Anda di halaman 1dari 20

EDISI MARET-APRIL 2012

MENTERI BUMN, DAHLAN ISKAN

M E D I A K O M U N I K A S I & I N F O R M A S I I N D O FA R M A G R O U P
seputarkita seputarkita seputarkita

PAK DIS BERKUNJUNG KE INDOFARMA

Management Visit Ke Unit Produksi

Keuntungan Menerapkan

Manajemen Risiko

Forum Komunikasi Kembali Digelar

pengantarredaksi
Berbisnis dengan Compliance
Selamat berjumpa kembali pada majalah Oasis edisi Maret-April 2012 ini. Alhamdulillah kinerja perusahaan kita terus membaik. Bahkan pada kuartal pertama tahun ini penjualan kita sudah mencapai 180 miliar rupiah atau naik sekitar 50% dibanding kuartal pertama tahun lalu. Capaian itu sudah mendekati 13 % dari target penjualan 2012 yang sebesar 1.2 triliun rupiah. Ketika jumpa pers di Cibitung 14 April 2012, Direktur Pemasaran Elfiano Rizaldi mengatakan bahwa dengan sudah mampu meraih laba di kuartal pertama ini maka Indofarma optimis dapat meraih laba bersih 75 miliar rupiah di akhir 2012. Memang, fase baru pertumbuhan bisnis sedang kita masuki. Pada tahun lalu (2011) kita sudah mendapatkan laba bersih 36 miliar rupiah, peningkatan hampir tiga kali lipat dari laba bersih 2010. Laba bersih yang dicapai 2011 itu meski naik signifikan tapi belum menyentuh angka laba bersih ideal yakni 5 %. Nah pada tahun 2012 angka laba bersih 5 % itu insya Allah tercapai. Mari kita dukung upaya pencapaian target itu dengan bekerja keras, dan bekerja cerdas, disertai spirit kebersamaan. Dalam mengejar pertumbuhan bisnis itu kita tidak boleh lupa perlunya sikap compliance. Berbisnis dengan Compliance, inilah tema Oasis kali ini. Tema itu kami angkat guna menyegarkan ingatan kita perlunya sikap compliance (taat hukum) saat menjalankan bisnis. Compliance adalah kewajiban pelaku bisnis dan sebagai fondasi untuk membangun bisnis yang kukuh, bermartabat, dan aman. Sebaliknya, pelanggaran terhadap hukum akan menuai sanksi hukum. Pelanggaran terhadap hukum bisnis akan membawa bisnis pada berbagai permasalahan, misalnya batalnya kontrak-kontrak bisnis, atau tuntutan hukum dari pihak-pihak yang dirugikan. Kami menjelajahi tema di atas dari hasil liputan kami atas berbagai aktivitas perusahaan belakangan ini seperti dari rapat kerja nasional, rapat manajemen risiko dan lain lain. Selain tema di atas, kami sajikan juga liputan dari rubrik-rubrik lain aktivitas Forkom (Forum Komunikasi), aktivitas tim Pemasaran, dan lain lain. Satu peristiwa yang sangat membanggakan kita adalah kunjungan Menteri Negara BUMN RI, Dahlan Iskan, ke PT Indofarma , Cibitung pada 17 April 2012. Pak Dahlan memang sosok Menteri yang jauh dari formalitas, dia bersedia berbicara, berfoto dengan siapapun tanpa peduli jabatan orang itu, jarang berdasi, duduk di samping supirnya, dan lain lain. Liputan dan foto kunjungan beliau bisa disimak. Terima kasih Pak Dahlan atas kunjungannya yang betul-betul mengesankan. Akhirnya tidak lupa kami himbau agar rekan-rekan dapat menyempatkan diri mengirimkan tulisannya sesuai rubrik-rubrik yang ada. Selamat membaca, dan salam Oasis. Indofarma.. Bisa! (RED)

daftarisi

Budaya Compliance Harus Dimiliki Segenap Insan Indofarma Pentingnya Resertifikasi CPOB
Seputar Kita

TOPIK UTAMA

04 07 08 10 11 12 13 18 14 15 16 17

susunanredaksi
Penasehat

Forum Komunikasi Kembali Digelar Penandatanganan Perjanjian Kerjasama Indofarma dengan BPPT Keuntungan Menerapakan Manajemen Risiko "Management Visit ke Unit Produksi Belajar Senin Pagi di Pemastian Mutu dan Litbang Pak Dis Berkunjung ke Indofarma
Pemasaran

Direksi Corporate Secretary Guntoro, S.Sos


Pemimpin Umum / Penanggung Jawab

Pemimpin Redaksi

Drs. Irfan Mohamad, M.Pd


Dewan Redaksi

- Alim Kumbang, SE - Rangga Ananta Bhakti, SE, SH - Datung Iswanto, S.Sos


Alamat Redaksi

Minati Atmanagara Brand Ambassador Biovision Gold Aksi Biovision Sehatkan Mata Anak Negeri Bersama Primagama Gathering Direksi dengan Kamas IDAI Kampanye OGB Indofarma Untuk Para Guru Di Bekasi

Jl.Indofarma No.1, Cikarang Barat 17530 T: (021) 8832 3971 Fax: (021) 8832 3972
email

guntoro@indofarma.co.id irfan.mohamad@indofarma.co.id

editorial

Menjalankan Bisnis dengan Compliance


Dalam
menjalankan

para pelaku bisnis perlu punya sikap compliance (taat pada hukum). Mengapa? Karena dengan compliance maka semua pihak akan patuh pada hukum dan aturan yang ada. Dengan adanya sikap compliance maka segenap pelaku bisnis dapat menjalankan kegiatan bisnisnya dengan lancar, aman, dan tertib. Tanpa adanya perlindungan dari hukum maka kegiatan bisnis akan kacau. Bayangkan jika kerjasama bisnis yang melibatkan beberapa pihak yang hanya dijalankan berdasarkan itikad baik atau kesepakatan lisan. Adakah yang dapat menjamin bahwa masingmasing pihak akan menunaikan seluruh kewajibannya, atau sebaliknya mendapatkan seluruh haknya? Di sinilah pentingnya dunia bisnis diatur dengan hukum. Secara sederhana hukum bisnis adalah kaidah-kaidah hukum yang mengatur pelaksanaan kegiatan bisnis. Hukum diperlukan dalam setiap bidang kehidupan, termasuk di bidang bisnis. Secara umum hukum bertujuan untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat yang tinggal di wilayah hukum tersebut. Manfaat hukum antara lain memberikan kepastian hukum, mengatur ketertiban dalam masyarakat, mewujudkan keadilan, menyelesaikan konflik, dan menggerakkan pembangunan. Hukum bisnis bertujuan untuk memberikan kepada para pelaku bisnis berupa keadilan, kepastian hukum, dan ketertiban dalam menjalankan kegiatan bisnis. Hukum bisnis juga diperlukan ketika terjadi perselisihan atau konflik. Tanpa hukum bisnis, maka perselisihan akan diselesaikan dengan hukum rimba atau melalui jalan kekerasan. Banyak aspek dalam bidang bisnis yang sudah ada aturan hukumnya di negara kita, antara lain kontrak bisnis, bentukbentuk badan usaha, jaminan hutang, perbankan, hak kekayaan intelektual, regulasi produk-produk bisnis/jasa, ketenagakerjaan, perlindungan konsumen, investasi, perpajakan, larangan monopoli, transaksi dagang, asuransi, distribusi, pembiayaan, pasar

bisnisnya,

modal, perdagangan internasional dan lain lain. PT Indofarma (Persero) Tbk sebagai pelaku bisnis tentunya harus mematuhi berbagai hukum yang terkait dengan bisnisnya di bidang farmasi dan bidang lain yang terkait. Maka segenap pelaku usaha amat membutuhkan adanya hukum bisnis, dan sikap compliance (taat hukum) . Compliance adalah sikap mematuhi segala peraturan yang tercakup di dalam hukum bisnis yang merupakan sebuah kewajiban pelaku bisnis. Compliance merupakan fondasi untuk membangun bisnis yang kukuh, bermartabat, dan aman. Sebaliknya, pelanggaran terhadap hukum pasti akan menuai sanksi hukum. Pelanggaran terhadap hukum bisnis akan membawa bisnis ke berbagai permasalahan, misalnya pemboikotan oleh konsumen, batalnya kontrak-kontrak bisnis, dan tuntutan hukum dari pihak-pihak yang dirugikan. Hal ini juga dikenal sebagai risiko bisnis di bidang hukum yang harus diantisipasi melalui manajemen risiko. Dalam hal ini PT Indofarma telah menerapkan manajemen risiko tersebut guna mengantisipasi risiko-risiko yang ada termasuk risiko hukum. Pertanyaannya apakah sikap compliance akan menghambat perkembangan bisnis ? Jawabnya tidak. Justru sikap compliance akan menjadi pendukung atau solusi bisnis, bukan penghambat bisnis. Hal ini pernah ditegaskan Direktur Utama Djakfarudin Junus saat memberikan sambutan pada acara penandatangan komitmen manajemen risiko pada 1 Agustus 2011 di Cibitung. Djakfarudin juga mengingatkan bahwa antisipasi risiko aspek hukum amat penting berhubung terkandung potensi masalah penyalahgunaan wewenang. Potensi ini dapat melahirkan kekeliruan penetapan strategi bisnis yang merugikan, atau menjalankan bisnis

