Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MODEL TRANSTEORITIK

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 2

1. SELMA MAYSAROH ( 303STYC22 )


2. IRDA OKTAVIANI ( 278STYC22 )
3. ANITA AMELIA ( 252STYC22 )
4. BQ FANIRA GINA R ( 260STYC22 )
5. LUTHFIANA FITRATUNNISA ( 281STYC22 )
6. WIDYA PRATAMI ( 307STYC22 )
7. NIA AULIA FITRIA A ( 289STYC22 )
8. NUR LAELI ( 291STYC22 )
9. ROZI HAMZAN HADI ( 300STYC22 )
10. RIZKY AMALIA ( 297STYC22 )

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

TAHUN AJARAN 2022/2023

KATA PENGANTAR

1
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-nya serta berbagai upaya,tugas makalah mata kuliah PROMOSI KESEHATAN
yang membahas tentang MODEL TRANSTEORITIK dapat diselesaikan dengan baik.

Dalam membuat makalah ini, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna karena masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika
dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat bagi penulis dan pembaca, Aamiin.

Mataram, 25 April 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ 1

KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................ 3

BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 4


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 5

BAB II : PEMBAHASAN ................................................................................... 6

2.1 Definisi ........................................................................................................... 6

2.2 Komponen Transeoritik Model ........................................................................ 7

2.3 Penerapan Transeoritik Model ......................................................................... 12

2.4 Proses Perubahan Yang di Untuk Bergerak Melalui Tahap Perubahan .............. 13

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Transeoritik ............................................... 14

BAB III : PENUTUP ........................................................................................... 16

3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 16

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transtheoretical Model (TTM) adalah salah satu teori tentang perubahan perilaku
yang telah dikembangkan oleh W. FProchaska dan Carlo Diclemente yang merupakan
seorang psikoterapis. Model ini merupakan perkembangan dari integrasi sistematik
psikoterapi lebih dari 300 teori, bersamaan dengan artalisa dari teori perubahan perilaku
(Lenio, 2006). Transtheoretical Model mulai dibentuk pada awal 1980-an dengan konsep
awal yang mereka sebut dengan SCM (Stage Of Change Model) digunakan untuk
memahami perilakuKonsep ini kemudian diberi nama Transtheoretical Model yang
merupakan gabungan dari konsep yang dikembangan oleh Velicer, Fava, Norman, dan
Redding (1996). Pada tahun tersebut diadakan sebuah penelitian tentang bagaimana para
perokok berhasil menghentikan adiksinya pada rokok. Beberapa orang harus mencari
pengobatan dan sebagian lagi dapat berhenti dengan sendiri. Peneliti pun ingin
memahami bagaimana bisa sebagian orang ini menghentikan adiksinya pada rokok
dengan mandiri. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa orang berhenti merokok
ketika mereka siap. Dari sinilah lahir Transtheoretical Model (TTM).
Model transteoritik lebih menekankan pada bagaimana model ini dapat digunakan
untuk mengubah perilaku atau kebiasaan merokok. Di dalam model transteoritik terdapat
beberapa pokok hal yang berkaitan dengan perubahan perilaku adiktif ataupun non-adiktif
dalam konteks kesehatan (Prochaska, et.al, 1994)Teori ini fokus pada pengaruh sosial dan
biologis. Konstruk utama dari model ini adalah proses perubahan, hasil perimbangan
keputusan dan juga skala rangsangan dimana model ini melibatkan pengambilan
keputusan, emosi, dan kepercayaan diri. Transtheoretical Model (TTM) memiliki poin-
poin yang dikhususkan untuk memfasilitasi dan mengakselerasi perubahan perilaku yang
berkaitan dengan kesehatan, baik perilaku adiktif maupun perilaku non adiktif
(Prochaska, 1994; Odgen, 2008).
1.2 Rumusan Masalah
1. apa itu model transeoritik?
2. apa saja komponen-komponen transeoritik?
3. apa itu belance?
4. bagaimana penerapan model transeoritik?
5. apa saja kekurangan dan kelebihan dari model transeoritik?

