Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH

CONTINUITY OF CARE
Tugas ini disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Kebidanan, Etikolegal
dan Hukum Kesehatan
Dosen Pembimbing: Rohmi Handayani, M.Keb

Disusun Oleh:
1. Atik Maryati (P27224020498)
2. Devi Suparyeti (P27224020491)
3. Maurensiana RIsca F.S (P27224020504)
4. Milla Dina Septiani (P27224020506)
5. Rachma Fatikasari (P27224020511)
6. Vio Waliyatun Hasna (P27224020518)
7. Wulan Sari Wiliyanti H (P27224020519)

ALIH JENJANG REGULER A/SEMESTER I

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN + PROFESI BIDAN
TAHUN AJARAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, petunjuk, dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang
berjudul “Continuity Of Care”. Tugas ini ditulis sesuai referensi yang kami
dapatkan dari buku penunjang dan sumber-sumber lain. Dalam penyusunan
makalah ini, kami mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rohmi Handayani, M.Keb
yang telah memberikan bimbingan dalam menyelesaikan makalah ini serta kepada
semua pihak yang turut membantu dan memberikan dorongan pemikiran maupun
materi sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini.


Kami mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
perbaikan makalah ini. Namun demikian, kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat.

i
Surakarta, 19 Februari
2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................4
1.3 Tujuan......................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI...........................................................................................................5
2.1 Definisi Continuity Of Care.....................................................................................5
2.2 Prinsip atau Konsep Dasar Continuity Of Care........................................................6
2.3 Bentuk Pelayanan Continuity Of Care......................................................................6
2.3.1 Kehamilan.........................................................................................................6
2.3.2 Persalianan......................................................................................................19
2.3.3 Bayi Baru Lahir...............................................................................................30
2.3.4 Nifas................................................................................................................37
2.3.5 Keluarga Berencana.........................................................................................41
BAB III............................................................................................................................45
KESIMPULAN................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................46

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Continuity of care itu penting, atau dalam kontinuitas dalam arti yang
lebih luas, termasuk tim bidan yang sama selama semua asuhan, dan semua
pemberi layanan, atau konsistensi mengenai pedoman, informasi dan saran
(Forster et al, 2016). Contuinity of care ini mencakup asuhan kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir, continuity of care dalam kebidanan
adalah serangkaian kegiatan yang berkelanjutan dan menyeluruh mulai dari
kehamilan, persalinan, nifas, pelayanan bayi baru lahir serta pelayanan
keluarga berencana yang menghubungkan kebutuhan kesehatan perempuan
khususnya dan keadaan pribadi setiap individu (Homeret al., 2014 dalam
Ningsih, 2017).
Ketika ibu sudah melewati masa kehamilan, ia pasti akan melewati masa
persalinan, yang dimana persalinan adalah kejadian pengeluaran bayi,
dilanjutkan dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, yang berlangsung dengan bantuan
atau dengan kekuatan ibu sendiri (Kemenkes, 2016), akan tetapi persalinan
tidak semua berlangsung normal dan terkadang bisa terjadi komplikasi pada
ibu maupun pada bayi, hal yang dapat terjadi pada persalinan dan berdampak
pada bayi diantaranya asfiksia. Ada beberapa faktor yang dapat
mengakibatkan bayi lahir dengan asfiksia, yaitu pre eklamsia/ eklamsia,
plasenta previa, solusio plasenta dan postmatur, kemudian faktor usia ibu,
paritas, dan BBLR (Lestari, dkk, 2019).
Disamping itu ternyata AKB (Angka Kematian Bayi) di Indonesia pun
menunjukkan pada angka 24 per 1000 kelahiran hidup (Kementrian Kesehatan
RI, 2019) yang dimana hal ini disebabkan oleh berat bayi lahir rendah

4
(BBLR), infeksi pasca lahir, (tetanus neonatorum, sepsis), hipotermia dan
asfiksia. (Andriani, dkk, 2016).
Penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia diantaranya adalah
asfiksia, yang dimana angkanya menginjak di 27% (Katiandagho &
Kusmiyati, 2015). Kemudian untuk mengurangi angka kematian pada bayi
bidan dapat memberikan asuhan secara komprehensif, yang dimana tugas
bidan yaitu memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan
(Continuity of Care) mulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan
asuhan nifas serta asuhan keluarga berencana. (Yuningsih, 2016).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari Continuity Of Care?
2. Bagaimana prinsip dari Continuity Of Care?
3. Bagimana bentuk pelayanan Continuity Of Care?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari Continuity Of Care
2. Mengetahui prinsip dari Continuity Of Care
3. Mengetahui bentuk pelayanan Continuity Of Care

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Continuity Of Care


Continuity of care dalam kebidanan adalah serangkaian kegiatan
peladenan yang berkelanjutan dan menyeluruh mulai dari kehamilan,
persalinan, nifas, pelayanan bayi baru lahir serta pelayanan keluarga
berencana yang menghubungkan kebutuhan kesehatan perempuan khususnya
dan keadaan pribadi setiap individu (Homer et al., 2014).
Hubungan pelayanan kontinuitas adalah hubungan terapeutik antara
perempuan dan petugas kesehatan khususnya bidan dalam mengalokasikan
pelayanan serta pengetahuan secara komprehensif (Sandall, n.d.). Hubungan
tersebut salah satunya dengan dukungan emosional dalam bentuk dorongan,
pujian, kepastian, mendengarkan keluhan perempuan dan menyertai
perempuan telah diakui sebagai komponen kunci perawatan intrapartum.
Dukungan bidan tersebut mengarah pada pelayanan yang berpusat pada
perempuan (Iliadou, 2012).
Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa perempuan yang
menerima pelayanan merasa dianggap sebagai “teman” serta studi-studi lain
telah menemukan perempuan memiliki persepsi yang sama dan bidan
digambarkan sebagai “teman” mereka. Sehingga ada kepuasan tersendiri bagi
perempuan serta berkontribusi terhadap keberlanjutan kelangsungan
pelayanan kebidanan dan bermanfaat untuk perempuan dan bayi baru lahir
(Cummins, Denney-wilson, & Homer, 2015). Mengembangkan hubungan
yang berkualitas dengan perempuan merupakan aspek penting dalam
pelayanan maternal. Meskipun ada beberapa aspek asuhan pelayanan
kebidanan yang berdampak pada perempuan, kualitas hubungan bidan dan
perempuan adalah landasan yang paling substansial (Je, N, A, & CSE, 2012).

6
Berdasarkan penelitian kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa
continuity of care (asuhan kebidanan berkesinambungan) dapat menambah
pengetahuan tentang lingkup praktik kebidanan secara komprehensif, dapat
meningkatkan mutu layanan kebidanan untuk menciptakan pengalaman
kehamilan, persalinan dan nifas yang positif.
2.2 Prinsip atau Konsep Dasar Continuity Of Care
Continuity of Care dalam pelayanan kebidanan merupakan layanan
melalui model pelayanan berkelanjutan pada perempuan sepanjang masa
kehamilan, kelahiran serta masa post partum. Karena semua perempuan
berisiko terjadinya komplikasi selama masa prenatal, natal dan post natal.
Permasalahan yang sering timbul dengan adanya pengalaman negatif pada
perempuan karena kurangnya kualitas interaksi antara bidan dengan
perempuan. Studi literatur ini bertujuan untuk mengetahui peranan continuity
of care dalam fasilitas kebidanan. [ CITATION Nin171 \l 1033 ]
Continuity Of Care yang dilakukan oleh bidan pada umumnya
berorientasi untuk meningkatkan kesinambungan pelayanan dalam suatu
periode. Continuity Of Care memiliki tiga jenis pelayanan yaitu managemen,
informasi dan hubungan. Kesinambungan managemen melibatkan
komunikasi antar perempuan dan bidan. Kesinambungan informasi
menyangkut ketersediaan waktu yang relevan. Kedua hal tersebut penting
untuk mengatur dan memberikan pelayanan kebidanan. [ CITATION Nin171 \l
1033 ]
2.3 Bentuk Pelayanan Continuity Of Care
2.3.1 Kehamilan
a. Definisi Kehamilan

Kehamilan adalah merupakan suatu proses merantai yang


berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur,
migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot,
nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh
kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010:75).

7
b. Perubahan anatomi dan fisiologi ibu hamil
1. Uterus
Pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus adalah
30x25x20 cm dengan kapasitas lebih dari 4000 cc. hal ini
memungkinkan bagi adekuatnya akomodasi pertumbuhan janin.
2. Sistem kardiovaskular
Selama kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh
jantung setiap menitnya atau biasanya disebut sebagai curah
jantung (cardiac output) meningkat sampai 30-50%. Selama
trimester kedua biasanya tekanan darah menurun tetapi akan
kembali normal pada trimester ketiga. Selama kehamilan, volume
darah dalam peredaran meningkat sampai 50%, tetapi jumlah sel
darah merah yang mengangkut oksigen hanya meningkat sebesar
25-30%. Selama persalinan, curah jantung meningkat sebesar
30%, setelah persalinan curah jantung menurun sampai 15-25% di
atas batas kehamilan, lalu secara perlahan kembali ke batas
kehamilan. (Sulistyawati,2011:61)
3. Sistem Urinaria
Selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Ginjal
menyaring darang yang volumenya meningkat (sampai 30-50%
atau lebih), yang puncaknya terjadi pada usia kehamilan 16-24
minggu sampai sesaat sebelum persalinan (pada saat ini aliran
darah ke ginjal berkurang akibat penekanan rahim yang
membesar). Pada akhir kehamilan, peningkatan aktivitas ginjal
yang lebih besar terjadi saat wanita hamil yang tidur miring.
Tidur miring mengurangi tekanan dari rahim pada vena yang
membawa darah dari tungkai sehingga terjadi perbaikan aliran
darah yang selanjutnya akan meningkatkan aktifitas ginjal dan
curah jantung. (Sulistyawati,2011:63)
4. Sistem Gastrointestinal

8
Rahim yang semakin membesar akan menekan rectum dan
usus bagian bawah, sehingga terjadi sembelit atau konstipasi.
Sembelit semakin berat karena gerakan otot di dalam usus
diperlambat oleh tingginya kadar progesterone.