dengan biaya yang tidak efisien. Kemudian, mengutip dari Lambok Sidabutar SH dari Kejaksaan Agung RI (saat rakernas 2012 di PT IGM), beliau mengingatkan bahwa salah satu butir dalam GCG (Tata Kelola Perusahaan Yang Baik) adalah keharusan bersikap compliance. Maka para pelaku bisnis harus faham hukum yang terkait bisnisnya, agar tercegah dari pelanggaran hukum. Sejalan dengan itu, pelaku bisnis harus bisa membedakan yang mana penyalahgunaan wewenang, dan yang mana keputusan bisnis (aksi korporasi), sehingga bila muncul tuntutan hukum maka akan jelas porsinya yang mana. Ada beberapa langkah-langkah agar bisnis berjalan dengan compliance yakni 1. Semua staf yang terkait harus memahami dengan jelas aturan hukum bisnis bidang tersebut. 2. Memiliki iktikad baik, tekad, dan tanggung jawab yang akan menuntun kita menjadi pribadi yang bersikap compliance serta menghindari pelanggaran terhadap hukum seperti mencurangi rekanan bisnis. 3. Meningkatkan sistem pengawasan internal sehingga ketika ada indikasi pelanggaran hukum, dapat ditangani awal sebelum masalahnya menjadi besar. 4. Meminta bantuan hukum kepada ahlinya, misalnya pengacara atau notaris, untuk menangani permasalahan hukum yang muncul. 5. Menetapkan standar yang tinggi ketika memilih rekanan kerja yang kinerjanya baik dan ketaatannya pada hukum bisnis telah teruji. Ringkasnya, sikap compliance harus dipunyai para pelaku bisnis agar bisnisnya berjalan tertib, aman dan lancar. Sikap compliance tidaklah menghambat perkembangan bisnis justru akan mendukung bahkan menjadi solusi bisnis. (IM)
| MAR E T- A P R I L 2 0 1 2

03

topikutama

HARUS DIMILIKI SEGENAP INSAN INDOFARMA


OLEH: DADANG MULYANA, MANAJER SPI

BUDAYA COMPLIANCE
luas berdasarkan Profil Budaya Organisasi (PBO) dan tata nilai yang dianut, akan menyatukan berbagai pandangan para anggotanya dan mengakibatkan terjadinya implementasi perubahan budaya menuju keefektifan organisasi. Oleh karena itu penelitian terhadap budaya organisasi dewasa ini dianggap penting, terutama berkaitan dengan perubahan atau transformasi organisasi (Cameron dan Quinn, 1999). Cameron dan Quinn mendiferensiasikan berbagai budaya organisasi. Mereka memandang budaya organisasi merupakan bentukan dari empat budaya yang berbeda yakni budaya Clan, budaya Adhocracy, budaya Hierarchy, dan budaya Market. Jika menggunakan sudut pandang teori di atas, maka pada sebuah perusahaan umumnya hidup dengan empat jenis budaya organisasi di atas. Organisasi dengan budaya Clan (keluarga) atmosfirnya sangat bersahabat seperti sebuah keluarga besar. Pimpinan-pimpinan pada organisasi dianggap seperti pembimbing, bahkan seperti figur bapak. Perekat dalam organisasi ini adalah adanya loyalitas bersama serta adanya tradisi yang lestari. Organisasi memberi perhatian besar pada pengembangan orangorangnya serta sangat mementingkan kohesivitas dan semangat kerja. Kerjasama, partisipasi, dan usaha untuk mempertemukan pendapat adalah hal yang dianggap penting. Organisasi dengan budaya Adhocracy sangat dinamis, berjiwa entrepreneur, dan kreatif. Artinya orang-orangnya berani mengambil risiko untuk mencoba sesuatu yang baru. Jika di dunia clan pimpinan itu seperti bapak, maka di sini pimpinan adalah figur pengambil risiko dan inovator dalam melaksanakan tugasnya. Organisasi dengan budaya Adhocracy, yang menjadi perekat dalam organisasi adalah karena setiap warganya punya komitmen untuk bereskperimen dan berinovasi. Impian organisasi adalah menjadi yang terdepan dalam inovasi. Sukses bagi mereka adalah apabila berhasil menciptakan sistem atau cara baru dan unik yang membuat mereka direspek atas inovasinya. Selanjutnya organisasi dengan budaya organisasi Hierarchy, birokratis di sini lebih dalam artian sangat formal dan serba tertata. Pemimpin organisasi yang dianggap baik adalah mereka yang mampu menjadi koordinator dan organisator handal dan mengutamakan efisiensi di segala bidang. Yang penting bagi mereka adalah menjaga agar proses-proses organisasi berjalam

Banyak

organisasi, baik bisnis maupun non-bisnis melakukan upaya-upaya perubahan organisasi guna menghadapi tantangan perubahan lingkungan yang cepat. Perubahan organisasi tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda ruang lingkup dan sasarannya, seperti melalui restrukturisasi, akuisisi, perampingan, program-program kualitas ataupun pembaharuan budaya perusahaan (corporate culture). Perspektif budaya tersebut dipilih oleh banyak perusahaan dengan mencanangkan program perubahan baru, terutama perubahan budaya.

Akan tetapi hasilnya ada perusahaan yang tidak sukses. Ketidaksuksesan itu karena pencanangan perubahan budaya dilakukan tanpa mempertimbangkan: pertama, perlunya suatu konsensus tentang budaya perusahaan saat ini, kedua, perlunya konsensus tentang perubahan apa yang berarti dan tidak berarti, dan ketiga, perubahan spesifik untuk mulai, berhenti atau melanjutkan. Di sini diperlukan pemahaman yang pas tentang budaya organisasi agar perubahan budaya organisasi kita sukses. JENIS-JENIS BUDAYA ORGANISASI Berubahnya perilaku individu secara
04
| M A R E T- A P R I L 2 0 1 2

dengan lancar. Oleh karena itu, yang menjadi perekat antara karyawan dan pimpinan adalah peraturan dan prosedur. Kenapa demikian? Peraturan dan prosedur menjadi alat untuk mencapai stabilitas, efisiensi, dan mulusnya operasi. Kriteria sukses mereka adalah kalau bisa menghasilkan keluaran yang andal, jadwal-jadwalnya tepat waktu, dan biayanya rendah.. Jenis budaya organisasi terakhir, organisasi dengan budaya organisasi Market, orientasinya adalah hasil, orang-orangnya sangat kompetitif dan goal-oriented. Jajaran pimpinannya biasanya tipe pekerja keras, sangat prestatif. Perekat dalam organisasi seperti ini adalah semangat untuk unggul. Fokus jangka panjangnya pada tindakantindakan kompetitif dan tercapainya target-target yang terukur. Sukses organisasi diukur dari besarnya pangsa pasar dan keberhasilan melakukan penetrasi pasar. Bagaimana profil budaya oganisasi BUMN termasuk PT Indofarma (Persero), Tbk pada umumnya? Jika dilakukan pengukuran, maka akan muncul sebuah profil dalam empat dimensi budaya tersebut. profil itu menunjukkan seberapa banyak karakter budaya Clan-nya, karakter Adhocracy-nya, Hierarchy-nya, dan karakter Market-nya yang harus ada dalam sebuah perusahaan. Bila dipetakan dengan pendekatan di atas, maka akan ditemukan, bahwa organisasi BUMN di Indonesia pada umumnya mempunyai budaya organisasi Hierarchy yang lebih menonjol dibandingkan dengan ketiga karakter budaya organisasi lainnya. Mengapa demikian? karena banyak kebijakan dan peraturan yang harus dipatuhi oleh sebuah BUMN seperti PT Indofarma (Persero) Tbk yang selain harus mematuhi peraturan perundang-undangan tentang Perseroan Terbatas dan Pasar Modal

(Bappepam LK), juga harus mematuhi peraturan perundang-undangan lainnya, seperti tentang: BUMN, Keuangan Negara, dan Badan Pemeriksa Keuangan. BAGAIMANA DI INDOFARMA ? Mari kita bedah budaya organisasi yang pas di direktorat masing-masing sesuai struktur organisasi Indofarma terakhir per 16 Juni 2011. Dimulai dengan ujung tombak perusahaan, yaitu Direktorat Riset dan Pemasaran, menurut analisis kami budaya yang pas untuk menonjol di direktorat ini adalah budaya Adhocracy yang mengharuskan kepemimpinannya bertipe pengambil risiko dan inovator dalam melaksanakan tugasnya, serta budaya organisasi Market yang orientasinya hasil, orang-orangnya sangat kompetitif dan goal-oriented. Hal ini tercermin dari unit organisasi yang ada di bawahnya seperti bidang Riset Pasar dan Sales Marketing (Institusi, Reguler dan Ekspor). Namun, direktorat ini tetap harus mempunyai budaya Hierarchy-nya yang diwakili oleh bidang Marketing Support & Monitoring sebagai pengawas dan pemantau pelaksanaan kegiatan operasionalnya. Berikutnya adalah di lingkungan direktorat Produksi, pimpinan dan karyawan di bidang PPPP dan Produksi harus mempunyai budaya Market untuk memenuhi permintaan Marketing sesuai dengan jadwal.

