Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH

ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Konseling

dan Psikoterapi Kontemporer

Dosen Pengampu : Dr. Gian Sugiana Sugara, M.Pd.,Kons

Disusun Oleh :
Kelompok 1

Aldi Ramdan (C21862010)

Alika Adzkiya (C2186201057)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
TASIKMALAYA
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Acceptance
And Commitment Therapy” dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Konseling dan
Psikoterapi. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Sistem
Terapi Keluarga bagi para pembaca dan juga bagi penyusun.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Gian Sugiana


Sugara, M.Pd.,Kons selaku dosen pengampu mata kuliah Teori Konseling dan
Psioterapi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.

Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 27 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Ruang Lingkup Pembahasan..................................................................................2

C. Tujuan Penulisan....................................................................................................2

BAB II TEORI KONSELING PENERIMAAN DAN KOMITMEN.......................3

A.Pengantar...............................................................................................................3

B.Riwayat Hidup.......................................................................................................5

C. Konsep Dasar.........................................................................................................9

D. Proses Konseling...................................................................................................22

E. Prosedur dan Teknik Konseling.............................................................................28

BAB III APLIKASI KASUS........................................................................................41

A. Kasus Jeni.............................................................................................................41
B. Analisis Kasus Jeni..............................................................................................42
C. Rancangan Penanganan Kasus Jeni menggunakan Teori Konseling Family
Systems Therapy..................................................................................................42

BAB IV KESIMPULAN DAN IMPLIKASI...............................................................46

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................48

ii
BAB I

PENDAHULUA

A. Latar Belakang

Terapi penerimaan (ACT) adalah bagian dari Gerakan gelombang ketiga


dalam terapi perilaku kognitif (CBT) dan telah menjadi semakin popular dalam
beberapa tahun terakhir. Tidak seperti bentuk CBT yang lebih traditional /
gelombang kedua, ACR menurunkan kepercayaan pikiran negative alih alih isinya.
Pada hakikatnya, ACT merupakan intervensi yang menerapkan proses acceptance
dan mindfulness serta proses komitmen dan perubahan perilaku yang
menghasilkan kerangka berpikir yang fleksibel atau fleksibilitas psikologis.
Teori yang mendasari ACT adalah teori kerangka relasional (RFT; Hayes,
Barnes-Holmes, & Roche, 2001). Menurut RFT, orang hidup di dunia yang
fungsinya diperoleh secara verbal dan bukan hasil dari pengalaman langsung;
karenanya, bahasa literal mengarah ke serangkaian masalah tambahan, semuanya
secara terapeutik ditangani oleh ACT.

1
B. Ruang Lingkup Pembahasan

1. Apa yang dimaksud dengan teori konseling Acceptence and Commitment Therapy?
2.Siapa saja tokoh/ahli yang paling berkaitan dengan teori konseling
Acceptance and Commitment ?
3.Bagaimana konsep dasar dari teori konseling Acceptance and Commitment
Therapy?
4.Bagaimana proses konseling dalam teori konseling Acceptence and
Commitment Therapy?
5.Apa saja prosedur dan teknik yang digunakan dalam proses konseling dari
teori konseling Acceptence and Commitment Therapy ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan teori konseling
Acceptence and Commitment Therapy
2. Mengetahui dan memahami tokoh yang paling berkaitan dengan teori konseling
Acceptence and Commitment Therapy
3. Mengetahui dan memahami konsep dasar dari teori konseling Acceptence and
Commitment Therapy
4. Mengetahui dan memahami proses konseling dalam teori konseling
5. Mengetahui dan memahami prosedur dan teknik yang digunakan dalam
proses konseling dari teori konseling Acceptence and Commitment Therapy.

2
BAB II
TEORI KONSELING PENERIMAAN DAN KOMITMEN

A. Pengantar

Meskipun benih-benih gerakan terapi keluarga Amerika Utara ditanam


pada tahun 1940-an, selama tahun 1950-an family therapy sistematis mulai berakar
(Becvar & Becvar, 2009). Selama tahun-tahun awal evolusi, bekerja dengan
keluarga dianggap sebagai pendekatan revolusioner untuk pengobatan. Pada 1960-
an dan 1970-an, pendekatan psikodinamik, perilaku, dan humanistik (masing-
masing disebut kekuatan pertama, kedua, dan ketiga) mendominasi konseling dan
psikoterapi. Saat ini, berbagai pendekatan terhadap sistem keluarga mewakili
pergeseran paradigma yang bahkan dapat kita sebut sebagai "kekuatan keempat".
Keluarga adalah system berlapis lapis yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
sistem yang lebih besar di mana mereka tertanam. Keluarga dapat dideskripsikan
dalam hal anggota individu mereka dan berbagai peran yang mereka mainkan,
hubungan antara anggota, dan pola interaksi yang berurutan dan tujuan yang
dilayani oleh urutan ini. Baik anggota maupun sistem dapat dinilai berdasarkan
kekuasaan, keselarasan, organisasi, struktur, perkembangan, budaya, dan gender
(Breunlin, Schwartz, & MacKune-Karrer, 1997). Bahkan individu dapat
dipertimbangkan dari perspektif sistem keluarga internal (Schwartz, 1995). Selain
itu, keluarga inti dalam komunitas global sering menjadi bagian dari perluasan,
beberapa keluarga membentuk komunitas komunikasi ganda membentuk wilayah
dan budaya, yang pada gilirannya membentuk negara (atau masyarakat). Kekuatan
sistem makro ini untuk mempengaruhi kehidupan keluarga-terutama di bidang
gender dan budaya adalah signifikan. Mengingat pengandaian kami tentang
keluarga dan sistem yang lebih besar di mana keluarga tertanam, pendekatan
berlapis-lapis untuk terapi keluarga sangat penting.

3
Perspektif Family Systems Therapy menyatakan bahwa individu paling
baik dipahami melalui penilaian interaksi antara dan di antara anggota keluarga.
Perkembangan dan perilaku salah satu anggota keluarga saling terkait erat dengan
anggota keluarga lainnya. Gejala sering dipandang sebagai ekspresi dari
seperangkat kebiasaan dan pola dalam keluarga. Revolusioner untuk
menyimpulkan bahwa klien yang teridentifikasi masalah mungkin merupakan
gejala dari bagaimana sistem keluarga berfungsi, bukan hanya gejala dari
ketidaksesuaian individu, sejarah, dan perkembangan psikososial. Perspektif ini
didasarkan pada asumsi bahwa perilaku bermasalah klien dapat (1) melayani
fungsi atau tujuan keluarga; (2) secara tidak sengaja: dipertahankan oleh proses
keluarga; (3) menjadi fungsi dari ketidakmampuan keluarga untuk beroperasi
secara produktif, terutama selama transisi perkembangan; atau (4) menjadi gejala
dari pola disfungsional yang diturunkan dari generasi ke generasi. Semua asumsi
ini menantang kerangka kerja intrapsikis yang lebih tradisional untuk
mengkonseptualisasikan masalah manusia dan pembentukannya.
Satu prinsip utama yang disepakati oleh para praktisi Family Systems
Therapy, terlepas dari pendekatan khusus mereka, adalah bahwa klien terhubung
dengan sistem kehidupan. Upaya perubahan paling baik difasilitasi dengan bekerja
dan mempertimbangkan keluarga atau rangkaian hubungan secara keseluruhan.
Oleh karena itu, diperlukan pendekatan pengobatan yang secara komprehensif
ditujukan kepada keluarga serta klien yang "teridentifikasi". Karena keluarga
adalah unit interaksional, ia memiliki serangkaian sifat uniknya sendiri. Tidak
mungkin menilai secara akurat kekhawatiran seseorang tanpa mengamati interaksi
anggota keluarga lainnya, serta konteks yang lebih luas di mana orang dan
keluarga itu tinggal. Karena fokusnya adalah pada hubungan interpersonal, Becvar
dan Becvar (2009) berpendapat bahwa terapi keluarga adalah keliru dan terapi
hubungan adalah label yang lebih tepat.
Perspektif Family Systems Therapy menyerukan pergeseran konseptual
karena keluarga dipandang sebagai unit yang berfungsi lebih dari jumlah peran
berbagai anggotanya. Tindakan oleh setiap anggota keluarga individu akan

4
mempengaruhi semua orang lain dalam keluarga, dan reaksi mereka akan memiliki
efek timbal balik pada individu. Gold enberg dan Goldenberg (2013)
famenunjukkan perlunya terapis untuk melihat semua perilaku, termasuk semua
gejala yang diungkapkan oleh individu, dalam konteks keluarga dan masyarakat.
Mereka menambahkan bahwa orientasi sistem tidak menghalangi berurusan
dengan dinamika dalam individu, tetapi pendekatan ini memperluas penekanan
tradisional pada dinamika internal individu.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara pendekatan terapeutik individu
dan pendekatan sistemik. Terapis sistemik tidak menyangkal pentingnya individu
dalam sistem keluarga, tetapi mereka percaya afiliasi dan interaksi sistemik
individu memiliki kekuatan lebih dalam kehidupan seseorang daripada yang
pernah diharapkan oleh terapis tunggal. Dengan bekerja dengan seluruh sistem
keluarga (atau bahkan komunitas), terapis memiliki kesempatan untuk mengamati
bagaimana individu bertindak dalam sistem dan berpartisipasi dalam
mempertahankan status quo; bagaimana sistem mempengaruhi (dan dipengaruhi
oleh) individu; dan intervensi apa yang mungkin mengarah pada perubahan yang
membantu pasangan, keluarga, atau sistem yang lebih besar serta individu yang
mengekspresikan rasa sakit.
B. Riwayat Hidup
Teori sistem keluarga telah berkembang selama 100 tahun terakhir, dan
saat ini terapis secara kreatif menggunakan berbagai perspektif ketika
menyesuaikan terapi untuk keluarga tertentu. Bagian ini menyajikan tinjauan
sejarah singkat dari beberapa tokoh kunci yang terkait dengan pengembangan
terapi sistem keluarga dengan perhatian khusus pada aspek-aspek teori keluarga
yang berbicara tentang perkembangan terapis keluarga sebagai pribadi dan
profesional.Beberapa individu yang paling terkait erat dengan asal-usul
pendekatan sistemik ini adalah sebagai berikut.

1. Alfred Adler (1870–1937)

5
Alfred Adler adalah psikolog pertama di era modern untuk melakukan
terapi keluarga menggunakan pendekatan sistemik. Dia siapkan lebih dari 30 anak
klinik bimbingan di Wina setelah Perang Dunia I, dan kemudian Rudolf Dreikurs
membawa ini konsep ke Amerika Serikat dalam bentuk keluarga pusat-pusat
pendidikan. Adler dan Dreikurs melakukan sesi konseling keluarga di forum
publik terbuka, mendidik orang tua dan profesional di lebih besar nomor; mereka
percaya masalah siapa pun keluarga adalah umum untuk semua orang lain di
masyarakat (Christensen, 2004). Seperti yang telah kita lihat di bab tentang terapi
Adlerian, fokus intervensi adalah pada tujuan atau sasaran perilaku — dan Terapis
keluarga Adlerian memperluas teleologis ini fokus pada interaksi keluarga dan
pola komunikasi.
2. Murray Bowen (1913-1990)
Murray Bowen adalah salah satunya dari pengembang asli keluarga arus
utama terapi. Banyak dari teorinya dan latihan tumbuh dari karyanya di National
Institut Kesehatan Mental (dan kemudian di Georgetown Universitas) dengan
individu skizofrenia dalam keluarga. Dia percaya keluarga bisa paling baik
dipahami ketika dianalisis dari perspektif tiga generasi karena pola hubungan
interpersonal menghubungkan anggota keluarga lintas generasi. Dua tujuannya di
terapi adalah untuk membantu anggota keluarga mengembangkan rasional,
pendekatan non-reaktif untuk hidup (disebut diferensiasi diri) dan untuk
menghilangkan kekusutan keluarga interaksi yang melibatkan dua orang menarik
sepertiga orang ke dalam masalah dan argumen pasangan (atau triangulasi).
Penekanan Bowen pada perspektif multigenerasi menyebabkan perkembangan
genogram (McGoldrick, Gerson, & Petry, 2008), pengembangan siklus hidup
keluarga (McGoldrick, Carter, & Garcia-Preto, 2011), dan fokus yang
komprehensif pada perspektif multikultural dalam terapi keluarga (McGoldrick,
Giordano, & Garcia-Preto, 2005).