5. Sistem Metabolisme
Janin membutuhkan 30-40 gram kalsium untuk
pembentukan tulangnya dan ini terjadi ketika trimester terakhir.
Oleh karena itu,peningkatan asupan kalsium sangat diperlukan
untuk menunjang kebutuhan. Peningkatan kebutuhan kalsium
mencapai 70% dari diet biasanya.
(Sulistyawati,2011:63).
6. Sistem Muskuloskeletal

Estrogen dan progesteron memberi efek maksimal pada


relaksasi otot dan ligament pelvis pada akhir kehamilan.
Relaksasi ini digunakan oleh pelvis untuk meningkatkan
kemampuannya menggunakan posisi janin pada akhir
kehamilan dan pada saat kelahiran.Adanya sakit punggung dan
ligamen pada kehamilan tua disebabkan oleh meningkatnya
pergerakan pelvis akibat pembesaran uterus.

7. Payudara
Payudara sebagai organ target untuk proses laktasi
mengalami banyak perubahan sebagai persiapan setelah janin
lahir. Beberpa perubahan yang dapat diamati oleh ibu adalah

1) Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang dan


berat

9
2) Dapat teraba nodul-nodul, akibat hipertropi kelenjar alveoli

3) Bayangan vena-vena lebih membiru

4) Hiperpegmentasi pada areola dan putting susu

5) Kalau diperas akan keluar air susu jolong (kolostrum)


berwarna kuning. (Sulistyawati,2011:65)

c. Perubahan Psikologis Trimester III


1. Rasa tidak nyaman kembali, merasa dirinya jelek, aneh dan
tidak menarik.
2. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat
waktu.
3. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat
melahirkan, khawatir akan keselamatannya
4. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,
bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya
5. Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya
6. Merasa kehilangan perhatian
7. Perasaan mudah terluka (sensitif)
8. Libido menurun.

(Sulistyawati,2011: 77)

d. Tanda bahaya dalam kehamilan normal

1. Perdarahan Pervaginam

10
Perdarahan antepartum/perdarahan pada kehamilan lanjut
adalah perdarahan pada trimester dalam kehamilan sampai bayi
dilahirkan. Pada Kehamilan usia lanjut,perdarahan yang tidak
normal adalah merah, banyak dan kadang-kadang tapi tidak selalu
disertai dengan rasa nyeri (Sulistyowati,Ari.2009:159-160).

2. Sakit Kepala yang Berat

Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan,dan seringkali


merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan.Sakit
kepala yang serius adalah sakit kepala yang hebat yang menetap
dan tidak hilang setelah beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit
kepala yang hebat tersebut ibu mungkin merasa penglihatannya
kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan
adalah gejala dari pre-eklampsi (Sulistyowati,Ari.2009:160).

3. Penglihatan Kabur

Akibat pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan dapat


berubah dalam kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah
normal. Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang
mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak,
misalnya pandangan kabur dan berbayang. Perubahan ini
mungkin disertai sakit kepala yang hebat dan mungkin
menandakan pre-eklampsia (Sulistyowati,Ari.2009:161)

4. Bengkak di Wajah dan Jari-jari Tangan

Pada saat kehamilan, hampir seluruh ibu hamil mengalami


bengkak yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore

11
hari dan hilang setelah beristirahat dengan meninggikan kaki.
Bengkak bisa menunjukan adanya masalah serius jika muncul
pada muka dan tangan,tidak hilang setelah beristirahat dan
disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini dapat pertanda
anemia,gagal jantung atau pre-eklampsia
(Sulistyowati,Ari.2009:161)

5. Keluar Cairan per Vagina

Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester


III. Ibu harus dapat membedakan antara urine dengan air ketuban.
Jika keluarnya cairan ibu tidak terasa, berbau amis dan berwarna
putih keruh, berarti yang keluar adalah air ketuban. Jika
kehamilan belum cukup bulan, hati-hati akan adanya persalinan
preterm (< 37 minggu) dan komplikasi infeksi intrapartum
(Sulistyowati,Ari.2009:161)

6. Gerakan Janin Tidak Terasa

Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama


bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan
bayinya lebih awal.Jika bayi tidur gerakan bayi akan melemah.
Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring untuk
beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik.Bayi
harus bergerak 3x dalam 1 jam atau minimal 10x dalam 24 jam.
Jika kurang dari itu, maka waspada akan adanya gangguan janin
dalam rahim, misalnya asfiksia janin sampai kematian janin
(Sulistyowati,Ari.2009:161)\

7. Nyeri Perut yang Hebat

12
Sebelumnya harus dibedakan nyeri yang dirasakan adalah
bukan his seperti pada persalian. Pada kehamilan lanjut, jika ibu
merasakan nyeri yang hebat,tidak berhenti setelah beristirahat,
disertai tanda-tanda syok yang membuat keadaan umum ibu
makin lama makin memburuk dan disertai perdarahan yang tidak
sesuai dengan beratnya syok, maka kita harus waspada akan
kemungkinan terjadinya solusio placenta. Nyeri perut yang hebat
bisa berarti apendiksitis,kehamilan etopik, aborsi, penyakit radang
pelviks, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong empedu,
iritasi uterus, abrupsi placenta, infeksi saluran kemih atau infeksi
lainnya (Sulistyowati,Ari.2009:162)

e. Keluhan kehamilan pada trimester III

1. Sering berkemih

Sering berkemih selama kehamilan diakibatkan oleh


meningkatnya laju Filtrasi Glimerolus. Asuhan kebidanan untuk
menangani keluhan ini yaitu dengan menjelaskan pada ibu bahwa
sering berkemih merupakan hal normal akibat dari perubahan
yang terjadi selama kehamilan, menganjurkan ibu mengurangi
asupan cairan 2 jam sebelum tidur agar istirahat ibu tidak akan
terganggu (Husin, Farid, 2014:134).

2. Varises dan Wasir

Varises adalah pelebaran pada pembuluh darah balik vena


sehingga Katup vena melemah dan menyebabkan hambatan pada
aliran pembuluh darah balik dan biasa terjadi pada pembuluh
balik supervisial. Berdasarkan studi yang dilakukan pleh Catano,

13
cara untuk mengatasi varises dan kram diantaranya yaitu dengan
melakukan exercise selama kehamilan dengan teratur, menjaga
sikap tubuh yang baik, tidur dengan posisi kaki sedikit lebih
tinggi selama 10-15 menit dan dalam keadaan miring, hindari
duduk dengan posisi kaki menggantung, dan gunakan stoking,
serta mengkonsumsi suplemen kalsium (Husin, Farid, 2014:135).

Wasir dipengaruhi oleh hormon progesteron dan tekanan


yang disebabkan oleh uterus menyebabkan vena-vena pada
rektum mengalami tekanan yang lebih dari biasanya akibatnya
ketika massa dari rektum akan dikeluarkan tekanan lebih besar
sehingga terjadinya haemoroid. Menurut penelitian Juan C
Vazquez 2010, belum diketahui secara pasti bahwa
mengkonsumsi serat dan cairan dapat mengurangi hemoroid.
Asuhan yang dapat dilakukan bidan untuk mencegah terjadinya
haemoroid, dengan cara:

a) Hindari memaksakan mengejan saat defekasi jika tidak ada


rangsangan untuk mengedan
b) Mandi berendam(hangatnya air tidak hanya memberi
kenyamanan tetapi juga meningkatkan sirkulasi peredaran
darah)
c) Anjurankan ibu untuk memasukan kembali hemoroid ke
dalam rectum (menggunakan lubrikasi)
d) Lakukan latihan mengencangkan perineum (kegel).
(Husin, Farid, 2014:136-137)
3. Sesak nafas
Sesak nafas disebabkan oleh meningkatnya usaha
bernafas yang meningkat dikarenakan oleh rahim yang
membesar sesuai dengan kehamilan sehingga menyebabkan
peningkatan kerja pernafasan. Keluhan sesak nafas juga dapat

14
terjadi karena adanya perubahan pada volume paru yang terjadi
akibat perubahan anatomi toraks selama kehamilan.
Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa volume darah pada
saat kehamilan telah cukup bulan rata-rata berkisar antara 40-
45% diatas volume darah wanita dalam keadaantidak hamil.
Peningkatan volume darah selama kehamilan dapat

terkait dengan usaha pemenuhan kebutuhan kadar O2 ke uterus,


dimana sistem vaskular yang juga mengalami peningkatan
volume organ (hipertrofi) mengakibatkan kerja jantung untuk
memompa darah menjadi lebih berat dan secara tidak langsung
akan berpengaruh pada frekuensi pernafasan ibu hamil.
Mekanisme yang paling penting adalah hiperventilasi yang
disebabkan oleh peningkatan kadar progesteron.
Asuhan yang dapat dilakukan oleh bidan yaitu:

a) Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas yang berat


dan berlebihan

b) Menganjurkan ibu untuk memperhatikan posisi pada saat


duduk dan berbaring, mengatur posisi duduk dengaan
punggung tegak, jika perlu disangga dengan bantal pada
bagian punggung, menghindari posisi tidur terlentang
karena dapat mengakibatkan terjadinya ketidak
seimbangan ventilasi pervusi akibat tertekannya vena
(suppin hipotension sindrom)(Husin, Farid, 2014:137-138)

g. Bengkak dan Kram pada kaki


Bengkak atau oedem adalah penumpukan atau retensi cairan
pada daerah luar sel akibat dari berpindahnya cairan intraseluler
ke ekstraseluler. Hal ini dikarenakan tekanan uterus yang semakin

15
meningkat dan mempengaruhi sirkulasi cairan. Dengan
bertambahnya tekanan uterus dan tarikan gravitasi menyebabkan
retensi cairan semakin besar.
Asuhan yang dapat dilakukan bidan yaitu:

a) Menganjurkan ibu untuk memperbaiki sikap tubuhnya,


terutama pada saat duduk dan tidur

b) Hindari menggunakan pakaian ketat dan berdiri lama dan


duduk tanpa sandaran

c) Lakukan latihan ringan dan berjalan secara teratur untuk


memfasilitasi peningkatan sirkulasi

d) Kenakan penyokong abdomen maternal atau korset untuk


menghilangkan tekanan pada vena panggul

e) Menganjurkan ibu untuk menggunakan stoking untuk


meringankan tekanan yang memperberat kerja dari
pembuluh vena

f) Lakukan senam kegel

g) Gunakan kompres es didaerah vulva

h) Lakukan mandi air hangat

i) Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang


mengandung kalsium dan vitamin B.