4
6. Bagaimana proses matched to stage?

1.3 Tujuan
1. mengetahui tentang model transeoritik.
2. mengetahui apa saja komponen-komponen yang ada pada model transeoritik.
3. menambah pengetahuan tentang balance.
4. mengetahui tentang penerapan model transeoritik dalam kehidupan
5. mengetahui kekurangan dan kelebihan dari model transeoritik.

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Transtheoretical Model (TTM) merupakan konsep yang diperkenalkan oleh W. F.


Prochaska dan Carlo Diclemente yang merupakan seorang psikoterapis. Model ini
merupakan perkembangan dari integrasi sistematik psikoterapi lebih dari 300 teori,
bersamaan dengan analisa dari teori perubahan perilaku (Prochaska & Velicer, 1997;
Lenio, 2006). Konsep ini dikenal sebagai transtheoretical karena menyatukan beberapa
perlakuan yang berbeda di dalam memahami perubahan yang dialami seseorang dalam
membawa dan mempertahankan perubahan perilaku (Crossley, 2000).

Transtheoretical Model (TTM) didefinisikan sebagai suatu teori yang


diimplementasikan dalam menilai kesiapan individu untuk melakukan perilaku yang lebih
sehat. Selain itu, model ini juga menjadi basis strategi dalam mengembangkan intervensi
yang efektif mengenai proses perubahan perilaku kesehatan yang berguna sebagai
panduan bagi individu di dalam menjaga kesehatan. Dari definisi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa konsep transtheoretical model adalah tentang cara seseorang
melakukan perubahan perilaku secara bertahap dari perilaku yang menjadi masalah
menjadi bentuk perilaku yang lebih po sitif (Odgen, 2008).

Transtheoretical model (TTM) berfokus pada pengaruh sosial dan biologis. Hal yang
menjadi kajian utama dalam teori ini adalah perubahan, hasil pertimbangan keputusan.
dan skala rangsangan yang melibatkan pengambilan keputusan, emosional, dan
kepercayaan diri. Teori ini menjadi model dinamis yang menghubungkan tujuan
kesehatan dengan tahapan yang dilalui dalam upaya merubah perilaku jangka
panjangTeori ini memiliki tujuan khusus sebagai sarana dalam memfasilitasi dan
mengakselerasi perubahan perilaku yang berkaitan dengan kesehatan, baik yang bersifat
adiktif maupun non adiktif (Prochaska, 1994: Odgen, 2008).

6
2.2 Komponen Transheoritical Model

Dalam Transtheoretical Model terdiri dari beberapa komponen diantaranya, the stages
of change, processes of change, and decisional balance (Patten, Vollman, & Thurston,
2000; Prochaska & Velicer, 1997; Velicer et al., 1998; Scholl, 2002).

1. The stages of change (Tahapan perubahan)

Aspek yang membuat Transtheoretical Model unik adalah adanya gagasan yang
mengungkapkan bahwa perubahan itu terjadi dari waktu ke waktu, aspek umumnya
diabaikankan oleh teori perubahan lainnya (Prochaska & Velicer, 1997). Teori ini
mengusulkan bahwa seseorang dapat berkembang melalui lima tahap perubahan
dimana tiga tahap awal merupakan pre-action dan kedua selanjutnya merupakan post-
action (Conner & Norman, 2005).

a. Pre-contemplation

Pada tahanan ini individu tidak memiliki niat atan kemauan untuk mengambil
tindakan di masa depan, biasanya diukur dengan jangka waktu enam bulan kedepan
(Prochasca & Velicer, 1997). Individu pada tahapan ini mungkin tidak menyadari atau
bahkan tidak mengetahui konsekuensi dari perilaku mereka (Prochasca, 1992). Prochasca
dan kawan-kawan menyarankan bahwa sifat utama dari seseorang dalam tahapan ini
adalah mereka yang menunjukkan perlawanan terhadap mengenali atau memodifikasi
perilaku yang bermasalah.