3. Virginia Satir (1916–1988)

6
Virginia Satir mengembangkan terapi keluarga model proses validasi
manusia yang menekankan komunikasi dan pengalaman emosional. Seperti
Bowen, dia menggunakan model antar generasi, tetapi dia bekerja untuk
menghidupkan pola keluarga di masa sekarang melalui pahatan dan rekonstruksi
keluarga. Mengklaim bahwa teknik adalah sekunder untuk hubungan, dia
berkonsentrasi pada hubungan pribadi antara terapis dan keluarga untuk mencapai
perubahan. Inti dari model Satir mengandalkan kekuatan keselarasan untuk
membantu keluarga anggota berkomunikasi dengan kejujuran emosional.
Kehadirannya dengan orang-orang mendorong mereka untuk masuk berhubungan
dengan apa yang penting di dalam, untuk menjadi lebih sepenuhnya manusia,
untuk berbagi diri terbaik individu dengan orang penting lainnya: Satir menyebut
pengalaman ini "membuat kontak," dan dia percaya bahwa itu diperpanjang
kedamaian yang ada di dalam diri untuk kedamaian di antara orang-orang, dan
akhirnya, untuk kedamaian di antara orang-orang. Dari Satir, terapi keluarga
menjadikannya model untuk mendengarkan secara empatik, kehadiran terapeutik,
dan pengasuhan (Satir, Banmen, Gerber, & Gomori, 1991).
4. Carl Whitaker (1912–1995)
Whitaker adalah pencipta pengalaman simbolik terapi keluarga, pendekatan
intuitif yang bebas hambatan untuk membantu keluarga membuka saluran
interaksi. Golnya adalah untuk memfasilitasi individu otonomi sambil
mempertahankan rasa memiliki dalam keluarga. Dia melihat terapis sebagai
peserta aktif dan pelatih yang memasuki proses keluarga dengan kreativitas,
menempatkan tekanan yang cukup pada proses ini untuk menghasilkan perubahan
dalam status quo. Dari Whitaker, ladang keluarga terapi belajar untuk mentolerir
dan kadang-kadang menciptakan kecemasan dalam keluarga—dan kemudian
bagaimana bergabung dengan keluarga dalam perjuangan mereka untuk menjadi
lebih nyata dan lebih transparan.

7
5. Salvador Minuchin (b. 1921)
Terapi keluarga structural mulai berkembang di tahun 1960-an melalui
karyanya bekerja dengan anak-anak nakal dari keluarga miskin di Sekolah
Wiltwyck di Baru York. Bekerja dengan rekan kerja di Philadelphia Klinik
Bimbingan Anak di tahun 1970-an, Minuchin menyempurnakan teori dan praktik
struktur terapi keluarga. Berfokus pada struktur, atau organisasi, keluarga, terapis
membantu keluarga memodifikasi pola stereotipnya dan mendefinisikan kembali
hubungan di antara anggota keluarga. Dia percaya perubahan struktural dalam
keluarga harus terjadi sebelum gejala anggota individu dapat dikurangi atau
dihilangkan. Dari Minuchin dan rekan-rekannya, terapi keluarga dikembangkan
pemahaman tentang kekuasaan, organisasi, dan keberpihakan dalam kehidupan
keluarga, dan terapis keluarga belajar bagaimana menggunakan diri mereka sendiri
untuk mengatur batas- batas dan bahkan ketidakseimbangan disfungsional sistem
keluarga.
6. Jay Haley (1923–2007) Dan Cloé Madanes (b. 1941)
Mereka mendirikan Sekolah Washington terapi keluarga strategis pada
1970-an, setelah Haley telah meninggalkan Mental Lembaga Penelitian di Palo
Alto, California, dan kemudian Philadelphia Pusat Bimbingan Anak, tempat dia
menghabiskan waktu singkat periode dengan Salvador Minuchin dan rekan-
rekannya. Haley memadukan terapi keluarga struktural dengan konsep hierarki,
kekuasaan, dan strategi intervensi. Madanes berkontribusi pada pengembangan
singkat, pendekatan terapi berorientasi solusi. Intervensi strategis yang paling
disukai oleh Haley dan Madanes membingkai ulang, arahan keluarga, dan
intervensi paradoks. Terapi keluarga strategis menjadi pendekatan terapi keluarga
paling populer di 1980-an. Ini adalah pendekatan pragmatis yang berfokus pada
pemecahan masalah di masa sekarang; pemahaman dan wawasan tidak diperlukan
atau dicari. Masalah yang dibawa keluarga untuk terapi diperlakukan sebagai
"nyata"—bukan gejala dari masalah mendasar—dan diselesaikan. Ketika
masalahnya adalah teratasi, terapi selesai.

8
C. Konsep Dasar
Sebagian besar terapi keluarga cenderung singkat karena keluarga yang
mencari bantuan profesional biasanya menginginkan penyelesaian beberapa gejala
yang bermasalah. Mengubah sistem dapat merangsang perubahan dengan cepat.
Selain bersifat jangka pendek, berfokus pada solusi, dan berorientasi pada
tindakan, terapi keluarga cenderung menangani interaksi saat ini. Fokus utama
terapi keluarga adalah interaksi di sini dan sekarang dalam sistem keluarga. Salah
satu cara di mana terapi keluarga berbeda dari banyak terapi individu adalah
penekanannya pada bagaimana hubungan keluarga saat ini berkontribusi pada
pengembangan dan pemeliharaan gejala.
Family Systems Therapy diwakili oleh berbagai teori dan pendekatan, yang
semuanya berfokus pada aspek relasional dari masalah manusia. Siapa seseorang,
cara hidup seseorang, terkait erat dengan perkembangan praktisi dan jenis terapi
yang dia berikan. Berikut adalah enam sudut pandang sistemik dalam family
therapy.
1. Terapi Keluarga Adlerian (Adlerian Family Therapy)
Alfred Adler adalah psikolog pertama di era modern yang melakukan
terapi keluarga (Christensen, 2004). Pendekatannya bersifat sistemik jauh sebelum
teori sistem diterapkan pada psikoterapi. Konseptualisasi asli Adler masih dapat
ditemukan dalam prinsip dan praktik model lain.
Adler (1927) adalah orang pertama yang memperhatikan bahwa
perkembangan anak-anak dalam konstelasi keluarga (frasanya untuk sistem
keluarga) sangat dipengaruhi oleh urutan kelahiran. Adler adalah seorang ahli
fenomenologi, dan meskipun urutan kelahiran tampaknya memiliki beberapa
keteguhan untuk setiap posisi, dia percaya bahwa interpretasi anak-anak yang
ditugaskan ke posisi kelahiran merekalah yang diperhitungkan. Adler juga
mencatat bahwa semua perilaku memiliki tujuan dan bahwa anak-anak sering
bertindak dalam pola yang dimotivasi oleh keinginan untuk memiliki, bahkan
ketika pola ini tidak berguna atau salah. Namun, Rudolf Dreikurs (1950, 1973),

9
yang menyempurnakan konsep Adler menjadi tipologi tujuan yang salah dan
menciptakan pendekatan yang terorganisir untuk terapi keluarga. Asumsi dasar
terapi keluarga Adlerian modern adalah bahwa baik orang tua maupun anak-anak
sering kali terkunci dalam interaksi negatif yang berulang-ulang berdasarkan
kesalahan.
Namun, Rudolf Dreikurs (1950, 1973), yang menyempurnakan konsep
Adler menjadi tipologi tujuan yang salah dan menciptakan pendekatan terorganisir
untuk terapi keluarga. Asumsi dasar terapi keluarga Adlerian modern adalah
bahwa baik orang tua maupun anak-anak sering kali terkunci dalam interaksi
negatif yang berulang-ulang berdasarkan kesalahan. tujuan yang memotivasi
semua pihak yang terlibat (Bitter, 2009a). Terapi keluarga Adlerian dimulai
dengan membentuk hubungan berdasarkan rasa saling menghormati, seperti yang
dilakukan terapis Adlerian dengan klien individu. Penilaian didasarkan pada
deskripsi subjektif: yang digunakan anggota keluarga untuk mendefinisikan diri
mereka sendiri dan interaksi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
interaksi inilah Adlerian berusaha menemukan maksud dan tujuan perilaku (Bitter,
Roberts, & Sonstegard, 2002).
Luangkan waktu sejenak dan pikirkan tentang dua pengalaman keluarga
yang berbeda dalam hidup Anda sendiri. Ketika Anda masih kecil, deskripsi apa
yang akan Anda gunakan untuk orang tua Anda? Apa yang dijelaskan oleh
deskripsi ini tentang apa yang penting bagi Anda? Sekarang, pikirkan tentang
situasi keluarga Anda saat ini baik dengan keluarga asal Anda atau dengan keluarga
baru yang Anda mulai. Deskripsi deskripsi apa yang akan digunakan oleh anggota
keluarga untuk Anda? Apa yang Anda ketahui tentang tempat atau peran Anda
dalam keluarga? Terakhir, pikirkan tentang interaksi keluarga baru-baru ini yang
sulit bagi Anda. Apa tujuan atau tujuan yang Anda miliki untuk bagian dari
interaksi Anda? Sasaran atau tujuan apa yang mungkin terlibat bagi mereka yang
berinteraksi dengan Anda? Anda biasanya dapat menemukan tujuan atau tujuan
perilaku dengan melihat konsekuensi dari perilaku itu dalam

10
tanggapan orang lain. Apa yang dilakukan orang ketika saya bertindak dengan satu
atau lain cara?
2. Terapi Keluarga Multigenerasi (Multi-Generational Family Therapy)
Murray Bowen mengembangkan salah satu teori komprehensif pertama
tentang terapi keluarga. Murray Bowen (1978) adalah salah satu pengembang terapi
keluarga arus utama. Teori sistem keluarganya, yang merupakan model teoretis dan
klinis yang berevolusi dari psi. prinsip dan praktik koanalitik, kadang-kadang
disebut sebagai terapi keluarga multigenerasi. Bowen dan rekan-rekannya
menerapkan pendekatan inovatif untuk skizofrenia di Institut Kesehatan Mental
Nasional di mana Bowen benar-benar merawat seluruh keluarga sehingga sistem
keluarga dapat menjadi fokus terapi. Observasi Bowen mengarah pada inter dalam
pola di beberapa generasi. Dia berpendapat bahwa masalah yang dimanifestasikan
dalam keluarga saat ini tidak akan berubah secara signifikan sampai pola hubungan
dalam keluarga asal dipahami dan ditantang secara langsung. Pendekatannya
beroperasi pada premis bahwa pola yang dapat diprediksi Pendekatannya
beroperasi pada hubungan anak menghubungkan fungsi f anggota keluarga di antar
interpersonal Ker dan Bowen kasus generasi. Menurut Kerr dan Bowen (1988),
penyebab masalah individu hanya dapat dipahami dengan melihat peran keluarga
sebagai unit emosional. Dalam unit keluarga, reaktivitas emosional yang belum
terselesaikan terhadap keluarga seseorang harus diatasi jika seseorang berharap
untuk mencapai kepribadian yang matang dan unik. Masalah emosional akan
ditransmisikan dari generasi ke generasi sampai keterikatan emosional yang belum
terselesaikan ditangani secara efektif. Perubahan harus terjadi dengan anggota
keluarga lain dan tidak dapat dilakukan oleh individu di ruang konseling aca.
Salah satu konsep kunci Bowen adalah triangulasi, sebuah proses di mana
triad menghasilkan pengalaman dua lawan satu. Bowen berasumsi bahwa
triangulasi dapat dengan mudah terjadi antara anggota keluarga dan terapis, itulah
sebabnya Bowen menempatkan begitu banyak penekanan pada peserta pelatihan
untuk menyadari masalah asal keluarga mereka sendiri (Kerr & Bowen, 1988).