16
Kram pada kaki biasanya berlangsung pada malam hari
atau menjelang pagi hari. Keadaan ini diperkirakan terjadi
karena adanya gangguan aliran atau sirkulasi darah pada
pembuluh darah panggul yang disebabkan oleh tertekannya
pembuluh tersebut oleh uterus yang semakin membesar pada
kehamilan lanjut, kram juga disebabkan oleh meningkatnya
kadar fosfat dan penurunan kadar kalsium terionisasi dalam
serum.

Asuhan yang dapat dilakukan oleh bidan untuk mengurangi


keluhan yang dirasakan adalah:

a) Menyarankan ibu hamil untuk melaksanakan latihan


ringan seperti memposisikan kaki lebih tinggi dari tempat
tidur sekitar 20-25cm, berjalan untuk melancarkan
sirkulasi
b) Menyarankan ibu hamil untuk mengkonsumsi vitamin B,
C, D, Kalsium dan fosfor

(Husin, Farid, 2014:138-140)

h. Ganguan tidur dan Mudah lelah


Dalam penelitian oleh National Sleep Foundation, lebih
dari 79% wanita hamil mengalami ketidaknyamanan dalam
tidurnya.Cepat lelah pada kehamilan disebabkan oleh
nokturia( sering beremih dimalam hari), terbangun dimalam hari
dan menggangu tidur yang nyenyak. Wanita hamil yang
mengalami insomnia disebabkan ketidaknyamanan akibat uterus
yang membesar.Asuhan yang dapat dilakukan bidan yaitu:

17
a) Menganjurkan untuk mandi air hangat

b) Menganjurkan untuk minum air hangat

c) Lakukan aktivitas yang tidak menimbulkan stimulus


sebelum tidur(Husin, Farid, 2014:140-141)

i. Nyeri perut bawah


Secara normal nyeri perut bawah disebabkan oleh muntah
yang berlebihan dan konstipasi yang dialami ibu dalam
kehamilan. Nyeri ligamentum, torsi uterus yang parah juga akan
mempengaruhi keluhan nyeri perut bawah. Torsi uterus yang
parah biasanya dapat diatasi dengan tirah baring, mengubah posisi
ibu agar uterus mengalami torsi dapat kembali keadaan semula
tanpa harus diberikan manipulasi. (Husin, Farid, 2014:141)
j. Heartburn
Heartburn disebabkan oleh peningkatan kadar progesteron
atau meningkatnya metabolisme yang menyebabkan relaksasi dari
otot polos, sehingga terjadi penurunan pada irama dan pergerakan
lambung dan penurunan tekanan pada spinkter esofagus bawah.

Asuhan yang dapat dilakukan oleh bidan yaitu:

a) Menganjurkan untuk mengubah gaya hidup, yaitu dengan


menghindari berbaring dalam waktu 3 jam setelah makan

b) Menganjurkan untuk mengubah pola nutrisi dengan


menghindari dan mengurangi asupan makanan yang dapat
merangsang terjadinya refluks seperti makanan pedas dan
berminyak, tomat, jeruk yang sangat asam, minuman

18
bersoda dan zat-zat seperti kafein(Husin, Farid, 2014:141-
142).

k. Kontraksi
Sejak awal kehamilan uterus sudah mengalami kontraksi
ireguler yang secara normal tidak menyebabkan nyeri. Selama
trimester II kontraksi dapar dideteksi dengan pemeriksaan
bilingual. Pada trimester akhir kontraksi sering terjadi setiap 10-
20 menit. Pada akhir kehamilan, kontraksi-kontraksi dapat
menyebabkan rasa tidak nyaman dan menjadi penyebab
persalinan palsu (false labour) (Husin, Farid, 2014: 143).
l. Nyeri punggung bawah
Nyeri punggung bawah merupakan nyeri punggung yang
terjadi pada area lumbosakral. Nyeri punggung bagian bawah
biasanya akan meningkatkan intensitasnya seiring pertambahan
usia kehamilan karena nyeri ini merupakan akibat pergeseran
pusat gravitasi tersebut dan postur tubuhnya. Perubahan ini
disebabkan oleh berat uterus yang membesar. Jika wanita tersebut
tidak memberi perhatian penuh terhadap postur tubuhnya maka ia
akan berjalan dengan ayunan tubuhnya maka ia akan berjalan
dengan ayuan tubuh ke belakang akibat peningkatan lordosis.
Lengkung ini kemudian akan merenggangkan otot punggung dan
menimbulkan rasa sakit atau nyeri. Cara mengatasi nyeri
punggung antara lain yaitu menjaga postur tubuh yang baik,
mekanik tubuh yang tepat saat mengangka beban, menghindari
membungkuk berlebihan, mengangkat beban dan berjalan tanpa
istirahat, menggunakan sepatu tumit rendah, melakukan pijatan
pada punggung, menggunakan kasur penyokong dan
memposisikan badan dengan menggunakan bantal sebagai
pengganjal untuk meluruskan punggung dan meringankan tarikan
serta regangan. (Varney, 2007)

19
m. Sakit kepala
Ibu hamil yang mengeluh sakit kepala selama kehamilan
dan hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain
perubahan hormonal, sinusitis, tegangan pada mata, keletihan dan
perubahan emosional (Myles, 2009:213)

f. Asuhan sayang ibu dalam kehamilan

1. Pemantauan penambahan berat badan berdasarkan pada IMT ibu.

2. Pemeriksaan tekanan darah

3. Pemeriksaan tinggi fundus dan penentuan berat badan janin

4. Penentuan letak janin dengan palpasi abdominal.

5. Melakukan pemeriksaan denyut jantung janin

6. Deteksi terhadap masalah psikologis dan berikan dukungan


selama kehamilan

7. Kebutuhan exercise ibu yaitu dengan senam hamil

8. Deteksi pertumbuhan janin terhambat baik dengan


pemerikasaan palpasi.

9. Mengurangi keluhan akibat yang terjadi pada kehamilan trimester


III.

20
10. Deteksi dini komplikasi yang terjadi pada trimester III dan
melakukan tindakan kolaborasi dan atau rujukan secara tepat.

11. Melibatkan keluarga dalam setiap asuhan.

12. Persiapan laktasi

13. Persiapan persalinan

14. Melakukan kolaborasi pemeriksaan USG jika ditemukan


kemungkinan kelainan letak janin, letak plasenta atau
penurunan kesejahteraan janin.

15. Lakukan rujukan jika ditemukan tanda-tanda patologi pada


trimester III (Husin,farid,2014:275-276).

h. Standar Asuhan Kehamilan

Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh


standarpelayanan minimal yang harus dilakukan oleh bidan.Pelayanan
atauasuhan standar minimal 10 T adalah sebagai berikut (Depkes RI,
2010).

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2. Pemeriksaan tekanan darah

3. Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri)

21
4. Pemeriksaan LILA

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi


TetanusToksoid (TT) bila diperlukan.

7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

8. Pemeriksaan laboratorium (rutin dan khusus)

9. Tatalaksana/penanganan kasus

10. Temu wicara (konseling)

i. Evidence Based Midwifery dalam Kehamilan


Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rafika (2018) yang
berjudul Efektivitas Prenatal Yoga terhadap Pengurangan Keluhan Fisik
pada Ibu Hamil Trimester III dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan, diketahui Selama masa kehamilan ibu hamil
mengalami perubahan fisik dan psikologis yang dapat menimbulkan
ketidaknyamanan. Salah satu perawatan kehamilan pada trimester III
adalah olahraga berupa yoga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
efektifitas prenatal yoga terhadap pengurangan keluhan fisik ibu hamil
trimester III. Jenis penelitian Quasi Eksperimen pendekatan Non
Equivalent Control Group. Sampel penelitian sebanyak 32 ibu hamil
trimester III terdiri dari 16 orang sebagai kelompok intervensi dan 16
orang sebagai kontrol diambil dengan teknik consecutive sampling.
Analisis univariat dilakukan distribusi frekuensi, uji Wilcoxon dan uji
Mann Whitney. Hasil didapatkan nilai mean perbedaan antara pengukuran

