisasi hak-hak normatif buruh tersebut manajemen semakin
sering melakukan intimidasi terhadap pekerja SC Enterprises. Bahkan sejak awal para pekerja
masuk pada masa training, dimana dikatakan bahwa kalau ikut menjadi anggota SP SCE maka
akan di PHK.
Terkait dengan 10 point pelanggaran hak normatif buruh di PT SC Enterprises maka Serikat
Pekerja SC Enterprises mencoba untuk menyelesaikan persoalan tersebut melalui jalur
perundingan. Demikian juga SP SCE mengupayakan pengumpulan kronologi oleh setiap
anggota terutama terkait dengan cacat hukum dalam Sistem Kerja Kontrak yang diterapkan
oleh PT SC Enterprises. Kemudian SP SCE mengajukan perundingan pertama pada tanggal 14
April 2012.
Terkait dengan banyaknya intimidasi dari pihak manajemen maka perundingan tersebut
dikawal oleh seluruh anggota SP SCE dengan mengajak pekerja lainnya untuk menunggu hasil
perundingan. Terkait dengan himbauan SP SCE tersebut maka pekerja di Departemen Cutting
mendapatkan ancaman jika terlibat dalam mendukung Perundingan Pertama maka akan di
PHK.
Pada tanggal 13 April 2012, sekitar pukul 15:30 pengurus SP SCE didatangi oleh kurang lebih
6 orang dari Kepolisian Resort Klaten. Mereka memaksa agar persoalan yang muncul di PT SC

Enterprises diselesaikan secara internal antara pihak pekerja dengan Manajemen PT SC


Enterprises. Dan tidak melibatkan pihak-pihak luar yang antara lain media massa ataupun
dari Konfederasi KASBI.
Dari perundingan pertama tersebut dihasilkan lima point kesepakatan yaitu:
1. Status Hubungan Kerja Harian Sementara
Status hubungan Harian Sementara dihapuskan mulai hari Senin, 16 April 2012. Semua
pekerja dengan status Harian Sementara diangkat menjadi Pekerja Kontrak (PKWT)
mulai hari Senin, 16 April 2012
2. Pemotongan ataupun Denda terhadap Upah
Pemotongan dan atau Denda dihapuskan
3. Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kesehatan dalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Jaminan Kesehatan ditanggung oleh Perusahaan dengan klinik didalam pabrik.
Jaminan Kecelakaan Kerja akan ditanggung oleh Perusahaan.
4. Peraturan dan Tata Tertib Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang diskriminatif terhadap
perempuan
Dalam pasal 6 Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (berkas dilampirkan) mengenai
Pemutusan Hubungan Kerja yang dapat dilakukan karena Point 11 yang berbunyi:
Pihak Kedua (DALAM HAL INI WANITA) di kemudian hari dalam masa perjanjian ini
terbukti sedang hamil dan atau mengidap penyakit menular / penyakit yang sulit
disembuhkan sehingga mengganggu aktivitas kerja dihapuskan.
5. Hak Cuti Tahunan dan Cuti Haid
Perusahaan bersedia mematuhi ketentuan undang-undang dalam Pasal 79 UU
Ketenagakerjaan mengenai Cuti Tahunan. Perusahaan bersedia mematuhi ketentuan
undang-undang mengenai Cuti Haid dengan mekanisme pekerja perempuan yang
mengalami sakit disaat haid dapat memeriksakan diri ke Klinik Perusahaan.
Namun hingga kronologi ini dibuat kesepakatan yang sudah tertuang dalam Perjanjian
Bersama tersebut masih juga tidak dijalankan. Pada saat pengambilan upah tanggal 5 Mei
diketahui masih terjadi banyak pemotongan terhadap upah. Demikian juga terdapat pekerja
perempuan yang jempol kirinya tertusuk jarum jahit hingga tembus dan membusuk namun
perusahaan tidak memberikan pengobatan ataupun kompensasi apapun.
Paska Perundingan Pertama pada tanggal 17 April, Bupati Klaten melakukan sidak ke PT SC
Enterprises. Dalam sidak tersebut Bupati Klaten mengharapkan perusahaan memperhatikan
tuntutan kaum buruh. Demikian Bupati Klaten juga mengharapkan perusahaan dapat
mempekerjakan kaum difabel. (http://www.timlo.net/baca/25807/perjuangkan-buruh-bupatisidak-pt-sce/)
Untuk hak normatif lainnya perusahaan masih tetap ngeyel melanggarnya. Oleh karena itu SP
SCE kemudian mengeluarkan arahan melalui selebaran kepada seluruh anggota SP SCE dan
pekerja PT SC Enterprises. Arahan tersebut antara lain adalah:
1

