Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

“Teori Preceed-Proceed”

Dosen Pengampu: Hamidatul Yuni S.S.T., M.Kes.

Oleh:
Kelompok 12

Intan Berliana Marianda (1911211032)


Elvira Radhiatul Febriani (1911212030)
Nurul Laila Zahira Junaidi (1911213040)

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjakan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dengan rahmat dan hidayah-Nya itu penulis
dapat menyelesaikan makalah pembelajaran Promsi Kesehatan yang berjudul
“Teori Preceed-Proceed”. Selanjutnya shalawat dan salam penulis kirimkan
kepada nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya ke alam yang
berilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.
Dalam pembuatan makalah ini tentunya penulis tidak terlepas dari berbagai
kesulitan, karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Namun, berkat petunjuk
Allah SWT dan berbagai sumber, baik secara langsung maupun tidak langsung,
makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kritikan, terutama dari dosen pengampu, demi
kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.

Padang, 15 April 2020

Tim penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................................iii

BAB I: PENDAHULUAN...........................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................1

1.3 Tujuan..................................................................................................................2

1.4 Manfaat................................................................................................................2

BAB II: PEMBAHASAN............................................................................................3

2.1 Definisi Precede-Proceed...................................................................................3

2.2 Fase Precede-Proceed.........................................................................................3

2.3 Masalah untuk Mempertimbangkan Penggunaan Precede-Proceed..................9

2.4 Contoh Penerapan Precede-Proceed.................................................................10

BAB III: PENUTUP..................................................................................................13

3.1 Kesimpulan........................................................................................................13

3.2 Saran..................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................14

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Fase Precede-Proceed.............................................................................4


Gambar 2 Kerangka Teori Modifikasi Model Evaluasi Precede-Proceed dikaitkan
dengan Program PIK-R..........................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Model precede-proceed berasal dari dua komponen yaitu precede dan
proceed. Precede adalah akronim yang mewakili predisposisi, penguatan, dan
memungkinkan konstruksi dalam pendidikan, diagnosis dan evaluasi ekologi.
Sedangkan proceed adalah singkatan dari kebijakan, peraturan, dan
konstruksi organisasi dalam pengembangan pendidikan dan lingkungan.
Model ini memiliki 8 fase. Empat fase pertama yang membentuk bagian
precede dari model ini yaitu: sosial assessment, epidemiological, behavioral,
and environmental assessments, penilaian pendidikan dan ekologis, dan
penilaian administrasi dan kebijakan dan penyelarasan intervensi. Empat fase
berikutnya yaitu proceed yang mana fase ke 5-8 terdiri dari implementasi dan
evaluasi.
Precede-proceed harus menyadari beberapa tantangan dalam
menerapkan model. Model ini sangat didorong oleh data, dan aplikasinya
mungkin memerlukan sumber daya keuangan dan manusia yang lebih besar,
keterampilan teknis, dan waktu daripada yang tersedia dalam beberapa
situasi. Dimungkinkan untuk mempersingkat beberapa fase penilaian
menengah model dengan menggunakan kumpulan literatur yang berkembang
tentang prioritas masyarakat yang sering diidentifikasi, penentu, dan target
untuk perubahan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai b
erikut:
1. Apa yang dimaksud dengan precede-proceed?
2. Apa saja fase pada teori precede-proceed?
3. Apa saja masalah dalam menggunakan precede-proceed?

1
1.3 Tujuan
Sejalan dengan rumusan maslah diatas, maka tujuan dari penulisan masalah in
i adalah:
1. Mengetahui definisi precede-proceed.
2. Mengetahui fase precede-proceed.
3. Mengetahui masalah dalam menggunaan precede-proceed.