22
pre-test dan post-test kelompok kontrol sebesar -0,25; (p=0,417>α=0,05).
Hasil perbedaan nilai mean antara pengukuran pre-test dan post-test
kelompok intervensi sebesar 3.5; (p=0,000<α=0,05). Dan hasil perbedaan
selisih nilai rata-rata keluhan fisik kelompok kontrol dan kelompok
intervensi sebesar 3.75; (p=0.000<α=0,05, hasil ini terdapat perbedaan
signifikan nilai rata-rata keluhan fisik responden antara kelompok kontrol
dan kelompok intervensi. Simpulan penelitian bahwa prenatal yoga efektif
terhadap pengurangan keluhan fisik ibu hamil trimester III. Keluhan fisik
yang berkurang setelah prenatal yoga diantaranya spasme otot, perut
kembung, kesemutan pada jari tangan dan kaki, sesak nafas, pusing, kram
pada kaki, konstipasi/sembelit, susah tidur, nyeri punggung atas dan
bawah. Prenatal yoga efektif terhadap pengurangan keluhan fisik ibu hamil
trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji. Saran perlunya
program prenatal yoga ini dilaksanakan dalam asuhan kebidanan
khususnya pada kelas ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji
secara rutin sehingga ketidakyamanan ibu hamil selama kehamilan dapat
teratasi.
2.3.2 Persalianan
a. Pengertian Persalinan Normal
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan uri) yang telah cukup bulan dan dapat hidup di luar uterus
melalui vagina secara spontan (Manuaba, 1998; Wiknjosastro dkk,
2005). Pada akhir kehamilan, uterus secara progresif lebih peka
sampai akhirnya timbul kontraksi kuat secara ritmis sehingga bayi
dilahirkan (Guyton & Hall, 2002). Persalinan dan kelahiran normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada
ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2007: 100).
b. Tujuan Persalinan Normal

23
Tujuan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup
dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,
melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap, tetapi dengan intervensi
yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang dinginkan (optimal).
Melalui pendekatan ini maka setiap intervensi yang diaplikasikan
dalam Asuhan Persalinan Normal (APN) harus mempunyai alasan dan
bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi
kemajuan dan keberhasilan proses persalinan (JNPK-KR, 2008).
c. Tanda-Tanda Persalinan
Ada 3 tanda yang paling utama yaitu:
1. Kontraksi (His)
Ibu terasa kenceng-kenceng sering, teratur dengan nyeri
dijalarkan dari pinggang ke paha.Hal ini disebabkan karena
pengaruh hormon oksitosin yang secara fisiologis membantu dalam
proses pengeluaran janin. Ada 2 macam kontraksi :
1) kontraksi palsu (Braxton hicks)
2) Pada kontraksi palsu berlangsung sebentar, tidak terlalu sering
dan tidak teratur, semakin lama tidak ada peningkatan kekuatan
kontraksi.
3) kontraksi yang sebenarnya
Sedangkan kontraksi yang sebenarnya bila ibu hamil
merasakan kenceng-kenceng makin sering, waktunya semakin
lama, dan makin kuat terasa, diserta mulas atau nyeri seperti kram
perut. Perut bumil juga terasa kencang.
Kontraksi bersifat fundal recumbent/nyeri yang dirasakan
terjadi pada bagian atas atau bagian tengah perut atas atau puncak
kehamilan (fundus), pinggang dan panggul serta perut bagian
bawah. Tidak semua ibu hamil mengalami kontraksi (His) palsu.
Kontraksi ini merupakan hal normal untuk mempersiapkan rahim
untuk bersiap mengadapi persalinan.

24
2. Pembukaan Serviks
Dimana Primigravida >1,8cm dan Multigravida 2,2cm
Biasanya pada bumil dengan kehamilan pertama, terjadinya
pembukaan ini disertai nyeri perut. Sedangkan pada kehamilan
anak kedua dan selanjutnya, pembukaan biasanya tanpa diiringi
nyeri. Rasa nyeri terjadi karena adanya tekanan panggul saat
kepala janin turun ke area tulang panggul sebagai akibat
melunaknya rahim. Untuk memastikan telah terjadi pembukaan,
tenaga medis biasanya akan melakukan pemeriksaan dalam
( vaginal toucerh ).
3. Pecahnya Ketuban dan Keluarnya Bloody Show
Dalam bahasa medis disebut bloody show karena lendir ini
bercampur darah. Itu terjadi karena pada saat menjelang persalinan
terjadi pelunakan, pelebaran, dan penipisan mulut rahim. Bloody
show seperti lendir yang kental dan bercampur darah. Menjelang
persalinan terlihat lendir bercampur darah yang ada di leher rahim
tsb akan keluar sebagai akibat terpisahnya membran selaput yang
menegelilingi janin dan cairan ketuban mulai memisah dari dinding
rahim. Tanda selanjutnya pecahnya ketuban, di dalam selaput
ketuban (korioamnion) yang membungkus janin, terdapat cairan
ketuban sebagai bantalan bagi janin agar terlindungi, bisa bergerak
bebas dan terhindar dari trauma luar. Terkadang ibu tidak sadar
saat sudah mengeluarkan cairan ketuban dan terkadang
menganggap bahwa yang keluar adalah air pipisnya. Cairan
ketuban umumnya berwarna bening, tidak berbau, dan akan terus
keluar sampai ibu akan melahirkan. Keluarnya cairan ketuban dari
jalan lahir ini bisa terjadi secara normal namun biasa juga karena
ibu hamil mengalami trauma, infeksi, atau bagian ketuban yang
tipis (locus minoris) berlubang dan pecah. Setelah ketuban pecah
ibu akan mengalami kontraksi atau nyeri yang lebih intensif.
Terjadinya pecah ketuban merupakan tanda terhubungnya dengan

25
dunia luar dan membuka potensi kuman/bakteri untuk masuk.
Karena itulah harus segera dilakukan penanganan dan dalam waktu
kuran]]g dari 24 jam bayi harus lahir apabila belum lahir dalam
waktu kurang dari 24 jam maka dilakukan penangana selanjutnya
misalnya caesar.
d. Tahapan Persalinan
Secara klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan
wanita tersebut mengeluarkan lendir yang disertai darah (bloody
show). Lendir yang disertai darah ini berasal dari lendir kanalis
servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan
darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di
sekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseranpergeseran ketika
serviks membuka (Wiknjosastro dkk, 2005).
1. Kala I (Pembukaan Jalan Lahir)
Kala I persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang
teratur dan diakhiri dengan dilatasi serviks lengkap. Dilatasi
lengkap dapat berlangsung kurang dari satu jam pada sebagian
kehamilan multipara. Pada kehamilan pertama, dilatasi serviks
jarang terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam. Rata-rata durasi
total kala I persalinan pada primigravida berkisar dari 3,3 jam
sampai 19,7 jam. Pada multigravida ialah 0,1 sampai 14,3 jam
(Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam
2 fase, yaitu:
a) Fase laten: berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi
sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm. Fase
laten diawali dengan mulai timbulnya kontraksi uterus yang
teratur yang menghasilkan perubahan serviks.
b) Fase aktif: dibagi dalam 3 fase lagi yakni:
4) Fase akselerasi : Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi
menjadi 4 cm. · Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2

26
jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm
menjadi 9 cm.
5) Fase deselerasi : Pembukaan menjadi lambat kembali.
Dalam waktu 2 jam, pembukaan dari 9 cm menjadi
lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada
multigravida pun terjadi demikian akan tetapi terjadi dalam waktu
yang lebih pendek (Wiknjosastro dkk, 2005).
2. Kala II (Pengeluaran)
Kala II persalinan adalah tahap di mana janin dilahirkan.
Pada kala II, his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2
sampai 3 menit sekali. Saat kepala janin sudah masuk di ruang
panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar
panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.
Wanita merasakan tekanan pada rektum dan hendak buang air
besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar
dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama
kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his.
Dengan his dan kekuatan mengedan maksimal, kepala janin
dilahirkan dengan presentasi suboksiput di bawah simfisis, dahi,
muka dan dagu. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk
mengeluarkan badan dan anggota badan bayi (Wiknjosastro dkk,
2005).
Masih ada banyak perdebatan tentang lama kala II yang tepat
dan batas waktu yang dianggap normal. Batas dan lama tahap
persalinan kala II berbeda-beda tergantung paritasnya. Durasi kala
II dapat lebih lama pada wanita yang mendapat blok epidural dan
menyebabkan hilangnya refleks mengedan. Pada Primigravida,
waktu yang dibutuhkan dalam tahap ini adalah 25-57 menit
(Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). Rata-rata durasi kala II yaitu
50 menit (Kenneth et al, 2009).