Menginstruksikan kepada seluruh anggota SP SCE untuk menggunakan pita merah di


lengan kiri mulai hari Jumat, 20 April 2012 sebagai tanda dukungan terhadap
perjuangan SP SCE menuntut hak-hak dan kesejahteraan seluruh pekerja SC
Enterprises.
Terkait dengan Perundingan Kedua yang akan diselenggarakan pada hari Sabtu, 21
April 2012 pukul 13:00 maka semua anggota diharapkan untuk tidak langsung pulang
namun menunggu dipabrik maupun diluar pabrik hingga perundingan selesai agar bisa
segera mengetahui hasil perundingan.
Berkaitan dengan tetap bersikerasnya perusahaan untuk melanggar ketentuan hukum
yang berlaku. Terutama mengenai Waktu Lembur, Upah Lembur dan Waktu Kerja. Maka
Serikat Pekerja SC Enterprises menegaskan bahwa SP SCE tidak dapat membiarkan,
mendiamkan ataupun mendukung terjadinya pelanggaran hukum.
Oleh karena itu Serikat Pekerja SC Enterprises menyarankan kepada seluruh pekerja SC
Enterprises untuk pertama untuk tidak mengambil Lembur. Dikarenakan pembayaran
upah lembur yang dilakukan oleh Perusahaan melanggar ketentuan hukum yang
berlaku. kedua untuk bekerja sesuai ketentuan hukum mengenai jam kerja, yaitu
bahwa waktu kerja kita adalah 8 jam kerja. Dengan demikian maka disarankan agar

5
6

pekerja SC Enterprises tidak ikut serta melanggar hukum dengan bekerja melebihi
ketentuan atau mengikuti jam kerja loyalitas atau perpanjangan.
Segera menyelesaikan kronologi hubungan kerja masing-masing sebelum hari Sabtu,
21 April 2012 dan menyerahkan kronologi tersebut ke Pengurus SP SCE.
Agar bertepatan dengan Hari Buruh Sedunia yang jatuh setiap tanggal 1 Mei maka
bersama Konfederasi KASBI dan serikat buruh serta organisasi rakyat lainnya SP SCE
akan ikut merayakan Hari Buruh Sedunia tersebut serta mengkampanyekan tuntutan:
Hapuskan Sistem Kerja Kontrak dan Outsourcing. Oleh karena itu diinstruksikan agar
seluruh anggota Serikat Pekerja SC Enterprises dapat terlibat dalam Aksi Massa
Merayakan Hari Buruh Sedunia.

