KELAS B
Ditulis oleh:
DOSEN PEMBIMBING:
LINDAWATI DOLOKSARIBU, PhD
ii
Fakultas Peternak sehingga pada waktunya mahasiwa sudah akrab dengan
aturanaturan atau petunjuk-petunjuk tersebut.
Instruksi assignment ini diberikan pada tanggal 3 Februari 2021 dan sudah
mengumpulkan assignment secara daring pada tanggal 30 April 2021 terlebih lagi
draft awal sudah diberi feedback sehingga akan lebih memiliki arah penulisan
yang lebih jelas. Akhir kata, dalam situasi ’’lockdown’’ sekarang ini, Dosen
Pengampu MK ITP akan memberikan feedback dan arahan agar mahasiswa lebih
akrab dan berlatih menuliskan academic writing yang lebih baik. Kuliah secara
tatamuka daring akan dibatasi tapi komunikasi/diskusi WhatsApp Group akan
dilakukan secara terbuka sehingga mahasiswa tidak terlalu dibebani.
iii
Daftar Isi
KELAS B..................................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iv
Bab 1. Pendahuluan..................................................................................................1
Bab 2. Materi dan Metode........................................................................................3
2.1 Materi........................................................................................................3
2.2 Metode.......................................................................................................3
Bab 3. Diskusi..........................................................................................................4
1. Vitamin C......................................................................................................4
2. Vitamin D......................................................................................................8
3. Vitamin A....................................................................................................10
4. Protein.........................................................................................................13
5. Lemak..........................................................................................................16
6. Selenium (Se)..............................................................................................18
7. Kalsium (Ca)...............................................................................................20
Bab 4. Kesimpulan.................................................................................................22
Daftar Pustaka........................................................................................................23
iv
Bab 1. Pendahuluan
v
tubuh manusia (Strasser et al., 2016). Susu kambing adalah salah satu dari pangan
berkualitas untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, sebagai contoh,
kandungan triptopan dan serotonin. Dengan mengkonsumsi triptopan susu
kambing, mikrobiota pada sistem pencernaan manusia mampu mengatur level
triptopannya yaitu substrat penting sebagai prekursor serotonin utama (Lukić et
al., 2019). Serotonin (5-hydroxytryptamine, 5-HT) adalah hormon penentu yang
menstabilkan mood, cognition, perasaan bahagia, dan kebahagiaan sekaligus
penentu peningkatan sistem kekebalan tubuh manusia. Pada glandula mammari
kambing, sekresi dan biosintesis serotonin terjadi sebagai akibat respons
memperlebar bukaan alveolar untuk keluarnya susu menuju puting susu
(Horseman and Collier, 2014). Kandungan tryptophan pada susu kambing lebih
besar dari pada susu sapi (Bellman et al., 2017). Lebih lanjut, susu kambing kaya
akan immunoglobulin A, immunoglobulin G yang berfungsi untuk meningkatkan
sistem kekebalan tubuh manusia (Park, 2010). Terkenal sebagai pangan sehat
sempurna dimana manusia berbagai umur dari sejak bayi hingga usia lanjut
umumnya mampu menikmati kandungan nutrisinya (Gallier et al., 2020). Kaya
akan vitamin A, D, E, dan K (Johansson et al., 2014) dan mineral, seperti kalsium
(Ca), zinc (Zn), dan magnesium (Mg) yang lebih tinggi dari pada susu sapi
(Slacanac et al., 2010).
vi
Bab 2. Materi dan Metode
2.1 Materi
2.2 Metode
Metode yang digunakan pada pembuatan paper ini adalah Metode Kajian Pustaka.
Kajian pustaka merupakan kegiatan untuk menghimpun informasi yang relevan
dengan topik atau masalah yang menjadi objek. Kajian pustaka merupakan
ringkasan yang lengkap/komplit/utuh dan tuntas dari penelitian sebelumnya pada
suatu topik yang dikaji seperti menelaah artikel akademik, jurnal, buku-buku
(textbook), dan sumber-sumber lainnya yang relevan kepada topik khusus
penelitian yang sedang dikaji tersebut. Kajian hendaknya menguraikan satu per
satu secara runtut, rinci, menjelaskan, menyimpulkan, mengevaluasi secara
objective dan mengklarifikasi penelitian sebelumnya. Secara umum ini diikuti
dengan sebuah diskusi dari thesis statement (topik kajian) dari paper atau dari
tujuan penulisan.