11
Kontribusi besar lainnya dari teori Bowen adalah gagasan diferensiasi diri,
yang melibatkan pemisahan psikologis antara intelek dan emosi. dan kemandirian
diri dari orang lain. Dalam proses individuasi, individu memperoleh rasa identitas
diri. Kebalikan dari diri yang terdiferensiasi adalah reaktivitas emosional yang
dialami, yang terjadi ketika orang lain "menekan tombol Anda", "Responsnya.
Mirip dengan apa pun itu (marah, sakit hati, panik), adalah otomatis. untuk
behavioris kognitif, Bowen merasa bahwa orang dapat belajar menggunakan
kecerdasan mereka untuk merespons secara rasional. Bowen meminta peserta
pelatihannya untuk pergi ke acara keluarga yang penting dan mengambil peran
pengamat, berlatih mencatat apa yang terjadi dan tidak bereaksi. Pembedaan dari
keluarga asal ini memungkinkannya peserta pelatihan untuk menerima tanggung
jawab pribadi atas konstruksi mereka untuk pikiran, perasaan, persepsi, dan
tindakan mereka. Setelah Anda mungkin genogram Anda, Anda ingin mencatat di
atasnya orang-orang yang menekan tombol Anda. Bagaimana mereka
melakukannya? Apa masalah yang terlibat? baik di p Apakah ada pengaruh
terhadap interaksi yang meningkat menjadi reaktivitas emosional?

Penting juga untuk dicatat bahwa dua rekan Bowen yang paling menonjol,
Betty Carter dan Monica McGoldr ick, hampir seorang diri memprakarsai baik
perspektif perkembangan dan multikultural dalam terapi keluarga. Memang,
pekerjaan McGoldrick mencakup pekerjaan paling penting di bidang genogram
(McGoldrick et al., 2008), siklus hidup keluarga (McGoldrick et al., 2011), dan
gender (McGoldrick, Anderson, & Walsh, 1991).

3. Model Proses Validasi Manusia (Human Validation Process Model)

Pada saat yang sama ketika Bowen mengembangkan pendekatannya,


Virginia Satir (1983) mulai menekankan hubungan keluarga. Pekerjaan
terapeutiknya telah membuatnya percaya pada nilai hubungan yang kuat dan
memelihara yang didasarkan pada minat dan ketertarikan dengan orang-orang
yang ada dalam perawatannya. Tidak seperti Bowen, Satir dapat membayangkan
dan berusaha untuk mendukung pengembangan triad pengasuhan: dua orang,
misalnya orang tua. bekerja untuk kesejahteraan orang lain, mungkin seorang

12
anak. Satir menganggap dirinya sebagai seorang detektif yang mencari dan
mendengarkan refleksi harga diri dalam komunikasi kliennya. Memang, dia sangat
menekankan pentingnya meta komunikasi dan meta komunikasi dalam interaksi
keluarga, dan nilai validasi terapeutik dalam validasi impor dalam proses
perubahan (Satir & Bitter, 2000).

Satir (1988) menguraikan empat sikap komunikasi yang cenderung diambil


orang di bawah tekanan: menyalahkan, menenangkan, sangat masuk akal, dan
tidak relevan. Menyalahkan adalah ketika seseorang menyimpan diri.
Menempatkan hanya mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain dalam upaya
mempertahankan diri. sebaliknya, menyalahkan untuk melindungi orang lain dari
tanggung jawab untuk membuat semua orang bahagia atau mencoba membuat
orang lain bahagia dengan orang itu.. ing posisi yang super wajar dilakukan untuk
mempertahankan kendali atas kekacauan seseorang atau Mengadopsi emosi; orang
ini akan merespons dengan fakta dan terdengar sangat mirip dengan komputer.
Ketidakrelevanan adalah komunikasi yang mengganggu yang digunakan untuk
menghindari stres atau rasa sakit sama sekali, itulah yang dikatakan orang ketika
mereka mengatakan ketika mengabaikan masalah tepat di depan mereka.
Penangkal untuk komunikasi stres ini adalah keselarasan, di mana Satir berarti
kejujuran emosi, di mana seseorang berbicara untuk diri sendiri, tetap membumi
(atau terpusat), dan dan mampu berbagi apa yang dia rasakan dan meminta apa
yang dia rasakan. diperlukan. Keluarga dalam terapi jika hampir tidak pernah
kongruen, tetapi sangat membantu yaitu konselor atau terapis.

Pikirkan tentang saat ketika orang-orang di keluarga Anda berada di bawah


banyak tekanan. Sikap komunikasi apa yang digunakan anggota keluarga Anda?
Pada sikap mana yang paling Anda andalkan? Apakah ada tarian untuk
komunikasi stres, mungkin pertama-tama sangat masuk akal, lalu menyalahkan,
dan kemudian menenangkan? Bagaimana rasanya memikirkan komunikasi sebagai
tarian stres interaktif? Bagaimana orang-orang menanggapi Anda ketika Anda
sedang stres? Apakah Anda mengenal seseorang, bahkan mungkin diri Anda
sendiri, yang menanggapi stres dengan cara yang sama?

13
9 Terapi Keluarga Eksperiensal ( Experiential/symbolic Family Therapy)
Carl Whitaker (1976) adalah pelopor dalam terapi keluarga pengalaman
simbolik. Jelas aplikasi terapi eksistensial untuk sistem keluarga, Whitaker
menekankan pilihan, kebebasan, penentuan nasib sendiri, pertumbuhan, dan
aktualisasi (Whitaker & Bumberry, 1988). Seperti Satir dan Satir lainnya serta
pendekatan pengalaman lainnya, Whitaker menekankan pentingnya hubungan
antara keluarga dan terapis. Whitaker jelas lebih konfrontatif dalam "kenyataannya
daripada Satir, yang lebih mengasuh. Tujuannya bukan untuk menghilangkan
kecemasan dalam keluarga tetapi untuk mempertahankan atau meningkatkannya
sehingga menjadi motivasi untuk perubahan. Intervensi Whitaker hampir selalu
dilakukan dengan rekan-terapis. Menjelang akhir hidupnya, ia hanya akan melihat
seluruh keluarga, tidak pernah individu atau bagian dari keluarga, dan ia bahkan
mencoba untuk mendapatkan masyarakat dan dan bekerja rekan keluarga untuk
datang.
Freewheeling Whitaker, e pendekatan dicari untuk membuka kedok
kepura- puraan dan menciptakan makna baru sambil membebaskan anggota
keluarga untuk menjadi diri mereka sendiri.Whitaker intuitif a tidak mengusulkan
serangkaian metode, melainkan keterlibatan pribadi terapis dengan keluarga yang
membuat perbedaan.Ketika teknik digunakan, mereka muncul dari reaksi intuitif
dan spontan terapis terhadap situasi saat ini dan untuk meningkatkan kesadaran
klien potensi batin mereka dirancang untuk bertindak kesadaran dan untuk
membuka saluran interaksi keluarga (lihat Pahit, Interaksi (lihat Pahit, 2009).
Dari Whitaker, kami belajar pentingnya menggunakan diri Anda dalam
beberapa hal yang dapat Anda bayangkan, pikirkan atau rasakan tentang sebuah
keluarga tetapi yang Anda terapi. Apa yang akan merasa dibatasi untuk tidak
mengatakannya? Bagaimana Anda akan menemukan cara Anda sendiri untuk
menghadapi keluarga dengan cara terapeutik? "Intuisi" Whitaker diinformasikan
oleh lebih dari 50 tahun latihan. Bagaimana Anda akan melatih intuisi Anda, dan
apakah menurut Anda bijaksana untuk memiliki rekan terapis saat Anda
melakukan itu? Apa yang Anda harapkan dalam hubungan Anda dengan rekan
terapis?

14
10. Terapi Keluarga Struktural-Strategis (Structural-Strategic Family Therapy)

Asal-usul terapi keluarga struktural dapat ditelusuri ke awal 1960-an ketika


Salva dor Minuchin melakukan terapi, pelatihan, dan penelitian dengan anak-anak
nakal dari keluarga miskin di Sekolah Wiltwyck di New York. Ide sentral
Minuchin (1974) adalah bahwa individu paling baik dipahami dari sudut pandang
keluarga pola interaksional sebelum gejala individu dapat dikurangi atau
perubahan harus terjadi gejala atau urutan. dalam keluarga, dan selanjutnya,
struktural dihilangkan. Tujuan terapi keluarga struktural ada dua: (1) mengurangi
disfungsi gejala dan (2) membawa perubahan struktural dalam sistem dengan
memodifikasi aturan transaksi keluarga dan mengembangkan batasan yang lebih
tepat.
Pada akhir 1960-an, Jay Haley bergabung dengan Minuchin di Klinik
Bimbingan Anak Philadelphia. Karya Haley dan Minuchin memiliki banyak
kesamaan dalam tujuan dan proses. bahwa banyak dokter di tahun 1980-an dan
1990-an mulai mempertanyakan apakah kedua model tersebut merupakan aliran
pemikiran yang berbeda. Memang, pada akhir 1970-an, pendekatan strategis
struktural adalah model yang paling banyak digunakan dalam terapi sistem
keluarga. Intervensi yang dihasilkan dalam model ini menjadi identik dengan
pendekatan system : mereka termasuk bergabung, penetapan batas
ketidakseimbangan pembingkaian ulang, cobaan, inte paradoks
Jika Anda membagi keluarga asal Anda menjadi subsistem, siapa yang
akan berada di subsistem induk? Subsistem pasangan? Subsistem saudara? Di
keluarga Anda, apakah subsistem orang tua dan subsistem pasangan berisi orang
yang sama atau orang yang berbeda pada waktu yang berbeda? Aturan dan batasan
apa yang ditetapkan di sekitar setiap subsistem? Apakah batas-batas itu pernah
dilintasi? Oleh siapa dan dengan hasil apa? Apa urutan interaksi umum dalam
keluarga Anda? Apa rutinitas yang membentuk kehidupan awal Anda, dan aturan
apa yang mengatur rutinitas ini? Seberapa akomodatif anggota keluarga Anda
terhadap perubahan dan transisi yang disebabkan oleh perkembangan keluarga atau
ketika Anda semua harus menghadapi tantangan atau cobaan eksternal? Siapa yang
memiliki kekuasaan dalam keluarga Anda, dan bagaimana itu dijalankan? Siapa
yang disejajarkan dengan siapa-dan apa yang mereka gunakan untuk mencapai
keselarasan itu? Ini hanya beberapa penilaian yang diajarkan oleh terapis al-
strategis struktural untuk dipertimbangkan.

15
Minuchin dan terapis keluarga struktural lainnya memulai pekerjaan
mereka dengan orang miskin. Mereka selalu terlibat dalam pengaturan
multikultural dan bekerja dengan klien multikultural. Memang, banyak terapis
keluarga struktural yang paling menonjol telah mendedikasikan upaya mereka
untuk bekerja terutama dengan keluarga Afrika-Amerika dan Hispanik. Hanya
dalam karya terbaru Haley yang menekankan pentingnya keterikatan budaya
(Haley & Richeport-Haley, 2003).

11. Inovasi Terbaru dalam Terapi Keluarga (Recent Inovations in Family Therapy)

Dalam dekade terakhir, feminisme, multikulturalisme, dan konstruksi sosial


postmodernisme telah memasuki bidang terapi keluarga. Model-model ini lebih
kolaboratif, memperlakukan klien-individu, pasangan, atau keluarga-sebagai ahli
dalam kehidupan mereka sendiri. Percakapan terapeutik dimulai dengan konselor
dalam posisi "tidak tahu" di mana klien didekati dengan rasa ingin tahu dan minat.
Terapis aktif secara sosial dan membantu klien dalam mengambil sikap yang
disukai dalam kaitannya dengan budaya dominan yang mungkin mereka miliki.
Terapi di mungkin menindas mereka sering menggabungkan "tim yang
mencerminkan" dan "upacara definisi" untuk membawa berbagai perspektif untuk
bekerja (lihat West, Bubenzer, & Bitter, 1998).
Pendekatan terapi keluarga yang lebih baru ini menantang apa yang disebut
Becvar dan Becvar (2009) sebagai sibernetika urutan pertama, sebuah perspektif
yang telah menjadi bagian dari keluarga pada masa Adler. Sibernetika orde pertama
memandang konselor dan terapi sebagai pengamat waktu yang berada di luar
sistem, dapat menilai apa yang sedang terjadi, dan dapat berperan sebagai
pengamat yang mendorong perubahan semua tanpa pernah menjadi bagian dari
sistem. Perspektif ini ada dalam model medis dan merupakan cara saya melekat
pada Feminis di mana banyak profesi berfungsi. dan model terapi keluarga
postmodern dalam perspektif sibernetika sistem orde kedua; yaitu keluarga p
berdasarkan is, praktisi keluarga menjadi bagian dari keluarga n dan hanya dengan
hadir bersama keluarga chan, it. Feminis, multikultural. mengubahnya. dan terapis
postmodern sangat sadar akan kekuatan yang telah mereka masuki ke dalam sistem
yang sudah mapan, dan mereka bekerja untuk mempromosikan pemahaman
melalui rasa ingin tahu dan minat daripada melalui penilaian formal. Mengadopsi
posisi yang tidak terpusat memungkinkan mereka untuk menjadi bagian dari sistem
tanpa mengambil alih.
16
Perspektif teori konseling Postmodern dalam family systems therapy ikut
berkontribusi dalam pengembangan family therapy pasca modern melalui beberapa
para pionir dalam pendekatan teori konseling postmodern adalah sebagai berikut.