Demikian SP SCE mengajukan surat permohonan audiensi dengan DPRD untuk


diselenggarakan pada tanggal 25 April 2012. Terkait dengan pengajuan audiensi tersebut
maka pihak Manajemen, khususnya Husein Alamsyah (HRD PT SC Enterprises), mengajak
pertemuan disebuah restoran bernama Jatayu. Demikian dalam pertemuan tersebut dia
menyepakati beberapa tuntutan SP SC Enterprises yaitu:
1. Upah lembur akan dibayar sesuai ketentuan perundang-undangan
2. Upah buruh tetap akan dibayarkan ketika buruh sakit ataupun buruh sudah siap bekerja
namun perusahaan melakukan kesalahan sehingga meliburkan buruhnya
3. Penghapusan Jam kerja loyalitas
4. Penghapusan Peraturan dan Tata Tertib yang mengancam PHK bagi pekerja berserikat,
berpendapat dan mogok
Terkait dengan status kerja kontrak menjadi kerja tetap, Husein Alamsyah mengatakan akan
dirundingkan kedepannya dengan SP SCE.
Hal lain dalam pertemuan tersebut adalah bahwa Husein Alamsyah juga bersedia
memberikan Ganti Hari bagi pekerja PT SC Enterprises agar pekerja PT SC Enterprises bisa
merayakan Hari Buruh Internasional pada tanggal 1 Mei 2012. Husein Alamsyah juga
menyatakan bahwa dia akan berhenti sebagai HRD PT SC Enterprises per tanggal 1 Juni 2012
terkait dengan dia yang akan mencalonkan diri sebagai Walikota Sukabumi yang didukung
oleh Partai Amanat Nasional. Dia juga meminta agar audiensi dengan DPRD Kabupaten Klaten
dibatalkan.
Karena SP SCE menegaskan bahwa dibutuhkan Perjanjian Bersama yang resmi terkait
kesepakatan tersebut maka Husein Alamsyah menyatakan bahwa besok, tanggal 24 April
2012, dia akan bertemu dengan Erro (GM PT SC Enterprises) untuk mengkonfirmasi tuntutan
SP SCE. Agar kemudian dapat dilakukan perundingan kedua yang akan menuangkan semua
kesepakatn tersebut.
Oleh karena itu pada tanggal 24 April 2012, SP SCE mengajukan surat perundingan kedua
agar dilaksanakan pada hari Kamis, 26 April 2012. Pada tanggal 24 April 2012, Husein
Alamsyah mengkonfirmasi hasil pertemuannya dengan Erro (GM PT SC Enterprises) kepada
Pengurus SP SCE bahwa dipenuhinya beberapa tuntutan SP SCE yaitu:
1. Upah buruh tetap akan dibayarkan ketika buruh sakit ataupun buruh sudah siap bekerja
namun perusahaan melakukan kesalahan sehingga meliburkan buruhnya
2. Penghapusan Jam kerja loyalitas
3. Penghapusan Peraturan dan Tata Tertib yang mengancam PHK bagi pekerja berserikat,
berpendapat dan mogok
Terkait dengan tuntutan mengenai upah lembur, Husein Alamsyah mengkonfirmasi bahwa hal
tersebut masih pending namun dia mengatakan sebelum 1 Mei bisa didapatkan hasil terkait
tuntutan upah lembur. Sementara itu Ganti Hari untuk memperingati Hari Buruh juga disetujui
dan akan diganti tanggal 6 atau 17 Mei. Husein Alamsyah kembali meminta agar audiensi
dengan DPRD Kabupaten Klaten dibatalkan.
Pada tanggal 26 April secara tiba-tiba Husein Alamsyah mengatakan sedang sakit demikian
pihak manajemen diketahui sedang mengadakan acara syukuran diluar pabrik. Sehingga
Perundingan Kedua yang direncanakan untuk menghasilkan kesepakatan secara resmi
berbentuk Perjanjian Bersama gagal karena tidak ada perwakilan dari pihak Manajemen.

