Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

“TRANSTHEORITICAL THEORY”
Dosen Pengampu : Hamidatul Yuni, S.ST., M.Kes

Disusun oleh :
Kelompok 17

Kartika Putri 1911211050

Chintya Falenski 1911213018

Najwa Syiba Hansyaf 1911212056

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjakan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga dengan rahmat dan hidayah-Nya kami

dapat menyelesaikan makalah pembelajaran dasar ilmu gizi yang berjudul

“Transtheoritical Theory” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Selanjutnya

shalawat dan salam kita kirimkan kepada nabi Muhammad SAW, yang telah

membawa umatnya ke alam yang berilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.

Makalah ini disusun sebagai syarat melengkapi tugas Promosi Kesehatan

semester II tahun ajaran 2020 oleh Bu Hamidatul Yuni, S.ST., M.Kes. Kami

mengaku bahwa tulisan ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, sumbangan saran

dan kritik yang sifatnya membangun senantiasa kami harapkan demi perbaikan dan

penyempurnaan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Padang Panjang, 14 April 2020

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL iv
BAB 1 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
BAB 2 3
2.1 Definisi Transtheoretical Theory 3
2.2 Gambaran Umum Penggunaan Teori Perubahan Perilaku 4
2.3 Tahapan-Tahapan Transtheoritical Theory 5
2.4 Proses perubahan, Saldo Decision, Efikasi diri dalam Transtheoritical Theory 8
2.4.1 Proses Perubahan 9
2.4.2 Saldo Decisional 11
2.4.3 Efikasi Diri 12
2.5 Hubungan Antara Tahapan dan Proses Perubahan. 12
2.6 Penerapan Transtheoritical Theory 17
2.7 Asumsi Transtheoritical Theory 19
2.8 Batasan Model Transtheoritical Theory 20
2.9 Orientasi Transtheoritical Theory 22
BAB 3 24
3.1 Kesimpulan 24
3.2 Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Stages of change 3


Gambar 2. 2 Tahapan-Tahapan Transtheoritical Theory 5
Gambar 2. 3 Perilaku hidup sehat (sumber: http://rina-wahyuningsih-
fpsi13.web.unair.ac.id) 14
Gambar 2. 4 Transtheoritical Theory on Cigaratte Habit (sumber
https://www.verywellmind.com) 17
Gambar 2. 5 Transtheoritical Theory (sumber https://www.verywellmind.com) 19
Gambar 2. 6 Change Maker James Prochaska | Transtheoretical Model (sumber:
https://jprochaska.com) 22
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Tren dalam Teori dan Model Perilaku Kesehatan yang Paling Umum 4
Tabel 2. 2 Tahapan Perubahan Transtheoritical Theory 7
Tabel 2. 3 Proses perubahan, Saldo Decision, Efikasi diri dalam Transtheoritical
Theory 9
Tabel 2. 4 Hubungan Antara Tahapan dan Proses Perubahan. 12
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perilaku adalah unik dan individual. Setiap individu memiliki perilakunya
sendiri yang berbeda dengan individu lain, termasuk pada kembar identik sekalipun.
Perilaku tidak selalu mengikuti urutan tertentu sehingga terbentuknya perilaku positif
tidak selalu dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap positif. Namun, secara minimal
jika didasari pengetahuan yang cukup, perilaku positif yang terbentuk relatif lebih
lama. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku dengan kekhasan dan keunikannya
dipengaruhi banyak variabel. Dalam bidang perilaku kesehatan, terdapat beberapa
teori tentang faktor penentu (determinan) atau faktor yang memengaruhi
pembentukan perilaku yang sering digunakan sebagai acuan program-program
kesehatan masyarakat.

Salah satu teori yang digunakan untuk mengubah perilaku manusia terutama
dalam kesehatan adalah Transtheoritical Theory atau Model Tranteoritikal yang
menilai kesiapan indibvidu untuk bertindak pada perilaku sehat, dan menyediakan
strategi-strategi, atau proses-proses perubahan untuk membimbing individu melalui
tahapan perubahan tindakan dan pemeliharaan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diungkapkan diatas, maka
kami merumuskan masalah sebagai berikut

1.2.1 Apakah definisi Transtheoretical Theory?


1.2.2 Bagaimanakah gambaran umum penggunaan teori perubahan
perilaku?
1.2.3 Bagaimanakah tahapan-tahapan Transtheoretical Theory?
1.2.4 Bagaimanakah proses perubahan, saldo decision, efikasi diri
dalam Transtheoritical Theory?
1.2.5 Apakah hubungam antaratahapan dan proses dalam
Transtheoritical Theory?
1.2.6
2

1.2.7 Bagaiamanakah penerapan Transtheoritical Theory?


1.2.8 Apasajakah Asumsi Transtheoritical Theory?
1.2.9 Bagaimanakah batasan model pada Transtheoritical Theory?
1.2.10 Bagaimanakah orientasi penemuan Transtheoritical Theory?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan diatas, kami menyimpulkan


tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut

1.3.1 Untuk mengetahui definisi Transtheoretical Theory


1.3.2 Untuk mengetahui gambaran umum penggunaan teori
perubahan perilaku
1.3.3 Untuk mengetahui tahapan-tahapan Transtheoretical Theory
1.3.4 Untuk mengetahui proses perubahan, saldo decision, efikasi
diri dalam Transtheoritical Theory
1.3.5 Untuk mengetahui hubungam antaratahapan dan proses
dalam Transtheoritical Theory
1.3.6 Untuk mengetahui penerapan Transtheoritical Theory
1.3.7 Untuk mengetahui Asumsi Transtheoritical Theory
1.3.8 Untuk mengetahui batasan model pada Transtheoritical
Theory
1.3.9 Untuk mengetahui orientasi penemuan Transtheoritical
Theory

1.4 Manfaat Penulisan

Berdasarkan tujuan penulisan yang dipaparkan diatas, kami menyimpulkan


manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut
2

1.4.1 Sebagai referensi pembelajaran bagi pelajar mengenai teori


Transtheoritical Theory
1.4.2 Sebagai sumber atau bahan masukan bagi penulis lainnya
untuk menggali dan melakukan eksperimen tentang teori perubahan perilaku
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Transtheoretical Theory


Model Transtheoretical (TTM) “Model Transtheoretical adalah kerangka kerja
integratif untuk memahami bagaimana individu dan populasi berkembang menuju
adopsi dan mempertahankan perubahan perilaku kesehatan untuk kesehatan yang
optimal. Model Transtheoretical menggunakan tahapan-tahapan perubahan untuk
memadukan proses dan prinsip-prinsip perubahan dari berbagai teori intervensi
utama, karenanya dinamakan 'Transtheoretical' ”(Prochaska, Johnson, & Lee, 1998,
hlm. 59). Inti konstruksi TTM meliputi tahapan perubahan, proses perubahan, pro dan
kontra perubahan, dan self-efficacy.