27
Pada tahap ini, jika ibu merasa kesepian, sendiri, takut dan
cemas, maka ibu akan mengalami persalinan yang lebih lama
dibandingkan dengan jika ibu merasa percaya diri dan tenang
(Simkin, 2008).
3. Kala III (Kala Uri)
Kala III persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai
plasenta lahir (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri
agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian, uterus berkontraksi
lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta
lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar
spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri (Wiknjosastro dkk,
2005).
Pada tahap ini dilakukan tekanan ringan di atas puncak rahim
dengan cara Crede untuk membantu pengeluaran plasenta. Plasenta
diperhatikan kelengkapannya secara cermat, sehingga tidak
menyebabkan gangguan kontraksi rahim atau terjadi perdarahan
sekunder (Manuaba, 2006).
4. Kala IV (2 Jam Setelah Melahirkan)
Kala IV persalinan ditetapkan berlangsung kira-kira dua jam
setelah plasenta lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan yang
terjadi segera jika homeostasis berlangsung dengan baik (Bobak,
Lowdermilk & Jensen, 2004).
Pada tahap ini, kontraksi otot rahim meningkat sehingga
pembuluh darah terjepit untuk menghentikan perdarahan. Pada kala
ini dilakukan observasi terhadap tekanan darah, pernapasan, nadi,
kontraksi otot rahim dan perdarahan selama 2 jam pertama. Selain
itu juga dilakukan penjahitan luka episiotomi. Setelah 2 jam, bila
keadaan baik, ibu dipindahkan ke ruangan bersama bayinya
(Manuaba, 2008).
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

28
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan antara lain:
1. Passenger
Malpresentasi atau malformasi janin dapat mempengaruhi
persalinan normal (Taber, 1994).
Pada faktor passenger, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap
dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir,
maka ia dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin
(Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
2. Passage away
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang
padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina).
Meskipun jaringan lunak khususnya lapisan-lapisan otot dasar
panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh
lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil
menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku
(Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
3. Power
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan
serviks membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada presentasi
kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai
masuk ke dalam rongga panggul (Wiknjosastro dkk, 2005). Ibu
melakukan kontraksi involunter dan volunteer secara bersamaan
(Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
4. Position
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi
persalinan. Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah
posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan
memperbaki sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan,
duduk dan jongkok (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
5. Psychologic Respons

29
Proses persalinan adalah saat yang menegangkan dan
mencemaskan bagi wanita dan keluarganya. Rasa takut, tegang dan
cemas mungkin mengakibatkan proses kelahiran berlangsung
lambat. Pada kebanyakan wanita, persalinan dimulai saat terjadi
kontraksi uterus pertama dan dilanjutkan dengan kerja keras selama
jamjam dilatasi dan melahirkan kemudian berakhir ketika wanita
dan keluarganya memulai proses ikatan dengan bayi. Perawatan
ditujukan untuk mendukung wanita dan keluarganya dalam melalui
proses persalinan supaya dicapai hasil yang optimal bagi semua
yang terlibat. Wanita yang bersalin biasanya akan mengutarakan
berbagai kekhawatiran jika ditanya, tetapi mereka jarang dengan
spontan menceritakannya (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
f. Mekanisme Persalinan
1 Engagement
Engagement adalah peristiwa ketika diameter biparetal
(Jarak antara dua paretal) melewati pintu atas panggul dengan
sutura sagitalis melintang atau oblik di dalam jalan lahir dan
sedikit fleksi. Masuknya kepala akan mengalami kesulitan bila
saat masuk ke dalam panggul dengan sutura sagaitalis dalam
antero posterior. Jika kepala masuk kedalam pintu atas panggul
dengan sutura sagitalis melintang di jalan lahir, tulang parietal
kanan dan kiri sama tinggi, maka keadaan ini disebut
sinklitismus. Kepala pada saat melewati pintu atas panggul dapat
juga dalam keadaan dimana sutura sgaitalis lebih dekat ke
promontorium atau ke simfisis maka hal ini disebut asinklitismus.
2 Penurunan kepala
Dimulai sebelum persalinan/inpartu, Penurunan kepala
terjadi bersamaan dengan mekanisme lainnya.
Kekuatan yang mendukung yaitu:
a) Tekanan cairan amnion
b) Tekanan langsung fundus ada bokong

30
c) Kontraksi otot-otot abdomen
d) Ekstensi dan pelurusan badan janin atau tulang belakang
janin
3 Fleksi
a) Gerakan fleksi di sebabkan karena janin terus didorong maju
tetapi kepala janin terlambat oleh serviks, dinding panggul
atau dasar panggul.
b) Kepala janin, dengan adanya fleksi maka diameter oksipito
frontalis 12 cm berubah menjadi suboksipito bregmatika 9
cm.
c) Posisi dagu bergeser kearah dada janin.
d) Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil lebih jelas teraba
daripada ubunubun besar.
4 Rotasi dalam (putaran paksi dalam)
a) Rotasi dalam atau putar paksi dalam adalah pemutaran bagian
terendah janin dari posisi sebelumnya kearah depan sampai
dibawah simpisis. Bila presentasi belakang kepala dimana
bagian terendah janin adalah ubun-ubun kecil maka ubun-
ubun kecil memutar ke depan sampai berada di bawah
simpisis.Gerakan ini adalah upaya kepala janin untuk
menyesuaikan dengan bentuk jalan lahir yaitu bentuk bidang
tengah dan pintu bawah panggul. Rotasi dalam terjadi
bersamaan dengan majunya kepala. Rotasi ini terjadi setelah
kepala melewati Hodge III (setinggi spina) atau setelah
didasar panggul. Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil
mengarah ke jam 12.
b) Sebab-sebab adanya putar paksi dalam yaitu:
6) Bagian terendah kepala adalah bagian belakang kepala
pada letak fleksi.
7) Bagian belakang kepala mencari tahanan yang paling
sedikit yang disebelah depan yaitu hiatus genitalis.

31
5 Ekstensi
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar
panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini
disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan atas, sehingga kepala harus mengadakan
ekstensi untuk melaluinya. Pada kepala bekerja dua kekuatan,
yang satu mendesak nya ke bawah dan satunya disebabkan
tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas. Setelah
suboksiput tertahan pada pinggir bawah symphysis akan maju
karena kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan
suboksiput, maka lahirlah berturut- turut pada pinggir atas
perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya
dagu dengan gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat
pemutaran disebut hypomochlion.
6 Rotasi luar (putaran paksi luar)
Terjadinya gerakan rotasi luar atau putar paksi luar
dipengaruhi oleh faktor-faktor panggul, sama seperti pada rotasi
dalam.
a) Merupakan gerakan memutar ubun-ubun kecil ke arah
punggung janin, bagian belakang
b) kepala berhadapan dengan tuber iskhiadikum kanan atau kiri,
sedangkan muka janin menghadap salah satu paha ibu. Bila
ubun-ubun kecil pada mulanya disebelah kiri maka ubun-
ubun kecil akan berputar kearah kiri, bila pada mulanya
ubun-ubun kecil disebelah kanan maka ubun-ubun kecil
berputar ke kanan.
c) Gerakan rotasi luar atau putar paksi luar ini menjadikan
diameter biakromial janain searah dengan diameter
anteroposterior pintu bawah panggul, dimana satu bahu di
anterior di belakang simpisis dan bahu yang satunya di
bagian posterior dibelakang perineum.

32
d) Sutura sagitalis kembali melintang
e) Ekspulsi
Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi
sebagai hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang.
Kemudian setelah kedua bahu lahir disusul lahirlah trochanter
depan dan belakang sampai lahir janin seluruhnya. Gerakan
kelahiran bahu depan, bahu belakang dan seluruhnya.
g. Kebutuhan Fisik Ibu Bersalin
1. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
2. Makanan yang Dianjurkan Selama Persalinan
3. Kebutuhan Hygiene (Kebersihan Personal)
4. Kebutuhan Istirahat
5. Posisi dan Ambulasi
h. Kebutuhan Psikologi Ibu Bersalin
1. Kebutuhan Rasa Aman Disebut juga dengan “safety needs”Rasa
aman dalam bentuk lingkungan psikologis yaitu terbebas dari
gangguan dan ancaman serta permasalahan yang dapat
mengganggu ketenangan hidup seseorang.
2. Kebutuhan akan Rasa Cinta dan memiliki atau Kebutuhan Sosial
Disebut juga dengan “love and belongingnext needs”. Pemenuhan
kebutuhan ini cenderung pada terciptanya hubungan social yang
harmonis dan kepemilikan.
3. Kebutuhan Harga diri Disebut juga dengan “self esteem needs”.
Setiap manusia membutuhkan pengakuan secara layak atas
keberadaannya bagi orang lain. Hak dan martabatnya sebagai
manusia tidak dilecehkan oleh orang lain, bilamana terjadi
pelecehan harga diri maka setiap orang akan marah atau
tersinggung.
4. Kebutuhan Aktualisasi Diri Disebut juga “self actualization
needs”. Setiap orang memiliki potensi dan itu perlu
pengembangan dan pengaktualisasian. Orang akan menjadi puas

33
dan bahagia bilamana dapat mewujudkan peran dan
tanggungjawab dengan baik.
i. Evidence Based Midwifery dalam Persalinan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bayu Iriyanti, Setiya
Hartiningtiyaswati (2019) dalam jurnal yang berjdul Analisis
Pemberian Makan Dan Minum Pada Masa Persalinan disimpulkan
bahwa Kebutuhan energi rata-rata wanita bersalin adalah 700- 1000
Kkal/jam dengan kebutuhan minimum 12 Kkal/jam. kebutuhan
tersebut cukup besar, dan jika tidak terpenuhi secara adekuat dapat
berakibat pada terganggunya proses fisiologi persalinan, sehingga
pemberian nutrisi baik berupa makanan maupun minuman menjadi
asuhan yang harus dipenuhi. (Rodriguez et al.2009; Ciardulli et al,
2017; Singata et al 2013).
Pemberian nutrisi pada ibu bersalin merupakan hal penting
sebagai bagian asuhan pendorong persalinan normal. Makanan yang
diberikan merupakan makanan yang mengandung cukup kandungan
energi serta mudah dicerna oleh system pencernaan. Makanan dan
minuman diberikan selama persalinan berjalan tanpa adanya
komplikasi yang menyebabkan ibu tidak diperbolehkan
mengkonsumsi makanan. Peningkatan pengetahuan mengenai jenis
makanan dan minuman terbaik pada masa persalinan perlu dilakukan,
sehingga persalinan dapat berjalan dengan lancar. Penelitian ini tidak
menggunakan ethical clearance, karena dalam pelaksanaannya tidak
menimbulkan kerugian invasif pada responden selain kerugian waktu
dalam melakukan pengisian kuesioner yang telah dilakukan informed
consent (sesuai persejtujuan responden).
2.3.3 Bayi Baru Lahir
a. Pengertian BBL
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang memiliki berat badan
lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis

34
dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat
(Rahardjo, 2014:9).
Bayi baru lahir dan neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan
pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena itu memerlukan
penyesuaian fisiologis agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-
baiknya (Diah, 2012:1).

b. Proses Bayi Baru Lahir Beradaptasi Terhadap Kehidupan di Luar


Uterus
Adaptasi neonatal atau bayi baru lahir adalah proses penyesuaian
fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan ke
luar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga
homeostatis, bila terdapat gangguan adaptasi maka bayi akan sakit
(Muslihatun, 2010:10).
1. Periode Transisi
Frekuensi nadi sekitar 120-160 kali per menit, frekuensi
pernafasan sekitar 30-60 kali per menit. Terjadi fluktuasi warna
merah jambu atau kebiruan ke sianotik ringan disertai
bercakbercak. Bayi sering berkemih dan mengeluarkan mekonium,
terjadi peningkatan sekresi mucus dan bayi tersedak pada saat
sekresi. Reflex menghisap bayi sangat kuat dan bayi sangat aktif.
Kebutuhan asuhan kebidanan bayi memantau secara ketat
kemungkinan bayi tersedak saat mengeluarkan mucus yang
berlebihan, memantau kejadian apnea dan melakukan rangsangan
taktil seperti mengusap punggung, memiringkan bayi serta
mengkaji keinginan serta kemampuan bayi untuk menghisap dan
menelan (Muslihatun, 2010:5).
2. Periode Pasca Transisional
Setelah bayi melewati periode transisi, bayi dipindahkan ke
ruang rawat gabung bersama ibunya. Asuhan bayi baru lahir
normal umumnya mencakup pengkajian pengkajian tanda-tanda

35
vital setiap 4 jam, pemeriksaan fisik setiap 8 jam, pemberian ASI
on demand, menggantikan popok serta menimbang berat badan,
selain asuhan transisional dan pasca transisional asuhan bayi baru
lahir juga diberikan pada bayi berusia 2-6 hari, serta bayi berusia 6
minggu pertama (Muslihatun, 2010:5).

3. System Pernafasan
Pernafasan pertama bayi baru lahir terjadi dengan normal
dalam 30 detik setelah kelahiran. Tekanan pada rongga dada bayi
melalui jalan lahir pervaginam mengakibatkan cairan paru yang
jumlahnya 80-100 ml, berkurangnya sepertiganya sehingga volume
yang hilang ini digantikan dengan udara. Paru mengembang
sehingga rongga dada kembali ke bentuk semula, pernafasan pada
neonatus terutama pernafasan diapragmatik dan abdominal bias
any frekuensi dan kedalaman pernapasan masih belum teratur.
Upaya pernafasan pertama berfungsi untuk mengeluarkan cairan
dalam paru dan mengembangkan jaringan alveolus paru untuk
pertama kali, agar alveolus dapat berfungsi harus terdapat
surfaktan dalam jumlah yang cukup dan aliran darah ke paru
(Rochmah, 2012:5).
4. Suhu Tubuh
Mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi
lahir ke lingkungannya melalui :
1) evaporasi yaitu kehilangan panas melalui proses penguapan
atau perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadi
uap.
2) konduksi yaitu kehilangan panas dari tubuh bayi ke benda
sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi, misalnya
menimbang bayi tanpa mengalasi timbangan bayi dan

36
menggunakan stetoskop untuk pemeriksaan bayi baru lahir
(Muslihatun, 2010:12).
3) konveksi yaitu kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi
terpapar udara sekitar yang lebih dingin, misalnya aliran udara
dingin dari kipas angin, dan hembusan udara dingin melalui
ventilasi.
4) radiasi yaitu kehilangan panas yang terjadi karena bayi
ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih
rendah dari suhu tubuh bayi, misalnya bayi terlalu deket ke
dinding tanpa memakai penutup kepala atau topi (JNPK-KR,
2012).
5. System Kardiovaskuler
Perubahan system kardiovaskuler yaitu oksigen
menyebabkan system pembuluh mengubah tekanan dengan cara
mengurangi atau meningkatkan resistensinya sehingga mengubah
aliran darah. Perubahan system kardiovaskuler yang terjadi tiga
tahap yaitu pertama penutupan foramen oval, dengan proses
pemotongan tali pusat yang menyebabkan terjadinya penurunan
sirkulasi darah. Hal ini merangsang timbulnya pernapasan pertama
kali dan menyebabkan paru berkembang (Maryanti, dkk. 2011:16).
6. Metabolisme Glukosa
Pada saat kelahiran, setelah tali pusat diklem, seorang bayi
harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada
setiap bayi baru lahir kadar glukosa akan turun dalam waktu 1-2
jam. Bayi baru lahir tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah
yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen.
Hal ini akan terjadi hanya jika bayi mempunyai persediaan
glikogen yang cukup. Seorang bayi yang sehat akan menyimpan
glukosa sebagai glikogen, terutama dalam hati, selama bulan-bulan
terakhir kehidupan dalam rahim mengalami hipotermi saat lahir,

37
kemudian mengakibatkan hipoksia akan menggunakan persediaan
glikogen dalam satu jam pertama kelahiran.
Ketidakseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai
hingga 3-4 jam pertama pada bayi cukup bulan yang sehat. Jika
semua persediaan digunakan dalam satu jam pertama, otak bayi
akan mengalami risiko. Bayi baru lahir kurang bulan, IUGR, dan
gawat janin merupakan kelompok yang paling beresiko, karena
simpanan energy mereka berkurang atau digunakan sebelum lahir (
Rochmah, 2012:9).
7. Adapatasi Ginjal
Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron masih
belum sebanyak orang dewasa, ketidakseimbangan luas permukaan
glomerulus dan volume tubulus froksimal, serta renal bloody flow
relative kurang bila dibandingkan orang dewasa (Muslihatun,
2010:18).
8. Adaptasi Gasterointestinal
Kapasitas lambung sangat terbatas, kurang dari 30 ml untuk
bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah
secara perlahan, seiring dengan pertumbuhan bayi. Pengaturan
makan yang sering oelh bayi sendiri sangat penting, contohnya
memberikan makan sesuai keinginana bayi (ASI on demand)
(Rochmah, 2012:10).
9. Adaptasi Hati
Setelah lahir hati menunjukkan perubahan biokimia dan
morfolofis berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar
lemak dan glikogen. Enzim hepar belum akhir benar, seperti enzim
dehidrogenas dan transferase glukoronil sering kurang sehingga
neonatus memperlihatkan gejala ikterus neonaturum fisiologis
(Maryanti, dkk. 2011:21).
c. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal
Ciri-ciri Bayi Baru Lahir menurut Wahyuni, 2011:28-29 yaitu :

38
1. Berat badan 2500 – 4000 gram.
2. Panjang badan lahir 48 – 52 cm.
3. Lingkar dada 30 – 38 cm.
4. Lingkar kepala 33 – 35 cm.
5. Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 denyut/menit,
kemudian menurun sampai 120-140 denyut/menit.
6. Pernapasan pada menit pertama cepat kira-kira 80 kali/menit,
kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40 kali/menit.
7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
terbentuk dan diikuti verniks kaseosa.
8. Rambut lanugo tidak terlihat lagi, rambut kepala biasanya telah
sempurna.
9. Kuku telah agak panjang dan lunak.
10. Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
perempuan), testis sudah turun (pada anak laki-laki).
11. Refleks isap dan meneran sudah terbentuk dengan baik.
12. Refleks moro sudah baik, bayi ketika terkejut akan
memperlihatkan gerakan tangan seperti memeluk.
13. Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 48 jam
pertama, mekonium berwarna hitam kecokelatan.
d. Jenis Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
Pelayanan asuhan bayi baru lahir mengacu pada pedoman Asuhan
Persalinan Normal yang tersedia di Puskesmas, pemberi layanan
asuhan bayi baru lahir dapat dilaksanakan oleh dokter, bidan atau
perawat. Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir dilaksanakan dalam
ruangan yang sama dengan ibunya atau rawat gabung (ibu dan bayi
dirawat dalam satu kamar, bayi berada dalam jangakauan ibu selama
24 jam). Asuhan bayi baru lahir meliputi:
1. Pencegahan infeksi (PI)
2. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi
3. Pemotongan dan perawatan tali pusat

39
4. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
5. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam,
kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi
6. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis
tunggal di paha kiri
7. Pemberian imunisasi hepatitis B (HB-0) dosis tunggal di paha
kanan
8. Pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep mata
antibiotika dosis tunggal
9. Pemeriksaan bayi baru lahir
10. Pemberian ASI ekslusif. (Kemenkes RI, 2010:20)
e. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Tanda bahaya menurut Rukmawati, 2015:103 yaitu :
a. Pernafasan kurang atau lebih 60x/menit
b. Suhu < 360 C atau > 380 C
c. Warna kulit; kuning, biru atau pucat pada 24 jam pertama
d. Hisapan lemah, mengantuk berlebihan, muntah banyak
e. Tali pusat; merah, bengkak, keluar cairan, bau, berdarah
f. Infeksi (+)
g. BAB/BAK; tidak BAK dalam 24 jam, BAB lembek, hijau tua, ada
lendir/darah
h. Aktivitas; lemas, kejang, menggigil, tangis berlebihan.
f. Kunjungan Neonatal
Cakupan kunjungan neonatal adalah pelayanan kepada neonatus
pada masa 6 jam sampai dengan 28 hari setelah kelahiran sesuai
standart. Standart pelayanan minimal:
a. Saat bayi berada di klinik (dalam 24 jam)
b. Saat kunjungan tindak lanjut (KN), yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari,
1 kali pada umur 4-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari. (JNPK-
KR, 2008:139)
g. Evidence Based Practice Bayi Baru Lahir