vii
Bab 3. Diskusi
1. Vitamin C
Vitamin C atau asam askorbat merupakan senyawa organik derivat heksosa yang
tergolong dalam salah satu mikronutrien (Gianto, 2019) . Sebagai salah satu
vitamin yang larut dalam air vitamin C berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuh
dalam menangkal flu (Haitama et al., 2017). Selain itu karena vitamin C berperan
sebagai zat antioksidan dalam menangkal radikal bebas dan meningkatkan
produksi sel-sel darah putih sehingga efektif untuk melawan flu dengan cepat,
yaitu dengan pemberian vitamin C dalam dosis yang tinggi sebesar 1000 mg/hari
(Hughes, 2010). Selain itu ketika tubuh terserang infeksi penyakit vitamin C
mampu meningkatkan daya tahan tubuh (Fitriana & Fitri, 2020). Pada pengobatan
Covid-19 pemberian vitamin C juga menjadi salah satu alternatif proses
penyembuhan karena vitamin C bekerja pada plasma dan netrofil sehingga dapat
menangkal radikal bebas dan mencegah stress oksidatif yang disebabkan oleh
virus corona (Makmun & Rusli, 2020). Pada setiap aktifitas fisik yang dilakukan
manusia vitamin C berfungsi dalam menstimulasi sistem imun, meningkatkan
performa tubuh, sehingga tubuh menjadi lebih bugar dan tidak mudah lelah (Dewi
& Wirjatmadi, 2017).
Rata-rata asupan vitamin C yang dianjurkan untuk setiap sekitar 30-100 mg/hari
yang disesuaikan dengan kebutuhan individu masing-masing, seperti usia,
aktifitas, jenis kelamin, kondisi tubuh serta status kesehatannya (Harefa, 2020).
Sementara itu untuk bayi dengan usia dibawah 1 tahun dapat diberi asupan
vitamin C sebanyak 30 mg/hari, untuk bayi yang berumur 1-3 tahun dapat
mengkonsumsi vitamin C sebanyak 35 mg/hari, sedangkan untuk anak-anak yang
berumur 4-12 tahun dapat mengkonsumsi vitamin C sebanyak 50-60 mg/hari,
viii
serta bagi ibu hamil dan ibu menyusui membutuhkan vitamin C sebesar 100
mg/hari dan 150 mg/hari (Hasanah, 2018). Selain itu kebutuhan vitamin C
seseorang juga dapat diketahui berdasarkan jenis kelamin, dimana untuk remaja
wanita yang berumur 14-18 tahun membutuhkan vitamin C 65 mg/hari dan untuk
pria membutuhkan 75 mg/hari, sedangkan orang dewasa dengan jenis kelamin
wanita membutuhkan vitamin C 75 mg/hari dan untuk pria membutuhkan vitamin
C sejumlah 90 mg/hari (Hughes, 2010).
Sumber vitamin C bagi manusia cukup melumpah, baik yang alami maupun
buatan (Harefa, 2020). Sumber vitamin C alami banyak terdapat pada pangan
nabati, sayur-sayuran, dan buah-buahan (Dewi & Wirjatmadi, 2017). Buah yang
kaya akan kandungan vitamin C yaitu beberapa jenis buah jeruk, seperti jeruk
sunkist yang baik untuk mengobati demam, infeksi, dan meningkatkan sistem
imunitas tubuh (Haitama et al., 2017). Pada umumnya buah jeruk mengandung
vitamin C sekitar 40-70 mg per 100 gram buah jeruk (Fitriana & Fitri, 2020).
Selain buah jeruk, buah Jambu Monyet (Anacardium occidentale) juga
mengandung vitamin C yang besar yaitu sebanyak 197 mg, kemudian ada buah
Duwet (Syzgium cumini) yang mengandung vitamin C sebanyak 130 mg per 100
gr buah ini sehingga berguna bagi tubuh untuk memenuhi kebutuhan vitamin C
(Hughes, 2010).
ix
Daftar Pustaka
Fitriana, Y. A. N., & Fitri, A. S. (2020). Analisis Kadar Vitamin C pada Buah
Jeruk Menggunakan Metode Titrasi Iodometri. Sainteks, 17(1), 27.
https://doi.org/10.30595/sainteks.v17i1.8530
Haitama, Ulfa, A., & Muntaha, A. (2017). Available online at : http://ejurnal -
analiskesehatan.web.id Kadar Vitamin C Jeruk Sunkist Peras dan Infused
Water. Medical Laboratory Technology Journal, 3(1), 98–102.