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari penyusunan maupun hasil dari pembahasan
makalah ini adalah :
1. Sebagai referensi mempelajari mata kuliah Promosi Kesehatan.
2. Sebagai landasan teori dalam mengemukakan pendapat mengenai Teori
Preceed-Proceed.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Precede-Proceed


Saat ini, model perencanaan yang paling dikenal dan paling sering
digunakan adalah precede-proceed. Sesuai namanya, model ini memiliki dua
komponen. Precede adalah akronim yang mewakili predisposisi, penguatan,
dan memungkinkan konstruksi dalam pendidikan, diagnosis dan evaluasi
ekologi. Proceed adalah singkatan dari kebijakan, peraturan, dan konstruksi
organisasi dalam pengembangan pendidikan dan lingkungan (Green &
Kreuter, 2005). Model precede-proceed dikembangkan selama 15 hingga 20
tahun. Kerangka kerja precede disusun pada awal 1970-an (Green, 1974) dan
berkembang menjadi model perencanaan pada akhir 1970-an.
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 precede-proceed memiliki 8
fase. Empat fase pertama, yang membentuk bagian precede dari model ini,
yang terdiri dari serangkaian penilaian yang direncanakan yang menghasilkan
informasi yang akan digunakan untuk memandu keputusan berikutnya.
proceed juga memiliki empat fase dan "ditandai oleh implementasi strategis
dari beberapa tindakan berdasarkan apa yang dipelajari dari penilaian pada
fase awal".
Sekilas, model precede-proceed tampak terlalu rumit. Namun, ada urutan
yang sangat logis untuk ke-8 fase ini yang menguraikan proses perencanaan
promosi kesehatan. Pendekatan yang mendasari model ini dimulai dengan
mengidentifikasi hasil yang diinginkan, kemudian menentukan apa yang
menyebabkannya, dan akhirnya merancang intervensi yang bertujuan untuk
mencapai hasil yang diinginkan. Dengan kata lain, precede-proceed dimulai
dengan konsekuensi akhir dan bekerja mundur ke penyebab.

3
2.2 Fase Precede-Proceed

Gambar 1 Fase Precede-Proceed

a. Fase 1: Sosial Assessment


Sosial Assessment (Penilaian sosial) adalah aplikasi melalui
partisipasi luas, dari banyak sumber-sumber informasi, baik objektif
maupun subjektif, dirancang untuk saling memahami orang tentang
aspirasi mereka untuk kebaikan bersama ”(Green and Kreuter, 2005). Pada
tahap ini, perencana memperluas pemahaman mereka tentang perusahaan
di mana mereka bekerja dengan melakukan berbagai kegiatan
pengumpulan data, seperti wawancara dengan pemimpin opini kunci,
kelompok fokus dengan anggota masyarakat, observasi, dan survei. Istilah
komunitas biasanya digunakan untuk wilayah geografis dengan batas-
batas yang ditentukan. Lebih umum, ini dapat digunakan untuk
menggambarkan sebuah kelompok dengan karakteristik, minat, nilai, dan
norma.
Pada fase ini dalam proses perencanaan program, teori dan prinsip
adalah relevan. Organisasi komunitas adalah proses dimana kelompok
masyarakat dibantu untuk mengidentifikasi masalah atau tujuan bersama,

4
memobilisasi sumber daya, dan mengembangkan dan menerapkan strategi
untuk mencapai tujuan yang telah mereka tetapkan bersama (Minkler dan
Wallerstein, 2002).
Terkait dengan "organisasi masyarakat" tetapi tidak selalu berfokus
pada proses yang sangat didorong oleh peserta adalah "mobilisasi
masyarakat" - suatu proses yang melibatkan anggota masyarakat dalam
kegiatan mulai dari menentukan kebutuhan pencegahan (identifikasi
masalah, penilaian kebutuhan, desain program) hingga mendapatkan
dukungan masyarakat untuk program yang dirancang sebelumnya;
menurut definisi, mungkin perencanaan "dari bawah ke atas" atau "dari
atas ke bawah" atau kombinasi keduanya (Treno dan Holder, 1997).
Holder dan rekan (2000) menunjukkan efektivitas pendekatan ini di
komunitas mereka program alkohol dan trauma.