40
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Psiari Kusuma
Wardani, Indah Comalasari, Linda Puspita (2019) yang berjudul
Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap Perubahan Suhu
Tubuh pada Bayi Baru Lahir dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan, diketahui Pengaruh Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) terhadap perubahan suhu tubuh bayi baru lahir di BPM
Mastuti, Amd.Keb Kecamatan Pardasuka Kabupaten Pringsewu suhu
tubuh bayi sebelum dilakukan IMD mendapat nilai ratarata 0.42.
Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap perubahan suhu tubuh
bayi baru lahir di BPM Mastuti, Amd.Keb Kecamatan Pardasuka
Kabupaten Pringsewu suhu tubuh bayi sesudah dilakukan IMD
mendapat nilai 0.15. Berdasarkan uji statistic menggunakan uji t
berpasangan (paired t test) diperoleh P-Value = 0.001 (P-Value < 0,
05) berarti ada pengaruh yang signifikan maka Ha diterima sehingga
dapat disimpulkan adanya pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
terhadap perubahan suhu tubuh bayi baru lahir di BPM Mastuti,
Amd.Keb Kecamatan Pardasuka Kabupaten Pringsewu Tahun 2017.
2.3.4 Nifas
a. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta
sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara
normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Setyo,
2011).
b. Perubahan Fisiologi Masa Nifas
Peristiwa yang terpenting pada periode kala nifas (masa setelah
melahirkan) adalah terjadinya perubahan fisik dan laktasi (menyusui).
Berikut ini adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dialami ibu
pada masa nifas (Manuaba, 2009) :
1. Pengembalian bentuk rahim.
Sebelum hamil berat 30 gram dan setelah hamil menjadi
2500 gram. Setelah persalinan, terjadi proses sebaliknya yang

41
disebut involusi yang secara berangsur otot rahim mengecil
kembali, sampai seberat semula pada minggu ke-7 (42 hari).
Proses ini berlangsung cepat dengan perkiraan urutan perubahan
TFU akan berada setinggi pusat segera setelah janin lahir, sekitar
2 jari di bawah pusat setelah plasenta lahir, pertengahan pusat dan
simfisis pada hari ke lima postpartum, dan setelah 12 hari
postpartum tidak dapat diraba lagi.
2. Pola pengeluaran lokia
Urutan pengeluaran lokia terjadi dimulai oleh keluarnya
lokia rubra, berupa darah, agak gelap, mungkin ada gumpalan dan
terjadi antara 2-5 hari; lokia sanguinolenta, cairan berupa lendir
bercampur darah, warna merah muda terjadi antara 6-14 hari; dan
lokia alba, cairan yang keluar berupa lendir putih yang terjadi
sampai kala nifas berakhir.
3. Perubahan Kulit
Setelah persalinan, hormonal berkurang dan
hiperpigmentasi pun berkurang. Pada dinding perut akan menjadi
putih mengkilap yaitu striae albikan.Dinding Perut
4. Defekasi dan berkemih
Defekasi, akan menjadi biasa setelah sehari, kecuali ibu
takut pada luka episiotomi. Bila sampai tiga hari belum defekasi,
sebaiknya dilakukan klisma untuk merangsang defekasi sehingga
tidak mengalami sembelit yang menyebabkan jahitan terbuka.
Berkemih, sebagian besar mengalami pertambahan urine, karena
terjadi pengeluaran air tubuh yang berlebih, yang disebabkan oleh
pengenceran (hemodilusi) darah pada waktu hamil.
5. Pemberian ASI
Memberi ASI sampai tetes terakhir, kanan dan kiri
bergantian, sehingga kedua payudara tidak terdapat bendungan.
Masukkan puting susu sedemikuan rupa sehingga puting susu
seolah-olah melayang di mulut bayi, dengan demikian semburan

42
ASI sempurna dan sekaligus mengurangi kemungkinan luka
puting. Perlukaan puting susu harus diobati, sehingga
memperkecil kemungkinan abses payudara. ASI sebaiknya jangan
dibuang tetapi disimpan dalam botol untuk dapat diberikan bila
ibu keluar rumah. ASI pertama (kolostrum) harus diberikan
karena mengandung kasein dan antibodi (kekebalan tubuh) untuk
mengurangi kemungkinan diare.

c. Perubahan Psikologis masa Nifas

Fase fase yang akan dialami ibu pada masa nifas yaitu :

1. Fase Taking In
Merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada
dirinya sendiri sehingga cenderunng pasif terhadap
lingkungannnya.
2. Fase Taking Hold
Merupakan fase yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu sangat
sensitif sehingga mudah tersinggung.
3. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab akna
peran barunya sebagai seorang ibu. Fase ini berlamgsung 10 hari
setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya dan siap menjadi pelindung bagi
bayinya. Perawatan ibu terhadap diri dan bayinya sudah mulai
meningkat, dan rasa percaya diri juga meningkat.

43
Postpartum blues merupakan perasaan sedih yang dialami
ibu berkaitan dengan bayinya. Biasanya muncul sekitar 2 hari
sampai 2 minggu sejak kelairan bayi. Keadaan ini disebabkan
oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga
sulit menerima kehadiran bayinya Kebutuhan ibu masa Nifas.
d. Asuhan Nifas
Tujuan asuhan nifas adalah melakukan pencegahan, diagnosa
dini dan pengobatan komplikasi pada ibu, merujuk ibu bila ada
komplikasi, memberikan dukungan emosional kepada ibu, mengajari
ibu bagaimana perawatan bayi yang benar, memonitor keadaan ibu
baik psikologis maupun fisiologis, dan memberi peluang kepada ibu
untuk merawat bayinya untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi
(Maryunani, 2009).
Asuhan nifas dilakukan dalam 3 kali kunjungan (K3).
Kunjungan pertama (K1) dilakukan pada 6-8 jam setelah persalinan,
bertujuan untuk mencegah perdarahan, mendeteksi dan merawat
penyebab perdarahan, mengajari dan memberikan konseling kepada
keluarga cara mencegah perdarahan, pemberian air susu ibu (ASI)
awal, bounding attchment, mencegah hipotermia pada bayi. K2
dilakukan pada 2-6 hari setelah persalinan, bertujuan untuk memeriksa
involusio uteri, pemberian ASI, pendidikan kesehatan tentang
keluarga berencana (KB), pengeluaran lokia, keluha yang dirasakan
ibu. K3 dilakukan pada 2-6 minggu setelah persalinan, bertujuan
untuk memeriksa involusio uteri, tanda bahaya masa nifas (seperti
demam, infeksi, perdarahan abnormal), nutrisi ibu, pemberian ASI,
nutrisi dan perawatan bayi, penyulit-penyulit yang dirasakan ibu, dan
memberikan konseling KB (Maryunani, 2009).
e. Evidence Based Practice Nifas
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kholisotin, Zainal
Munir, Lina Yulia Astutik (2019) dalam jurnal yang berjudul
Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Pengeluaran ASI pada Ibu Post

44
Partum Primipara Di RSIA Srikandi IBI disimpulkan bahwa dari hasil
analisa peneliti menyatakan bahwasannya Pijat oksitosin berpengaruh
terhadap pengeluaran ASI, dapat mempercepat dan memperbanyak
ASI ibu post partum primipara. Hal ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang berjudul pengaruh pijat oksitosin terhadap waktu
pengeluaran kolostrum pada ibu post partum sectio caesar (Reza
Fahliani Zamzara & Dwi ernawati, 2015).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ineke S H, Murti Ani,
Sri Sumarni (2016) dalam jurnal yang berjudul Pengaruh Senam Nifas
terhadap Tinggi Fundus Uteri dan Jenis Lochea pada Primipara
disimpulkan bahwa melakukan senam nifas akan merangsang
kontraksi uterus sehingga proses involusi berjalan cepat. Terdapat
pengaruh pemberian senam nifas terhadap kecepatan penurunan tinggi
fundus uteri pada ibu post partum. Sehingga pada ibu yang senam
nifas penurunan Tinggi Fundus Uteri (TFU) berlangsung lebih cepat
dari pada yang tidak senam. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
bahwa untuk mempercepat proses involusi uteri, salah satu latihan
yang dianjurkan adalah senam nifas.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ririn Ariyanti, dkk
(2016) dalam jurnal yang berjudul Pengaruh Jenis Persalinan
Terhadap Risiko Depresi Postpartum disimpulkan perubahan
psikologis yang terjadi pada ibu masa nifas terjadi karena beberapa hal
yaitu pengalaman selama melahirkan, tanggung jawab peran sebagai
ibu, adanya anggota keluarga baru (bayi) serta peran baru sebagai
seorang ibu2 . Jenis persalinan berpengaruh terhadap risiko depresi
postpartum hal ini dikarenakan oleh pengalaman ibu pada saat
melahirkan, trauma fisik yang didapatkan pada saat persalinan akan
mempengaruhi psikologis ibu (Ririn Ariyanti, dkk, 2016).
Faktor saat persalinan yang mencakup lamanya persalinan, jenis
persalinan serta intervensi medis yang digunakan selama proses
persalinan akan mempengaruhi risiko depresi postpartum. Ibu yang

45
persalinan bedah sesar penyembuhannya lebih lama dibandingkan
dengan persalinan pervaginam hal ini akan menghambat ibu untuk
menjalani peran barunya sebagai seorang ibu sehingga membuat ibu
dengan persalinan bedah sesar lebih berisiko depresi postpartum,
sehingga perlu dilakukan deteksi dini untuk melihat risiko depresi
postpartum pada ibu nifas dan ibu nifas yang berisiko depresi
postpartum akan segera mendapatkan penanganan (Marni, 2014).