1. Steve de Shazer (1985) dan pasangannya Insoo Kim Berg

Mereka mengubah terapi keluarga strategis seperti yang dipraktikkan di


Mental Research Institute. Alih-alih berfokus pada masalah, de Shazer
mengembangkan metode yang hanya berfokus pada solusi, menyebutnya sebagai
tindakan, menyebut pendekatannya sebagai terapi yang berfokus pada solusi.
Memang, de Shazer begitu fokus pada solusi sehingga dia sebenarnya
menyarankan dia bahkan tidak perlu tahu apa masalahnya yang membawa
keluarga itu ke terapi . Dengan menggunakan intervensi seperti pertanyaan ajaib,
pertanyaan skala, pertanyaan pengecualian, dan bahkan pujian, terapis yang
berfokus pada solusi membantu keluarga menciptakan cara hidup yang mereka
sukai. Salah satu mantan siswa de Shaz er dan Berg, Michele Weiner-Davis,
bergabung dengan Bill O'Hanlon untuk berfokus pada Solusi dan sedikit

17
memodifikasi pendekatan yang berfokus pada solusi (O'Hanlon & Weiner-Davis,
2003). Mereka menciptakan terapi berorientasi solusi dan percaya bahwa solusi
keluarga tertanam dalam masalah yang ada sehingga solusi keluarga dilaporkan
oleh klien mereka. Solusi-f terapi berorientasi solusi adalah bagian dari orientasi
baru untuk terapi keluarga berdasarkan perspektif postmodern dan apa yang
disebut Gergen (1999) konstruksionisme sosial.

2. Michael White dan David Epston (1990)

Mereka menciptakan pos ive yang paling berpengaruh. Ketika pendekatan


modern, terapi naratif. White dan Epston percaya bahwa orang dan keluarga tidak
hanya menjalani hidup tetapi juga menjalani kisah hidup mereka. Setiap anggota
keluarga memiliki narasi pribadinya sendiri serta narasi keluarga. cerita-cerita ini
menjadi jenuh masalah, baik individu maupun keluarga tidak berfungsi dengan
baik. White dan Epston mengadopsi posisi desentralisasi dengan keluarga, yang
kemudian dikenal sebagai posisi "tidak tahu" (Anderson & Goolishian, 1992).
Mereka mendekati para pria anggota keluarga dengan rasa ingin tahu dan minat,
dan mereka memperlakukan orang-orang ini sebagai ahli dalam kehidupan mereka
sendiri. Terapis naratif berusaha untuk memetakan sendiri pengaruh masalah pada
orang-orang dan kemudian mengeksternalisasi masalah tersebut sehingga individu
dan keluarga dapat mengadopsi pendirian yang disukai dalam kaitannya dengan
makan dapat mengadopsi gricu serta mencari hasil yang diinginkan. Anda dapat
melihat dalam penekanan terakhir ini hubungan pendekatan model naratif dengan
terapi berorientasi solusi masalah keluarga. Terapi terapi postmodern, seperti
kekuatan naratif dan dampak terapi keluarga, berusaha mengurangi atau
menghilangkan de terapis. Secara keseluruhan, pendekatan postmodern mewakili
perubahan paradigma nyata di bidang terapi keluarga.

Terapi Sistem Keluarga Dari Perspektif Multikultural

1. Kekuatan Dari Perspektif Keanekaragaman

Salah satu kekuatan perspektif sistemik dalam bekerja dari kerangka


multikultural adalah bahwa banyak kelompok etnis dan budaya sangat menghargai
keluarga besar.

18
Jika terapis bekerja dengan seorang individu dari latar belakang budaya
yang memberikan nilai khusus untuk memasukkan kakek-nenek, bibi, dan paman
dalam perawatan, mudah untuk melihat bahwa pendekatan keluarga memiliki
keunggulan berbeda dibandingkan terapi individu. Terapis keluarga dapat
melakukan beberapa jaringan yang sangat baik dengan anggota keluarga besar.
Dalam bidang terapi keluarga, Monica McGoldrick telah menjadi pemimpin
paling berpengaruh dalam pengembangan perspektif dan kerangka kerja gender dan
budaya dalam praktik keluarga McGoldrick et al., 1991, 2005, McGoldrick, &
Handy, 2008). Dalam banyak hal, McGoldrick dan rekan-rekannya mendekati
keluarga seperti antropolog sistem. Mereka melihat setiap keluarga sebagai budaya
unik yang karakteristik khusus harus dipahami. Seperti sistem budaya yang lebih
besar, keluarga memiliki bahasa unik yang mengatur perilaku, komunikasi, dan
bahkan bagaimana merasakan dan mengalami kehidupan. Keluarga memiliki
perayaan dan ritual yang menandai transisi, melindungi mereka dari gangguan luar,
dan menghubungkan mereka dengan masa lalu mereka serta masa depan yang
diproyeksikan.
Demikian pula, keluarga tidak bisa lepas dari seksisme dan patriarki yang
melekat di semua budaya. Peran laki-laki dan perempuan ditentukan dalam
masyarakat yang berbeda, tetapi dalam setiap budaya perempuan cenderung lebih
sering keluar dari masalah Peran yang dimainkan perempuan sebagai ibu dalam
keluarga, di dunia kerja, dan di masyarakat sering menjadi teladan bagi anak
perempuan untuk generasi yang akan datang. Karena kehidupan keluarga adalah di
mana peran wanita dapat dibatasi, pertimbangan masalah gender dalam keluarga
merupakan kerangka penting untuk terapi keluarga (McGoldrick et al., 1991).
Mungkin integrasi yang paling sulit dari semuanya adalah mencari cara untuk
menghormati budaya yang berbeda dalam terapi tanpa mendukung marginalisasi
atau penindasan terhadap perempuan. Untuk mencapai tujuan ini, penting untuk
diingat bahwa ada suara feminis di setiap budaya di seluruh dunia.

19
Sama seperti diferensiasi berarti memahami keluarga kita dengan cukup
baik untuk menjadi bagian darinya-untuk menjadi milik-dan juga untuk
memisahkan dan menjadi pribadi kita sendiri, memahami budaya memungkinkan
terapis dan keluarga untuk menghargai keragaman dan mengkontestasikan
pengalaman keluarga dalam kaitannya dengan budaya yang lebih besar. Hari ini,
terapis keluarga mengeksplorasi budaya individu keluarga, budaya yang lebih
besar yang dimiliki anggota keluarga, dan budaya tuan rumah yang mendominasi
kehidupan keluarga. Mereka mencari cara dimana budaya dapat
menginformasikan dan memodifikasi pekerjaan keluarga. Intervensi tidak lagi
diterapkan secara universal, terlepas dari budaya yang terlibat: melainkan
diadaptasi dan bahkan dirancang untuk bergabung dengan sistem budaya.

2. Kekurangan Dari Perspektif Keanekaragaman


Mengingat fokus multikultural dan pendekatan kolaboratif dari terapi
sistem keluarga, sulit untuk menemukan kekurangan dari perspektif keragaman.
Model terapi keluarga ini mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
penting dalam perspektif multikultural. Mungkin perhatian utama untuk budaya
non-Barat akan berkaitan dengan keseimbangan bahwa model ini menganjurkan
untuk individu versus kolektif. Proses diferensiasi terjadi di sebagian besar budaya,
tetapi mengambil bentuk yang berbeda karena norma budaya. Misalnya, seorang
anak muda mungkin terpisah dari orang tuanya namun tidak keluar rumah. Ketika
keluarga etnis minoritas berimigrasi ke Amerika Utara, anak-anak mereka sering
beradaptasi dengan konsep diferensiasi Barat. Dalam kasus seperti itu, proses
terapi antargenerasi tepat jika terapis peka terhadap akar budaya keluarga asal.
Meskipun pendekatan berlapis lapis membahas gagasan kebersamaan dan
individualitas dari perspektif yang seimbang, banyak budaya non-Barat tidak akan
menganut teori yang menghargai individualitas di atas kesetiaan kepada keluarga
dalam bentuk apa pun. Budaya non-Barat juga tidak akan memiliki konseptualisasi
waktu atau bahkan emosi yang sama. Terapis, terlepas dari model terapi mereka,
harus menemukan cara untuk memasuki dunia keluarga dan menghormati tradisi
yang mendukung keluarga.

20
Kemungkinan kekurangan praktik terapi keluarga melibatkan praktisi yang
menganggap model keluarga Barat bersifat universal. Memang, ada banyak variasi
budaya pada struktur, proses, dan komunikasi keluarga. Terapis keluarga
menemukan cara untuk memperluas pandangan mereka tentang individuasi, peran
gender yang sesuai, siklus hidup keluarga, dan keluarga besar. Beberapa terapis
keluarga fokus terutama pada keluarga inti, yang didasarkan pada gagasan Barat,
dan ini jelas bisa menjadi kekurangan dalam bekerja dengan klien dalam keluarga
besar.

Kontribusi Pendekatan Sistem Keluarga

Salah satu kontribusi kunci dari sebagian besar pendekatan sistemik adalah
bahwa baik individu maupun keluarga tidak disalahkan atas disfungsi tertentu.
Keluarga diberdayakan melalui proses mengidentifikasi dan mengeksplorasi
internal, mengembangkan mental, dan pola interaksional yang bertujuan. Pada saat
yang sama, perspektif sistem mengakui bahwa individu dan keluarga dipengaruhi
oleh kekuatan dan sistem eksternal, di antaranya penyakit, pola gender yang
berubah, budaya, dan pertimbangan sosial ekonomi. Jika perubahan terjadi dalam
keluarga atau individu, terapis harus menyadari sebanyak mungkin sistem
pengaruh

Sebagian besar terapi individu yang dipertimbangkan dalam buku tes ini
gagal memberikan fokus utama pada faktor sistemik yang mempengaruhi individu.
Terapi keluarga mendefinisikan kembali individu sebagai sistem yang tertanam
dalam banyak sistem lain, yang membawa perspektif yang sama sekali berbeda
untuk penilaian dan pengobatan. Keuntungan dari sudut pandang ini adalah bahwa
individu tidak dikambinghitamkan sebagai orang jahat dalam keluarga. Daripada
menyalahkan pasien atau keluarga yang teridentifikasi, seluruh keluarga memiliki
kesempatan (a) untuk memeriksa berbagai perspektif dan pola interaksi yang
mengkarakterisasi unit dan (b) untuk berpartisipasi dalam mencari solusi.

21
Keterbatasan dan Kritik terhadap Pendekatan Sistem Keluarga
Pada hari-hari awal terapi keluarga, konselor terlalu sering tersesat dalam
pertimbangan mereka tentang "sistem". Dalam mengadopsi bahasa sistem, konselor
mulai menggambarkan dan memikirkan keluarga sebagai terdiri dari "diad" dan
"triad": sebagai "fungsional" atau "disfungsional," "macet" atau "lepas". dan
"terjerat" atau "terlepas", dan sebagai menampilkan hasil "positif" dan "negatif"
dan putaran umpan balik. Seolah-olah keluarga adalah mesin yang diminyaki
dengan baik atau mungkin komputer yang kadang-kadang rusak. Sama seperti
mudahnya memperbaiki mesin tanpa pertimbangan emosional dari bagian yang
terlibat, beberapa terapis mendekati sistem keluarga bekerja dengan sedikit
perhatian untuk individu selama "keseluruhan" keluarga "berfungsi" lebih baik,
Undang-undang, cobaan, dan intervensi paradoks sering "dilakukan untuk klien-
kadang bahkan tanpa pengetahuan mereka (lihat Haley, 1963, 1976, 1984:
Minuchin & Fishman, 1981; Selvini Palazzolli, Bascolo, Cecchin, & Prata, 1978).
Kaum feminis mungkin yang pertama, tetapi bukan satu-satunya kelompok yang
meratapi hilangnya perspektif pribadi dalam kerangka sistemik. Saat bidang ini
sekarang bergerak menuju integrasi kerangka kerja individu dan sistemik, penting
untuk menginvestasikan kembali bahasa terapi dengan terminologi emosional
manusia yang menghormati tempat yang selalu dipegang oleh orang-orang nyata
dalam keluarga.