Oleh karena itu Pengurus SP SCE melanjutkan proses audiensi dengan DPRD Kabupaten
Klaten. SP SCE mendapatkan konfirmasi bahwa audiensi akan diselenggarakan pada tanggal 1
Mei 2012. Pada tanggal 1 Mei 2012, SP SCE melakukan mobilisasi sekitar 1.200 pekerja PT SC
Enterprises untuk audiensi ke DPRD Kabupaten Klaten. Demikian Husein Alamsyah didepan
pabrik memberikan pernyataan bahwa tidak ada proses produksi dan silahkan pekerja PT SC
Enterprises merayakan Hari Buruh Internasional.
Dalam proses audiensi dengan DPRD Kabupaten Klaten tersebut dihadiri selain pihak
Konfederasi KASBI, SP SCE, Komisi IV DPRD Kabupaten Klaten dihadiri juga oleh Kepala Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Klaten serta Bidang Pengawasan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten
Klaten.
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Klaten menyatakan bahwa mereka telah melakukan sidak
bersamaan dengan kedatangan Bupati Klaten ke PT SC Enterprises. Terkait kunjungan atau
sidak Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Klaten tersebut Bidang Pengawasan menyatakan benar
bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap hak-hak normatif termasuk upah lembur. Pihak SP
SCE membawa bukti-bukti bahwa Stevano Cavassa pemilik PT SC Enterprises telah berbisnis
lebih dari 5 tahun. Demikian pada tahun 2007 terjadi demonstrasi buruh PT SC Enterprises di
Semarang dengan isu yang serupa dengan tuntutan pekerja PT SC Enterprises di Klaten yaitu
terkait upah lembur sesuai ketentuan perundang-undangan dan sistem kerja kontrak yang
cacat hukum. Demikian SP SCE menegaskan bahwa Sistem Kerja Kontrak didalam UU
Ketenagakerjaan terdapat batasan dan aturan penerapannya, terutama terkait jenis dan sifat
pekerjaan yang terus menerus. DPRD Kabupaten Klaten kemudian menjanjikan akan
memanggil pihak perusahaan PT SC Enterprises pada tanggal 7 Mei 2012.
Pada hari Kamis, 3 Mei 2012 sekitar pukul 09:00, Sarwono, Kosiin, Iyus, Endro, Heri, Glen
Abeng dan Andri dipanggil oleh pihak Manajemen PT SC Enterprises yaitu Rifky, Yuda,
Marwanto, Tatib dan Yanto. Mereka memanggil perihal hari Rabu beberapa pekerja SC
Enterprises tidak ikut lembur. Para pekerja menjawab bahwa lembur adalah sukarela bukan
paksaan.
Kemudian Estu Wijono, Suprianto, Tri Riyadi, Dalwadi, Heri Susanto, Andrie, Maryanto, Muji
dan Aditya dipanggil oleh pihak Manajemen PT SC Enterprises perihal yang sama mengenai
hari Rabu yang tidak ikut lembur. Demikian jawaban dari para pekerja menjawab bahwa
lembur adalah sukarela bukan paksaan.
Paska pemanggilan tersebut saat menjelang pulang kerja, pekerja di Departemen Sewing Line
6 yang sudah bekerja sesuai dengan jam kerja didalam UU Ketenagakerjaan dan bahkan
sudah mencapai target yang diberikan dilarang pulang. Chief Supervisor, bernama Roshita,
melarang para pekerja tersebut untuk pulang dan memaksa pekerja untuk perpanjangan jam
kerja atau sering disebut sebagai jam loyalitas tanpa ada perhitungan lembur. Bagi mereka
yang tidak mau melakukan hal tersebut maka akan di PHK. Ketua SP SCE, Ebo Budiyanto,
yang mendengar intimidasi tersebut mendatangi Chief Supervisor dan terjadi adu
argumentasi. Chief Supervisor melaporkan hal tersebut ke pihak manajemen yang kemudian
memanggil Ketua SP SCE. Namun karena sudah waktu pulang kerja maka pemanggilan
tersebut tidak direspon.
Pada tanggal 4 Mei 2012 Ketua SP SCE, Ebo Budianto berangkat bekerja seperti biasa dan
melakukan absensi dengan bar code. Namun di monitor absensi tertulis Harap Hubungi HRD
Rifky, kemudian Ketua SP SCE menemui Rifky namun ternyata dia tidak berada ditempat.
Kemudian Ketua SP SCE bekerja seperti biasa, pada jam 09.30 WIB Ketua SP SCE dipanggil ke
ruangan HRD. Di ruangan HRD, pihak HRD yaitu Rifky dan Yanto menyatakan bahwa Ketua SP
SCE telah di PHK tanpa diberikan alasan yang jelas. Demikian dalam pertemuan tersebut
Ketua SP SCE tidak menandatangani berkas apapun. Setelah itu Ketua SP SCE dipaksa keluar
pabrik dengan pengawalan dua preman yang diberi seragam serta ID Card Security oleh PT
SC Enterprises.
Terkait dengan hal tersebut maka Pengurus SP SCE memutuskan melakukan rapat akbar
dengan melibatkan keseluruhan anggota SP SCE dan pekerja PT SC Enterprises yang
memutuskan untuk melakukan mogok kerja terhitung mulai pukul 12:00.