Gambar 2. 1 Stages of change

Meskipun setiap konstruk TTM penting, model ini terkenal karena tahapan
perubahannya. (Lihat Gambar 4.8.) TTM menyarankan bahwa “orang bergerak dari
prekontemplasi, tidak berniat untuk berubah, ke perenungan, berniat untuk berubah
dalam waktu 6 bulan, ke persiapan, secara aktif merencanakan perubahan, untuk
bertindak, secara terang-terangan membuat perubahan, dan ke pemeliharaan,

11
5

mengambil langkah-langkah untuk mempertahankan perubahan dan menahan godaan


untuk kambuh ”(Pro chaska, Redding, Harlow, Rossi, & Velicer, 1994, hlm. 473).

TTM pertama kali digunakan dalam psikoterapi. Ini dikembangkan oleh


Prochaska (1979) setelah ia menyelesaikan analisis komparatif dari berbagai sistem
terapi dan banyak studi terapi. Sejak itu, perencana program telah menggunakan TTM
dengan beragam topik mulai dari penyalahgunaan alkohol hingga pengendalian berat
badan (Prochaska, Redding, & Evers, 2008; Spencer, Adams, Malone, Roy, & Yost,
2006).

2.2 Gambaran Umum Penggunaan Teori Perubahan Perilaku


Tren dalam Teori dan Model Perilaku Kesehatan yang Paling Umum

Theory/Model 1986–1988 1992–1994 1999–2000 2000–2005


(# of theories identified) (51) (66) (na) (55)
Health Belief Model ✓ ✓ ✓ ✓

Social Learning Theory

Social Cognitive Theory ✓ ✓ ✓ ✓


Theory of Reasoned
Action
Theory of Planned
✓ ✓ ✓ ✓
Behavior
The Transtheoretical
atau Model/ Stages of ✓ ✓ ✓
Change
Social Support and
✓ ✓ ✓
Social Networks
Community Organization ✓ ✓

Social Marketing ✓ ✓

Diffusion of Innovations ✓ ✓ ✓

Stress and Coping ✓ ✓ ✓


Patient-Provider
✓ ✓
Interaction
Ecological Models/Social Ecology ✓ ✓
Tabel 2. 1 Tren dalam Teori dan Model Perilaku Kesehatan yang Paling Umum

Catatan: Definisi sebagai "teori / model" oleh penulis artikel yang diterbitkan;
beberapa mencerminkan bidang studi yang diinformasikan oleh banyak teori.
5

Sumber: Berdasarkan ulasan yang dilakukan untuk, dan dijelaskan dalam,


pertama hingga edisi keempat buku ini (Glanz dkk., 1990; Glanz dkk, 1996; Glanz
dkk, 2002; dan edisi saat ini). Sampel bervariasi, tetapi metode untuk
mengidentifikasi "penggunaan teori" sebanding.

Model Transtheoretical (TTM), juga dikenal sebagai Stages of Change (SOC)


Model, yang awalnya tumbuh dari karya Prochaska, DiClemente, dan rekan-
rekannya, dikembangkan pada akhir 1970-an dan 1980-an dan jatuh tempo pada
1990-an.

2.3 Tahapan-Tahapan Transtheoritical Theory


Prochaska dan DiClemente (1984) mengembangkan model ini untuk
menggambarkan dan menjelaskan berbagai tahapan dalam perubahan perilaku. Model
ini didasarkan pada premis bahwa perubahan perilaku adalah suatu proses, bukan
peristiwa, dan bahwa individu memiliki tingkat motivasi atau kesiapan yang berbeda
untuk berubah.

Gambar 2. 2 Tahapan-Tahapan Transtheoritical Theory


5

Lima tahap perubahan secara umum yang ditunjukkan pada Gambar 5.3, telah
diidentifikasi:

• Precontemplation (Prekontemplasi): ini menggambarkan individu yang bahkan


tidak mempertimbangkan mengubah perilaku atau secara sadar berniat untuk
tidak berubah.

• Contemplation (Perenungan): tahap di mana seseorang mempertimbangkan untuk


melakukan perubahan pada perilaku tertentu.

• Determination (or preparation) (Penentuan (atau persiapan)): tahap di mana


seseorang membuat komitmen serius untuk berubah.

• Action (Tindakan): tahap di mana perubahan perilaku dimulai.

• Maintenance (Pemeliharaan): mempertahankan perubahan, dan pencapaian


perolehan kesehatan yang dapat diprediksi. Relaps juga bisa menjadi tahap ke
lima.

Kontruksi Keterangan

Tahapan perubahan

Tidak ada niat untuk mengambil tindakan dalam


Precontemplation 6 bulan ke depan

Berniat untuk mengambil tindakan dalam 6


Kontemplasi bulan ke depan

Berniat untuk mengambil tindakan dalam 30 hari


Persiapan ke depan dan telah diambil

beberapa langkah perilaku ke arah ini


5

Mengubah perilaku terbuka selama kurang dari 6


Tindakan bulan

Mengubah perilaku terbuka selama lebih dari 6


Pemeliharaan bulan

Tidak ada godaan untuk kambuh dan


Pengakhiran kepercayaan diri 100%

Tabel 2. 2 Tahapan Perubahan Transtheoritical Theory

Dari perspektif perencanaan program, model ini sangat berguna dalam


menunjukkan bagaimana berbagai proses perubahan dapat mempengaruhi bagaimana
kegiatan dipentaskan. Beberapa proses telah secara konsisten bermanfaat dalam
mendukung pergerakan antar tahap. Proses-proses ini kurang lebih dapat diterapkan
pada berbagai tahap perubahan. Sebagai contoh, peningkatan kesadaran mungkin
paling berguna di antara para pra-kontemplator yang mungkin tidak menyadari
ancaman terhadap kesehatan yang ditimbulkan oleh perilaku mereka, sedangkan
komunikasi tentang manfaat perubahan dan ilustrasi keberhasilan orang lain dalam
mengubah mungkin penting bagi mereka.