b. Contemplation

Dalam tahapan ini individu cenderung merenung dan berniat untuk berubah dalam
enam bulan kedepan (Prochasca & Velicer, 1997). Orang-orang yang berada ditahapan ini
biasanya mempertimbangkan pro dan kontra dari perubahan apa yang akan mereka
lakukan yang mana dalam es memikirkan pro dan kontra individu memerlukan waktu yang
sangat lama. Selama tahapan ini seseorang masih melakukan perilaku awal tetapi ia juga
menyadari bahwasanya perilaku tersebut menimbulkan permasalahan (Patter, 2000).

c. preparation

Selanjutnya dari tahapan ini, individu mulai mempersiapkan dan merencanakan


sebuah perubahan perilaku pada waktu berikutnya (Prochasca & Velicer, 1997)Seseorang
dalam tahapan ini sering kali gagal mengambil tindakan untuk mengubah perilaku dalam

7
setahun terakhir, tetapi masih terlibat dalam tindakan yang berisiko tinggi. Seseorang
dalam tahapan ini juga mungkin tidak tahu bagaimana melanjutkan untuk membuat
perubahan dan gugup dengan kemampuannya yang berubah-ubah. Sebuah rencana
tindakan dibuat untuk pengurangan bahkan penghapusan yang signifikan dari perilaku
yang menimbulkan masalahIndividu akan berlanjut poft panya ketika memilih rencana
tindakan yang mereka rasa berhasil dan mereka merasa yakin bahwa mereka dapat
menindaklanjuti tindakan tersebut (Scholl2002).

d. Action

Dalam tahapan ini individu telah melakukan upaya untuk mengubah pelaku,
pengalaman, atau lingkungan mereka dalam enam bulan terakhir untuk mengatasi masalah
merekaPada tahap ini membutuhkan komitmen waktu dan tenaga yang sangat signifikan
dan pada tahap ini individu mendapatkan banyak pengakuan dari orang lain mengenai
upaya mereka. Cara utama seseorang mengenali bahwa individu sedang pada tahap action
adalah melalui progress mereka. Dan mereka akan mendapatkan dukungan positif.
feedback positif. (Scholl, 2002).

e. Maintenance

Pada tahapan ini seseorang berupaya dan mencegah agar tidak kambuh dan lebih
percaya diri bahwa mereka bisa menjaga perilaku yang baru agar hidup lebih sehat
kembali. Apabila perilaku individu tersebut kambuh, maka indidu tersebut akan kembali
ke tahap awal yaitu pre-contemplation2. Processes of change

2. Processes of change

Tahapan perubahan menggambarkan aspek temporal mengenai kapan perubahan


sikap, niat dan perilaku terjadi. Proses perubahan adalah aspek atau komponen kedua
dari Transtheoretical Metode van menjelaskan bagaimana perubahan perilaku ini terjadi
(Rodgers, Courneya, & Bay a, 2001). Proses perubahan terdiri dari sepuluh proses,
dimana lima proses awal digunakan sebagai tahap awal dan dicirikan sebagai
pengalaman dan lima proses akhir sebagai proses perilaku.

a. Consciousness Raising

Peningkatan kesadaran adalah proses dimana individu perlu meningkatkan


kesadarannya terhadap konsekuensi negatif. penyebab dan penyembuhan dari masalah

8
perilaku Kesadaran dapat ditingkatkan melalui umpan balik dari orang lain, pendidikan,
interpretasi, dan kampanye media (Prochaska & Velicer. 1997).

b. Dramatis Relief

Proses individu perlu mengalami dan mengungkapkan emosinya yang berkaitan


dengan perilaku yang bermasalah. Meningkatkan kesadaran melalui pengalaman
emosional sehingga individu tergugah untuk melakukan perubahan, seperti role playing
(Prochaska & Velicer, 1997).