D. Proses konseling
1. Tujuan Konseling
Keluarga merupkan sistem terpenting bagi setiap individu, family therapy
adalah tindakan psikotherapik keluarga untuk memperbaiki fungsi psikologis.
Family systems therapy adalah sejenis terapi keluarga yang berkonsentrasi pada
interaksi anggota keluarga dan melihat seluruh keluarga sebagai sebuah kesatuan
atau sistem. Tujuan family systems therapy oleh para ahli dirumuskan secara
berbeda.

22
a) Bowen melalui pendekatan sistemik Multi-Generational Family Therapy
menegaskan bahwa tujuan family therapy adalah membantu klien (anggota
keluarga) untuk mencapai individualitas, membuat dirinya menjadi hal
yang berbeda dari sistem keluarga (mengubah individu dalam konteks
sistem), serta mengurangi kecemasan. Dua dari tujuannya dalam terapi
adalah untuk membantu anggota keluarga mengembangkan pendekatan
rasional non-reaktif untuk hidup (disebut diferensiasi diri) dan untuk
menguraikan interaksi keluarga yang melibatkan dua orang yang menarik
orang ketiga ke dalam masalah dan argumen pasangan (atau triangulasi).
b) Menurut Carl Whitaker melalui pendekatan sistemik Experiential/ symbolic
family Therapy ini ditujkan untuk mempromosikan spontanitas, kreativitas,
otonomi, dan kemampuan untuk bermain. Artinya bertujuan untuk
membantu kelurga membuka saluran interaksi yang tujuannya adalah untuk
memfasilitasi otonomi individu sambal mempertahankan rasa memiliki
dalam keluarga.
c) Menurut Afred Adler, Rudolf Dreikurs, Oscar Christensen, dan Manford
Sonstegard melalui pendekatan sistemik Adlerian Family Therapy bertujuan
untuk memungkinkan orang tua sebagai pemimpin, membuka tujuan yang
salah dan pola interaksi dalam keluarga, mempromosikan pengasuhan yang
efektif.
d) Menurut Virginia Satir melalui pendekatan sistemik Human Validation
Process Model bertujuan untuk mempromosikan pertumbuhan, harga diri,
dan koneksi, serta membantu keluarga mencapai komunikasi dan interaksi
yang kongruen/selaras.
e) Menurut Salvador Minuchin melalui pendekatan sistemik Structural Family
Therapy bertujuan untuk merestrukturisasi organisasi keluarga, dan
mengubah pola transaksional disfungsional.
f) Menurut Jay Haley & Cloe Madanes melalui pendekatan sistemik Strategic
Family Therapy bertujuan untuk menghilangkan masalah yang muncul,
mengubah pola disfungsional, dan menginterupsi urutan.

23
Tujuan spesifik ditentukan oleh orientasi praktisi atau oleh proses
kolaboratif antara keluarga dan terapis. Tujuan global termasuk menggunakan
intervensi yang memungkinkan individu dan keluarga untuk berubah dengan cara
yang akan mengurangi penderitaan mereka. Terkait dengan pertanyaan tentang
tujuan apa yang harus memandu intervensi terapis adalah pertanyaan tentang nilai
terapis. Terapi keluarga didasarkan pada seperangkat nilai dan asumsi teoretis.
Pada akhirnya, setiap intervensi yang dilakukan terapis merupakan ekspresi dari
penilaian nilai. Sangat penting bagi terapis, terlepas dari orientasi teoretis mereka,
untuk menyadari nilai-nilai mereka dan memantau bagaimana nilai-nilai ini
memengaruhi praktik mereka dengan keluarga. Dengan demikian, inti dari family
systems therapy ini bertujuan untuk mengubah pola interaksi keluarga sehingga
bisa menyelesaikan masalah-masalah yang ada dalam keluarga, membantu
keluarga agar memiliki kemampuan dalam mengolah emosi dan mengembangkan
kematangan diri setiap anggota keluarga sehingga tau peranannya dalam keluarga,
membantu anggota- anggota keluarga belajar dan menghargai secara emosional
bahwa dinamika keluarga adalah kait-mengkait di antara anggota keluarga
sehingga tercapai keseimbangan yang membuat pertumbuhan dan peningkatan
setiap anggota keluarga.

2. Fungsi dan Peran Konselor


Berdasarkan enam sudut pandang sistemik dalam family therapy terdapat
beberapa peran dan fungsi terapis/konselor.
a) Dalam Adlerian Family Therapy, konselor berperan sebagai pendidik,
penyelidik motivasi, dan kolaborator. Artinya, peran konselor yang
dikemukakan oleh Afred Adler, dkk ini adalah :
1) Membantu klien memberikan pengajaran atau pendidikan.
2) Memberikan serangkaian tindakan guna memberi motivasi kepada
klien.
3) Melakukan kerja sama dengan klien untuk membangun sebuah
hubungan yang saling menghargai satu sama lain.
24
b) Dalam Multi-Generational Family Therapy, konselor berperan sebagai
pemandu, peneliti objektif, guru, dan pemantau reaktivitas sendiri.
Artinya, peran konselor yang dikemukakan oleh Bowen ini adalah konselor
memberikan pertanyaan yang bertujuan untuk memahami keluarga.
c) Dalam Human Validation Process Model,fasilitator aktif, detektif sumber
daya, dan model untuk keselarasan. Artinya, peran konselor yang
dikemukakan oleh Virginia Satir ini adalah:
1. Konselor berperan sebagai “facilitative a comfortable”, membantu klien
melihat secara jelas dan objektif dirinya dan tindakan- tindakannya
sendiri.
2. Konselor menggunakan perlakuan atau treatment melalui setting
peran interaksi.
3. Berusaha menghilangkan pembelaan diri dan keluarga.
4. Membelajarkan klien untuk berbuat secara dewasa dan untuk
bertanggung jawab dan melakukan self-control.
5. Konselor menjadi penengah dari pertentangan atau kesenjangan
komunikasi dan menginterprestasi pesan-pesan yang disampaikan
klien atau anggota keluarga.
6. Konselor menolak pembuatan penilaian dan membantu menjadi
congruence/selaras dalam respon-respon anggota keluarga.
d) Dalam experiental/ symbolic Family Therapi. Pelatih keluarga, penantang
penantang, dan model untuk perubahan melalui permainan. Artinya, peran
konselor yang dikemukakan oleh Whitaker ini adalah konselor
memberikan terapi yang bersifat menantang guna menumbuhkan
kesadaran dalam diri klien.
e) Dalam Structural Family Therapy, "paman yang ramah", manajer
panggung, dan promotor perubahan struktur keluarga. Artinya, peran
konselor yang dikemukakan oleh Minuchin ini adalah konselor langsung
bergabung dan mengarahkan secara langsung dengan keluarga klien.

f) Dalam Strategic Family Therapy,direktur aktif perubahan dan pemecah


masalah. Artinya peran konselor yang dikemukakan oleh Haley ini
adalah:

25
1) Menciptakan kerja sama antar anggota keluarga.
2) Memberikan kepercayaan dan mendorong klien bahwa setiap orang
dalam keluarga memiliki kemampuan dan mengetahui fungsi dan peran
serta dapat melakukan yang terbaik buat dirinya dan keluarganya.
3) Membantu klien untuk ikut serta dalam setiap proses konseling
agar setiap anggota keluarganya dapat melaksanakan peranya.
4) Membantu keluarga agar memiliki kemampuan dalam mengolah emosi
dan mengembangkan kematangan diri setiap anggota keluarga.
5) Membantu memberikan pemahaman sebagai pribadi dan juga sebagai
bagian dari keluarga.
3. Pengalaman Klien dalam Konseling
Berdasarkan enam sudut pandang sistemik dalam family therapy,
pengalaman klien dalam konseling yang didasarkan pada proses perubahan yaitu :
a) Adelerian Family Therapy memberikan pengalaman terhadap klien selama
sesi konseling yaitu berupa pembentukan hubungan berdasarkan saling
menghormati, penyelidikan urutan kelahiran dan tujuan yang salah, serta
pendidikan ulang.
b) Multi-Generational Family Therapy memberikan pengalaman terhadap
klien selama sesi konseling yaitu pemberian pertanyaan dan proses
kognitif mengarah pada perbedaan dan pemahaman tentang keluarga asal.
c) Human Validation Process Model memberikan pengalaman terhadap klien
selama sesi konseling yaitu keluarga dibantu untuk berpindah dari status
quo melalui kekacauan ke kemungkinan baru dan integrasi baru.
d) Experiential/Symbolic Family Therapy memberikan pengalaman terhadap
klien selama sesi konseling yaitu membantu menumbuhkan kesadaran dan
benih perubahan ditanam dalam terapi konfrontasi ( bersifat menantang /
tantangan)
e) Structural Family Therapy memberikan pengalaman terhadap klien selama
sesi konseling yaitu konselor bergabung dengan keluarga dalam peran
kepemimpinan, struktur perubahan, dan menetapkan batasan.
f) Strategic Family Therapy memberikan pengalaman terhadap klien selama
sesi konseling yaitu

26
Dengan demikian, family therapy bisa dimulai dengan membentuk
hubungan berdasarkan rasa saling menghormati, akrab, jujur, saling percaya,
sehingga menimbulkan keterbukaan dari konseli. Penilaian didasarkan pada
deskripsi subjektif yang digunakan anggota keluarga untuk mendefinisikan diri
mereka sendiri dan interaksi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian
adanya Pengembangan apresiasi emosional, dimana munculnya kemampuan untuk
menghargai perasaan masing-masing anggota keluarga, dan keinginan mereka agar
masalah yang mereka hadapi dapat terselesaikan semakin besar.

4. Hubungan antara Konselor dan Klien

Faktor jumlah klien (anggota keluarga) menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi hubungan antara konselor dan konseli. Dalam konseling keluarga,
konseli bisa lebih dari satu orang. Relasi antara anggota keluarga amat beragam
dan bersifat emosional, dan konselor harus melibatkan diri atau berpartisipasi
secara penuh dalam dinamika konseling keluarga.

Pendekatan integratif terhadap praktik keluarga, terapi mencakup prinsip-


prinsip panduan yang membantu konselor mengatur tujuan, tindakan antar
pengamatan, dan cara untuk mempromosikan perubahan. Beberapa perspektif
family systems therapy berfokus pada perubahan persepsi dan kognitif, yang lain
terutama berurusan dengan perubahan perasaan, dan teori lain masih menekankan
perubahan perilaku. Terlepas dari perspektif yang dijalankan oleh terapis keluarga,
perubahan perlu terjadi dalam hubungan, bukan hanya di dalam individu.

27
Dinamakan “perspektif konseling keluarga” untuk proses perubahan karena
keluarga dipandang sebagai unit fungsional yang lebih daripada jumlah peran
anggota yang berbeda-bada. Tindakan yang dilakukan oleh setiap individu anggota
keluarga akan memengaruhi semua yang lain dalam keluarga, dan reaksi mereka
akan memiliki pengaruh timbal-balik di dalam individu. Ilustrasi tersebut
menunjukkan perlunya konselor untuk melihat semua perilaku, termasuk semua
gejala yang diungkapkan oleh individu, dalam konteks keluarga dan masyarakat.
Dalam proses intervensi, konselor melihat klien sebagai bagian keluarga, termasuk
sumber masalah dan solusi pemecahan yang mungkin diambil. Konselor
memperlakukan klien-individu, pasangan, atau keluarga-sebagai ahli dalam
kehidupan mereka sendiri.

E. Prosedur dan Teknik Konseling

Model integratif dipilih memungkinkan integrasi gagasan yang lebih besar


dari berbagai model terapi keluarga. Proses terapi keluarga memiliki gerakan.
Gerakan-gerakan ini dapat digambarkan sebagai pengalaman terpisah yang
tertanam dalam aliran terapi yang lebih besar. Pada bagian ini kami menjelaskan
empat gerakan umum, masing-masing dengan tugas yang berbeda: membentuk
hubungan, melakukan penilaian, membuat hipotesis dan berbagi makna, dan
memfasilitasi perubahan. Dalam kasus yang jarang terjadi, keempat gerakan ini
mungkin terjadi dalam satu sesi, dalam kebanyakan kasus, bagaimanapun, setiap
gerakan membutuhkan beberapa sesi.

g) Membentuk Hubungan

Selama bertahun-tahun, terapis sistem keluarga telah menggunakan


berbagai metafora untuk menggambarkan peran terapis dan hubungan terapeutik.
Munculnya model feminis dan postmodern dalam terapi telah memindahkan
bidang terapi keluarga ke arah hubungan yang lebih egaliter, kolaboratif,
kooperatif, dan membangun bersama (lihat T. Andersen, 1987, 1991; H. Anderson,
1993; Anderson & Goolishian, 1992: Epston & White, 1992; Luepnitz, 1988).