Dengan mencocokkan tahap-tahap perubahan perilaku dengan proses-proses


tertentu, model ini menetapkan bagaimana intervensi dapat diorganisir untuk populasi
yang berbeda, dengan kebutuhan yang berbeda dan dalam keadaan yang berbeda.
Tahap-tahap model perubahan menekankan perlunya meneliti karakteristik populasi
target, pentingnya tidak berasumsi bahwa semua orang berada pada tahap yang sama,
dan kebutuhan untuk mengatur intervensi secara berurutan untuk mengatasi berbagai
tahapan yang akan dihadapi.

Model ini telah diterapkan dalam berbagai pengaturan, dan untuk mengatasi
berbagai perilaku dan kondisi. Sebagai contoh, telah digunakan dalam program di
tempat kerja untuk mempromosikan aktivitas fisik dan manajemen stres yang teratur -
intervensi yang secara tradisional telah bertemu dengan keberhasilan yang terbatas.
5

Prochaska dan rekan (2008) menguji intervensi yang menggunakan tahapan model
perubahan untuk menyesuaikan intervensi dengan tingkat aktivitas dan motivasi
pekerja saat ini untuk berubah. Intervensi terdiri dari komunikasi transteoritis yang
dirancang (TTM), wawancara motivasi (MI), dan intervensi risiko kesehatan singkat
(HRI) dalam sampel tempat kerja sesuai dengan tahap perubahan yang berbeda.
Intervensi menghasilkan hasil jangka pendek yang menjanjikan dengan mendukung
banyak peserta untuk bergerak melalui berbagai tahap perubahan menuju aktivitas
yang lebih teratur dan manajemen risiko yang efektif.

2.4 Proses perubahan, Saldo Decision, Efikasi diri dalam Transtheoritical


Theory

Kontruksi Keterangan

Proses Perubahan
Menemukan dan mempelajari fakta-fakta baru,
Meningkatkan gagasan, dan tip yang mendukung perubahan
kesadaran
perilaku sehat

Mengalami emosi negatif (takut, cemas, khawatir)


Dramatic relief
itu sejalan dengan risiko perilaku yang tidak sehat

Menyadari bahwa perubahan perilaku adalah


Evaluasi diri
bagian penting identitas seseorang sebagai pribadi

Menyadari dampak negatif dari perilaku tidak sehat


evaluasi ulang atau dampak positif dari perilaku
Lingkungan
sehat seseorang lingkungan sosial dan / atau fisik
proksimal

Membebaskan
Membuat komitmen kuat untuk berubah
diri

Membantu Mencari dan menggunakan dukungan sosial untuk


hubungan perilaku sehat
5

Pengganti dari perilaku dan kognisi alternatif yang


Subtitusi
lebih sehat untuk perilaku tidak sehat

Meningkatkan imbalan untuk perubahan perilaku


Penguatan positif manajemen dan mengurangi imbalan dari
perilaku tidak sehat
Menghapus pengingat atau isyarat untuk terlibat
Kontrol dalam hal yang tidak sehat perilaku dan
rangsangan menambahkan isyarat atau pengingat untuk terlibat
dalam perilaku sehat

Pembebasan Menyadari bahwa norma-norma sosial berubah


Sosial dalam arah mendukung perubahan perilaku sehat

Decisional Balance
Kelebihan Manfaat berubah
Kontra Biaya berubah

Efikasi Diri
Keyakinan bahwa seseorang dapat terlibat dalam
Keyakinan
perilaku sehat di berbagai situasi yang menantang

Godaan untuk terlibat dalam perilaku yang tidak


Hambatan
sehat berbagai situasi yang menantang
Tabel 2. 3 Proses perubahan, Saldo Decision, Efikasi diri dalam Transtheoritical Theory

2.4.1 Proses Perubahan


Proses perubahan adalah kegiatan terselubung dan terbuka yang digunakan orang
untuk maju melalui tahapan. Proses perubahan memberikan panduan penting untuk
program intervensi, karena proses seperti variabel independen yang perlu diterapkan
orang untuk bergerak dari tahap ke tahap. Sepuluh proses telah menerima dukungan
paling empiris dalam penelitian hingga saat ini (lihat Tabel 5.1).

a) Peningkatan kesadaran melibatkan peningkatan kesadaran tentang penyebab,


konsekuensi, dan penyembuhan untuk masalah perilaku tertentu. Intervensi
5

yang dapat meningkatkan kesadaran termasuk umpan balik, konfrontasi,


interpretasi, biblioterapi, dan kampanye media.
b) Pertolongan dramatis pada awalnya menghasilkan peningkatan pengalaman
emosional, diikuti oleh berkurangnya pengaruh atau bantuan yang diantisipasi
jika tindakan yang tepat diambil. Bermain peran, berduka, kesaksian pribadi,
umpan balik risiko kesehatan, dan kampanye media adalah contoh teknik yang
dapat menggerakkan orang secara emosional.
c) Evaluasi diri menggabungkan penilaian kognitif dan afektif dari citra diri
seseorang dengan dan tanpa perilaku tidak sehat, seperti citra seseorang
sebagai kentang sofa dan orang yang aktif. Klarifikasi nilai, panutan yang
sehat, dan pencitraan adalah teknik yang dapat menggerakkan orang secara
evaluatif.
d) Evaluasi ulang lingkungan menggabungkan penilaian afektif dan kognitif
tentang bagaimana ada atau tidak adanya perilaku pribadi mempengaruhi
lingkungan sosial seseorang, seperti dampak dari merokok pada orang lain. Ini
juga dapat mencakup kesadaran bahwa seseorang dapat berfungsi sebagai
panutan positif atau negatif bagi orang lain. Pelatihan empati, film
dokumenter, testimoni, dan intervensi keluarga dapat menyebabkan penilaian
ulang tersebut.
e) Pembebasan diri adalah keyakinan bahwa seseorang dapat berubah dan
komitmen serta komitmen kembali untuk bertindak berdasarkan keyakinan itu.
Resolusi Tahun Baru, kesaksian publik, dan lebih dari satu pilihan dapat
meningkatkan apa yang disebut publik berkehendak.
f) Pembebasan sosial membutuhkan peningkatan peluang atau alternatif sosial,
terutama bagi orang-orang yang relatif kekurangan atau tertindas. Advokasi,
prosedur pemberdayaan, dan kebijakan yang tepat dapat menghasilkan
peningkatan peluang untuk promosi kesehatan minoritas, promosi kesehatan
gay, dan promosi kesehatan untuk orang-orang miskin. Prosedur yang sama ini
dapat digunakan untuk membantu semua orang berubah, seperti halnya dengan
5