Makmun, A., & Rusli, F. I. P. (2020). Pengaruh Vitamin C Terhadap Sistem Imun
Tubuh Untuk Mencegah dan Terapi Covid-19 Universitas Muslim
Indonesia , Makassar Corresponding author e-mail :
armanto.makmun@umi.ac.id. 12, 60–64.
x
xi
2. Vitamin D
Vitamin D atau yang sering disebut dengan sunshine vitamin merupakan salah
satu golongan mikronutrien yang terdapat pada susu kambing yang berkaitan
dengan metode penanganan beberapa penyakit (Fiannisa, 2019). Vitamin D yang
tergolong sebagai antioksidan dapat meningkatkan respon inflamasi pada tubuh
karena berperan dalam mencegah kerusakan membran sel hingga kematian sel
yang diakibatkan oleh stress oksidatif (Suryadinata et al., 2020). Dalam sistem
imunitas, baik itu sistem imunitas alamiah maupun adaptif vitamin D berperan
sebagai imunomodulator yang dapat mencegah dan menjadi salah satu terapi
dalam pengobatan penyakit yang berhubungan dengan sistem pernapasan,
penyakit jantung, serta autoimun (Yani, 2019).
Untuk memenuhi asupan vitamin D dalam tubuh dapat diperoleh dari beberapa
cara yaitu mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin D3, makanan yang
telah fortifikasi, dengan berjemur pada sinar matahari pagi, maupun dengan
tambahan suplemen (Suryadinata et al., 2020). Makanan yang dapat dijadikan
sebagai sumber vitamin D yaitu ikan salmon, ikan kembung, minyak hati ikan
kod, dan kuning telur yang kaya akan kandungan vitamin D3 (Pusparini, 2018).
Selain itu dalam beberapa jenis jamur juga mengandung kadar vitamin D2 dengan
jumlah tertentu (Rimahardika et al., 2017).
xii
Daftar Pustaka
xiii
3. Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi mikro yang terdapat pada susu kambing yang
dapat larut oleh lemak dan disimpan di hati (Fithriyana, 2018). Dalam
pertumbuhan vitamin A dibutuhkan oleh seluruh jaringan tubuh (Maulida &
Pramono, 2015). Bagi ibu hamil vitamin A berfungsi terhadap pertumbuhan dan
perkembangan embrio (Siregar, 2019). Dalam sistem imun vitamin A mampu
mengatur komponen imunitas non spesifik dan juga imunitas spesifik sehingga
dapat merubah respon antibodi dan juga mengatur fungsi imun (Azrimaidaliza,
2007). Imunitas non spesifik yang dipelihara oleh sel epitel sebagai salah satu
jaringan tubuh dapat menjaga pertahanan fisik seperti kulit, selaput lendir, dan
silia saluran napas (Siswanto et al., 2014).
Vitamin A merupakan zat gizi yang esensial bagi tubuh dan tidak dapat
diproduksi oleh tubuh, untuk itu tubuh memerlukan asupan vitamin A dari luar
seperti misalnya melalui makanan yang dikonsumsi (Fithriyana, 2018). Sumber
pangan yang mengandung vitamin A terdiri dari pangan hewani dan pangan
nabati, biasanya pada pangan hewani terdapat bentuk aktif dari vitamin A
(Azrimaidaliza, 2007). Pangan hewani yang memiliki kandungan vitamin A yaitu
hati, mentega, dan juga telur beserta kuning telurnya (Marliyati et al., 2014).
xiv
Daftar Pustaka
Marliyati, S. A., Nugraha, A., & Anwar, F. (2014). Asupan Vitamin A, Status
Vitamin A, dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di Kecamatan Leuwiliang,
Kabupaten Bogor. Jurnal Gizi Dan Pangan, 9(63), 109–116.
Maulida, A., & Pramono, A. (2015). Gambaran Asupan Vitamin a, Kadar Serum
Seng, Dan Status Gizi Pada Anak Usia 9-12 Tahun. Journal of Nutrition
College, 4(4), 323–328. https://doi.org/10.14710/jnc.v4i4.10103
xv
Siregar, P. A. (2019). Perilaku Ibu Nifas Dalam Mengkonsumsi Kapsul Vitamin a
Di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Jurnal
Kesehatan, 12(1), 47–57. https://doi.org/10.24252/kesehatan.v12i1.7934
Siswanto, . B., & Ernawati, F. (2014). Peran Beberapa Zat Gizi Mikro Dalam
Sistem Imunitas. Gizi Indonesia, 36(1), 57–64.