28
Perdebatan Carl Rogers (1980) pertama kali diperkenalkan pada terapi
individu pada tahun 1940-an telah muncul kembali dalam terapi keluarga dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan berikut.

a) Keahlian apa yang dimiliki terapis dalam hubungannya dengan keluarga,


dan bagaimana seharusnya keahlian itu digunakan?
b) Bagaimana seharusnya arahan terapis dalam hubungannya dengan keluarga,
dan apa yang dikatakan tentang penggunaan kekuasaan dalam terapi?

Kami percaya pendekatan berlapis-lapis untuk terapi keluarga paling baik


didukung oleh hubungan terapis-klien kolaboratif di mana saling menghormati,
peduli, empati, dan minat tulus pada orang lain adalah yang utama. Selain itu,
kami percaya bahwa tindakan dan pemberlakuan terarah paling berguna ketika
mereka merupakan usaha bersama dari terapis dan keluarga.

Terapis mulai membentuk hubungan dengan klien dari saat kontak


pertama. Dalam kebanyakan kasus, kami percaya terapis harus membuat janji
sendiri, menjawab pertanyaan awal yang mungkin dimiliki klien, dan memberi
klien gambaran tentang apa yang diharapkan ketika mereka datang. Ini juga
merupakan saat ketika konselor dapat memberi tahu keluarga tentang posisi
mereka tentang apakah semua anggota harus hadir. Beberapa terapis keluarga akan
bekerja dengan salah satu anggota keluarga yang ingin datang; yang lain hanya
akan melihat keluarga jika semua orang menjadi bagian dari sesi terapi.

Sejak saat pertama kali kontak tatap muka, hubungan terapeutik yang baik
dimulai dengan upaya melakukan kontak dengan setiap orang yang hadir (Satir &
Bitter, 2000). Apakah itu disebut bergabung, keterlibatan, atau perawatan dan
perhatian sederhana, itu adalah tanggung jawab terapis untuk bertemu setiap orang
dengan keterbukaan dan kehangatan. Umumnya, minat yang terfokus pada setiap
anggota keluarga membantu mengurangi kecemasan yang mungkin dirasakan
keluarga.

29
Proses dan struktur terapi merupakan bagian dari deskripsi pekerjaan
terapis. Penting bagi anggota keluarga untuk memperkenalkan diri dan
mengungkapkan keprihatinan mereka, tetapi terapis tidak boleh terlalu fokus pada
masalah konten. Memahami proses keluarga hampir selalu difasilitasi oleh
pertanyaan bagaimana. Pertanyaan yang dimulai dengan apa, mengapa, di mana,
atau kapan cenderung terlalu menekankan detail konten (Gladding, 2010).

Semua perubahan dalam sistem manusia dimulai dengan memahami dan


menerima segala sesuatu sebagaimana adanya (Satir & Baldwin, 1983).
Keterampilan praktisi keluarga dalam mengomunikasikan pemahaman dan empati
itu melalui mendengarkan secara aktif meletakkan dasar bagi hubungan kerja yang
efektif. Konselor dan terapis yang menggunakan validasi dan dorongan, yang
mendukung ketahanan keluarga, dan yang memperoleh kerjasama mengalami
jumlah terbesar keberhasilan dalam terapi.

h) Melakukan Penilaian

Berbagai lapisan yang telah kami catat di atas memberikan banyak titik
masuk untuk melakukan penilaian keluarga, tetapi konselor dan terapis pemula
akan sering menemukan bahwa prosedur penilaian yang lebih formal, seperti
genogram (McGoldrick et al., 2008), akan memungkinkan struktur dan cerita
keluarga untuk disajikan secara lebih jelas dan teratur. Dalam beberapa kasus, tes
formal dan skala penilaian (lihat, misalnya, Gottman, 1999) juga tidak berguna.
Mari kita mulai dengan proses untuk membangun genogram bersama. Kebanyakan
praktisi keluarga memulai dengan peta keluarga yang datang ke terapi. Orang tua
terdaftar dengan nama, usia, dan tanggal lahir mereka dalam bentuk persegi
panjang (untuk pria) atau lingkaran (untuk wanita). Jika ada banyak hubungan
yang terlibat dalam subsistem orang tua, mereka umumnya ditunjukkan dalam
urutan kronologis dengan pria terdaftar di sebelah kiri dan wanita di sebelah
kanan.

30
Pada genogram di atas. Mary menikahi Ralph ketika dia berusia 20 tahun
dan Ralph berusia 26 tahun; pernikahan mereka berlangsung sekitar satu tahun,
dan kemudian mereka bercerai. Pada 2010, Mary dan John menikah. Jika John dan
Mary telah memutuskan untuk hidup bersama, tetapi tidak berkomitmen pada
pernikahan formal, genogram akan menggunakan garis putus-putus (atau garis
putus-putus) untuk menunjukkan hubungan informal, seperti ini

Jika Ralph meninggal bukannya menceraikan Mary, itu akan terlihat seperti
ini:

Ketika Mary dan John memiliki anak, genogram mereka mungkin terlihat
seperti ini:

Dalam genogram di atas, sekarang tahun 2016, dan John dan Mary telah
terikat selama 6 tahun. Ketika mereka telah menikah selama 1 tahun, Mary

31
melahirkan anak pertama mereka, seorang anak laki-laki yang mereka beri nama
John Jr. Setahun kemudian, Mary mengalami keguguran, ditandai dengan oval
hitam di ujung garis anak. Dua tahun lalu, mereka mengadopsi (ditunjukkan
dengan garis lurus di sebelah garis putus-putus) putri mereka Ann. Jika kita
memperluas genogram John dan Mary menjadi tiga generasi dan jika kita
berasumsi bahwa John dan Mary hanyalah anak-anak, genogram keluarga tiga
generasi dasar akan terlihat seperti ini:

Banyak simbol lain yang digunakan dalam genogram, termasuk kotak


ganda atau lingkaran ganda untuk menunjukkan indeks orang atau orang yang
menjadi fokus genogram. Segitiga terbalik dalam kotak atau lingkaran digunakan
untuk menunjukkan pria gay atau wanita lesbian. Kami menaungi bagian bawah
persegi atau lingkaran untuk menunjukkan penyalahgunaan zat. Kami
menggabungkan garis paralel ganda untuk menunjukkan hubungan yang kuat
antara dua orang dan tiga garis paralel untuk menunjukkan hubungan yang
menyatu atau terjerat. Garis putus-putus menunjukkan hubungan yang jauh, dan
konflik ditunjukkan dengan garis yang terlihat seperti ini: www.

Saat terapis mendengarkan anggota keluarga menggambarkan kisah


keluarga mereka, seringkali sulit untuk mengetahui dari mana harus memulai
dengan sebuah keluarga. Anggota keluarga sering kali merupakan orang terbaik
untuk memilih fokus. Praktisi keluarga sering menggunakan pertanyaan melingkar

32
atau relasional untuk mendapatkan masalah sistemik yang disajikan dalam cerita
keluarga yang akan memberikan makna bagi terapis dan keluarga.

Dalam proses penilaian, akan sangat membantu untuk menanyakan tentang


perspektif keluarga tentang pengaruh yang melekat pada masing-masing lapisan
ini. Selain poin masuk yang telah kami catat, berikut adalah beberapa pertanyaan
lain yang mungkin dimasukkan dalam penilaian yang lebih rinci.

a) Apa yang dibawa setiap anggota keluarga ke sesi?


b) Bagaimana setiap orang menggambarkan siapa dirinya?
c) Apa tujuan setiap anggota keluarga? Apa tujuan yang dimiliki setiap
anggota keluarga untuk orang lain dalam keluarga?
d) Rutinitas apa yang mendukung kehidupan sehari-hari setiap anggota
keluarga?
e) Siapa yang membuat keputusan? Bagaimana konflik diselesaikan atau
masalah ditangani? • Bagian apa yang terlibat dalam urutan paling umum
dalam keluarga? Seperti apa hari-hari biasa?
f) Apakah orang tua adalah pemimpin keluarga yang efektif, dan apakah
proses kepemimpinan seimbang atau tidak seimbang?
g) Bagaimana anak-anak menanggapi kepemimpinan orang tua? Apa tujuan
anak-anak dalam merespons seperti yang mereka lakukan?
h) Dimana pada setiap orang dalam keluarga dalam kaitannya dengan
personal biologis, kognitif. emosional, dan perkembangan sosial?
i) Dimana keluarga dalam siklus hidup keluarga, dan bagaimana mereka
menangani transisi? • Budaya apa yang ada dalam latar belakang keluarga
masing-masing anggota keluarga? • Dalam budaya atau wilayah apa
keluarga saat ini tinggal, dan apakah imigrasi atau migrasi merupakan
pengalaman keluarga baru-baru ini?
j) Bagaimana ekonomi, pendidikan, suku, agama, ras, latar belakang daerah.
jenis kelamin, orientasi seksual, kemampuan, dan usia mempengaruhi
proses keluarga dan bagaimana kesesuaian antara praktisi keluarga dan
keluarga terkait dengan aspek kehidupan keluarga ini?

33
k) Apa pengaruh rasisme, patriarki, atau heteroseksisme terhadap keluarga ini
dan anggotanya? - Gagasan apa dalam kaitannya dengan gender yang

perlu ditegaskan atau ditentang • Di manakah keluarga ini dalam proses


perubahan?
l) Sumber daya apa (internal atau eksternal) yang perlu diakses?
3. Berhipotesis dan Berbagi Arti

Berhipotesis adalah membentuk seperangkat ide tentang orang, sistem, dan


situasi yang memfokuskan makna dengan cara yang bermanfaat. Dalam terapi
keluarga, hipotesis mengalir dari ide-ide dan pemahaman yang dihasilkan dalam
proses penilaian. Dua pertanyaan terkait dengan bentuk hipotesis yang dipilih
untuk dilakukan:

a) Seberapa besar keyakinan terapis dan keluarga terhadap gagasan yang


mereka hasilkan?
b) Seberapa besar pengaruh yang bersedia diberikan terapis dalam kehidupan
orang dan keluarga?

Konselor keluarga, seperti terapis individu, tidak dapat menghindari


mempengaruhi keluarga dan anggotanya. Tapi pengaruh seperti apa yang akan
dibawa terapis ke sesi? Satir dan Bitter (2000) menyarankan bahwa terapis
keluarga tidak dapat bertanggung jawab atas orang-orang, tetapi mereka harus
bertanggung jawab atas proses; yaitu, mereka memiliki tanggung jawab atas
bagaimana terapi dilakukan. Feminis dan konstruksionis sosial, mungkin, adalah
yang paling ekspresif dari keprihatinan mereka tentang penyalahgunaan kekuasaan
dalam terapi. Mereka bergabung dengan multikulturalis, terapis yang berpusat
pada orang, Adlerians, dan eksistensialis, untuk beberapa nama, yang juga telah
menyaksikan pengenaan sering tidak sadar dari budaya dominan dalam terapi,
pada hari-hari awal terapi keluarga, sebagian besar terapis laki-laki sering
mengabaikan efek pada kehidupan keluarga patriarki, kemiskinan, rasisme,
diskriminasi budaya dan marjinalisasi, homo-prasangka, dan masalah sosial
lainnya. Pada akhir strategis- struktural kontinum, terapis lebih mungkin untuk
mengklaim keahlian tertentu dalam sistem kerja yang memungkinkan mereka

34
untuk melakukan intervensi langsung dalam pemberlakuan perubahan yang
"diperlukan" dalam keluarga. Untuk melawan penyalahgunaan terapeutik dan apa
yang oleh sebagian orang dianggap sebagai penyalahgunaan kekuasaan yang
berkelanjutan dalam terapi, beberapa terapis naratif mengadopsi posisi yang tidak
terpusat dalam kaitannya dengan keluarga ( White, 1997, 2007) Seperti terapis
yang berpusat pada orang sebelum mereka, terapis yang tidak terpusat berusaha
untuk menjaga keluarga dan anggota keluarga di pusat terapi proses.