zona bebas asap, salad bar di ruang makan siang sekolah, dan akses mudah ke
kondom dan alat kontrasepsi lainnya.
g) Counterconditioning membutuhkan pembelajaran perilaku sehat yang dapat
menggantikan perilaku bermasalah. Relaksasi, asersi, desensitisasi,
penggantian nikotin, dan pernyataan diri positif adalah strategi untuk pengganti
yang lebih aman.
h) Kontrol rangsangan menghilangkan isyarat untuk kebiasaan yang tidak sehat
dan menambahkan petunjuk untuk alternatif yang lebih sehat. Penghindaran,
rekayasa ulang lingkungan, dan kelompok swadaya dapat memberikan
rangsangan yang mendukung perubahan dan mengurangi risiko kambuh.
i) Manajemen kontingensi memberikan konsekuensi untuk mengambil langkah-
langkah ke arah tertentu. Meskipun manajemen kontingensi dapat mencakup
penggunaan hukuman, kami menemukan bahwa pengubah-diri mengandalkan
imbalan lebih dari pada hukuman. Penguatan ditekankan, karena filosofi model
panggung adalah bekerja selaras dengan cara orang berubah secara alami.
Kontrak darurat, penguatan terbuka dan rahasia, insentif, dan pengakuan
kelompok adalah prosedur untuk meningkatkan penguatan dan kemungkinan
respons yang lebih sehat akan diulang.
j) Membantu hubungan menggabungkan kepedulian, kepercayaan, keterbukaan,
dan penerimaan, serta dukungan untuk perubahan perilaku yang sehat.
Membangun hubungan baik, aliansi terapeutik, panggilan konselor, dan sistem
teman dapat menjadi sumber dukungan sosial.

2.4.2 Saldo Decisional


Keseimbangan keputusan mencerminkan kerabat relatif seorang individu
tentang pro dan kontra dari perubahan. Awalnya, TTM mengandalkan model
pengambilan keputusan Janis dan Mann (1977) yang mencakup empat kategori pro
(keuntungan instrumental untuk diri sendiri dan orang lain dan persetujuan dari diri
sendiri dan orang lain) dan empat kategori kontra (biaya instrumental untuk diri
5

sendiri dan orang lain dan ketidaksetujuan dari diri sendiri dan orang lain). Dari
banyak penelitian yang berusaha menghasilkan struktur delapan faktor ini, struktur
dua faktor yang jauh lebih sederhana selalu ditemukan — pro dan kontra perubahan.

2.4.3 Efikasi Diri


a) Self-efficacy
Kepercayaan khusus situasi yang orang dapat atasi dengan situasi berisiko
tinggi tanpa kambuh dengan perilaku mereka sebelumnya. Konstruk ini
diintegrasikan dari teori self-efficacy Bandura (1982).

b) Godaan/Hambatan
Godaan mencerminkan kebalikan dari self-efficacy — intensitas dorongan
untuk terlibat dalam perilaku tertentu ketika dalam situasi yang sulit.
Biasanya, tiga faktor mencerminkan jenis godaan yang paling umum:
pengaruh negatif atau tekanan emosional, situasi sosial positif, dan keinginan.

2.5 Hubungan Antara Tahapan dan Proses Perubahan.


Precontem- Prepara-
Conternplation Action Maintenance
plation tion

Consciousn
ess raising
 Dramatic
Proccessed relief

Enviroment
al re-
evaluation
Self re-
evaluation
Self-
Liberation
 Counterconditioning
 Helping relationships
 Reinforcement
5

 management
 Stimulus control
Tabel 2. 4 Hubungan Antara Tahapan dan Proses Perubahan.

Salah satu integrasi em-pirical yang paling awal adalah penemuan hubungan
sistematis antara tahapan orang dan proses yang mereka terapkan. Tabel 5.2
menyajikan integrasi empiris (Prochaska, DiClemente, dan Norcross, 1992). Integrasi
ini menunjukkan bahwa, pada tahap awal, orang menerapkan proses kognitif, afektif,
dan evaluatif untuk maju melalui tahapan. Pada tahap selanjutnya, orang lebih
mengandalkan komitmen, pengondisian, kontingensi, kontrol lingkungan, dan
dukungan untuk kemajuan menuju pemeliharaan atau pemutusan hubungan kerja.

Tabel 5.2 memiliki implikasi praktis yang penting. Untuk membantu orang
maju dari pra-kontemplasi ke kontemplasi, proses seperti peningkatan kesadaran dan
bantuan dra-matic harus diterapkan. Menerapkan proses seperti manajemen
kontingensi, counterconditioning, dan kontrol stimulus kepada orang-orang dalam
prekontemplasi akan merepresentasikan kesalahan teoritis, empiris, dan praktis.
Tetapi bagi orang yang sedang beraksi, strategi semacam itu akan mewakili
kecocokan yang optimal.

Seperti halnya dengan struktur proses, hubungan antara proses dan tahap
belum sama konsistennya dengan hubungan antara tahap dan pro dan kontra dari
perubahan. Meskipun bagian dari masalah mungkin disebabkan oleh kompleksitas
yang lebih besar dalam mengintegrasikan sepuluh proses di lima tahap, proses
perubahan membutuhkan pencarian ulang yang lebih mendasar dan mungkin lebih
spesifik untuk setiap perilaku masalah.