Adapun staf di bidang Penelitian dan Pengembangan lebih cocok bertipe budaya Adhocracy. Namun, di direktorat ini juga harus mempunyai budaya Hierarchy yang menonjol khususnya di bidang Quality Control, agar mampu menjaga kualitas produk yang dihasilkan oleh bidang Produksi. Adapun sebagian besar bidang di Direktorat Keuangan dan SDM, seperti bidang Keuangan, Akuntansi dan Sumber Daya Manusia sebaiknya mempunyai budaya Hierarchy yang menonjol, agar kegiatan operasional perusahaan dan pelaporannya memenuhi dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai perusahaan terbuka, tetapi khusus di bidang Umum sebaiknya mempunyai budaya Adhocracy dan Market yang menonjol agar dapat memberikan pelayanan prima dan terbaik kepada bidang lainnya. Bagaimana dengan Direktorat Operasi dan Pengembangan? Sesuai dengan namanya, maka sebaiknya yang menonjol adalah budaya Adhocracy yang mengharuskan pemimpin dan seluruh karyawannya bertipe pengambil risiko dan inovator, punya komitmen untuk selalu berinovasi, dan terus tumbuh menghasilkan baik sumber daya sumber daya baru, produk baru maupun pengembangan bisnis baru. Budaya ini harus diimplementasikan dengan sungguh-sungguh oleh
| MAR E T- A P R I L 2 0 1 2

05

topikutama
lingkungan perusahaan dan tujuan perusahaan khususnya pendapatan penjualan dapat tercapai sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahunan yang telah ditetapkan. PENUTUP Uraian di atas menunjukkan bahwa budaya Hierarchy harus ada pada setiap direktorat, implementasinya berupa kepatuhan (compliance) terhadap peraturan perundangundangan. Tegasnya budaya Compliance adalah keharusan bagi segenap insan Indofarma. Hal ini juga sudah diimplementasikan dalam Struktur Tata Kelola Perusahaaan yang Baik. Di situ dicakup antara lain salah satu tugas dan tanggung jawab Sekretaris Perusahaan adalah memastikan bahwa Perseroan mematuhi ketentuan tentang persyaratan keterbukaan dan pengungkapan yang berlaku dalam laporan tahunan. Salah satu tugas dan tanggung jawab SPI adalah mempersiapkan dan melaksanakan audit ketaatan (compliance audit) terhadap berbagai ketentuan dan peraturan (law and regulations), termasuk anggaran. Salah satu tugas dan kewajiban Komisaris adalah memastikan kepatuhan perseroan terhadap peraturan perundangan. Kemudian salah satu tugas dan kewajiban Direksi adalah dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugasnya untuk tercapainya tujuan perseroan dengan mematuhi peraturan perundangundangan yang berlaku dan anggran dasar perseroan. Wawasan tentang budaya organisasi di atas dimaksudkan untuk mengetahui pendekatan kepemimpinan seperti apa yang paling pas di Indofarma. Dalam hal ini tidak ada satu budaya organisasi yang lebih baik dari yang lain. Tapi yang paling penting adalah mengenali apakah budaya yang ada sudah sesuai dengan tuntutan bisnis perusahaan. Dengan kondisi lingkungan yang berubah-ubah dengan cepat, Indofarma dituntut lebih fleksibel, dinamis dan partispatif, sehingga budaya organisasi Hierarchy yang sangat dominan dipandang kurang sesuai. Tentu diperlukan adaptasi budaya Indofarma untuk lebih berkarakter Clan dan Market guna menjawab tantangan yang ada. Caranya kita harus dapat memilah dan menyusun prioritas terhadap semua peraturan dan prosedur yang harus tetap dipatuhi seiring dengan perubahan lingkungan perusahaan, sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai dengan tanpa melanggar peraturan yang harus dipatuhi. Dengan memahami budaya perusahaan, diperoleh beberapa manfaat, diantaranya: 1. Menginterpretasi keseluruhan profil budaya organisasi di setiap unit organisasi/bidang masingmasing sebagai kunci sukses implementasi strategi utama peningkatan keefektifan dan kinerja organisasi dengan selalu mematuhi peraturan perundangundangan yang berlaku. 2. Memberikan strategi sistematik bagi agen perubahan internal (pimpinan dan karyawan) setiap unit organisasi/bidang di lingkungan perusahaan untuk merangsang dan memfasilitasi proses perubahan budaya yang diperlukan. 3. Bagaimana dapat mengelola perubahan budaya perusahaan terutama dalam hubungannya dengan kebutuhan kritis dalam beradaptasi dengan perubahan lingkungan. 4. Akhirnya, sudah sesuaikah budaya unit organisasi kita masing-masing dengan tuntutan perubahan lingkungan? Hanya kita sendiri masing-masing yang dapat menilainya.

pimpinan dan karyawan di bidang: Operasi dan Pengembangan Usaha Induk, Pengembangan Jasa Teknik, Strategi Pengembangan Produk Kesehatan dan Purchasing. Di lain pihak direktorat ini juga harus mempunyai budaya Hierarchy yang menonjol pada bidang Purchasing dan Corporate Performance Management, agar setiap pelaksanaan pengadaan barang dan jasa perusahaan selalu mematuhi peraturan perundangundangan yang berlaku, serta pengukuran kinerja setiap bidang di lingkungan perusahaan dapat ditetapkan, dan pelaksanaannya dipatuhi dengan konsisten. Terakhir budaya organisasi yang menonjol dan pas untuk Non Direktorat, yaitu Sekretaris Perusahaan, Risk Management & Compliance, Satuan Pengawasan Internal dan Quality Assurance tentunya harus mempunyai budaya Hierarchy yang menonjol. Hal itu agar semua kegiatan operasional perusahaan memenuhi dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku, pengendalian internal yang memadai dan meminimalkan risiko yang akan dihadapi pada kemudian hari. Sedangkan di bidang Supply Chain Management dan Teknologi Informasi & Data sebaiknya mempunyai budaya Adhocracy dan Market yang menonjol agar dapat menghasilkan inovasi untuk memberikan pelayanan terbaik kepada bidang lainnya di

Disarikan/diedit dari website Asosiasi Auditor Internal http://auditor-internal.com/Newsletter AAI tanggal posting: 23 Agustus 2009 dan dokumen Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Indofarma

06

| M A R E T- A P R I L 2 0 1 2

Sejarah CPOB di Indonesia


Inspeksi 1

PENTINGNYA RESERTIFIKASI CPOB


OLEH: Sindu Kisworo Bidang SPI

Operational Manual CPOB ed 1 WHO GMP voluntary

CPOB ed 3 Sertifikasi 1 Operational Manual Op. Manual In Process

CPOB ed 2

1971 1989 1990 1990 1990 2001 2001 2006 2007

Cara Pembuatan Obat yang Baik


(CPOB) bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Sertifikat CPOB merupakan bukti bahwa industri farmasi telah memiliki aspek-aspek yang diatur di dalam CPOB (12 aspek) yang memadai untuk proses produksi obat. Sertifikat CPOB diberikan kepada industri farmasi sebagai syarat untuk Memproduksi dan mendapatkan izin edar dari obat yang dibuatnya dan diberikan untuk masing-masing bentuk sediaan obat dan sertifikat tersebut dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) sebagai regulator industri farmasi di Indonesia. Tanggal 2 Januari 2007 BPOM RI telah memberlakukan CPOB terbaru yang dikenal sebagai CPOB edisi 2006. (CPOB:2006) Surat Keputusan Kepala BPOM RI No. HK.00.05.3.0027 tahun 2006 tentang Penerapan CPOB:2006 memutuskan, mengesahkan dan memberlakukan Pedoman CPOB: 2006 sebagai pedoman bagi semua pihak yang terlibat dalam pembuatan obat, industri farmasi wajib menerapkan Pedoman CPOB dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan pembuatan obat dan terhadap industry farmasi yang telah menerapkan Pedoman CPOB:2006 akan diberikan sertifikat CPOB yang dirinci untuk setiap bentuk sediaan. Kesengajaan maupun kelalaian yang dibuat sehingga tidak terlaksananya penerapan CPOB mengakibatkan Sertifikat CPOB yang telah diberikan dicabut. Dalam sosialisasi Pedoman CPOB:2006 dan Petunjuk Operasional CPOB:2006 pada 23 April 2009, Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan

NAPZA BPOM RI, Lucky S. Slamet menyampaikan bahwa perubahan atas CPOB dikarenakan CPOB:2006 sebagai tools untuk kesiapan Industri farmasi Indonesia dalam pemenuhan persyaratan dan standar CPOB yang dinamis-(cGMP), menyongsong harmonisasi karena setara dengan cGMP code internasional, termasuk penerapan Quality Management System-QMS (Sistem Manajemen Mutu) dan lebih dinamis dalam mengakomodasi perubahan teknologi sesuai kompetensi masing-masing industry farmasi. Jadi, CPOB merupakan persyaratan mutlak yang diwajibkan oleh pemerintah (Badan POM) bagi industri farmasi untuk bisa memproduksi obat dan resertifikasi CPOB diperlukan untuk mengikuti ketentuan CPOB yang baru. (CPOB:2006) Sertifikasi yang pernah diperoleh PT. indofarma adalah sertifikasi CPOB edisi 2001. Ketetapan BPOM RI yang mewajibkan penerapan atas CPOB:2006 mengharuskan PT Indofarma harus me-resertifikasi CPOB. Pelaksanaan Renovasi Gedung Utama (RGPU) yang diselesaikan pertengahan tahun 2010 merupakan wujud komitmen PT. Indofarma untuk mengikuti ketentuan CPOB:2006. Upaya untuk menjalankan CPOB:2006 tidak berhenti sampai disitu, tetapi terus berjalan. Temuan hasil audit BPOM RI di bulan Juli 2011 pada Gedung Produksi Utama-GPU (Fasilitas produksi non steril non betalaktam) menjadi dasar pembentukan Tim CPOB di Indofarma. Tim CPOB diberi kewenangan untuk menjawab temuan hasil audit BPOM RI, menginventarisir bentuk-bentuk sediaan yang harus diresertifikasi dan memastikan bahwa

proses resertifikasi berjalan sesuai dengan keinginan manajemen. Tim CPOB PT Indofarma telah menyerahkan 5 (lima) kali memberikan Corrective Action and Preventive Action (CAPA) ke BPOM sejak Februari 2011 sd 4 April 2012 yang lalu untuk menjawab temuan hasil audit BPOM RI, Telah menginventarisasi 10 sertifikat bentuk sediaan yang tersebar di GPU, 9 sertifikat bentuk sediaan yang tersebar di Gedung Steril-5 (lima) sertifikat dan Betalaktam-4 (empat) sertifikat dan sertifikasi baru atas 1 (satu) sediaan salep/krim non antibiotic untuk CPOB:2006. Selain itu tim juga telah menginventarisir sertifikasi Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB) dan Prequalifikasi WHO untuk produk FDC. (PQ FDC) Resertifikasi CPOB pada akhir 2012 adalah salah satu agenda besar yang telah dirumuskan dalam Rapat Kelompok Kerja (Rapokja) PT Indofarma pada 2-3 Februari 2012 di Hotel Peninsula, Jakarta yang diikuti oleh seluruh staf (Manajer dan Asisten Manajer) dari seluruh Direktorat di PT Indofarma. Agar agenda tersebut tercapai dilakukan sosialisasi terhadap hasil Rapokja PT Indofarma di Pabrik Cibitung pada 5 April 2012 yang diikuti oleh seluruh Supervisor, Asisten Manajer dan Manajer. Agenda yang telah dibuat tersebut bisa dicapai dengan keinginan kuat dan kerja keras seluruh insan Indofarma, atau gagal karena ketidak pedulian kita untuk mendukung agenda tersebut. Dengan semangat dan komitmen memajukan Indofarma tercinta, mari kita dukung dan songsong perubahan tersebut dengan dengan semboyan .. Indofarmaa Siapp!!!!.
(Disarikan dari berbagai sumber)

| MAR E T- A P R I L 2 0 1 2

07

seputarkita

FORUM KOMUNIKASI KEMBALI DIGELAR


tugas Sekretaris Perusahaan adalah memastikan bahwa PT. Indofarma (Persero) Tbk mematuhi persyaratan keterbukaan informasi sejalan dengan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) baik kepada stakeholders internal maupun eksternal. Karenanya, Sekretaris Perusahaan secara periodik mengadakan Forum Komunikasi yang menghadirkan Direksi terkait untuk menyampaikan informasi terkini perusahaan sebagai bentuk updating dan equal treatment bagi stakeholders internal dan eksternal.
satu

Salah

Direktur Keuangan dan SDM John Sebayang, Direktur Operasi dan Pengembangan Bambang Solihin Irianto, Direktur Produksi Kosasih, Manajer Akuntansi Alman Faluti, dan Manajer SDM Baharuddin. Forkom dipandu Sekretaris Perusahaan Ahdia Amini sebagai moderator. Pada kesempatan pertama, John Sebayang menyampaikan apresiasi atas hasil kerja keras karyawan. Bila sebelumnya kita pingsan, saat ini keadaan kita sudah normal. Akan tetapi hal tersebut jangan membuat karyawan berbangga hati dan lupa diri, karena proses masih panjang dan perlu proses quantum leap. Penjualan Indofarma pada kuartal pertama 2012 meningkat dibanding periode yang sama 2011, salah satunya didukung dengan menguatnya kurs rupiah terhadap dollar AS. Target laba 2012 meningkat menjadi sebesar 74 milyar rupiah yang dua kali lipat dari pencapaian laba 2011. Seperti diketahui, bahan baku obat dibeli dari

luar negeri dengan harga dollar AS, kemudian setelah jadi dijual dalam mata uang rupiah, tentu hal tersebut memerlukan strategi keuangan yang tepat agar tidak merugi. Selain itu, dalam menghadapi program SJSN tahun depan, akan jauh lebih banyak OGB yang akan diserap, oleh karena itu diperlukan strategi yang lebih jitu guna memaksimalkan potensi yang ada. Pada kesempatan kedua, Bambang Solihin menyampaikan prinsip 3T sebagai taglinenya, yaitu transparency, trust, and togetherness. Tujuannya adalah agar timbul nilai positif dan kepercayaan antar sesama organ perusahaan dan karyawan sehingga semuanya dapat bekerja semaksimal mungkin demi peningkatan laba. Salah satu penerapan prinsip 3T adalah pembelian bahan baku dilaksanakan oleh Komite yang dibentuk oleh Direksi dengan anggota dari berbagai Bidang berdasarkan rekomendasi dan laporan yang

Maka, pada 05 April 2012 pagi hari di Aula Pelatihan Cibitung kembali digelar Forum Komunikasi (Forkom) dengan peserta Asisten Manajer dan Supervisor serta perwakilan Serikat Pekerja Indofarma. Pemilihan peserta tersebut disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan oleh Direksi dan lini yang paling maksimal untuk distribusi informasi. Hadir dalam acara tersebut sebagai narasumber
08
| M A R E T- A P R I L 2 0 1 2

secara periodik disampaikan kepada Direksi. Kesempatan selanjutnya, Kosasih mengemukakan kegembiraannya karena Direktorat yang dipimpinnya mampu mendukung target perusahaan. Dirpro menyampaikan apresiasi karena masing-masing Direktorat mampu berkontribusi positif serta mendukung kebutuhan Direktorat lainnya secara berkesinambungan. Masingmasing saling memperhatikan pelanggannya dan tidak saling menyalahkan tapi memberikan solusi terbaik. Ia juga menyinggung fungsi Serikat Pekerja (SP) sebagai wakil karyawan, SP diharapkan

strategi ke depan. Johan Wahyudi sebagai Ketua Serikat Pekerja (SP) menyatakan bahwa SP akan mengawal perusahaan agar dapat mencapai target laba 2012. Ia juga meminta agar Manajemen berkomitmen sebagai mitra dalam penyusunan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) untuk menghasilkan peraturan yang terbaik bagi karyawan dan diharapkan PKB dapat ditandatangani pada akhir April 2012. Yusuf dari Bidang Pengadaan menanyakan kembali janji Direksi mengenai perjalanan rohani bagi karyawan apabila pencapaian laba perusahaan naik signifikan. Selain itu, diharapkan juga olehnya agar Direksi menyampaikan informasi