b. Fase 2: Epidemiological, Behavioral, and Environmental Assessments


 Epidemiological Assessment
Analisis ini (1) mengidentifikasi masalah kesehatan, masalah, atau
aspirasi yang menjadi fokus program, (2) mengungkap faktor perilaku
dan lingkungan yang paling mungkin mempengaruhi masalah kesehatan
yang diidentifikasi prioritas, dan (3) menerjemahkan prioritas tersebut
ke dalam tujuan yang terukur untuk program yang sedang
dikembangkan (Green and Kreuter, 2005). Perencana dapat melakukan
analisis data sekunder dengan menggunakan sumber data yang ada
(misalnya, statistik vital, survei kesehatan negara bagian dan nasional,
catatan medis dan administrasi). Data yang diperlukan untuk penilaian
epidemiologi semakin tersedia secara elektronik, dan perencana
promosi kesehatan harus mengetahui berbagai database online yang
dapat memberikan data kesehatan nasional, negara bagian, dan lokal.
Genetika telah mengambil peran yang semakin penting dalam
memahami masalah kesehatan. Meskipun faktor genetik tidak dapat
diubah melalui program promosi kesehatan, mereka mungkin berguna
untuk mengidentifikasi kelompok berisiko tinggi untuk intervensi.

5
Misalnya, program untuk mempromosikan skrining kanker payudara
mungkin mencakup upaya khusus untuk wanita dengan riwayat
penyakit keluarga. Karena semakin banyak yang dipelajari tentang
interaksi gen dengan perilaku dan lingkungan, perencana promosi
kesehatan akan memiliki lebih banyak informasi untuk menargetkan
intervensi mereka, dan mereka dapat dipanggil untuk
mengkomunikasikan pengetahuan baru ini dengan cara yang membantu
orang membuat informasi membentuk keputusan pribadi.

 Behavioral Determinants
Behavioral Determinant (Penentu perilaku) masalah kesehatan
dapat dipahami pada tiga tingkatan. Yang pertama dalah perilaku atau
gaya hidup yang menghargai terjadinya dan parahnya masalah
kesehatan (misalnya, penggunaan tembakau perokok remaja). Yang
kedua, penentu yang lebih jauh adalah perilaku orang lain yang secara
langsung dapat mempengaruhi perilaku individu yang berisiko (seperti
orang tua perokok remaja yang menyimpan rokok di rumah). Penentu
perilaku ketiga dan paling distal adalah tindakan pembuat keputusan
yang keputusannya mempengaruhi lingkungan sosial atau fisik yang
memengaruhi individu yang berisiko (misalnya, tindakan polisi untuk
menegakkan hukum yang membatasi akses remaja ke rokok). Dengan
memikirkan ketiga level penentu perilaku dari masalah kesehatan ini,
perencana program meningkat kemungkinan intervensi komprehensif
dan efektif akan dibuat.

 Environmental Deterinants (Faktor Penentu Lingkungan)


Faktor lingkungan adalah faktor sosial dan fisik yang berada di luar
individu, yang seringkali di luar kendali pribadinya, yang dapat
dimodifikasi untuk mendukung perilaku atau memengaruhi hasil
kesehatan. Memodifikasi faktor lingkungan biasanya memerlukan
strategi selain pendidikan. Misalnya, status gizi buruk di antara anak-
anak sekolah adalah fungsi dari kebiasaan pola makan yang buruk, yang

6
pada gilirannya mungkin sebagian dipengaruhi oleh ketersediaan
makanan yang tidak sehat di sekolah (faktor lingkungan). Meskipun
program dapat secara efektif mengajar siswa tentang diet sehat, itu tidak
akan mengubah kebijakan kelembagaan tentang membuat makanan
sehat tersedia di sekolah.