Studi Terapan. Di sejumlah besar, beragam studi terapan yang menggunakan


TTM, beberapa tren jelas. Aplikasi yang paling umum melibatkan komunikasi sistem
pakar TTM yang disesuaikan, yang mencocokkan pesan intervensi dengan kebutuhan
individu di seluruh konstruksi TTM. Sebagai contoh, orang-orang dalam
prekontemplasi dapat menerima umpan balik yang dirancang untuk meningkatkan pro
perubahan untuk membantu mereka maju ke kontemplasi. Di masa lalu, intervensi ini
5

biasanya dicetak di tempat (misalnya, di tempat kerja atau kantor dokter) atau dikirim
ke peserta di rumah. Dengan pertumbuhan Internet, program sistem pakar multimedia
(Redding dan lain-lain, 1999) dapat dihapus dengan cara ini, berpotensi menjangkau
lebih banyak orang daripada program yang diberikan di situs tetap.

TTM telah diterapkan di banyak pengaturan, termasuk perawatan primer


(Goldstein dkk., 1999; Hollis dkk, 2005), rumah (Curry dkk, 1995; Gold, Ander-son,
dan Serxner, 2000), gereja (Voorhees dan lainnya) , 1996), sekolah (Aveyard dan
lainnya, 1999), kampus (JM Prochaska dan lain-lain, 2004), komunitas (Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, 1999), dan tempat kerja (Prochaska dkk,
2008). Meskipun banyak dari aplikasi ini telah efektif, beberapa belum contoh,
Aveyard dan lainnya, 1999). Sebuah meta-analisis terbaru dari komunikasi cetak
khusus menemukan bahwa TTM adalah teori yang paling umum digunakan di
berbagai perilaku (Noar, Benac, dan Harris, 2007). TTM atau Stage of Change Mod-
els digunakan dalam tiga puluh lima dari lima puluh tiga studi. Ukuran efek yang
jauh lebih besar ditemukan ketika komunikasi yang dirancang mencakup masing-
masing konstruk TTM berikut: tahapan perubahan, pro dan kontra perubahan, efikasi
diri, dan proses perubahan (Noar, Benac, dan Harris, 2007). Sebaliknya, intervensi
yang termasuk konstruksi non-TTM dari kerentanan yang dirasakan memiliki hasil
yang jauh lebih buruk. Tai-loring pada konstruksi non-TTM seperti norma sosial dan
niat perilaku tidak menghasilkan ukuran efek yang jauh lebih besar (Noar, Benac, dan
Harris, 2007).
5

Gambar 2. 3 Perilaku hidup sehat (sumber: http://rina-wahyuningsih-fpsi13.web.unair.ac.id)

Meskipun masing-masing konstruksi TTM utama (tahap, pro dan kontra, self-
efficacy, dan proses) menghasilkan ukuran efek yang lebih besar ketika dimasukkan
dalam komunikasi yang disesuaikan, apa yang terjadi ketika hanya beberapa
konstruksi yang digunakan? Spencer dan rekan (2002) secara sistematis meninjau dua
puluh tiga intervensi yang menggunakan satu atau lebih variabel TTM untuk berhenti
merokok. Sebagian besar penelitian hanya menggunakan tahap perubahan; dari
jumlah tersebut, hanya sekitar 40 persen yang menghasilkan efek signifikan. Lima
tahap digunakan ditambah pro dan kontra atau self-efficacy; 60 persen menghasilkan
efek signifikan. Lima lainnya menggunakan semua variabel TTM; 80 persen
menemukan efek signifikan. Analisis ini menimbulkan pertanyaan penyebaran
penting tentang apa artinya bagi praktik dan penelitian terapan yang didorong oleh
teori. Sebagian besar penelitian adalah variabel-driven (misalnya, menggunakan
variabel "stage") daripada teori-driven. Penelitian di masa depan harus menentukan
apakah penelitian terapan paling efektif ketika teori penuh, seperti TTM, diterapkan
atau apakah ada sejumlah variabel teoritis yang dapat menghasilkan ukuran efek yang
sama, sementara menempatkan lebih sedikit tuntutan pada peserta dan praktisi .

Studi yang Menantang. Seperti halnya model apa pun, tidak semua penelitian
mendukung. Farkas dan rekan (1996) dan Abrams dan rekan (2000) membandingkan
variabel kecanduan dengan variabel TTM sebagai prediktor penghentian selama dua
belas hingga dua puluh empat bulan. Variabel iklan, seperti jumlah rokok yang
dihisap dan lamanya berhenti sebelumnya (misalnya, lebih dari 100 hari) melebihi
variabel TTM yang diprediksi, menunjukkan bahwa model kecanduan lebih disukai
daripada TTM. Tanggapan untuk studi komparatif ini termasuk kekhawatiran bahwa
Farkas dan rekan (1996) membandingkan empat belas jenis kecanduan vari-ables
hanya variabel satu tahap dari TTM (Prochaska dan Velicer, 1996; Pro-chaska, 2006).
Studi Abrams dkk (2000) memasukkan efikasi diri dan tangga kontemplasi — ukuran
alternatif kesiapan atau tahap, sebagai bagian dari model kecanduan mereka, tetapi ini
5

adalah bagian dari TTM. Juga, dari perspektif intervensi, jumlah varians yang
diperhitungkan oleh variabel prediktor kurang penting daripada jumlah varians yang
dapat dikontrol atau diubah. Meskipun lamanya berhenti sebelumnya (misalnya, 100
hari) mungkin lebih prediktif daripada panggung, sedikit yang dapat dilakukan untuk
mengubah variabel historis ini, sedangkan variabel dinamis seperti panggung dapat
menerima intervensi.