and punishment. Terkait isu merger BUMN Farmasi, John Sebayang berpesan agar karyawan jangan terbebani dengan berita-berita yang belum ada kepastiannya. Karyawan hanya perlu bekerja semaksimal mungkin, sehingga dengan ada atau tidak adanya merger, apa yang sudah dikerjakan oleh karyawan akan menjadi human capital. Mengenai perjalanan rohani perlu diputuskan secara bersama oleh Direksi karena ada hal-hal yang harus diperhatikan dan menjadi dasar pertimbangan. Kosasih menyampaikan bahwa PKB harus diselesaikan antara Manajemen

selain untuk menampung aspirasi karyawan juga dapat membina dan mengingatkan karyawan akan pentingnya kebersamaan, menjaga, dan mendukung satu sama lain demi kemajuan Indofarma. Kemudian, dalam sesi tanya jawab, Arisandi dari Bidang QA berpendapat bahwa continuous improvement harus diawali dengan people empowerment, di sini diperlukan wadah bag karyawan untuk berkembang dan survive. Suryadi dari Bidang SPI menanyakan kepada Direksi mengenai strategi apa yang bisa dilakukan oleh Manajemen untuk mencapai target sebesar 95%. Komarudin meminta gambaran kinerja triwulan 1 agar karyawan mempunyai

terkini kepada karyawan terkait isu merger BUMN Farmasi. Selanjutnya para narasumber menjawab pertanyaan tersebut. Bambang Solihin menjelaskan, terdapat hambatan internal dan eksternal dalam upaya mencapai target. Manajemen mengupayakan solusi yang terbaik antara lain dengan strategi produk baru, pengembangan produk, peningkatan kapasitas produksi, dan penunjukan beberapa distributor. Business operation untuk lingkup bahan baku, Corporate Performance Management untuk memantau continuous improvement, Business development untuk menghasilkan produk terkini, dan Key Performance Indicator untuk menentukan reward

dengan SP merujuk pada komitmen tentang target waktunya. Dirpro juga sepakat dengan konsep people empowerment, sehingga regenerasi lini karyawan dapat berjalan optimal. Terkait dengan strategi untuk mencapai target 2012, perusahaan merencanakan renovasi gedung produksi baik steril dan herbal maupun pembangunan gedung produksi FDC dan Pilot Plant. Rencana tersebut sekaligus untuk mempersiapkan perusahaan dalam menghadapi era BPJS dan SJSN agar dapat bersaing dengan perusahaan farmasi swasta. Indofarma juga mendapatkan bantuan dari Kementerian Kesehatan RI dalam persiapan pengembangan Pusat Ekstrak Nasional di lokasi Indofarma.
(RNG)

| MAR E T- A P R I L 2 0 1 2

09

seputarkita

Penandatanganan Perjanjian Kerjasama

Indofarma dengan BPPT

didasarkan pada prinsip-prinsip kolaborasi dan kerjasama yang menjadi ciri dari suatu aktifitas yang didasarkan pada tata cara sistem inovasi serta memberikan inspirasi dalam menyusun program agar selalu didasarkan pada kerjasama sehingga tidak ada lagi aktifitas kegiatan penelitian yang tidak memiliki mitra kerja. Oleh karena itu dalam Raker BPPT Tahun 2012 ini juga dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dan Perjanjian Kerjasama (PKS) antara BPPT dan beberapa mitra kerja baik institusi pemerintah maupun perusahaan swasta dan BUMN yang bergerak di bidang industri. Selanjutnya dilakukan penandatanganan MoU dan PKS antara masing-masing mitra dengan Deputi Kepala Bidang BPPT. Perjanjian Kerjasama antara Indofarma dengan BPPT Enjiniring tentang Produksi Sediaan Topikal Wound Healing Yang Mengandung Bahan Aktif Kitosan Dan Ekstrak Pegagan dilakukan oleh Direktur Utama, Djakfarudin Junus dengan Kepala BPPT Enjiniring, Sananugraha. Dengan kesepakatan yang dituangkan dalam Perjanjian Kerjasama tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan keterbaruan teknologi Indofarma, masyarakat, dan pemerintah sebagai penentu kebijakan. Acara penandatanganan MoU dan PKS diakhiri dengan pembacaan doa bersama untuk kesuksesan dan keberkahan semua pihak. (RNG)

Setelah rencana Kuasi Reorganisasi


disetujui oleh pemegang saham dalam RUPSLB tahun buku 2011, PT Indofarma (Persero) Tbk harus membuktikan kepada para shareholder dan stakeholder mampu mencapai target yang ditetapkan oleh pemegang saham utama. Upaya untuk mencapai target tersebut antara lain adalah dengan meningkatkan kinerja SDM, pengelolaan keuangan yang baik, risk and compliance, serta melakukan kerjasama dengan pihak-pihak lain baik dalam lingkup penelitian maupun bisnis. Merujuk pada kebijakan pemerintah terkini yang akrab disebut sinergi ABG (Akademisi, Bisnis, dan Government), Indofarma membuka kerankeran kerjasama dengan institusi pendidikan, institusi penelitian, perusahaan, dan pemerintah. Pada hari Rabu, 7 Maret 2012,
10
| M A R E T- A P R I L 2 0 1 2

bertempat di Mason Pine Hotel, Bandung telah dilangsungkan acara penandatanganan Perjanjian Kerjasama Produksi Sediaan Topikal Wound Healing Yang Mengandung Bahan Aktif Kitosan Dan Ekstrak Pegagan antara PT. Indofarma (Persero) Tbk dengan Pusat Pelayanan Teknologi / BPPT (Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi) Enjiniring. Acara tersebut merupakan salah satu agenda dalam rangkaian kegiatan Rapat Kerja BPPT tahun 2012 tanggal 7-9 Maret 2012 yang dihadiri oleh pejabat dan staf Kementerian Riset dan Teknologi, BPPT yang juga dihadiri beberapa lembaga terkait kerjasama dengan BPPT. Acara dibuka dengan sambutan dari Kepala BPPT, Marzan A Iskandar. Dalam sambutannya ia menyampaikan bahwa sebagai lembaga yang mengutamakan kerjasama, seluruh aktifitas harus

seputarkita

Manajemen Risiko

Keuntungan Menerapkan

Sejak ditandatanganinya Piagam Komitmen Implementasi Manajemen Risiko pada 1 Agustus 2011 lalu, manajemen risiko di Perseroan sudah semakin menyebar pemahamannya, sekaligus mulai diterapkan dalam aspek-aspek operasional bisnis, meskipun baru dimulai secara bertahap.
Seperti yang pernah disampaikan oleh Direktur Utama PT Indofarma (Persero) Tbk Djakfarudin Junus ketika itu, bahwa manajemen risiko adalah suatu proses untuk memahami dan mengelola semua aspek risiko yang terjadi di perusahaan. Risiko adalah sesuatu yang alami, dan semua bisnis mengandung risiko. Secara umum risiko terbagi dua, yakni risiko yang bisa diantisipasi (seperti selisih kurs), dan risiko yang sulit diantisipasi (bencana alam). Idealnya semua risiko dapat dikelola dan diperhitungkan bahkan diminimalisir dampaknya. Risiko meliputi beberapa aspek yakni risiko bisnis, keuangan, sistem, hukum dan operasional. Aspek risiko hukum dan operasional saat ini menjadi yang terpenting karena di dalamnya terkandung beberapa hal antara lain, potensi masalah dokumen legal, potensi kurang kompetennya staf serta potensi penyalahgunaan wewenang. Hal-hal ini bisa melahirkan ketidaktepatan penetapan strategi

bisnis yang justru merugikan, atau berjalan tetapi dengan biaya yang tidak efisien. Dengan demikian setiap keputusan haruslah dengan memperhitungkan risiko, tidak hanya berdasarkan target profit dan sales. Implementasi manajemen risiko harus menyatu pada semua fungsifungsi utama perusahaan. Menindaklanjuti langkah positif tersebut, maka pada 20 Maret lalu, Manajer Risk Management Durokhim Syamsoeri mengundang tim independen dari BPKP Pusat bersama dengan Direksi, Manajer, Asisten Manajer dan beberapa karyawan yang mewakili unit kerja yang diundang, hadir di hotel Horison Bekasi guna melakukan finalisasi penetapan kualifikasi, bobot persitiwa risiko korporat dan action plan untuk pedoman Manajemen Risiko di PT Indofarma. Acara tersebut adalah bagian dari rangkaian implementasi manajemen risiko di perusahaan, karena tim counterpart telah melaksanakan pemetaan terhadap potensi risiko di semua bidang di Perseroan. Hasil dari pemetaan tersebut didapat sebanyak lebih kurang 575 potensi risiko dari risk owner di semua bidang, sungguh sebuah angka yang cukup mengagetkan, tetapi itu adalah fakta. Berdasarkan tabulasinya, terdapat