Dalam proses pemogokan tersebut, SP SCE berupaya untuk melakukan perundingan dengan
pihak Manajemen PT SC Enterprises. Namun secara tiba-tiba seluruh manajemen PT SC
Enterprises dinyatakan tidak berada ditempat. Yang hadir mewakili PT SC Enterprises saat itu
adalah Yuda (Kepala Bagian/ Manager Produksi) dan Yanto demikian mereka menyatakan tidak
dapat mengambil keputusan apapun.
Pada tanggal 5 Mei 2012, SP SCE beserta seluruh pekerja PT SC Enterprises kembali
melakukan mogok kerja dan berupaya melakukan perundingan dengan pihak Manajemen PT
SC Enterprises. Namun hingga aksi mogok kerja berhenti tidak ada satupun dari pihak
perusahaan yang bersedia menemui pekerja PT SC Enterprises untuk melakukan perundingan.
Waktu mogok ini bertepatan dengan waktu pengambilan upah, oleh karena itu para buruh
secara bergantian mengambil upahnya dan kembali mengikuti mogok kerja. Pada saat para
buruh PT SC Enterprises mengambil upah tersebut, pihak kepolisian mengancam bahwa orang
berikut yang berani berorasi akan langsung ditangkap.
Terkait dengan ancaman tersebut SP SCE melakukan negosiasi dengan pihak kepolisian dan
menegaskan bahwa kita akan berorasi menjelaskan kepada seluruh pekerja PT SC Enterprises
untuk mengumpulkan semua slip gaji sebagai bukti bahwa masih banyak hak-hak normatif
yang dilanggar oleh PT SC Enterprises.
Paska aksi kami mendapatkan kabar bahwa kami diundang dalam pertemuan seluruh Kepala
Desa disekitar pabrik. Memang beberapa kali muncul isu bahwa warga sekitar pabrik juga
akan melakukan aksi demonstrasi ke pabrik terkait dengan ketidakpuasan warga terhadap
tidak adanya tanggung jawab sosial (CSR) PT SC Enterprises terhadap warga sekitar seperti
lapangan pekerjaan ataupun kesejahteraan. Sebuah perjuangan yang juga didukung oleh SP
SCE, dimana telah sejak awal SP SCE berupaya untuk melakukan dialog dengan warga sekitar
pabrik terkait tuntutan warga.
Dalam pertemuan tersebut ternyata hanya dihadiri oleh Kepala Desa Bugisan, Heru,
Sekretaris Desa, Ketua BPD dan Wakil dari Kepolisian Sektor Prambanan. Dan sama sekali
tidak dihadiri oleh Kepala Desa lainnya ataupun warga sekitar pabrik. Dalam pertemuan
tersebut mereka semua kompak menghakimi perjuangan SP SCE, mereka menyatakan bahwa
SP SCE telah melanggar hak asasi pekerja untuk bekerja dengan melakukan aksi mogok kerja
demikian juga melakukan aksi tanpa pemberitahuan.
Terkait dengan rencana aksi SP SCE di hari Senin, 7 Mei 2012 ke DPRD Kabupaten Klaten,
perangkat desa Bugisan beserta pihak kepolisian Sektor Prambanan mengancam bahwa jika
ada aksi maka akan ada tindakan tegas dari Aparat Desa. Karena menurut mereka PT SC
Enterprises adalah aset Desa Bugisan.
Pada hari Senin, 7 Mei 2012, SP SCE kembali melakukan aksi ke DPRD. Pada pagi hari sekitar
pukul 06:00 pihak perusahaan telah menyewa puluhan preman dan memberikan mereka
seragam serta ID Card Security. Mereka melakukan sweeping didaerah-daerah sekitar pabrik
bahkan hingga mendatangi beberapa rumah buruh, salah satunya adalah rumah Teguh
Widodo. Disana preman-preman bayaran tersebut melakukan intimidasi dan memaksa para
pekerja PT SC Enterprises untuk masuk kerja.
Sempat terjadi insiden dimana salah seorang pengurus SP SCE, Aryo dipaksa dimasukan
kedalam mobil dibawah ancaman senjata api. Beruntung kawan-kawan Pengurus SP SCE
lainnya melihat dan coba untuk menyelamatkan Aryo. Salah seorang pengurus bernama
Wisnu ditusuk mata kirinya dengan jari oleh seorang preman bayaran.
Untuk menghindari terjadinya bentrokan maka sekitar 400an pekerja SP SCE langsung
bergerak menuju DPRD Kabupaten Klaten. Tiba di DPRD Kabupaten Klaten sekitar pukul
09:00, disana SP SCE meminta perwakilannya dilibatkan dalam pertemuan Manajemen PT SC
Enterprises dengan Disnaker dan DPRD Kabupaten Klaten. Hingga pukul 12:00 belum ada
perwakilan SP SCE yang bisa masuk terlibat dalam pertemuan tersebut. Oleh karena itu
massa bergerak ke Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Klaten yang terletak tepat dibelakang DPRD
Kabupaten Klaten. Pada saat itu perwakilan dari SP SCE diijinkan untuk masuk ke DPRD
Klaten.