https://doi.org/10.36457/gizindo.v36i1.116
xvi
4. Protein
Susu merupakan salah satu produk peternakan yang mempunyai kandungan gizi
yang lengkap, salah satunya yaitu protein (Putri, 2016). Protein yang terkandung
pada susu kambing lebih tinggi dibandingkan dengan protein yang ada pada susu
sapi, dimana protein pada susu kambing sebesar 3,4% sedangkan protein pada
sapi hanya sebesar 3,2% (Ratya. et al., 2017). Protein merupkan zat makanan
yang terdapat pada susu yang menjadi sumber asam amino bagi tubuh karena
kandungan asam amino pada protein dapat dijadikan sebagai acuan dari kualitas
atau mutu dari protein itu sendiri (Natsir, 2018). Sebagai komponen utama
penyusun protein asam amino berperan dalam proses metabolisme di tubuh (Sari
et al., 2017). Dalam sisrtem kekebalan tubun protein berperan sebagai antibodi
(Rismayanthi et al., n.d.). Fragmen asam amino pada protein yang dihubungkan
melalui ikatan peptida memiliki fungsi biologis terhadap kesehatan dan sebagai
antioksidan karena mampu melindungi sel-sel dari radikal sehingga dapat menjaga
daya tahan tubuh (Lestari et al., 2020). Pada tubuh protein berfungsi sebagai zat
pengatur dalam bentuk enzim dan hormon agar dapat menjadi pertahanan tubuh
dalam melawan mikroba dan zat-zat beracun sehingga sel dan jaringan tubuh
dapat terpelihara dengan baik (Diana, 2009).
Asupan protein yang kurang cukup bagi tubuh dapat menyebabkan kurang gizi
kemudian tubuh akan lebih mudah terserang penyakit (Syukur, 2013) dan juga
meningkatkan resiko malnutrisi (Diniyyah & Nindya, 2017). Kebutuhan mausia
terhadap protein berbeda-beda sesuai dengan usia, berat badan, dan juga kondisi
tubuh (Ernawati et al., 2016). Untuk memenuhi AKG (Angka Kecukupan Gizi)
anak-anak dibawah usia 8 tahun memerlukan protein sebanyak 38.4 gram/menu
sedangkan untuk anak-anak diatas usia 8 tahun dengan berat badan melebihi 44 kg
memerlukan asupan protein yang lebih besar yaitu lebih dari 47.4 gram/menu
(Supangat et al., 2018). Lebih lanjut asupan protein yang memenuhi kebutuhan
dapat menyebabkan obesitas karena protein yang berlebihan akan disimpan tubuh
dalam bentu trigliserida yang akan menyebabkan kenaikan jaringan lemak yang
kemudian dapat menyebabkan gangguan kesehatan lainnya (Suryandari &
Widyastuti, 2015).
xvii
Untuk memenuhi asupan protein dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan
sehari-hari yang berasal dari produk hewani maupun produk nabati (Rismayanthi
et al., n.d.). Dilihat dari segi jumlah dan mutunya bahan pangan hewani memang
dapat dijadikan sebagai sumber protein yang baik (Diana, 2009). Hal ini karena
protein hewani mengandung asam amino esensial yang komplit sehingga sesuai
dengan kebutuhan manusia (Ernawati et al., 2016). Namun demikian protein yang
bersumber dari pangan nabati juga ada yang mengandung asam amino esensial
sama halnya dengan pangan hewani seperti kedelai yang dapat diolah menjadi
berbagai macam olahan serta mengandung seluruh asam amino esensial yang
setara dengan sumber protein hewani (Bangun, 2009).
xviii
Daftar Pustaka
xix
5. Lemak
Lemak merupakan makronutrien yang menjadi salah satu komponen pada susu
kambing yang mengandung zat gizi tinggi karena mengandung globula-globula
lemak dengan diameter kecil hingga 4,5 μm dengan presentase sebanyak 82,7%
(Sanam et al., 2014). Lemak tersusun dari 1 molekul gliserol dan 3 molekul asam
lemak yang terdiri dari rantai hidrokarbon dan gugus karboksil (Santika, 2016).
Asam lemak omega-3 yang merupakan salah satu jenis dari asam lemak tidak
jenuh ganda (poly unsaturated fatty acid/PUFA) berfungsi melawan inflamasi
akibat infeksi Covid-19 (Sumarmi, 2020). Lemak mampu melarutkan vitamin A,
D, E, K dan juga sebagai pembawa (carrier) vitamin tersebut (Kesuma & Rahayu,
2017).