169 temuan kategori corporate risk dan 406 temuan process risk. Direktur Utama Djakfarudin Junus dalam sambutannya memberikan ilustrasi bagaimana perusahaanperusahaan termasuk BUMN yang telah menerapkan manajemen risiko pada proses bisnis mereka dan ternyata membuahkan hasil yang konkret. Peluang bisnis harus terus dieksplorasi, jangan takut terhadap risiko karena kita telah menerapkan manajemen risiko guna meminimalisir potensi masalah, demikian ujarnya bersemangat. Tambahnya lagi, yang perlu dicamkan adalah bahwa manusia (karyawan) dan legal adalah hal yang dominan untuk menimbulkan potensi risiko. Tujuan dari acara tersebut adalah menetukan corporate risk yang paling signifikan berikut menyusun action plan dalam rangka mengurangi risiko demi terjaminnya pencapaian tujuan perusahaan. Plus, implementasi manajemen risiko ini akan menjadi Key Performance Indicator (KPI) di masing-masing Direktorat dan Bidang. Jajaran Direksi dan karyawan harus berkomitmen untuk menerapkan manajemen risiko demi terjaminnya pencapaian target Direktorat dan bidang yang akan bermuara pada tercapainya target perusahaan. (GN)
| MAR E T- A P R I L 2 0 1 2

11

seputarkita

MANAGEMENT VISIT KE UNIT PRODUKSI


Pagi
yang cerah di Cibitung, hari Selasa, 10 April menjadi lebih sumringah karena rekan-rekan karyawan bidang produksi sedang menunggu-nunggu dibukanya sebuah acara yang sangat langka dilakukan di bidang tersebut. Bagaimana tidak dianggap istimewa, karena narasumber acara tersebut adalah manajemen lengkap dengan Corporate Secretary, Ahdia Amini.

Dimulai pukul 07.00 WIB yang ritualnya diisi dengan morning briefing Manajer Produksi bersama-sama karyawan bidang tersebut, kali ini Direksi Perseroan yang memberikan arahan langsung sekaligus memberikan motivasi kepada karyawan. Hadir lebih kurang 120 insan Bidang Produksi yang terlihat antusias dan siap mendengarkan pidato dari Direktur Utama Djakfarudin Junus. Dirut menyampaikan berita gembira bahwa dari hasil pencapaian kinerja tahun buku 2011 yang laporan keuangannya secara resmi telah dipublikasikan di media pada 30 Maret lalu, Perseroan berhasil membukukan laba bersih 36,9 miliar. Pencapaian yang fantastis, ujar Dirut dengan semangat. Namun ia sendiri menyatakan belum puas dan masih ingin mengejar laba bersih dari tahun buku 2012 ini sebesar Rp 100 miliar. Dan Dirut pun optimis bisa mencapai target laba tersebut. Bagaimana cara mencapai hasil yang lebih maksimal tersebut? Djakfarudin mengajak semua insan Indofarma
12
| M A R E T- A P R I L 2 0 1 2

tanpa kecuali untuk menjunjung tinggi kedisiplinan. Disiplin oleh Dirut dianggap sebagai salah satu unsur budaya perusahaan yang memegang peran penting atas sebuah keberhasilan. D i s i p l i n menggunakan jam kerja dan jam istirahat contohnya, oleh Dirut dianggap sebagai contoh sehari-hari di kantor yang harus diterapkan sesuai kebutuhan, dan ia mengharapkan semua karyawan menghormati aturan tersebut. Hal lain yang disampaikan Dirut, bahwa dalam waktu dekat Pemerintah akan menggulirkan program Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang berdampak positif bagi perusahaan karena produk pelayanannya adalah termasuk penyediaan Obat Generik untuk masyarakat. Djakfarudin mengajak semua insan Indofarma untuk siap mendukung dan melaksanakan program Pemerintah tersebut. Selain Dirut, anggota Direksi juga ikut memberikan pengarahan dan karyawan juga mendapat kesempatan untuk berdialog dengan Direksi. Beberapa hal yang ditangkap dari hasil dialog tersebut, bahwa karyawan mengharapkan kepada manajemen untuk selalu mau mendengar aspirasi dan masukan dari karyawan. Karyawan juga mengingatkan pimpinan perusahaan untuk memaksimalkan

pemanfaatan investasi yang pada prakteknya dinilai belum secara penuh produktif serta perlu diperhatikannya proses regenerasi sumber daya manusia di seluruh lini, tidak terkecuali di unit produksi. Menyinggung agenda regrouping BUMN Farmasi yang juga ditanyakan oleh peserta acara, manajemen menyampaikan bahwa insan Indofama tidak perlu khawatir menyikapi hal tersebut karena perusahaan menjamin tidak akan terjadi hal-hal yang sifatnya merugikan karyawan. Direksi berpesan agar kita semua tetap bekerja dengan baik dan menunjukkan prestasi yang prima sehingga perusahaan kita tercinta akan dinilai berkinerja baik oleh masyarakat dan pemegang saham. Terakhir, manajemen mengharapkan dukungan penuh dari insan Indofarma atas tugas berat yang harus dipikul bersama oleh manajemen dan karyawan, sehingga pada akhir tahun ini Perseroan bisa menembus target dan memetik buah manis atas hasil jerih payah bersama. Indofarma... BISAA! (GN)

Belajar Senin Pagi


Bidang Pemastian Mutu dan unit
Penelitan dan Pengembangan (Litbang) PT Indofarma mengadakan pelatihan internal bersama. Kegiatan tersebut diadakan setiap dua mingguan secara berkesinambungan, dan dinamakan Belajar Senin Pagi (BSP). Melanjutkan kegiatan tahun lalu, mulai Maret hingga Desember tahun 2012, Bidang Pemastian Mutu (PM) dan Litbang akan mengadakan pelatihan internal berkesinambungan dua mingguan yang dinamakan Belajar Senin Pagi (BSP) dan diperuntukkan bagi para Analis Kimia/Laboratorium. BSP ini merupakan insiatif dari para Analis yang pada tahun ini dimotori oleh Wawan Setiawan dan Tubagus Achyadi. Tujuan diadakannya BSP adalah untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan para analis PM dan Litbang seiring dengan meningkatnya tuntutan kualitas pengujian dan keharusan regulasi seperti CPOB. Dalam BSP periode 2012 ini akan dibahas antara lain K3 (Keselamatan Kesehatan Kerja) di laboratorium, Penyimpanan Bahan Kimia, Cara Menimbang yang Baik, Analisis Air, Estimasi Ketidakpastian Pengukuran dari Uji Mikrobiologi, dan Trouble Shouting HPLC. Setiap acara BSP memakan waktu maksimal dua jam. Bertindak sebagai narasumber adalah analis-analis senior yang sudah mempunyai pengetahuan dan pengalaman dengan topik yang dibahasnya , ditambah beberapa narasumber dari lembaga luar. BSP dimulai dengan pre tes dan diakhiri dengan pos tes untuk mengetahui tingkat serapan dari materi yang diberikan. BSP periode 2012 dimulai pada 15 Maret 2012 dengan dibuka oleh Manajer PM (Pemastian Mutu), Dyah Nurbaitini mewakili Direktur Produksi yang sedang bertugas di Jakarta. Dalam sambutannya Dyah mengatakan amat mendukung adanya BSP karena BSP merupakan bentuk dari continous learning yang memberikan tambahan wawasan, meningkatkan kompetensi dan bahan untuk diterapkan dalam pekerjaan sehari-hari. BSP diharapkan juga dapat membahas kendala-kendala yang muncul saat penerapanannya. Selain tema-tema yang sudah ditetapkan, peserta diharapkan masukannya tentang tema-tema lain yang bisa disisipkan. Usai sambutan Manajer PM, acara dilanjutkan pada pembahasan materi pokok. Pada kesempatan pertama

seputarkita

di Pemastian Mutu dan Litbang

dibahas tentang K3 di laboratorium, dan tentang penyimpanan bahan kimia. Dua materi ini dibawakan oleh Fitria dan Haryanto dari PT Merck. Materi K3 di laboratorium ini meliputi bahasan tentang kriteria laboratorium yang aman, peralatan keselamatan kerja, penanganan kecelakaan kerja dan aturan-aturan dasar di laboratorium. Adapun materi tentang penyimpanan bahan kimia meliputi bahasan tentang urgensi, separasi / segregasi produk, identifikasi / kelas penyimpanan, cara penyimpanan yang benar, dan perencanaan penyimpanan. Dalam BSP juga diadakan sesi tanya jawab seusai paparan para narasumber, termasuk tanya jawab masalah penerapannya di lapangan. (im)

| MAR E T- A P R I L 2 0 1 2

13

pemasaran Minati Atmanagara

Brand Ambassador
Biovision Gold

Bertempat di kantor pusat PT


Indofarma, Cibitung, pada 4 April lalu dilakukan penandatanganan kontrak lanjutan kerjasama antara PT Indofarma dengan Minati Atmanagara sebagai Brand Ambassador Biovision Gold. Acara dihadiri oleh Direktur Utama Djakfarudin Junus, Direktur Keuangan & SDM John Sebayang, dan Direktur Operasi & Pengembangan Bambang Solihin Irianto serta beberapa pejabat Pemasaran divisi OTC. Dalam sambutannya Direktur Utama mengemukakan tentang pentingnya kita melakukan kampanye agar masyarakat memiliki gaya hidup sehat, antara lain dengan banyak memakan sayur dan buah, berolahraga, dan tidak lupa mengkonsumsi suplemen kesehatan. Suplemen makanan yang perlu dikonsumsi bagi kesehatan mata seperti yang diproduksi PT Indofarma adalah Biovision agar mata tetap terjaga kesehatannya.
14
| M A R E T- A P R I L 2 0 1 2