c. Self Reevaluation

Self-Reevaluation adalah penilaian kognitif dan afektif dari citra diri individu dengan
dan tanpa masalah perilaku (Prochaska et al.. 1992: Prochaska & Velicer. 1997; Velicer et
al., 1998). Ini berarti bahwa orang menilai cara mereka merasa dan berpikir tentang
masalah perilaku dan mungkin menyadari rasa bersalah mereka terhadap perilaku (Patten
et al., 2000). Patten dkk. (2000) menunjukkan bahwa evaluasi ulang diri paling penting
ketika orang tersebut bergerak dari tahap kontemplasi ke tahap persiapan. Klarifikasi nilai,
panutan yang sehat. pengalaman emosional korektif, dan citra adalah salah satu cara untuk
meningkatkan peluang evaluasi ulang diri (Prochaska et al., 1992; Prochaska & Velicer,
1997; Velicer et al., 1998).

d. Environment and reevaluation

Evaluasi Ulang Lingkungan adalah penilaian individu tentang bagaimana ada atau
tidak adanya perilaku bermasalah mereka mempengaruhi lingkungan sosialnya (Patten et
al., 2000; Prochaska et al., 1992; Prochask & Velicer, 1997; Velicer et al., 1998).
Prochaska dan Velicer (1997) menyarankan wa evaluasi ulang lingkungan dapat
mencakup kesadaran tentang bagaimana individu berfungsi sebagai panutan positif atau
negatif bagi orang lain. Strategi untuk membantu terjadinya reevaluasi lingkungan antara
lain pelatihan empati, dokumenter, dan intervensi keluarga (Prochaska et al., 1992;
Prochaska & Velicer, 1997; Valicer et al.,1998).

e. Pembebasan diri

Pembebasan diri adalah keyakinan dalam diri individu bahwa dia dapat berubah dan
komitmen untuk mengambil tindakan terhadap keyakinan itu (Patten et al., 2000;
Prochaska et al., 1992; Prochaska & Velicer, 1997; Velicer et al., 1998). Strategi untuk

9
pembebasan diri dapat mencakup resolusi Tahun Baru, kesaksian publik, terapi
pengambilan keputusan, teknik logoterapi, komitmen teknik peningkatan, dan pilihan
ganda daripada pilihan tunggal (Prochaska et al., 1992; Prochaska & Velicer, 1997;
Velicer et al., 1998). Penelitian tentang motivasi telah menunjukkan bahwa orang dengan
dua pilihan memiliki lebih banyak pilihan komitmen daripada mereka yang memiliki satu
pilihan, dan mereka yang memiliki tiga pilihan memiliki komitmen terbesar untuk
menghentikan perilaku bermasalah mereka (Prochaska & Velicer, 1997; Velicer et al.,
1998).

F. Counterconditioning

Counterconditioning mengharuskan individu untuk belajar mengganti perilaku sehat


untuk perilaku bermasalah (Patten et al., 2000; Prochaska et al., 1992; Prochaska &
Velicer, 1997; Velicer et al., 1998). Relaksasi, desensitisasi, penegasan, dan pernyataan
diri yang positif semuanya meningkatkan counterconditioning (Prochaska et al., 1992;
Velicer et al., 1998).

g. Stimulus Control

Kontrol Stimulus adalah proses di mana individu perlu hilangkan setiap rangsangan
yang terkait dengan perilaku bermasalah dan ganti dengan dorongan untuk berpartisipasi
dalam perilaku sehat (Patten et al., 2000; Prochaska dkk., 1992; Prochaska & Velicer,
1997; Velicer et al., 1998). Restrukturisasi lingkungan sendiri, kelompok self-help, dan
penghindaran semua dapat mendukung perubahan yang tepat dan mengurangi risiko
kekambuhan. Prochaska dkk., 1992; Prochaska & Velicer, 1997; Velicer et al., 1998).

h. Contigenty management

Manajemen kontingensi memberikan konsekuensi kepada individu untuk


berpartisipasi dalam perilaku bermasalah atau untuk menindaklanjuti dan menghindari
perilaku bermasalah (Patten et al., 2000; Prochaska et al., 1992; Prochaska & Velicer,
1997; Velicer et al., 1998). Hukuman dapat digunakan dengan manajemen kontingensi
tetapi menggunakan penghargaan sebagai penguatan ditekankan (Prochaska & Velicer.
1997; Velicer et al1998)Prosedur untuk manajemen kontinjensi termasuk kontrak
kontingensipenguatan terbuka dan terselubung, penghargaan diri, dan pengakuan
kelompok (Prochaska et al1992; Prochaska & Velicer1997; Velicer et al., 1998).