Penting bagi keluarga untuk diundang ke dalam dialog yang saling


menghormati dan pada dasarnya kolaboratif dalam pekerjaan terapeutik. Perspektif
berbeda yang ditemukan dalam karya ini cenderung menyatu menjadi hipotesis
kerja, dan berbagi ide-ide ini memberi keluarga jendela ke dalam hati dan pikiran
terapis serta diri mereka sendiri. Berbagi hipotesis segera mengundang dan
meminta umpan balik dari berbagai anggota keluarga. Dan umpan balik inilah
yang memungkinkan terapis dan keluarga mengembangkan kecocokan satu sama
lain, yang pada gilirannya cenderung mempererat hubungan kerja.

Hipotesis tentatif dan proses berbagi yang Dreikurs (1950, 1997)


kembangkan dirancang dengan baik untuk jenis kerja kolaboratif yang
dibayangkan di sini. Dreikurs akan menggunakan minat dan keingintahuan yang
besar untuk mengajukan pertanyaan dan mengumpulkan perspektif subjektif dari
anggota keluarga. Memang, dia akan menghormati ide-ide yang dibawa individu
ke pemahaman bersama mereka. Ketika dia memiliki ide yang ingin dia bagikan,
dia sering meminta izin untuk pengungkapannya.

a) Saya punya ide yang ingin saya bagikan dengan Anda. Apakah
Anda bersedia mendengarnya?
b) Mungkinkah...

Nilai dari cara menyajikan hipotesis ini adalah mengajak keluarga dan
anggota keluarga untuk mempertimbangkan dan terlibat tanpa melepaskan hak
mereka untuk membuang apa pun yang tidak sesuai. Ketika ide yang disarankan
tidak sesuai, terapis kemudian menjelaskan tentang melepaskannya dan

35
membiarkan keluarga mengarahkan kembali percakapan ke konseptualisasi yang
lebih berguna.

4.Memfasilitasi Perubahan

Memfasilitasi perubahan adalah apa yang terjadi ketika terapi keluarga


dipandang sebagai proses bersama atau kolaboratif. Teknik lebih penting untuk
model yang melihat terapis sebagai ahli dan bertanggung jawab untuk membuat
perubahan terjadi Pendekatan kolaboratif memerlukan perencanaan. "Perencanaan
masih dapat mencakup apa yang disebut terapi keluarga sebagai teknik intervensi,
tetapi dengan partisipasi keluarga" (Breunlin et al., 1997, hal. aga). Dua bentuk
yang paling umum untuk memfasilitasi perubahan adalah penetapan dan sebagai
penandatangan tugas. Kedua proses ini bekerja paling baik ketika keluarga
bersama- sama membangunnya dengan terapis-atau setidaknya menerima alasan
penggunaannya.

Dalam proses perubahan, jumlah hasil yang mungkin hanya dibatasi oleh
sumber daya yang tersedia secara internal dan eksternal untuk keluarga. Namun,
ini tidak berarti bahwa praktisi keluarga tidak memiliki panduan untuk hasil yang
diinginkan atau diinginkan. Secara umum, bagian internal anggota keluarga
berfungsi paling baik ketika mereka seimbang (tidak terpolarisasi) dan ketika
individu mengalami bagian pribadi sebagai sumber daya. Mampu berpikir
biasanya lebih berguna daripada reaktivitas emosional, mampu merasakan lebih
baik daripada tidak merasa, kontak yang baik dengan orang lain lebih bermanfaat
daripada isolasi atau penyerapan diri, dan mengambil risiko yang wajar dalam
pelayanan pertumbuhan dan perkembangan adalah lebih bermanfaat daripada
stagnasi atau mundur ke dalam ketakutan. Lebih jauh, mengetahui tujuan dan
tujuan perilaku, perasaan, dan interaksi kita cenderung memberi kita pilihan
tentang penggunaannya. Dan memahami pola yang kita lakukan dalam hubungan
tatap muka, pasang surut kehidupan, atau lintas generasi memberikan banyak jalan
untuk pola yang menantang dan pemberlakuan kemungkinan baru.

36
Teknik-teknik dalam konseling keluarga berkembang dengan pesat
memasuki tahun 1970-an. Inovasi teknik terapeutik diperkenalkan termasuk
pendekatan behavioral yang dikaitkan dengan masalah-masalah keluarga. Pada
tahu 1980-an, konseling perkawinan dan konseling keluarga menjadi satu. Para
praktisi dari berbagai disiplin keahlian menjadikan konseling keluarga sebagai ciri
propesional mereka. Pada saat sekarang, konseling keluarga lebih menekankan
penanganan masalah-masalah secara kontekstual daripada secara terpisah dengan
individu-individu. Tantangan yang dihadapi oleh konseling keluarga pada tahun
1980-an adalah mengintegrasikan berbagai pendekatan konseling keluarga dan
menggunakan kombinasi-kombinasi dari teknik-teknik yang dibutuhkan untuk
populasi-populasi yang berbeda.

Berikut adalah teknik-teknik yang digunakan dalam konseling keluarga.

1. Pemeragaan

Memperagakan ketika masalah itu muncul. Misalnya ayah dan anaknya


sehingga mereka saling diam bertengkar, maka terapis membujuk mereka untuk
berbicara setelah itu terapis memberikan saran-sarannya dan bisa disebut dengan
psikodrama. Dan komunikasi dalam keluarga paling penting.

2. Sculpting

Sculpting yaitu teknik yang mengijinkan anggota-anggota keluarga untuk


menyatakan kepada anggota lain, persepsinya tentang berbagai masalah hubungan
yang ada diantara anggota-anggota keluarga. Konseli dapat menyatakan isi hati
dan persepsinya tanpa cemas. Sculpting digunakan untuk mengungkapkan konflik
keluarga melalui nonverbal, baik perasaan maupun tindakan.

3. Role Playing

Role Playing yaitu teknik dengan memberikan peran tertentu kepada


anggota keluarga. Peran tersebut adalah peran orang lain dikeluarga tersebut.
Contohnya anak diminta memainkan peran sebagai ayahnya. Tujuan teknik adalah
untuk konseli terlepas dari perasaan penghukuman, tertekan, dan lainnya.

37
4. Silence

Silence yaitu teknik yang digunakan untuk menunggu suatu gejala perilaku
baru muncul, pikiran baru, respons baru. Teknik ini digunakan saat anggota
keluarga berada dalam konflik dan frustrasi karena salah satu anggota keluarga
yang suka bertindak “kejam”, sehingga mereka datang saat konseling dengan
tindakan tutup mulut.

5. Confrontation

Confrontation yaitu teknik yang digunakan untuk mempertentangkan


pendapat-pendapat anggota keluarga yang terungkap dalam wawancara konseling
keluarga. Tujuannya adalah untuk anggota keluarga saling berterus terang, jujur,
dn menyadari perasaan masing-masing.

6. Teaching via Recapitulating

Teaching via Recapitulating yaitu teknik mengikthisarkan atau


merangkum/menginterpretasi pembicaraan yang bergalau pada setiap anggota
keluarga, dengan tujuan agar pembiacaraan menjadi terarah dan terfokus.

7. Clarification

Clarification yaitu teknik yang digunakan untuk memperjelas pernyataan


atau perasaan yang diungkapkan questioning, yaitu teknik mengajar anggota
keluarga dengan cara bertanya, contoh: “bagaimana kalau prestasimu menurun?
Apakah kamu senang kalau orangtuamu sedih?”

8. Listening

Listening yaitu teknik yang digunakan agar pembicaraan seorang anggota


keluarga didengarkan dengan sabar oleh yang lain. Tujuannya adalah untuk
mendengarkan dengan perhatia secara samar-samar oleh anggota keluarga.
Biasanya teknik ini lebih menekankan kepada aspek makna kognitif dari suatu
pernyataan verbal konseli atau anggota keluarga lainnya.

9. Family Genogram

38
Family Genogram memberikan cara lain untuk konseptualisme pembangunan
sebuah struktur keluarga. Biasanya, family genogram digunakan untuk memetakan
perkembangan dari keluarga tertentu selama siklus kehidupannya, setidaknya untuk
tiga generasi. Family genogram ini menyerupai pohon keluarga yang didalamnya
mencakup informasi tentang urutan kelahiran, anggota keluarga, komunikasi
mereka, dan isu-isu hubungan. Dalam Corey (2009) dijelaskan bahwa Monica
McGoldrick menyediakan sumber yang bagus untuk clinicians yang kurang
familiar dengan penggunaan family genogram (lihat McGoldrick, Gerson, &
Shellenberger, 1999).
Family genogram sering digunakan sebagai dasar pembentukan hipotesis
klinis dalam family work dan metode-metode lain (yang didalamya mengandung
sebuah sensitifitas budaya) yang ditawarkan untuk memahami konseli baik secara
individual maupun secara keluarga. Sebagai contoh, Magnuson, Norem, dan
Skinner (1995) menganjurkan pemetaan dinamika hubungan dalam keluarga
pasangan gay atau lesbian yang tidak diakui oleh masyarakat umum (misalnya,
pernikahan) - Gibson (2005) menyediakan panduan yang sangat baik untuk
efektifitas penggunaan family genogram dalam setting konseling sekolah.

10. Ecomap

Hartman (1995) mengembangkan alat serupa yang disebut ecomap.


Beberapa kelebihan dari ecomap yakni dimungkinkannya klien dan konselor atau
terapis untuk berada dalam suatu diagram tertentu, interaksi keluarga dan
masyarakat juga dapat disertakan. Sebuah ecomap mencakup berbagai unsur guna
mengorganisir sebuah kasus. Family genogram dan ecomaps semakin sering
digunakan dalam bidang di luar family systems therapy seperti perawatan (Olsen,
Dudley-Brown, dan McMullen, 2004) dan family medicine (Wattendorf & Hadley,
2005).

Berikut beberapa teknik dan inovasi yang digunakan dalam family systems
therapy berdasarkan enam sudut pandang sistemik dalam exsist.

1. Adlerian Family Therapy

39
Dalam sudut pandang sistemik ini, teknik dan inovasi yang digunakan
yaitu konstelasi keluarga, hari-hari biasa, pengungkapan tujuan, dan
konsekuensi alami/logis.

2. Multi-Generational Family Therapy


Dalam sudut pandang sistemik ini, teknik dan inovasi yang digunakan yaitu
genogram, berurusan dengan masalah keluarga asal, dan hubungan
detriangulasi.
3. Human Validation Process Model
Dalam sudut pandang sistemik ini, teknik dan inovasi yang digunakan yaitu
empati, sentuhan, komunikasi, memahat, bermain peran, kronologi
kehidupan keluarga.
4. Experiential/Symbolic Family Therapy
Dalam sudut pandang sistemik ini teknik dan inovasi yang digunakan yaitu
terapi bersama, pengungkapan diri, konfrontasi, penggunaan diri sebagai
agen perubahan.
5. Structural Family Therapy
Dalam sudut pandang sistemik ini teknik dan inovasi yang digunakan yaitu
bergabung dan menampung, ketidakseimbangan, pelacakan, pembuatan
batas, dan penetapan.
6. Strategic Family Therapy
Dalam sudut pandang sistemik ini teknik dan inovasi yang digunakan yaitu
membingkai ulang, arahan dan paradoks, memperkuat, berpura-pura, dan
memberlakukan.

40
BAB III

APLIKASI KASUS

A. Kasus Jeni

Jeni adalah seorang laki-laki berusia 24 tahun. Dia pengangguran dan


mengikuti sesi konseling karena memiliki beberapa permasalahan yang
menggangunya. Masalah pertama adalah dia merasa depresi dan frustrasi dengan
hidupnya karena dia tida mempunyai pekerjaan. Pernah dia kuliah, akan tetapi
tidak tamat karena tidak serius dan banyak bolos sehingga dia Drop Out (DO) oleh
kampusnya. Dia merasa hidupnya sudah tidak berarti dan tidak memiliki tujuan
hidup yang jelas. Ia mengatakan dalam dirinya bahwa dia tidak layak untuk hidup
bahagia seperti orang lain. Ada keinginan dalam hatinya untuk menikah dan hidup
bahagia bersama wanita pilihannya akan tetapi melihat kondisinya sekarang, dia
merasa frustrasi terhadap dirinya. Ia mengatakan setiap kali mendekati perempuan,
dia merasa cemas dan dalam pikirannya seringkali muncul pikiran bahwa
perempuan itu pasti berpikir jelek tentang kondisinya yang buruk dan tidak punya
pekerjaan. Ketika dihadapkan pada pemikiran terhadap masalah yang ia hadapi, ia
langsung mabuk dengan meminum alcohol dengan tujuan supaya menghilangkan
pikirannya yang stres. Akan tetapi kadangkala ia berpikir untuk bunuh diri agar
terbebas dari tekanan yang ia rasakan. Ia merasa hidupnya tidak berarti. Satu-
satunya yang ia rasakan berarti adalah ia memiliki ibu yang baik hati. Akan tetapi,
setiap kali melihat ibunya, seringkali muncul pikiran bahwa dirinya tidak berguna
dan tidak bisa membahagiakan ibunya.