Lanjut Dirut, bahwa kehadiran seorang Brand Ambassador untuk sebuah produk sangat diperlukan berhubung individu yang ditunjuk tersebut biasanya berasal dari tokoh terkenal yang punya banyak komunitas dan akses ke berbagai lapisan masyarakat. Minati diharapkan dapat menggarap komunitasnya seperti komunitas ibu-ibu murid di klub senamnya yang bertujuan agar mereka mengenal lebih jauh tentang Biovision dan mau mengkonsumsi produk tersebut. Medianya bisa melalui program-program seperti seminar maupun melalui obrolan non formal. Seorang Brand Ambassador tidak sekedar wakil formal pada acara-acara pemasaran, akan tetapi lebih sebagai agen informasi tentang produknya. Dengan strategi pemasaran yang tepat dan didukung Brand Ambassador yang dikenal masyarakat, Dirut berharap Biovison bisa seperti produk-produk unggulan lainnya yang sudah eksis di pasaran.

Minati dalam sambutannya mengucapkan terimakasih karena mendapat kesempatan kembali menjadi Brand Ambassador Biovision. Ia juga menyanggupi permintaan dan harapan manajemen dan siap mendukung sepenuhnya promosi produk Biovision. Minati bahkan akan memasukkan produk Biovison dalam website klub senamnya berhubung akses publik melalui website kini makin merata. Seusai makan siang bersama, acara dilanjutkan dengan kunjungan Minati Atmanagara didampingi sejumlah pejabat Pemasaran OTC ke unit Produksi Herbal, dan dalam kunjungannya Minati menyatakan senang bisa melihat proses produksi Biovison yang ia promosikan kepada masyarakat. (IM)

pemasaran AKSI BIOVISION

Sehatkan Mata Anak Negeri Bersama PRIMAGAMA

Duet BIOVISION dengan PRIMAGAMA Sehatkan Mata Anak Negeri (Aang Julfian Korwil Promosi OTC JKT 1 bersama Eri Kuncoro, Korwil PRIMAGAMA se JAKTIM)

Pelajar Indonesia sebagai aset BIOVISION masa kini dan mendatang.

Berbagai upaya terobosan terus dilakukan oleh Bidang


Pemasaran dalam hal ini tim Promosi OTC Jakarta 1, antara lain dengan bekerjasama dengan PRIMAGAMA sebuah lembaga bimbingan belajar terbesar saat ini, yang memiliki jaringan luas skala nasional. Bentuk kerjasama dilakukan dengan Korwil PRIMAGAMA se-Jakarta Timur yang dipimpin Eri Kuncoro yang punya 26 cabang. Even kerjasama yang dilakukan berupa AKSI BIOVISION INDOFARMA 2012 Sehatkan Mata Anak Negeri bersama PRIMAGAMA dalam Try Out Akbar bertempat di Taman Mini Indonesia Indah pada 18 Maret 2012. Tujuan even tersebut adalah guna mendekatkan produk BIOVISION lebih familiar di kalangan pelajar, berhubung mereka adalah aset masa depan bangsa yang juga aset BIOVISION masa kini dan masa mendatang. Kegiatannya berupa edukasi tentang arti penting BIOVISION dan manfaatnya bagi kesehatan mata, serta upaya membangun kesadaran agar menjaga kesehatan mata sedini mungkin yang dirangkaikan dengan acara Periksa Mata Gratis. Aktifitas mata yang amat padat seperti membaca, menggunakan komputer, berkendara dan aktifitas mata lainnya bisa menimbulkan kelelahan dan ketegangan pada mata, yang pada akhirnya akan menimbulkan gangguan penglihatan. BIOVISION adalah suplemen kesehatan mata yang tepat dan merupakan nutrisi jaringan mata yang dibutuhkan agar mata tetap sehat. Menurut Aang Julfian dari tim OTC Jakarta 1, untuk menjadikan BIOVISION sebagai Market Leader dan
Komunitas orang tua yang juga menjadi garapan promosi Biovision.

Top Brand suplemen kesehatan mata di kelasnya, perlu dilakukan berbagai aktifitas promosi yang lebih mengakar grassroots) dan berkelanjutan. Dalam hal ini berupa aktifitas promosi berbasis komunitas sesuai dengan target market dan kemasan acara yang menarik dengan memanfaatkan media komunikasi publik. Di sini tim OTC juga menggarap komunitas orang tua (ayah ibu) yang selalu setia menemani dan mengantarkan anaknya ke gerbang pintu kesuksesan. Tim BIOVISION Grup Indofarma akan selalu mendampingi mereka dengan target agar Biovision dapat menjadi bagian dari gaya hidup sehat, dan sebagai supplemen kesehatan mata di segala aktifitas dan usia. Di samping itu tim Pemasaran juga sadar perlunya memahami betul apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen atau dengan kata lain adanya upaya teknik jemput bola. (AJM)
| MAR E T- A P R I L 2 0 1 2

15

pemasaran

GATHERING DIREKSI DENGAN KAMAS IDAI


BUMN yang bergerak di bidang farmasi, PT. Indofarma (Persero) Tbk senantiasa berusaha memaksimalkan fungsi tanggung jawab sosial di satu sisi dan fungsi profit gained yang ditargetkan oleh Pemegang Saham terutama Kementerian BUMN. Untuk mencapai target fungsi-fungsi tersebut, Indofarma mengoptimalkan human capital internal dan pemilihan rekan kerjasama lini hulu yaitu supplier sampai dengan lini hilir yaitu distributor dan marketing company yang capable dan governance dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Dalam pemilihan rekanan tersebut, Indofarma mengedepankan sinergi akademik, bisnis, dan government mengikuti kebijakan terkini dari Pemerintah. Salah satu kerjasama yang telah dilaksanakan oleh Indofarma adalah kerjasama dengan Koperasi Anak Mandiri Sejahtera Ikatan Dokter Anak Indonesia (KAMAS IDAI). KAMAS IDAI merupakan badan khusus IDAI yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan anggota dan menunjang berbagai kegiatan IDAI. Kerjasama tersebut sudah dimulai sejak 31 Januari 2007 hingga saat ini. Bentuk kerjasama Indofarma dengan KAMAS IDAI itu dilakukan dengan mematuhi regulasi yang ada dan memperhatikan Kode Etik Profesi Kedokteran. Kerjasama antara Indofarma dengan KAMAS IDAI merupakan kerjasama promosi produk yaitu Zinkid tablet dan syrup, Indoralyte dan Vermic. Perlu diketahui sampai saat ini dari kemitraan tersebut terutama Zinkid
16
| M A R E T- A P R I L 2 0 1 2

Sebagai

Group merupakan produk dengan kontribusi terbesar pada penjualan produk branded Indofarma. Maka pada 10 April 2012 bertempat di Grand Melia Hotel, Jakarta dilaksanakan gathering (pertemuan) antara jajaran Direksi Indofarma dengan pengurus KAMAS IDAI. Hadir pula dalam gathering itu pimpinan PT. Promosindo Medika sebagai marketing company produk branded Indofarma. Agenda gathering tersebut diawali dengan perkenalan Direksi Indofarma yang baru dan pengurus KAMAS IDAI dan kemudian dilanjutkan dengan penyerahan sertifikat isi kerjasama. Hadir dalam gathering tersebut wakil Indofarma, Direktur Utama Djakfarudin Junus, Direktur Riset dan Pemasaran Elfiano Rizaldi, Direktur Operasi dan Pengembangan Bambang Solihin Irianto, Direktur Produksi Kosasih dan wakil KAMAS IDAI, Ketua dr. Hardiono Pusponegoro, Sp. A., Wakil Ketua dr. Latief, Sp. A., Sekretaris dr. Aman B. Pulungan, Sp. A., Bendahara dr. Sudung O. Pardede, Sp. A. Dalam prakatanya, Djakfarudin Junus menyampaikan keinginan Indofarma untuk meningkatkan hubungan kerjasama yang didasari creative thinking dan menjadi suatu quantum leap bagi kemajuan kedua belah pihak. Beliau berharap agar saluran komunikasi dan relationship yang sudah terjalin terus dimantapkan khususnya untuk efikasi dan informasi produk Zinkid Group pada masyarakat.