i. Helping relationship

10
Membantu hubungan melibatkan membantu individu untuk terbuka dan percaya
dengan mereka yang secara aktif terlibat dalam membantu mereka. mengubah perilaku
masalah mereka (Patten et al2000; Prochaska et al1992: Prochaska & Velicer1997:
Velicer et al1998)Dukungan ini dapat ditemukan dengan kelompok swadayaaliansi
terapeutiksistem temanpanggilan konselordan dukungan sosial (Prochaska et
al1992Prochaska & Velicer1997Velicer et al1998).

j. Self efficiacy

Teori efikasi diri berasal dari penelitian yang dilakukan oleh Bandura (1977) yang
menunjukkan bahwa persepsi yang dimiliki seseorang tentang kemampuannya sendiri
untuk melakukan suatu perilaku tertentu penting dalam menentukan perubahan perilaku.
Lebih lanjut penelitian Bandura (1982) menunjukkan bahwa self-efficacy dapat
membantu menjelaskan perubahan dalam mengatasi, tingkat reaksi stres fisiologis,
perjuangan pencapaian, pertumbuhan minat intrinsik, dan pengejaran karir. Konstruk self-
efficacy TTM, terintegrasi dari Bandura, digambarkan sebagai situasi- spesifik keyakinan
bahwa seorang individu dapat mengatasi situasi berisiko tinggi dan tidak kambuh kembali
ke masalah perilaku (Fallon & Hausenblas, 2004; Patten dkk., 2000; Prochaska & Velicer,
1997; Velicer et al., 1998).

3. Decisional balance

Keseimbangan keputusan mengacu pada penimbangan individu dari pro dengan


kontra, manfaat dari mengubah perilaku, dan biaya untuk mengubah perilaku (Patten et
al., 2000; Prochaska & Velicer, 1997). Utilitas utama dari keseimbangan keputusan adalah
bahwa telah diidentifikasi bahwa penilaian pro dan kontra individu bervariasi melalui
tahapan perubahan (Prochaska et al., 1994). Selama tahap prakontemplasi, individu akan
menilai pro dari masalah perilaku daripada kontra. Sedangkan pada tahap tindakan dan
pemeliharaan, sebaliknya akan terjadi, dengan kontra melebihi pro (Prochaska et al.,
1994). Keseimbangan keputusan telah terbukti menjadi prediktor yang baik melalui
tahapan-tahapan perubahan (Prochaska et al., 1985; 1994).

11
2.3 Penerapan Transheoritical Model

Pada penerapannya dapat dijelaskan pula masing-masing tahap yang dialami individu
dalam merubah perilaku awal menjadi perilaku yang lebih positif. Berikut beberapa
tahapan nya yaitu:

1. Precontemplation

Yaitu tahap dimana individu tidak memiliki niat untuk merubah perilakunya dan
biasanya tidak memahami informasi yang cukup mengenai perilaku yang individu tersebut
lakukan.

2. Contemplation

Dimana individu telah memiliki niat untuk berubah dimana individu telah sadar akan
dampak-dampak positif dari perubahan perilaku. Niat tersebut merupakan salah satu
jembatan dari kedua tahapan tersebut yang dapat dipengaruhi oleh berbagai aspek, baik
media, teman, keluarga, kegiatan yang ia lakukan, maupun lingkungan disekitarnya yang
kemudian dapat merubah pola pikir individu dan melihat adanya hal baik yang akan
didapatkan jika adanya perubahan perilaku tersebut

3. Preparation

Dimana individu telah mebuat rencana untuk melakukan atau merancang hal-hal yang
akan individu tersebut lakukan dalam perubahan perilaku yang akan dilakukan.