Di ruang pertemuan disosialisasikan beberapa point yaitu:


a. DPRD maupun Disnaker Kabupaten Klaten menyatakan bahwa banyak hak-hak normatif
yang dilanggar di PT SC Enterprises. Perusahaan juga mengakui bahwa banyak hak-hak
normatif yang masih dilanggar dan meminta penerapannya secara bertahap.
b. Terkait PHK dari Ketua SP SCE, Ebo Budianto, Disnaker Kabupaten Klaten menyatakan
bahwa PHK tersebut tidak sesuai dengan ketentuan hukum. Pihak perusahaan akhirnya
menyatakan bahwa Ebo Budianto silahkan masuk bekerja kembali tapi perusahaan
akan tetap melakukan proses PHK terhadapnya.
c. Untuk mendetailkan penerapan hak-hak normatif tersebut maka akan dilakukan
pertemuan tripartit antara SP SCE, Disnaker Klaten dan Manajemen PT SC Enterprises
pada hari Rabu, 9 Mei 2012 di Disnaker Kabupaten Klaten.
Pada tanggal 8 Mei 2012, didapatkan kabar bahwa status Ebo Budianto menjadi diskorsing
menuju PHK.
Pada tanggal 9 Mei, SP SCE menghadiri undangan dari Disnaker Kabupaten Klaten. Pertemuan
tersebut adalah mediasi yang dihadiri oleh SP SCE, Disnaker Kabupaten Klaten, Komisi IV
DPRD Kabupaten Klaten dan wartawan. Pihak manajemen yang menghadiri pertemuan
tersebut adalah Rifky beserta beberapa pengacara dan preman yang diberikan seragam
security dan ID Card. Pertemuan yang sedianya diselenggarakan pada pukul 09:00 diundur
menjadi pukul 13:00 karena pihak perusahaan mengatakan masih menunggu manajemen dari
Semarang. Pertemuan sendiri baru dimulai pukul 14:23 karena menunggu perwakilan dari
Pihak PT SC Enterprises.
Pertemuan dibuka oleh Kepala Disnaker Kabupaten Klaten yang menyatakan bahwa status
pertemuan ini adalah Mediasi dengan mediator Aswan dan Tri dari Disnaker Klaten. Setelah itu
pihak PT SC Enterprises diminta menanggapi tuntutan dari SP SCE. Pihak PT SC Enterprises
menyatakan bahwa Manajemen siap melaksanakan ketentuan hukum perburuhan. Proses
pemenuhan tersebut harap ditunggu dan akan dilakukan secara bertahap.
Pengacara PT SC Enterprises kemudian menyerahkan surat kuasa mereka ke Disnaker Klaten
dan mempertanyakan surat kuasa serta legalitas dari perwakilan KASBI yang hadir disitu.
Mediator kemudian meminta juru bicara satu orang saja dari SP SCE. Paska itu mulai muncul
provokasi dari preman-preman bayaran bahwa KASBI ke Klaten membuat kacau dan suasana
menjadi tidak kondusif.
Kemudian Pengacara PT SC Enterprises mempertanyakan legalitas SP SCE. Mereka
menyatakan bahwa Pihak perusahaan belum pernah diminta ijin untuk ada rapat
pembentukan Serikat Pekerja. Dan meminta pencatatan SP SCE untuk ditinjau ulang. Pihak
mediator menyatakan bahwa SP SCE sudah tercatatat. Kemudian pihak Disnaker membawa
berkas-berkas terkait pencatatan SP SCE. Pengacara PT SC Enterprises kemudian
mempertanyakan daftar absensi anggota pembentuk yang tidak ada tanda tangan.
Perwakilan dari SP SCE kemudian menyerahkan seluruh formulir anggota SP SCE yang
berjumlah sekitar 400 formulir. Pihak pengacara PT SC Enterprises kemudian menyatakan
bahwa di formulir tidak ada penjelasan nama SP yang jelas. Demikian menyatakan tidak ada
anggota yang mengenal KASBI. Oleh karena itu mereka menyatakan bahwa SP SCE tidak
memiliki legalitas dan tidak mau berunding dengan SP SCE. Para preman-preman bayaran
perusahaan memprovokasi kembali dengan berteriak-teriak menyatakan bahwa SP SCE dan
KASBI adalah organisasi illegal yang merusak Klaten serta mengganggu investasi. Pihak PT SC
Enterprises juga menyatakan bahwa Sekretaris SP SCE, Topan telah membuat surat
pengunduran diri. Surat pengunduran diri yang kemudian diserahkan oleh Pihak PT SC
Enterprises ke Disnaker Klaten.
Pihak Disnaker kemudian menutup pertemuan mediasi tersebut dan menanyakan kembali
mengenai penerapan hak-hak normatif di PT SC Enterprises. Pihak PT SC Enterprises
menyatakan bahwa Hak Normatif akan diterapkan namun karena terkait teknis pelaksanaan
maka kemungkinan bulan depan sudah berlaku. Pihak Disnaker menyatakan akan ada nota
pengawasan terkait dengan PT SC Enterprises.