Djakfarudin juga berharap KAMAS IDAI dapat menyampaikan mapping terkait produk, profil penyakit, dan potensi yang dapat dimasuki oleh pasar obat atau vitamin untuk anakanak, serta tetap inline dengan kerjasama yang dilaksanakan Indofarma dengan lembaga riset pemerintah. Diharapkan KAMAS IDAI juga dapat menyampaikan ide dan pemikiran berupa protofolio produk baru untuk dikembangkan Indofarma sesuai dengan perkembangan ilmu kedokteran terkini khususnya untuk pengobatan penyakit-penyakit anak dengan tetap berkonsentrasi dalam intensifikasi produk. Ide dan pemikiran tersebut nantinya dapat menjadi produk kemitraan. Pada kesempatan selanjutnya, dr. Hardiono Pusponegoro, Sp. A. menyampaikan bahwa KAMAS IDAI mempunyai banyak pilihan produk berikut tim / unit kerja yang berperan dalam menentukan standar produk tersebut. Kerjasama antara KAMAS IDAI dengan Indofarma diharapkan dapat memajukan IDAI dalam konteks profesi dan KAMAS IDAI dalam meningkatkan kesejahteraan anggota dan menunjang berbagai kegiatan IDAI. Ringkasnya kedua belah pihak berharap agar kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat terus berlanjut dengan tetap dilakukan evaluasi secara periodik untuk melihat kebutuhan masing-masing pihak terutama terkait dengan pasar produk Branded Indofarma terutama Zinkid tablet dan sirup. (RNG)

pemasaran

KAMPANYE OGB INDOFARMA UNTUK PARA GURU DI BEKASI


Kampanye OGB (Obat Generik Berlogo) Indofarma untuk guru-guru Bekasi digelar dalam acara yang berjudul Terima kasih Guruku Acara ini merupakan kerjasama PT Indofarma dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi. Acara ini merupakan lanjutan rangkaian sosialisasi produk OGB Infofarma di sekolah-sekolah se Kabupaten Bekasi dan merupakan bukti kepedulian PT Indofarma terhadap para pahlawan tanpa tanda jasa di bidang pendidikan.
Acara dilangsungkan di gedung pelatihan PT Indofarma, Cibitung pada Sabtu 14 April 2012 dihadiri sekitar 100 guru perwakilan dari sekolah-sekolah di Kabupaten Bekasi dan 10 guru dengan pengabdian lebih dari 30 tahun, dan beberapa pejabat Dinas Pendidikan Bekasi. Pimpinan PT Indofarma yang hadir adalah Direktur Riset dan Pemasaran Elfiano Rizaldi, Direktur Umum & SDM John Sebayang, Direktur Produksi Kosasih, GM Manager OGB Ichsan Mukhtar. Acara ini juga dihadiri oleh aktifis anak dan pendidikan Dr. Seto Kak Seto Mulyadi sebagai Brand Ambassador produk OGB serta dimeriahkan dengan kehadiran Ria Susan Enes yang ikut menghidupkan acara. Acara ini semakin meriah dan lebih hidup dengan Noval Lenong Bocah Kurnia sebagai pembawa acara. Dalam sambutannya Direktur Riset dan Pemasaran, Elfiano Rizaldi menyatakan bahwa Indofarma sebagai produsen terbesar OGB di Indonesia, memiliki tanggung jawab moral untuk memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dengan memberikan obat yang bermutu dan berkualitas dengan harga yang terjangkau. Acara Terima Kasih Guruku ini

wacana baru dalam dunia pendidikan bahwa semua anak hakikatnya dilahirkan pintar meskipun dengan kemampuan yang berbeda satu dengan yang lain. Selayaknya guru menciptakan suasana yang enak dalam belajar sehingga murid tidak mengalami tekanan dalam proses belajar mengajar. diadakan dengan melibatkan guruguru bertujuan melakukan sosialisasi produk OGB yang memuat antara lain masyarakat punya hak meminta resep OGB dari dokter, serta meminta produk PT Indofarma saat menebus di Apotek. Elfiano Rizaldi dalam sambutannya juga menyatakan bahwa program Terima Kasih Guruku ini akan berkelanjutan dan menyebar ke seluruh Indonesia. Acara ini dimaksudkan memberi apresiasi berupa penyematan pin emas kepada 10 guru terbaik di Kabupaten Bekasi dengan masa pengabdian lebih dari 30 tahun. Acara yang berlangsung akrab dan santai tersebut kemudian dilanjutkan dengan sambutan Kak Seto. Dalam sambutannya Kak Seto memberikan Dalam bincang-bincang khusus dengan Kak Seto, kak Ria dengan Ichsan Mukhtar selaku GM OGB PT Indofarma, bahwa produk OGB PT Indofarma dibuat dengan acuan standar Amerika Serikat yaitu USP (Farmakope Amerika). Prinsip CPOB dalam pembuatan obat OGB juga digunakan untuk mengontrol OGB tersebut sehingga kualitasnya tetap terjaga. Oleh karena itu masyarakat tidak perlu kuatir bahwa khasiat OGB sama dengan obat-obat bermerek, meskipun harga OGB jauh lebih murah dari obat bermerek. Hal ini hanya karena biaya promosi dan iklan obat bermerek jauh lebih mahal. Acara puncak yang merupakan inti acara ini adalah pemberian plakat & pin emas kepada 10 guru terbaik. (DTG)
| MAR E T- A P R I L 2 0 1 2

17

seputarkita

PAK DIS BERKUNJUNG KE INDOFARMA


Selasa
sore 17 April 2012, di bawah rintik gerimis di

wilayah Cibitung, Bekasi tepatnya di pabrik farmasi PT Indofarma (Persero) Tbk, kedatangan tamu istimewa yang tidak diduga duga. Sebuah sedan hitam berplat L 1 JP yang berhenti di lobi tamu dan seorang laki-laki berkemeja putih dengan lengan digulung dan menggunakan sepatu kets sebagai ciri khasnya langsung keluar dari kendaraannya dan duduk di depan lobi. Tiga direksi PT Indofarma dan kerumunan karyawan serta merta menghampiri pria yang tidak lain adalah Menteri BUMN Dahlan Iskan yang akrab dengan sapaan Pak DIS. Menteri BUMN datang ke pabrik PT Indofarma di sela-sela perjalanan dinasnya tanpa pemberitahuan sebelumnya. Ia berkunjung ke ruangan kantor pusat dan menyapa karyawan yang terlihat sangat antusias menyambut kedatangan Pak Menteri. Kehangatan suasana sangat begitu terasa dikala Pak Menteri bertegur sapa dengan para karyawan, tentunya dengan senyumnya yang khas. Didampingi Direktur Keuangan & SDM John Sebayang, Direktur Produksi Kosasih, dan Direktur Pemasaran Elfiano Rizaldi, Dahlan Iskan berkesempatan mengunjungi fasilitas produksi PT Indofarma. Pak Menteripun menolak saat ditawarkan untuk naik kendaraan khusus menuju fasilitas produksi. Ia memilih untuk berjalan kaki menuju pabrik dan berkunjung ke dalam fasilitas produksi guna melihat secara langsung proses pembuatan Obat Generik. Melalui viewing galery, Dahlan Iskan mengamati secara serius proses produksi obat-obatan didampingi Direktur Produksi beserta staf unit produksi. Ia sempat
18
| M A R E T- A P R I L 2 0 1 2

bertanya jawab mengenai proses produksi yang sedang berlangsung dan menanyakan beberapa nama obat kepada staf produksi. Usai mengunjungi pabrik hampir satu jam, Pak Menteri bersiap siap meninggalkan pabrik PT Indofarma. Direktur Pemasaran Elfiano Rizaldi berkesempatan menyematkan pin Indofarma Bisa! ke kemeja putih Pak Menteri. Sebuah pengalaman yang mengesankan bagi insan Indofarma di pabrik Cibitung. Terimakasih Pak Menteri atas kunjungan Bapak. Sampai bertemu kembali. (GN)

| MAR E T- A P R I L 2 0 1 2

19

Anda mungkin juga menyukai