c. Fase 3: Penilaian Pendidikan dan Ekologis


Setelah memilih faktor perilaku dan lingkungan untuk intervensi,
kerangka kerja mengarahkan perencana untuk mengidentifikasi faktor
pendahuluan dan penguat yang harus ada untuk memulai dan
mempertahankan proses perubahan. Faktor-faktor ini tergolong sebagai
predisposisi, penguatan, dan pemberdayaan, dan mereka memengaruhi
kemungkinan terjadinya perubahan perilaku dan lingkungan.
Faktor predisposisi adalah faktor awal untuk perilaku yang
memberikan alasan atau motivasi untuk perilaku (Green and Kreuter,
2005); mereka termasuk pengetahuan, sikap, kepercayaan, preferensi
pribadi, keterampilan yang ada, dan keyakinan diri individu.
Faktor penguat adalah faktor-faktor yang memberikan hadiah atau
insentif berkelanjutan untuk kegigihan atau pengulangan perilaku
itu(Green and Kreuter, 2005). Contohnya termasuk dukungan sosial,
pengaruh teman sebaya, orang lain yang signifikan, dan penguatan
perwakilan.
Enabling Factors atau faktor-faktor yang memungkinkan motivasi
atau kebijakan lingkungan diwujudkan" (Green and Kreuter, 2005).
Faktor-faktor pendukung dapat mempengaruhi perilaku secara langsung
atau tidak langsung melalui faktor lingkungan. Mereka termasuk program,
layanan, dan sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan perilaku
dan lingkungan untuk direalisasikan dan juga keterampilan baru yang
diperlukan untuk memungkinkan perubahan perilaku.

7
d. Fase 4: Penilaian Administrasi, Kebijakan, dan Penyelarasan
Intervensi
Dalam fase ini, perencana memilih dan menyelaraskan komponen
program dengan penentu prioritas perubahan yang diidentifikasi
sebelumnya. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi sumber daya,
hambatan, fasilitator organisasi, kebijakan yang ada dibutuhkan untuk
implementasi dan keberlanjutan program. Saat membuat rencana program,
ada dua tingkat keselarasan antara penilaian faktor penentu dan pemilihan
intervensi (Green dan Kreuter, 2005). Pertama, pada tingkat makro, sistem
organisasi dan lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil yang
diinginkan harus dipertimbangkan. Ini adalah intervensi yang
mempengaruhi faktor-faktor pendukung untuk perubahan lingkungan,
yang pada gilirannya mendukung perilaku kesehatan yang diinginkan.
Kedua, pada tingkat mikro, fokusnya adalah pada individu, rekan,
keluarga, dan orang lain yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan
seseorang yang dituju secara lebih langsung. Intervensi di tingkat mikro
secara khusus diarahkan untuk mengubah faktor predisposisi, penguat, dan
pemungkin. Ada banyak strategi yang tersedia, seperti media massa,
konseling, dan advokasi, dan strategi terbaik adalah strategi yang sesuai
dengan konteks program, kebutuhan audiens, dan teori masalah yang
precede-proceed diagnosis telah terungkap.
Secara khusus, membangun program yang komprehensif
membutuhkan (1) pencocokan tingkat ekologis dengan komponen
program yang luas; (2) memetakan intervensi spesifik berdasarkan teori
dan penelitian dan praktik sebelumnya untuk faktor-faktor predisposisi,
pemungkin, dan penguat tertentu, dan (3) menggabungkan intervensi
sebelumnya dan intervensi yang disukai masyarakat yang mungkin
memiliki lebih sedikit bukti untuk mendukungnya, dan jika perlu, (4)
menambal intervensi tersebut untuk mengisi kesenjangan dalam praktik
terbaik berbasis bukti.

8
e. Fase 5–8: Implementasi dan Evaluasi
Pada Fase 5, program promosi kesehatan siap untuk implementasi.
Rencana pengumpulan data harus ada untuk mengevaluasi proses,
dampak, dan hasil dari program, yang merupakan tiga fase terakhir dalam
model perencanaan precede-proceed (Fase 6–8). Biasanya, evaluasi proses
menentukan sejauh mana program itu dilaksanakan sesuai dengan
protokol. Dampak evaluasi menilai perubahan dalam faktor predisposisi,
penguat, dan faktor pendukung, serta dalam faktor perilaku dan
lingkungan. Akhirnya, hasil evaluasi menentukan pengaruh program
terhadap kesehatan dan indikator kualitas hidup. Umumnya, tujuan pada
setiap langkah model perencanaan precede-proceed berfungsi sebagai
tonggak pencapaian prestasi dievaluasi.