Dalam yang pertama dari serangkaian studi, Herzog dan rekan (1999)
menemukan bahwa enam proses perubahan bukanlah prediktor yang memadai dari
kemajuan tahap selama periode dua belas bulan. Dalam laporan kedua, proses
memperkirakan kemajuan tahap tetapi hanya ketika tangga kontemplasi digunakan
(Herzog dkk., 2000). Dalam laporan ketiga, Ukuran TTM memprediksi hasil dua
belas bulan, tetapi self-efficacy dan tangga contem tidak dihitung sebagai variabel
TTM (Abrams, Herzog, Emmons, dan Linnan, 2000). Penelitian lain telah
menemukan bahwa proses perubahan dan variabel TTM lainnya memprediksi
kemajuan tahap (misalnya, Prochaska dan lainnya, 1985; Prochaska dan lain-lain,
1991; Prochaska, Velicer, Prochaska, dan Johnson, 2004; Prochaska dan lain-lain,
2008 ; DiClemente dan lainnya, 199l; Dijkstra, Conijm, dan De Vries, 2006; John-son
dan lainnya, 2000; Sun, Prochaska, Velicer, dan Laforge, 2007; Velicer, Redding,
Sun, dan Prochaska, 2007). Johnson dan rekan (2000) menjelaskan beberapa ketidak-
konsistenan dalam penelitian sebelumnya dengan menunjukkan prediksi yang lebih
baik selama enam bulan versus dua belas bulan, dan prediksi yang lebih baik
menggunakan semua sepuluh proses perubahan daripada hanya sebagian.

Satu tanggapan produktif terhadap studi-studi yang kritis terhadap TTM


adalah dengan melakukan pencarian ulang lebih lanjut. Menanggapi kritik bahwa
tingkat kecanduan adalah prediktor yang lebih baik dari hasil jangka panjang daripada
tahap perubahan, serangkaian penelitian dilakukan untuk menentukan jenis efek yang
memprediksi hasil jangka panjang di berbagai perilaku. Sampai saat ini, empat efek
tersebut telah ditemukan (Prochaska, 2008). Yang pertama adalah efek keparahan, di
mana individu dengan risiko perilaku yang kurang parah pada awal lebih mungkin
5

untuk maju ke tindakan atau pemeliharaan pada tindak lanjut dua puluh empat bulan
untuk merokok, diet, dan paparan sinar matahari. Efek ini termasuk tingkat
kecanduan yang disukai Farkas dan rekan (1996) dan Abrams dan rekan (2000). Yang
kedua adalah efek tahap di mana peserta dalam persiapan pada awal memiliki hasil
dua puluh empat bulan lebih baik untuk merokok, diet, dan paparan sinar matahari
dari mereka yang kontemplasi, yang melakukan lebih baik daripada mereka yang
dalam prekontemplasi. Efek panggung ini adalah apa yang dikritik Farkas dan rekan
(1996) dan Abrams dan rekan (2000). Yang ketiga adalah efek pengobatan di mana
peserta dalam pengobatan melakukan lebih baik pada dua puluh empat bulan daripada
yang secara acak ditugaskan untuk mengendalikan kelompok untuk merokok, diet,
dan paparan sinar matahari. Yang keempat adalah efek upaya, di mana peserta dalam
kelompok perlakuan dan kontrol yang berkembang menjadi tindakan dan
pemeliharaan pada dua puluh empat bulan melakukan upaya yang lebih baik dengan
variabel TTM seperti pro dan kontra, efikasi diri, dan proses pada awal. Tidak ada
efek demografis yang konsisten di ketiga perilaku, menunjukkan bahwa tidak ada
kelompok demografis tunggal yang lebih baik di berbagai perilaku ini. Apa yang
dihasilkan oleh hasil ini adalah bahwa salah satu atau pemikiran (seperti tingkat
keparahan atau tahap) tidak membantu seperti pendekatan yang lebih inklusif yang
berusaha mengidentifikasi efek yang paling penting, apakah mereka didasarkan pada
TTM atau pada kecanduan atau keparahan. model.

2.6 Penerapan Transtheoritical Theory


5

Gambar 2. 4 Transtheoritical Theory on Cigaratte Habit (sumber https://www.verywellmind.com)

Berikut adalah konstruksi tahapan TTM yang diterapkan pada penghentian merokok.
 Pada tahap prekontemplasi, perokok tidak serius berpikir untuk berhenti
merokok dalam enam bulan ke depan. “Interval hasil dapat bervariasi,
tergantung pada perilaku. Orang mungkin berada dalam tahap ini karena
mereka tidak mendapat informasi atau kurang informasi tentang konsekuensi
perilaku mereka. Atau mereka mungkin telah mencoba untuk mengubah
beberapa kali dan menjadi terdemoralisasi tentang kemampuan mereka untuk
berubah ”(Prochaska et al., 2008, p. 100).
 Pada tahap kontemplasi, perokok tahu bahwa merokok itu buruk bagi mereka
dan mempertimbangkan berhenti merokok. Mereka “berniat untuk mengambil
tindakan dalam enam bulan ke depan” (Prochaska, 2005, hlm. 111). Pada
tahap persiapan, perokok telah menggabungkan niat dan menjadi kriteria
havioral. “Biasanya, mereka telah mengambil beberapa langkah signifikan
terhadap perilaku dalam satu tahun terakhir. Mereka memiliki rencana
tindakan, seperti bergabung dengan kelas pendidikan kesehatan, berkonsultasi
dengan konselor, berbicara dengan dokter mereka, membeli buku self-help,
atau mengandalkan pendekatan perubahan diri "(Prochaska et al., 2008, hlm.
100).
 Pada tahap aksi, perokok telah terang-terangan membuat perubahan dalam
perilaku, pengalaman, atau lingkungan mereka untuk berhenti merokok dalam
enam bulan terakhir. "Tidak semua modifikasi perilaku dihitung sebagai
tindakan dalam model ini" (Prochaska et al., 2008, hal. 100). Untuk
dipertimbangkan dalam tahap ini, orang perlu memenuhi tingkat perilaku
yang disetujui oleh para ilmuwan dan profesional sudah cukup untuk
mengurangi risiko penyakit. Dalam contoh kami, mengurangi jumlah rokok
yang dihisap per hari tidak memenuhi tingkat tindakan yang diperlukan;
hanya total pantang yang memenuhi syarat (Prochaska et al., 2008). Ketika
perokok melakukan perubahan ini, mereka bergerak menuju tahap
selanjutnya, pemeliharaan.
5