2.3.5 Keluarga Berencana


a. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur
kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan
sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga
yang berkualitas. Pengaturan kehamilan dilakukan dengan
menggunakan cara, alat, dan obat kontrasepsi. Pelayanan
kontrasepsi adalah pemberian atau pemasangan kontrasepsi
maupun tindakan – tindakan lain yang berkaitan kontrasepsi
kepada calon dan peserta Keluarga Berencana yang dilakukan
dalam fasilitas pelayanan KB. Penyelenggaraan pelayanan
kontrasepsi dilakukan dengan cara yang dapat dipertanggung
jawabkan dari segi agama, norma budaya, etika, serta segi
kesehatan (Kemenkes RI, 2014).
Pelayanan KB yang berkualitas dan merata memiliki
kedudukan yang strategis, yaitu sebagai bagian dari upaya
komprehensif yang terdiri dari upaya kesehatan promotif dan
preventif perorangan. Implementasi pendekatan life
cycle/siklus hidup dan prinsip continuum of care merupakan
salah satu bagian dari pelayanan KB dalam upaya
peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak (KIA). Jenis dan

46
sasaran yang dituju dari pelayanan KB diberikan sesuai
dengan kebutuhan melalui konseling dan pelayanan dengan
tujuan merencanakan dan menjarangkan atau membatasi
kehamilan, yaitu bagi remaja, ibu hamil, ibu nifas, wanita usia
subur (WUS) yang tidak sedang hamil. Suami dan istri
memiliki kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama dalam
melaksanakan KB (Kemenkes RI, 2013).

b. Macam-macam Metoda Kontrasepsi


Pelayanan kontrasepsi diberikan dengan menggunakan metode
kontrasepsi baik hormonal maupun non hormonal. Menurut jangka
waktu pemakaiannya kontrasepsi dibagi menjadi Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP) dan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(Non-MKJP) (Kemenkes RI, 2014). Jenis – jenis kontrasepsi menurut
Affandi dan Albar (2011):

1. Kontrasepsi non-hormonal, terdiri dari:

a) Kontrasepsi tanpa menggunakan alat/obat yaitu


senggama terputus dan pantang berkala.

b) Kontrasepsi sederhana untuk laki – laki adalah


kondom.

c) Kontrasepsi sederhana untuk perempuan yaitu


pessarium dan kontrasepsi dengan obat – obat
spermitisida

47
2. Kontrasepsi hormonal, terdiri dari:

a) Metode hormonal kombinasi (estrogen dan


progesteron) yaitu pil kombinasi dan suntik
kombinasi (cyclofem)

b) Metode hormonal progesteron saja yaitu pil progestin


(minipil), implan, suntikan progestin (Depo
Medroksiprogesterone Asetat/DMPA).

3. Kontrasepsi mantap terdiri dari tubektomi dan vasektomi.

c. Kebutuhan klien keluarga berencana

Klien berhak untuk memperoleh informasi dan mempunyai


akses terhadap berbagai metode KB yang mereka pilih, efektif, aman,
terjangkau dan juga metode-metode pengendalian kehamilan lainnya
yang tidak bertentangan dengan hukum dan perundang-undangan
yang berlaku. Sehingga klien KB membutuhkan KIE, konseling serta
pelayanan kontrasepsi.

d. Asuhan Keluarga Berencana


Asuhan keluarga berencana (KB) yang dimaksud adalah
konseling, informed choice, persetujuan tindakan medis (informed
consent), serta pencegahan infeksi dalam pelaksanaan pelayanan KB
baik pada klien dan petugas pemberi layanan KB. Konseling harus
dilakukan dengan baik dengan memperhatikan beberapa aspek seperti
memperlakukan klien dengan baik, petugas menjadi pendengar yang

48
baik, memberikan informasi yang baik dan benar kepada klien,
menghindari pemberian informasi yang berlebihan, membahas metode
yang diingini klien, membantu klien untuk mengerti dan mengingat.
Informed choice adalah suatu kondisi peserta/calon KB yang memilih
kontrasepsi didasari oleh pengetahuan yang cukup setelah mendapat
informasi.
e. Evidence Based Practice Keluraga Berencana
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sri Setiasih, dkk (2013)
yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKIP) pada Wanita Pasangan
Usia Subur (PUS) di Kabupaten Kendal Tahun 2013, disimpulkan
bahwa pengetahuan peserta KB yang baik tentang hakekat program
KB akan mempengaruhi mereka dalam memilih metode/alat
kontrasepsi yang akan digunakan termasuk keleluasaan atau
kebebasan pilihan, kecocokan, pilihan efektif tidaknya, kenyamanan
dan keamanan, juga dalam memilih tempat pelayanan yang lebih
sesuai karena wawasan sudah lebih baik, sehingga kesadaran mereka
tinggi untuk terus memanfaatkan pelayanan (Sri Setiasih, dkk, 2013)
Berdasarkan penelitian Handayani (2021) dengan judul
Hubungan Vulva Hygiene dan Penggunan Kb dengan Keputihan pada
Wanita Usia Subur didapatkan hasil bahwa ada hubungan Vulva
Hygiene dengan keputihan. Hasil penelitian tersebut dari 38 orang ibu
pasangan usia subur dapat diketahui bahwa menggunakan KB
sebanyak 30 responden (78,9%) yang mengalami keputihan normal
sebanyak 26 responden (68,4%), mengalami keputihan tidak
normalsebanyak 4 responden (10,5%) dan yang tidak menggunakan
KB sebanyak 8responden (21,1%), yang mengalami keputihan normal
sebanyak 4 responden (10,5%), mengalami keputihan tidak normal
dan 4 responden (10,5%).

49
50
BAB III
KESIMPULAN

Continuity Of Care yang dilakukan oleh bidan pada umumnya berorientasi


untuk meningkatkan kesinambungan pelayanan dalam suatu periode. Continuity
Of Care memiliki tiga jenis pelayanan yaitu managemen, informasi dan hubungan.
Kesinambungan managemen melibatkan komunikasi antar perempuan dan bidan.
Kesinambungan informasi menyangkut ketersediaan waktu yang relevan. Kedua
hal tersebut penting untuk mengatur dan memberikan pelayanan kebidanan
Pemberian informasi kepada perempuan memungkinkan dan
memberdayakan mereka dalam melakukan perawatan untuk mereka sendiri dan
muncul sebagai dimensi secara terus menerus sebagai informasi dan kemitraan.
Perawatan berencana tidak hanya menopang bidan dalam mengkoordinasikan
layanan komprehensif mereka tetapi juga menimbulkan rasa aman serta membuat
keputusan bersama. Tidak semua pasien dapat mengasumsikan keaktifan perannya
namun mereka dapat membuat akumulasi pengetahuan dari hubungan yang
berkesinambungan untuk bisa mengerti terhadap pelayanan yang mereka terima.

51
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2007. Pelatihan APN Bahan Tambahan IMD. Jakarta:
JNPKKR-JHPIEGO.

Depkes RI. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta:
JNPK-KR

Handayani, R. (2021, Januari). Hubungan Vulva Hygiene dan Penggunaan KB


dengan Keputihan pada Wanita Usia Subur. Jurnal Keperawatan Priority,
4(1), 50-59.

Husin, Farid. 2014. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta: CV. Agung Seto.

Ineke S H, Murti Ani, Sri Sumarni. (2016). Pengaruh Senam Nifas terhadap
Tinggi Fundus Uteri dan Jenis Lochea pada Primipara. Rembang : Vol 1
No. 3

Kemenkes RI. (2010). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial


Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan RI.

Kholisotin, Zainal Munir, Lina Yulia Astutik. (2019). Pengaruh Pijat Oksitosin
terhadap Pengeluaran ASI pada Ibu Post Partum Primipara Di RSIA
Srikandi IBI. Jember : Volume 7, Nomor 2
Maryanti, dkk. 2011. Buku Ajar Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta : Penerbit
Trans Info Media
Maryunani A. 2009. Asuhan pada ibu dalam masa nifas (postpartum). Wijaya N,
editor. Jakarta: Trans Info Media.
Manuaba, IA. 2010. Ilmu kebidanan dan penyakit kandungan dan keluarga
berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC.
Muslihatun, WafiNur. (2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya

52
Ningsih, D. A. (2017). Continuity Of Care Kebidanan. Oksitosin Kebidanan,
IV(2), 67-77.

Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia. 2006. Asuhan Kebidanan Terkini Hasil
Evidence Based, MIDWIVES SEMINAR, Pengukuhan Bidan Delima
SUMSEL

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawiroharjo

Ririn Ariyanti , Detty Siti Nurdiati , Dhesi Ari Astuti. (2016). Pengaruh jenis
persalinan terhadap risiko depresi postpartum. Samarinda: Vol. 7 No. 2
Sujiyatini, S.SiT, M.Keb, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan II (Persalinan).
Yogyakarta: Rohima Press

Sukarn, Icesmi K & Margareth ZH. 2013. Kehamilan. Persalinan dan Nifas
dilengkapi dengan patologi. Yogyakarta: Nuha Medika

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:


Salemba Medika

Sri Setiasih, Bagus Widjanarko, Tinuk Istiarti. (2013) Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
pada wanita Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Kendal tahun 2013.
Kendal: Vol. 11 No. 2

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Vol.1. Jakarta: EGC.

Varney,Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan (Varney’s Midfiwery) Vol 2.


Jakarta:EGC

Yanti, S.ST, M.Keb. 2010. Penuntun Belajar Kompetensi Asuhan Kebidanan


Persalinan

53
Yogyakarta: Pustaka Rihama Rohani, S.ST., dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada
Masa Persalinan. Jakarta : Salemba Medika

54

Anda mungkin juga menyukai