41
B. Analisis Kasus Jeni dalam Perspektif Teori Konseling Family Systems
Therapy

Analisis kasus Jeni berdasarkan perspektif Teori Konseling Family Systems


Therapy yaitu bahwasannya Jeni mengalami setiap permasalahan yang ada dalam
hidupnya saat ini tidak bisa semata-mata dianggap karena faktor dari luar ataupun
kesalaha dari pribadinya. Dalam teori konseling ini setiap manusia yang
teridentifikasi memiliki permasalahan dalam hidupnya dipicu dengan kuat oleh
faktor sistem keluarga. Sebab, melalui sistem keluarga inilah, kita dapat
menemukan penilaian yang paling tepat mengenai siapa dan bagaimana
kepribadian kita. Sehingga perspektif teori konseling ini menganggap bahwa
penilaian dari setiap individu dipengaruhi oleh interaksi antar dan di antara anggota
keluarganya, oleh karena itu sebagai konselor kita tidak bisa menyalahkan klien
sepenuhnya karena masalah yang ditimbulkannya. Bahkan teori konseling ini
menyatakan bahwa gejala yang timbul sebagai akibat dari permasalahan yang
dihadapi adalah bentuk ekspresi individu dari seperangkat kebiasaan dan pola
dalam keluarga. Oleh karena itu, melalui perspektif teori konsling family systems
therapy, upaya perubahan paling baik difasilitasi dengan bekerja sama dengan dan
mempertimbangkan keluarga atau rangkaian hubungan secara keseluruhan dengan
keluarga klien. Dengan demikian, diperlukan pendekatan pengobatan yang secara
komprehensif ditujukan kepada keluarga serta klien yang "teridentifikasi".

C. Rancangan Penanganan Kasus Jeni menggunakan Teori Konseling Family


Systems Therapy

Dalam kasus Jeni tersebut telah dipaparkan Jeni merasa depresi dan frustasi
dengan hidupnya karena dia tidak mempunyai pekerjaan. Sehingga akhirnya dia
sulit untuk bersosialisasi dengan orang lain, dan sulit untuk menemukan pasangan
karena dia memiliki pikiran yang buruk, bahkan dia sempat berfikiran untuk bunuh
diri tetapi dia selalu ingat dengan ibunya. Sehingga didalam konseling itu
diperlukan bantuan psikologi untuk meningkatkan self-esteem dan keterampilan
sosial. Jeni diajarkan bagaimana cara berkenalan dengan

42
orang baru, menjalin hubungan pertemanan, cara berinteraksi, menyusun kata-kata,
perilaku nonverbal, agar dia mampu bersosialisasi dengan orang lain.

Untuk penanganan kasus Jeni ini, saya akan menggunakan teori terapi
keluarga Mulitigenerasi dari Murray Bowen. Menurut Kerr dan Bowen (1988),
penyebab masalah individu hanya dapat dipahami dengan melihat peran keluarga
sebagai unit emosional. Dalam unit keluarga, reaktivitas emosional yang belum
terselesaikan terhadap keluarga seseorang harus diatasi jika seseorang berharap
untuk mencapai kepribadian yang matang dan unik. Masalah emosional akan
ditransmisikan dari generasi ke generasi sampai keterikatan emosional yang belum
terselesaikan ditangani secara efektif. Perubahan harus terjadi dengan anggota
keluarga lain dan tidak dapat dilakukan oleh individu di ruang konseling baca.

Adapun langkah pertama yang dilakukan ketika Jeni melakukan konseling


adalah dengan melakukan wawancara evaluasi yang melibatkan kerjasama anggota
keluarga, sehingga Jeni mendengarkan bagaimana kecemasan anggota keluarga
terutama Ibu nya terhadap Jeni. Dan Jeni tau keluarganya sangat peduli dengan
dia, meyakinkannya bahwa satu orang yang sangat termotivasi bisa menjadi
tumpuan untuk perubahan dan sistem seluruh keluarga, dan Jeni memiliki
semangat untuk hidup lebih baik karena melihat kepedulian dari keluarganya.

Selanjutnya saya akan mengguna genograms yaitu suatu metode


mendiagramkan keluarga termasuk informasi yang signifikan tentang keluarga,
seperti usia, jenis kelamin, kematian, dan lokasi geografis. Genogram juga dapat
memberikan gambaran mengenai pola emosional dari setiap anggota keluarga,
genogram ini akan saya gunakan untuk mengurangi kecanduan Jeni terhadap
alkohol. Adapun langkah dalam membuat genogram yaitu :

1. Konselor bersama klien melakukan pemetaan keluarga yang melibatkan


struktur-infrastruktur dalam sebuah keluarga yang dituangkan ke dalam
genogram. Biasanya, konselor mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang

43
struktur keluarga, diantaranya anak, ayah-ibu, dan kakek-nenek dan
membuat genogram untuk tiga generasi keluarga terakhir.
2. Konselor merekam informasi keluarga lainnya yang dapat mencakup
informasi demografis, informasi acara penting keluarga, dan peristiwa
penting lainnya seperti kelahiran, kematian, pernikahan, perceraian,
problem kesehatan, hubungan sosial dalam keluarga, pekerjaan,
pendidikan, agama dll.

3. Secara hati-hati konselor menggambar kembali genogram dengan


memasukkan informasi-informasi penting yang ditemui pada langkah
kedua. Pada tahap ini, konselor juga merumuskan beberapa hipotesis-
hipotesis dan melakukan interpretasi-interpretasi berkenaan dengan gambar
genogram yang telah disusun. Hipotesis dan interpretasi tersebut sangat
membantu konselor dalam mengeksplorasi klien.

Setelah saya mengatahui penyebab Jeni kecanduan oleh alkohol, saya akan
memberikan ide kepada Jeni tentang bagaimana dia mengatasi pengalaman yang
menyebabkan penyalahgunaan alkohol dengan menjelaskan bagaimana dia
berpikir, merasa, dan berperilaku ketika Jeni tidak didorong oleh keinginan untuk
menyalahgunakan alkohol. Saya akan memberikan cara yang positif menjalani
hidup tanpa perlu menggunakan alkohol, seperti lebih bisa bersosialisasi dengan
orang lain, hidup dilingkungan yang baik, selalu dekat dengan keluarga, dan untuk
tidak berfikiran negatif terhadap keadaan yang dialaminya. Informasi dari
genogram ini nantinya akan ditafsirkan pada anggota keluarga sehingga mereka
bisa memahami dinamika dalam keluarga. Dengan menjaga objektivitas, konselor
mampu melihat pola dalam keluarga saat ini.

Setelah semuanya selesai, ketika Jeni mengetahui kepedulian ibunya, Jeni


memiliki keinginan untuk hidup lebih baik dengan tidak menggunakan alkohol dan
lebih bisa bersosialisasi dengan orang lain , Saya dan Jeni kemudian akan
bekerjasama untuk mengetahui cara mengembangkan strategi untuk mengatasi
dampak tekanan emosional terhadap Jeni dengan bantuan keluarga, sehingga

membentuk hubungan dengan anggota keluarga dengan “masalah” untuk

44
membantu mereka terpisah dari keluarga dan menolak triangulasi tidak sehat dan
difusi emosional, membuka hubungan yang tertutup dengan anggota keluarga,
berfokus pada lebih dari “masalah” dan mencakup keseluruhan kesehatan dan
kebahagiaan keluarga, dan mengembangkan hubungan pribadi dengan setiap
anggota keluarga dan mendorong anggota keluarga untuk membentuk hubungan
yang lebih kuat juga.

Alasan saya menggunakan teori terapi keluarga Mulitigenerasi dari Murray


Bown ini karena saya percaya bahwa keluarga merupakan support system, dengan
keluarga yang selalu mendukung dan peduli dengannya, dia akan lebih mampu
untuk percaya diri dengan kehidupannya, tidak mudah putus asa, dan tentunya dia
tidak akan melakukan hal-hal yang tidak baik seperti kecanduan oleh alkohol.
Tidak kalah penting juga saya akan mengurangi kecemasan berlebih yang dialami
oleh Jeni, agar ia tidak selalu berfikir bahwa dirinya tidak berguna, sehingga Jeni
dapat merefleksikan dan bertindak untuk meningkatkan diferensiasi lebih tenang,
terutama dari pasangan dewasa, sehingga dapat meningkatkan kemampuan mereka
untuk mengelola kecemasan mereka sendiri, transisi lebih efektif untuk orang tua,
dan dengan demikian memperkuat unit kesejahteraan emosional seluruh keluarga.

45
BAB IV

KESIMPULAN DAN

IMPLIKASI

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwasannya setiap


manusia yang ada di dunia ini akan sangat berhubungan dan bergantung dalam
sistem kehidupan keluarga. Keluarga merupakan sebuah sistem terdekat dengan
manusia, di mana setiap dari anggota keluarga akan memiliki sifat yang dianggap
unik dan mempengaruhi satu sama lain. Teori konseling Family Systems Therapy
memiliki perspektif bahwasannya setiap individu yang teridentifikasi mengalami
gejala yang menganggu jalannya kehidupan yang sedang ia jalani tidak bisa hanya
disalahkan akibat dari adanya pengaruh faktor eksternal. Melalui teori konseling
ini, faktor internal yaitu interaksi individu antara dan di antara keluarganya
berkaitan erat dengan setiap gejala yang muncul pada individu tersebut. Hal ini
disebabkan setiap tindakan atau perilaku yang menjadi pola kebiasaan dalam
sebuah hubungan keluarga akan mempengaruhi semua orang lain dalam keluarga,
dan reaksi mereka akan memiliki efek timbal balik pada individu.

Dengan demikian, konselor yang menggunakan teori konseling family


systems therapy ini harus memiliki keingintahuan yang begitu besar mengenai
bagaimana hubungan klien/konseli dengan keluarganya. Sehingga diperlukan
proses konseling atau terapi yang secara menyeluruh mampu menilai dan
memberikan informasi yang jelas secara menyeluruh dari setiap anggota keluarga
yang berhubungan erat dengan klien yang telah teridentifikasi.

Implikasi dari Teori Konseling Family Systems Therapy nampaknya dapat


digunakan dalam banyak kasus yang terjadi. Hal ini disebabkan keluarga dapat
memberikan informasi paling nyata dan sesuai dengan bagaimana sebenarnya
klien/konseling itu. Banyak kasus yang terjadi yang ditangani melalui berbagai
pendekatan teori konseling yang lain, banyak melibatkan anggota keluarga sebagai
narasumber untuk memberikan pendapatnya sehingga penilaian untuk proses
konseling menjadi lebih detail dan terperinci. Mengacu pada perspektif

46
teori konseling family systems therapy ini, teori ini dapat diimplikasikan dalam
banyak kasus dengan tujuan untuk memperbaiki hubungan paling dasar dari setiap
indivdu, yaitu hubungan sistem keluarga. Dengan memperbaiki hubungan terdekat
dari setiap individu ini, maka akan mudah bagi individu untuk bersedia menjadi
agen perubahan bagi dirinya sendiri. Hal ini disebabkan dukungan dari orang yang
paling terdekat akan memicu banyaknya motivasi positif sebagai bentuk upaya
untuk mengatasi setiap permasalahan yang muncul. Oleh karena itu, penting bagi
konselor untuk melakukan penilaian yang komprehensif terhadap klien maupun
setiap individu yang berada dalam sistem hubungan keluarga dari klien.konseli.

47
DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerald. 2013. Theory and Practice of Counseling and Psychoteraphy,


Ninth Edition. Canada: Nelson.

48

Anda mungkin juga menyukai