 Fokus dari tahap pemeliharaan adalah untuk mencegah kekambuhan. Jadi,


orang yang sudah berhenti merokok bekerja untuk tidak merokok lagi. Orang-
orang di tahap ini telah mengubah perilaku masalah mereka selama setidaknya
enam bulan dan semakin lebih percaya diri bahwa mereka dapat melanjutkan
perubahan mereka (Prochaska et al., 1998; Redding, Rossi, Rossi, Velicer, &
Pro chaska, 1999). Dengan kata lain, perubahan mereka lebih merupakan
kebiasaan, dan peluang mereka untuk kambuh lebih rendah, tetapi perilaku
baru mereka masih membutuhkan perhatian (Redding et al., 1999).
 Tahap terakhir adalah pemutusan hubungan kerja. Tahap ini didefinisikan
sebagai waktu ketika individu yang melakukan perubahan sekarang tidak
memiliki godaan untuk kembali ke perilaku lama mereka. Mereka memiliki
100 persen self-efficacy (pemeliharaan seumur hidup). Dalam contoh kita,
perokok menjadi bukan perokok. Tidak peduli apa suasana hati mereka,
mereka tidak akan kembali ke perilaku lama mereka (Prochaska et al., 2008).
Ini adalah tahap yang sedikit orang capai dengan perilaku tertentu (mis.,
Kecanduan alkohol).

2.7 Asumsi Transtheoritical Theory


5

Gambar 2. 5 Transtheoritical Theory (sumber https://www.verywellmind.com)

TTM berkonsentrasi pada lima tahap perubahan, sepuluh proses perubahan,


pro dan kontra perubahan, self-efficacy, dan godaan. Hal ini juga didasarkan pada
asumsi kritis tentang sifat perubahan perilaku dan intervensi yang dapat memfasilitasi
perubahan tersebut. Rangkaian asumsi berikut mendorong teori, penelitian, dan
praktik yang terkait dengan TTM:

a) Tidak ada satu teori pun yang dapat menjelaskan semua kompleksitas
perubahan perilaku. Model yang lebih komprehensif kemungkinan besar
akan muncul dari integrasi antar teori utama.
b) Perubahan perilaku adalah proses yang terungkap dari waktu ke waktu
melalui serangkaian tahapan.
c) Tahapan stabil dan terbuka untuk berubah, sama seperti faktor risiko
perilaku kronis stabil dan terbuka untuk berubah.
d) Mayoritas populasi berisiko tidak siap untuk bertindak dan tidak akan
dilayani secara efektif oleh program perubahan perilaku berorientasi aksi
tradisional.
5

e) Proses dan prinsip perubahan spesifik harus ditekankan pada tahap


tertentu untuk memaksimalkan kemanjuran.

2.8 Batasan Model Transtheoritical Theory


Meskipun TTM telah diterapkan di setidaknya empat puluh delapan perilaku
dan populasi dari banyak negara, model ini masih memiliki keterbatasan. Area
masalah yang menghasilkan kekecewaan terbesar adalah pencegahan utama
penyalahgunaan zat pada anak-anak. Sampai saat ini, uji coba populasi berdasarkan
TTM belum menghasilkan efek pencegahan yang signifikan (lihat, misalnya, Aveyard
dan lainnya, 1999; Hollis dkk., 2005). Sayangnya, sedikit yang dapat disimpulkan
dari hasil yang tidak signifikan. Sebagai contoh, Peterson dan rekan (2000) juga
melaporkan bahwa enam belas dari tujuh belas percobaan tersebut gagal dan
menyarankan bahwa bidang tersebut harus bergerak melampaui model pengaruh
sosial. Percobaan pencegahan telah terbukti menantang lintas teori.

Bagian dari tantangan dari perspektif TTM adalah bahwa hampir semua anak
muda yang belum menggunakan zat-zat seperti tembakau, alkohol, atau obat-obatan
lain berada pada tahap prakempro-templasi untuk memperoleh penggunaan tersebut.
Salah satu pendekatan yang menjanjikan adalah mengidentifikasi subkelompok
berdasarkan pro, kontra, dan godaan untuk mencoba menggunakan. Mereka yang
memiliki profil pro rendah untuk menggunakan, kontra tinggi, dan godaan rendah
jelas yang paling dilindungi. Profil ini menunjukkan efek upaya terbaik pada awal
dan akuisisi paling sedikit pada dua belas, dua puluh empat, dan tiga puluh enam
bulan (Velicer, Redding, Sun, dan Prochaska, 2007). Uji coba pertama yang
menerapkan profil tersebut tidak menghasilkan efek yang signifikan, tetapi uji coba
baru dapat belajar dari pengalaman tersebut dan menerapkan intervensi yang lebih
kreatif dan efektif. Masih harus dilihat apakah program pencegahan yang dirancang
khusus oleh TTM dapat dikembangkan yang dibangun berdasarkan wawasan teoritis
dan empiris.
5

Dapat diasumsikan bahwa TTM tidak berlaku dengan baik untuk anak-anak
dan remaja. Ada pertanyaan mendasar tentang usia di mana perubahan perilaku yang
disengaja dimulai. Tetapi studi terapan dalam pencegahan intimidasi di sekolah dasar,
menengah, dan sekolah menengah semuanya menghasilkan hasil yang mengesankan
(Prochaska dkk., 2007). Demikian pula, intervensi awal dengan perokok remaja
menggunakan perawatan yang disesuaikan dengan TTM menghasilkan tingkat
pantang signifikan pada dua puluh empat bulan yang hampir identik dengan tingkat
yang ditemukan pada perokok dewasa yang dirawat (Hollis dkk., 2005). Ini juga
berlaku untuk intervensi yang disesuaikan dengan TTM yang menargetkan perilaku
perlindungan terhadap sinar matahari pada remaja (Nor-man dkk., 2007). Satu
masalah adalah bahwa ada lebih banyak penelitian yang menerapkan TTM untuk
mengurangi risiko daripada mencegah risiko.

Mengingat penerapan global TTM, penting untuk menentukan di mana


budaya TTM dapat diterapkan secara efektif dan di mana budaya itu mungkin
memerlukan adaptasi besar. Dalam penelitian meta-analisis dasar tentang hubungan
antara tahapan dan pro dan kontra dari perubahan di sepuluh negara, tidak ada efek
yang signifikan oleh co-try (Hall dan Rossi, 2008). Tapi ini hanya di sepuluh dari
banyak negara di dunia.