Ketika mediasi selesai, pihak SP SCE disarankan untuk menunggu sebentar terkait dengan
masih banyaknya preman perusahaan yang berada diluar ruangan. Pihak SP SCE disarankan
untuk
keluar
setelah
preman-preman
tersebut
pergi.
http://harianjoglosemar.com/berita/mediasi-buruh-pt-sce-panas-diwarnai-intimidasi75337.html
Pada tanggal 10 Mei 2012, sekitar pukul 10.00 WIB, Supervisor keluar dari ruang meeting dan
mengumpulkan semua pekerja di departemennya masing-masing. Untuk kemudian meminta
pekerja PT SC Enterprises mengisi daftar nama anggota Serikat Pekerja Independen. Di
Departemen Sewing, para supervisor mengatakan bahwa KASBI adalah organisasi yang
illegal, organisasi yang legal adalah Serikat Pekerja Independen dan Serikat Pekerja
Independen menjamin kesejahteraan pekerja yang bergabung. Bagi pekerja yang tidak
bergabung harus menanggung sendiri kalau ada apa-apa. Sementara itu di Line 4 Sewing
karena banyak pekerja yang menolak menandatangani daftar nama tersebut maka dilakukan
pertemuan hingga tiga kali baru para pekerja SC Enterprises mau menandatangani daftar
nama tersebut.
Berdasarkan bukti dari account FB bernama Yono FSPI terdapat foto yang diklaim sebagai
rapat pembentukan SPI SCE Jogja. Foto tersebut diunggah sekitar pukul 09:30 pagi. Dari foto
tersebut terlihat bahwa rapat pembentukan SPI dilakukan di ruang pertemuan tamu utama PT
SC Enterprises. Dalam pertemuan tersebut hadir antara lain Tatid Mamora (Manajer Finishing),
Aser (Manajer Gudang, Aksesoris dan Loading), Ali (Supervisor Embro), Arimbi (Manajer
Sampel), Joko Sulistyo (Asisten Spv Gudang), Siti Zulaikha (Adm Shipment), Abdul Gofur
(Asisten Supervisor Packing), Kusnadi (Chief Spv Packing), Mariyem (Asisten Manajer Printing)
Tindakan tersebut diikuti dengan PHK terhadap seluruh wakil SP SCE saat perundingan
pertama dan mediasi di Disnakertrans Klaten. Keesokan harinya tanggal 11 Mei 2012 terdapat
gelombang PHK berikutnya kepada anggota SP SCE demikian juga pada tanggal 12 Mei 2012.
Demikian kronologi ini kami buat sebenar-benarnya demi perjuangan atas hak-hak dan
kesejahteraan pekerja PT SC Enterprises. Berikan dukungan anda untuk menekan:
a. Erro, GM PT SC Enterprises: 08154700616
b. Rifky, HRD PT SC Enterprises: 085865001989
c. Agus, Ketua DPRD Kabupaten Klaten: 08122979320
d. Kadarwati, Komisi IV DPRD Kabupaten Klaten: 085229143965
e. Slamet Widodo, Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Klaten: 081329000634

Anda mungkin juga menyukai