Anda di halaman 1dari 2

TUGAS MANDIRI1 Hubungan Industrial VII/MSDM/AB

Kasus: Perlukah Sosialisasi UU Cipta Kerja?


Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ifa Fauziyah mengatakan sosialisasi UU Cipta
Kerja terus dilakukan secara intensif, terutama bagi kalangan pengusaha atau manajemen.
Hal ini diperlukan agar pengusaha dan pekerja memperoleh titik temu dalam memandang UU
Cipta Kerja. "Sosialisasi ini dilakukan per sektor, misalnya sektor otomotif, pariwisata, yang
memiliki karakteristik dan tidak bisa disamakan dengan sektor-sektor lain. Jadi mohon
dukungan bapak ibu semua, karena saat masa transisi ini banyak hal bisa terjadi," kata Ida
dalam keterangan tertulis, Kamis (9/9/2021).
Saat menerima audiensi Forum Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) di Gedung
Kemnaker, Jakarta, Rabu (8/9), Ida memahami UU Cipta Kerja merupakan produk legislasi
baru yang disahkan pada 5 Oktober 2020 lalu. Karenanya ia menilai masih membutuhkan
sosialisasi lebih masif lagi kepada stakeholder ketenagakerjaan. Bukan hanya kepada pekerja,
tapi perusahaan juga harus memiliki pemahaman yang utuh terhadap UU Cipta Kerja. "Kami
selalu minta teman-teman PHI Jamsos untuk tidak berhenti mensosialisasikan UU Nomor 11
Tahun 2020 untuk menghindarkan adanya salah interpretasi dari UU tersebut," tutur Ida.
Ida mengakui sedikit sekali perusahaan menerapkan Struktur dan Skala Upah
(SUSU), padahal SUSU merupakan pintu masuk untuk memperkuat perlindungan
pengupahan kepada pekerja yang sudah bekerja di atas 12 bulan. Bahkan praktek di lapangan,
perusahaan-perusahaan menggunakan upah minimum sebagai standar upah. "Itu masalahnya,
jadi tidak menghargai, tidak ada merit system (kebijakan manajemen Aparatur Sipil Negara
(ASN) berdasarkan kualitas, kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar). Ini sebenarnya
problem, meski filosofinya sudah benar, kita dorong agar orang bekerja dihargai sesuai
dedikasi, loyalitas, kompetensi, dan skills, " imbuhnya.
Ida menyadari UU Cipta Kerja membutuhkan waktu untuk mencapai titik ideal. Saat
ini, diakuinya, masih dihadapkan masa transisi, yang bisa dimanfaatkan berbagai pihak untuk
mencari momentum masa transisi untuk kepentingannya sendiri. "Masa transisi banyak hal
bisa terjadi. Saya senang bapak-bapak mengkomunikasikan kepada kami, sehingga kami tahu
sesungguhnya implementasi UU Nomor 11 Tahun 2020 ini, pada prakteknya membutuhkan
kesabaran secara obyektif untuk melihat UU ini," ujarnya.
Meski demikian, dalam kondisi sesulit apapun, Ida tetap mendorong perlunya dialog
secara bipartit kepada perusahaan karena akan lebih cepat menyelesaikan permasalahan.
Kondisi internal perusahaan itu yang tahu hanya pengusaha dan pekerja. "Jadi berkali-kali,
kita tekankan dialog-dialog, kondisi kesulitan pun tetap disampaikan manajemen perusahaan
kepada pekerja secara terbuka dan kekeluargaan, " ujarnya. Sementara itu, Dirjen PHI dan
Jamsos, Indah Anggoro Putri, menambahkan agenda FSPMI melakukan audiensi yakni
menyampaikan informasi dan kondisi permasalahan hubungan industrial di sektor industri
otomotif di Indonesia, sejak sebelum masa pandemi COVID-19, hingga masa pandemi
sekarang ini.
"Saya akan tindaklanjuti Bu Menteri, dialog bipartit memang menjadi salah tugas
utama saya sebagai Dirjen PHI Jamsos. Kita kemarin sudah sukses di sektor perhotelan, dan
sektor otomotif yang belum kami sentuh, akan kami sentuh. Yakni dengan memfasilitasi
dialog bipartit bersama perwakilan manajemen otomotif," katanya. Di sisi lain, Presiden
FSPMI Riden Hitam Aziz menyatakan pihaknya menemui Menaker Ida Fauziyah dalam
rangka memberi informasi dan kondisi hubungan industrial di sektor otomotif merk, sebelum
dan selama masa pandemi COVID-19. Termasuk juga menjelaskan dari sisi produksi, dan sisi
hubungan industrial serta pembaharuan Perjanjian Kerja Bersama (PKB). "Sikap FSPMI
tetap obyektif, karena perusahaan sudah normal dan bisnis sudah berjalan. Hal-hal yang
selama ini didapat pekerja, tidak direduksi," ujar Riden Hitam Aziz. Dalam kesempatan
tersebut Ida didampingi Dirjen PHI Jamsos, Indah Anggoro Putri dan Staf Khusus Menaker,
Dita Indah Sari, dan melakukan dialog selama 120 menit dengan Presiden FSPMI, Riden
Hatam Aziz, bersama Arif selaku Ketua PUK PT Hino, Tri (Mitsubishi), Wahyu (Honda),
Heru (Suzuki), dan Amin (Yamaha).

Pertanyaan:
1. Baca dan analisa Artikel (kasus).
2. Jelaskan singkat pendapat (resume) Anda tentang Artikel (kasus).
3. Jelaskan terkait teori MSDM apa saja dan Pasal berapa saja dalam UU
Ketenagakerjaan No.13/2003?
4. Kumpul Senin 02 Oktober 2023 (jawaban ditulis tangan bersih rapi).

Anda mungkin juga menyukai