4. Action

Merupakan tahap keempat dari pendekatan ini yang merupakan tahap dimana individu
telah mengalami perilaku kemudian mendapatkan dampak dari perubahan perilaku
tersebutSemua perubahan tersebut dihasilkan untuk berperilaku sehat. Pada tahap ini
individu telah melakukan perilaku yang nyata dan telah dilakukan selama beberapa
kurun waktu terakhir.

5. Maintenance

12
Dimana individu yang telah melakukan perubahan perilaku pada tahap sebelumnya,
berusaha mencegah terjadinya relapse atau dalam hal ini kembali melakukan perilaku
negative yang dalam beberapa kurun waktu terakhir telah berusaha dihilangkan atau
digantikan oleh perilaku positif. Pada tahap ini perilaku tersebut juga telah menjadi
perilaku yang menetap

6. Termination

Yaitu tahap saat individu telah tidak memiliki temptation dimana hal apapun yang
sedang diterpa invidu tidak akan membuat individu kembali pada perilaku sebelumnya
dan individu juga telah yakin bahwa tidak akan kembali melakukan kebiasaan yang tidak
sehat tersebut.

2.4 proses perubahan yang digunakan untuk bergerak melalui tahapan perubahan (
Process matched to stage )

1. Peningkatan Kesadaran — membangun kesadaran : Individu meningkatkan kesadaran


melalui informasi, pendidikan, dan umpan balik tentang pola dan perilaku mereka saat
ini, dan/atau potensi perilaku baru mereka

2. Emotional Arousal / Dramatic Relief — perhatikan emosi dan perasaan : Individu merasa
takut atau cemas karena perilakunya yang tidak sehat, atau merasakan inspirasi dan

13
harapan ketika mereka mendengar tentang bagaimana orang dapat mengubah pola dan
perilaku baru yang sehat

3. Evaluasi Diri — menciptakan citra diri baru yang positif : Individu mengklarifikasi nilai-
nilai dan menyadari bahwa pola dan perilaku baru yang sehat adalah bagian penting dari
siapa mereka dan bercita-cita untuk menjadi

4. Evaluasi Ulang Lingkungan — perhatikan dampak pada orang lain : Individu menyadari
bagaimana pola dan perilaku tidak sehat mereka secara negatif memengaruhi orang lain
dan bagaimana mereka dapat memiliki efek yang lebih positif dengan mengubah perilaku
mereka

5. Pembebasan Sosial — perhatikan dukungan publik dan dapatkan alternatif : Individu


menyadari bahwa masyarakat lebih mendukung perilaku baru mereka yang lebih sehat

6. Pembebasan Diri — membuat pilihan dan komitmen : Individu percaya pada


kemampuan mereka untuk berubah dan membuat pilihan, komitmen, dan komitmen
ulang untuk bertindak berdasarkan keyakinan mereka dan tetap berada di jalur pemulihan
mereka

7. Counterconditioning — gunakan pengganti : Individu mengganti cara berpikir dan


bertindak baru yang sehat dengan pola dan perilaku yang tidak sehat

8. Kontrol Stimulus — amati dan kelola lingkungan : Individu menggunakan pengingat dan
isyarat yang mendorong perilaku sehat sebagai pengganti yang mendorong pola dan
perilaku tidak sehat

9. Membantu Hubungan — dapatkan bantuan dan dukungan: Individu menemukan orang


yang mendukung perilaku baru mereka yang sehat

10. Manajemen Penguatan — gunakan imbalan : Individu meningkatkan imbalan yang


berasal dari perilaku positif yang sehat dan mengurangi imbalan yang berasal dari
perilaku negatif yang tidak sehat.

2.5 Kelebihan dan kekurangan transteoritik model

Kelebihan dari teori ini adalah teori ini mudah untuk diterapkan untukmemberikan
kesadaran pada perilaku individu yang tidak memerlukan perubahandrastis dalam
perilakunya dalam tempo cepat akan tetapi perubahan secara bertahapdan memerlukan
waktu dan suasana kondusif.

14
Kelemahan dari teori ini adalah jika tidak ada intervensi yang direncanakan,individu
akan terjebak pada tahap awal. Selain itu proses tertentu dan prinsip- prinsip tertentu perlu
diterapkan di tiap tahap agar terjadi kemajuan di tiaptahapnya.