2.3 Masalah untuk Mempertimbangkan Penggunaan Precede-Proceed


Meskipun adopsi yang luas dan keberhasilan yang cukup besar,
pengguna potensial precede-proceed harus menyadari beberapa tantangan
dalam menerapkan model. Model ini sangat didorong oleh data, dan
aplikasinya mungkin memerlukan sumber daya keuangan dan manusia yang
lebih besar, keterampilan teknis, dan waktu daripada yang tersedia dalam
beberapa situasi. Green and Kreuter (2005) menggambarkan analisis situasi
dalam konteks penilaian sosial sebagai cara menuju pendekatan yang
seimbang untuk perencanaan yaitu, tidak menggunakan pintasan atau belabor
proses. Dimungkinkan untuk mempersingkat beberapa fase penilaian
menengah model dengan menggunakan kumpulan literatur yang berkembang
tentang prioritas masyarakat yang sering diidentifikasi, penentu, dan target
untuk perubahan.
Metode untuk perencana promosi kesehatan kontemporer adalah
penggunaan komputer dan Internet. Komunikasi kesehatan yang disesuaikan
dengan komputer telah menunjukkan efektivitasnya di berbagai hasil
perilaku, dan metode untuk mengembangkan dan mengimplementasikan
pesan yang disesuaikan telah diartikulasikan dengan baik. Tinjauan Powell
dan rekannya (2005) menyimpulkan bahwa masih banyak yang harus

9
dipelajari tentang bagaimana konsumen sebenarnya menggunakan internet
sebagai sumber informasi kesehatan. Teknologi muncul di bidang rehabilitasi
dan pengobatan fisik, serta di bidang pencegahan cedera, meskipun masih
banyak pekerjaan yang diperlukan untuk sepenuhnya memahami potensi dan
keterbatasannya sebagai metode intervensi untuk promosi kesehatan.

2.4 Contoh Penerapan Precede-Proceed


 Penerapan Precede-Proceed dalam Evaluasi Program Pusat Informasi dan
Konseling Remaja
Model PrecedeProceed adalah suatu konsep yang dibuat oleh
Lawrence W. Green pada tahun 1974, yang dapat membantu perencanaan
suatu program kesehatan, pembuat kebijakan dan evaluator untuk
menganalisis situasi dan program kesehatan yang efektif dan efesien.
Konsep ini digunakan karena komponen-komponen yang ada di dalamnya
sesuai dengan apa yang ingin diukur di dalam penelitian ini. Model Proceed
memberikan desain yang lengkap untuk menilai kesehatan dan kebutuhan
hidup serta merancang, melaksanakan dan mengevaluasi program promosi
kesehatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perilaku kesehatan
baik dari faktor individu maupun lingkungan. Model Precede-Proceed
dikemas dalam dua bagian. Bagian yang pertama adalah PRECEDE
(Predisposing, Reinforcing, Enabling, Constructs in,
Educational/Ecological, Diagnosis, Evaluation) yang berfokus pada
perencanaan program. Bagian yang kedua adalah PROCEED (Policy,
Regulatory, Organizational, Constructs in, Educational, Enviromental,
Development) yang berfokus pada implementasi dan evaluasi. Konsep
PrecedeProceed ini baik digunakan dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi Program PIK-R.
Berdasarkan teori Precede-Proceed, perilaku seseorang ditentukan
oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi (predisposing factors), faktor
pemungkin (enabling factors) dan faktor penguat (reinforcing factors).

10
1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
Faktor predisposisi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan perilaku seseorang, diantaranya pendidikan, pengetahuan,
sikap, tradisi, kepercayaan, sistem, keyakinan, nilai-nilai serta norma yang
berlaku di masyarakat dan persepsi. Evaluasi program PIK-R dapat
dilakukan dengan mengukur pengetahuan dan sikap remaja yang
melaksanakan program tersebut. Jika dikaitkan dengan penelitian
terdahulu yang mengevaluasi Program PIK-R, maka faktor predisposisi
yang diukur antara lain pengetahuan dan sikap remaja terkait kesehatan
reproduksi, serta persepsi remaja terhadap Program PIK-R.

2. Faktor Pemungkin (Enabling Factors)


Faktor pemungkin merupakan faktor-faktor yang memungkinkan atau
mendukung perubahan perilaku diantaranya lingkungan fisik, fasilitas dan
sarana prasarana yang mendukung perubahan perilaku, sumber daya
manusia, serta akses atau keterjangkauan terhadap fasilitas dan sarana
prasarana tersebut. Faktor pemungkin yang dapat dievaluasi dari Program
PIK-R berdasarkan penelitian terdahulu adalah akses terhadap layanan
kesehatan reproduksi.

3. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)


Faktor penguat terjadinya perubahan perilaku kesehatan diantaranya sikap
dan perilaku petugas kesehatan, dukungan (teman sebaya, guru, orang tua
dan keluarga), dukungan tokoh masyarakat, dukungan program, dukungan
kebijakan 12 yang berlaku di daerah tersebut serta komitmen pemangku
kepentingan dan mitra kerja. Faktor penguat yang dapat dievaluasi dari
Program PIK-R berdasarkan penelitian terdahulu adalah dukungan sekolah
serta keterampilan pendidik dan konselor sebaya.

Model Precede-Procede ini telah digunakan dalam penelitian-


penelitian evaluasi terkait efektifitas program kesehatan reproduksi, antara
lain dalam penelitian Sulistiawan (2014) mengenai program pemberdayaan

11
pendidik sebaya dalam pengembangan pendidikan kesehatan di kawasan
lokalisasi Dolly. Variabel yang diukur adalah pengetahuan remaja terkait
kesehatan reproduksi, pola pikir remaja, kecakapan dalam pengambilan
keputusan, akses terhadap sumber informasi, perilaku sosioseksual remaja,
serta dukungan Puskesmas. Model ini digunakan karena mempunyai desain
yang lengkap untuk merancang, melaksanakan dan mengevaluasi program
promosi kesehatan masyarakat.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Wahyuningrum (2015) mengenai
upaya promosi kesehatan pendewasaan usia perkawinan oleh Pusat Informasi
dan Konseling Remaja (PIK-R) juga meninjau dari Teori Precede-Proceed.
Variabel yang diukur adalah pengetahuan, sikap, pendidikan, akses terhadap
informasi terkait kesehatan reproduksi, serta komitmen pemangku
kepentingan. Teori Precede-Proceed digunakan dalam penelitian ini karena
komponen-komponennya sangat cocok untuk melihat bagaimana sebuah
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi suatu program promosi kesehatan
dilakukan.

Gambar 2 Kerangka Teori Modifikasi Model Evaluasi Precede-Proceed dikaitkan


dengan Program PIK-R

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Model precede-proceed berasal dari dua komponen yaitu precede dan
proceed. Precede adalah akronim yang mewakili predisposisi, penguatan, dan
memungkinkan konstruksi dalam pendidikan, diagnosis dan evaluasi ekologi.
Sedangkan proceed adalah singkatan dari kebijakan, peraturan, dan
konstruksi organisasi dalam pengembangan pendidikan dan lingkungan.
Model ini memiliki 8 fase. Empat fase pertama yang membentuk bagian
precede dari model ini. Empat fase berikutnya yaitu proceed. Precede-
proceed memiliki beberapa tantangan dalam menerapkan model. Model ini
sangat didorong oleh data, dan aplikasinya mungkin memerlukan sumber
daya keuangan dan manusia yang lebih besar, keterampilan teknis, dan waktu
daripada yang tersedia dalam beberapa situasi.

3.2 Saran
Baik bagi penulis, mahasiswa, maupun bagi institusi terkait diharapkan
makalah ini dapat menjadi informasi tambahan yang positif dan mampu
menerapkan apa yang telah dipelajari dan diperoleh, serta
mengimplementasikannya langsung melalui praktik di lapangan. Untuk
segala saran dan kritik yang membangun selalu kami nantikan agar dapat
memperbaiki kekurangan – kekurangan yang ada pada makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Cottrell, Randa R., dkk. 2009. Principles & Foundations of Health Promotion
and Education: Fifth Edition. San Francisco: Benjamin Cummings.
Galnd, Karen, dkk. 2008. Health Behavior and Health Education Theory,
Research, and Practice. San Francisco: Josey-Bass.
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/9cf2088cde778cde6c0faf56641e067
f.pdf. Diakses 16 April 2020

14

Anda mungkin juga menyukai