2.9 Orientasi Transtheoritical Theory


Meskipun hasil penelitian sampai saat ini cukup menggembirakan, masih
banyak yang harus dilakukan untuk memajukan TTM. Penelitian dasar harus
dilakukan dengan variabel teoretis lainnya, seperti proses resistensi, pembingkaian,
dan keparahan masalah, untuk menentukan apakah variabel-variabel tersebut
berhubungan secara sistematis dengan tahapan-tahapan dan memprediksi kemajuan
lintas tahapan-tahapan tertentu. Lebih penelitian diperlukan pada struktur atau
integrasi proses dan tahapan perubahan di berbagai perilaku, seperti perilaku akuisisi,
seperti olahraga, dan perilaku kepunahan, seperti berhenti merokok (Rosen, 2000).
Penting untuk memeriksa modifikasi apa yang diperlukan untuk jenis perilaku
tertentu, seperti proses yang lebih sedikit mungkin untuk perilaku yang jarang terjadi,
5

seperti skrining mamografi, atau perilaku yang mungkin lebih jarang kambuh, seperti
penggunaan tabir surya.

Karena komunikasi khusus merupakan intervensi yang paling menjanjikan untuk


menerapkan TTM ke seluruh populasi, diperlukan lebih banyak penelitian untuk

membandingkan efektivitas, efektivitas biaya, dan dampak teknologi alternatif.


Internet unggul untuk memberikan interaksi individual dengan biaya rendah, tetapi
tidak dapat menghasilkan tingkat partisipasi yang tinggi yang dihasilkan oleh
penjangkauan orang-ke-orang melalui telepon atau praktisi perawatan primer
(Prochaska dan lainnya, 2008; Prochaska, Velicer, Prochaska, dan Johnson, 2004;
Prochaska dan lainnya, 2005).

Meskipun penerapan intervensi yang disesuaikan dengan TTM dengan


populasi yang beragam telah menjanjikan, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan
dengan membandingkan modalitas alternatif untuk mencapai dan membantu populasi
ini. Mungkin menu modalitas intervensi alternatif (seperti telepon, Internet,
pemimpin lingkungan atau gereja, orang-ke-orang, atau program komunitas) dapat
5

memberdayakan populasi yang beragam untuk menyesuaikan program peningkatan


kesehatan dengan kebutuhan khusus mereka.

Mengubah banyak perilaku merupakan tantangan khusus, seperti tuntutan


yang diberikan pada peserta dan penyedia. Strategi alternatif perlu dicoba di luar
urutan (satu per satu) dan simultan (masing-masing diperlakukan secara intens pada
saat yang sama). Pendekatan integratif sangat menjanjikan. Dengan pencegahan
penindasan, banyak perilaku (misalnya, memukul, mencuri, mengucilkan, berarti
bergosip dan memberi label, barang-barang pribadi yang menua bendungan) dan
berbagai peran (penindas, korban, dan pengamat pasif) memerlukan perawatan.. Jika
perubahan perilaku didorong oleh konstruk (misalnya, berdasarkan tahapan atau self-
efficacy), peningkatan yang signifikan dan penting di seluruh peran dan perilaku
ditemukan untuk siswa sekolah dasar, menengah, dan menengah (Prochaska dkk.,
2007). Seperti halnya teori apa pun, aplikasi efektif mungkin dibatasi lebih oleh
kreativitas dan sumber daya kami untuk pengujian daripada oleh kemampuan teori
untuk mendorong penelitian yang signifikan dan intervensi yang efektif. Model
Transtheoretical adalah teori perubahan yang dinamis, dan itu harus tetap terbuka
untuk modifikasi dan peningkatan karena lebih banyak siswa, ilmuwan, dan praktisi
menerapkan paradigma.
5
BAB 3
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Model Transtheoretical (TTM) “Model Transtheoretical adalah kerangka kerja
integratif untuk memahami bagaimana individu dan populasi berkembang menuju
adopsi dan mempertahankan perubahan perilaku kesehatan untuk kesehatan yang
optimal. Model Transtheoretical menggunakan tahapan-tahapan perubahan untuk
memadukan proses dan prinsip-prinsip perubahan dari berbagai teori intervensi
utama, karenanya dinamakan 'Transtheoretical' ”(Prochaska, Johnson, & Lee, 1998,
hlm. 59). Inti konstruksi TTM meliputi tahapan perubahan, proses perubahan, pro dan
kontra perubahan, dan self-efficacy.

Meskipun hasil penelitian sampai saat ini cukup menggembirakan, masih


banyak yang harus dilakukan untuk memajukan TTM. Penelitian dasar harus
dilakukan dengan variabel teoretis lainnya, seperti proses resistensi, pembingkaian,
dan keparahan masalah, untuk menentukan apakah variabel-variabel tersebut
berhubungan secara sistematis dengan tahapan-tahapan dan memprediksi kemajuan
lintas tahapan-tahapan tertentu. Lebih penelitian diperlukan pada struktur atau
integrasi proses dan tahapan perubahan di berbagai perilaku, seperti perilaku akuisisi,
seperti olahraga, dan perilaku kepunahan, seperti berhenti merokok (Rosen, 2000).

3.2 Saran
Perubahan perilaku merupakan langkah awal seseorang menjadikannya
sebagai pribadi yang sadar dan paham terhadap kebaikan diri. dengan adanya teori
yang mendukung serta penerapannya, maka seorang individu bisa dengan mudah
memahami tata cara perubahan perilaku terutama berorientasi kepada kesehatan. jika
tercapai, maka masyarakat lainnya dapat melaksanakan hal yang sama karena adanya
semangat menuju perubahan yang baik

34
DAFTAR PUSTAKA

Gland, Karen., dkk. 2008. Health Behavior And Health Education Theory, Research,
And Practice. San Francisco: Jossey-Bass.

Cottrell, Randa R., dkk. 2009. Principles & Foundations of Health Promotion and
Education: Fifth Edition. San Francisco: Benjamin Cummings.

Cragg, Liza., Maggie Davies, and Wendy Macdowall. 2013. Health Promotion
Theory: Second edition. New York: Open University Press.

Kholid, Ahmad. 2012. Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori Perilaku,


Media, dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Press.

35

Anda mungkin juga menyukai