Kelebihan dan Keterbatasan Transtheoritical Model Kelebihan:

1. Memungkinkan untuk dilakukannya penilaian keberadaan seseorang pada tahap


perubahan perilaku.

2. Memberikan saran strategi intervensi promosi kesehatan yang tepat untuk berbagai
individu pada berbagai tahap proses pengambilan keputusan.

3.Menghasilkan intervensi yang efektif untuk populasi sasaran dengan tingkat


pengetahuan, tingkat kesadaran, dan tingkat motivasi tertentu.

Adapun kekurangan nya yaitu :

1.Tidak menghiraukan konteks sosial dimana perubahan atau modifikasi perilaku


terjadi.

2.Lintasan antar tahap ditentukan bebas tanpa kriteria untuk menentukan tahap
perubahan seseorang. Kuesioner yang telah dikembangkan untuk menentukan tahap
perubahan bagi seorang tidak selalu divalidasi dan distandarisasi.

3.Tidak ada durasi waktu yang jelas mengenai berapa lama akan suatu individu berada
atau bertahan pada sebuah tahap.

4.Model ini mengasumsikan bahwa individu selalu dapat membuat rencana-rencana


logis untuk memodifikasi perilakunya, padahal ini tidak selalu terjadi.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Transtheoretical Model (TTM) adalah salah satu teori tentang perubahan perilaku yang
telah dikembangkan oleh W. FProchaska dan Carlo Diclemente yang merupakan seorang
psikoterapis. Model ini merupakan perkembangan dari integrasi sistematik psikoterapi
lebih dari 300 teori, bersamaan dengan artalisa dari teori perubahan perilaku (Lenio,
2006).konsep transtheoretical model adalah tentang cara seseorang melakukan perubahan
perilaku secara bertahap dari perilaku yang menjadi masalah menjadi bentuk perilaku
yang lebih positif (Odgen, 2008).

Dalam Transtheoretical Model terdiri dari beberapa komponen diantaranya, the stages
of change, processes of change, and decisional balance.

Pada penerapannya dapat dijelaskan pula masing-masing tahap yang dialami individu
dalam merubah perilaku awal menjadi perilaku yang lebih positif. Pada tahap pertama
terdapat precontemplation yaitu tahap dimana individu tidak memiliki niat untuk
merubah perilakunya dan biasanya tidak memahami informasi yang cukup mengenai
perilaku yang individu tersebut lakukan. pada tahap selanjutnya yaitu contemplation
dimana individu telah memiliki niat untuk berubah dimana individu telah sadar akan
dampak-dampak positif dari perubahan perilaku. Tahap yang ketiga dalam pendekatan ini
adalah preparation dimana individu telah mebuat rencana untuk melakukan atau
merancang hal-hal yang akan individu tersebut lakukan dalam perubahan perilaku yang
akan dilakukan. Tahap selanjutnya adalah maintenance dimana individu yang telah
melakukan perubahan perilaku pada tahap sebelumnya, berusaha mencegah terjadinya
relapse atau dalam hal ini kembali melakukan perilaku negative

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.studocu.com/id/document/universitas-airlangga/perilaku-sehat/makalah-
perilaku-sehat-transtheoritical-model-kelompok-6/21456450
https://studylib.net/doc/25336759/transteoritical-model--1-
https://www.studocu.com/id/document/universitas-airlangga/psikologi-kesehatan/tugas-
esai-transtheoretical-model/13834983
2PTM Kemenkes RI(2019April 9Direktorat P2PTM Kementrian Kesehatan RIRetrieved
from Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: http://p2ptm.kemkes.go.id/artikel-
schat/peneliti-pola-makan-burukmenu-tidak-schat-penyebab-satu-dari-lima-kematia
ProchaskaJO.& VelicerWF(1997)The Transtheoretical Model of Health Behavior
ChangeAmerican Journal of Helath PromotionAJHP, 12(1)38-
48doi:https://doi.org/10.4278/0890-1171-12.1.38

17

Anda mungkin juga menyukai