Kurangnya asupan zat gizi makro seperti lemak pada tubuh dapat menurunkan
status imun sehingga dapat menurunkan kemampuan daya tahan tubuh dalam
melawan penyakit infeksi (Wanty et al., 2016). Kebutuhan lemak bagi manusia
cukup beragam, misalnya untuk anak usia 2-18 tahun adalah 25-35% dari
kebutuhan energi total (Kesuma & Rahayu, 2017). Mengenai asupan lemak bagi
yang perlu diwaspadai yaitu kelebihan lemak yang tidak seimbang sehingga dapat
menyebabkan obesitas dan juga gangguan kesehatan (Buanasita et al., 2018).
Sumber lemak dapat berasal dari hewan (lemak hewani) dan tumbuhan (lemak
nabati) (Santika, 2016). Contoh lemak nabati yaitu kacang kenari dengan
kandungan lemak sebesar 45,9 g per 100 g dan juga kacang almond yang
mengandung lemak mencapai 45,3 g per 100 g (Sentana et al., 2017). Sementara
lemak hewani contohnya ikan, telur, minyak ikan, daging sapi, daging ayam, dan
berbagai produk olahannya (Kesuma & Rahayu, 2017).
xx
Daftar Pustaka
xxi
6. Selenium (Se)
Selenium merupakan bagian dari mikro nutrien yang terdapat pada susu kambing
sebagai salah satu unsur kimia yang sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh
(Mirdayani et al., 2019). Pada selenium terdapat senyawa antioksidan yaitu
Glutathione Peroxidase (GPx) dan Selenoprotein-p (SEPP) sehingga memiliki
peranan penting dalam sistem metabolisme, kekebalan tubuh, dan juga
metabolisme tubuh (Novita, 2018). Sebagai katalisator selenium GPx mampu
memecah peroksida yang toksik yang dapat merusak membran sel pada tubuh
menjadi ikatan yang tidak bersifat toksik (Siswanto et al., 2014).
Kebutuhan selenium pada manusia tidak bisa disamakan karena setiap manusia
memiliki kebutuhan selenium yang berbeda bergantung pada jenis kelamin, usia,
kehamilan, dan kondisi geografis (WHO 1996 dalam Yunita, 2016). WHO juga
merekomendasikan kebutuhan selenium per hari berdasarkan jenis kelamin yaitu
70 μg bagi pria dan 50 μg bagi wanita (Novita, 2018). Namun sebaiknya dalam
mengkonsumsi selenium tidak berlebihan atau tidak dalam dosis yang melebihi
400 μg per hari karena dapat menyebabkan keracunan (Kusmana, 2017).
xxii
Daftar Pustaka
xxiii
7. Kalsium (Ca)
Pada tubuh manusia kalsium banyak tersimpan pada tulang dan terdapat 1,5-2%
dari berat badan manusia (Shita & Sulistiyani, 2010). Kebutuhan kalsium
seseorang berbanding lurus terhadap aktifitas fisiknya. Lebih lanjut orang dewasa
membutuhkan kalsium sekitar 1000-1200 mg/dl (Yusni & Amiruddin, 2020).
Kebutuhan kalsium juga akan meningkat seiring dengan pertambahan usia
terutama untuk anak-anak dan remaja (Shita & Sulistiyani, 2010). Rendahnya
kadar kalsium dalam tubuh dapat menyebabkan absorpsi kalsium yang
menyebabkan masalah kesehatan dan masalah pertumbuhan yang sering terjadi
pada anak-anak maupun remaja saat dalam masa pertumbuhan (Febrianty, 2013).
Susu dan produk hasil olahannya merupakan salah satu sumber kalsium yang
utama bagi tubuh, tetapi makanan sebagai sumber kalsium tidak hanya susu, ada
ikan teri, ikan sarden, daging sapi, sayuran hijau seperti sawi, brokoli, dan bayam
juga dapat dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan kalsium pada tubuh
(Hardinsyah et al., 2008). Namun perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi daging
sapi yang dilakukan secara berlebihan justru dapat menambah penyerapan kalsium
karena kadar protein yang begitu tinggi sehingga menyebabkan ph dalam darah
menjadi asam (Shita & Sulistiyani, 2010). Selain itu biji-bijian dan kacang-
kacangan juga efektif sebagai sumber kalsium yang baik untuk dikonsumsi seperti
kacang kedelai dan kacang merah (Yusmiati & Erni, 2017).
xxiv
Daftar Pustaka
Febrianty, D. (2013). Kebiasaan Konsumsi Susu, Asupan Kalsium dan Zinc Serta
Tinggi Badan Pada Anak Sekolah Dasar Totosari 1 dan Tunggul Sari 1
Surakarta. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–
1699.
xxv
Bab 4. Kesimpulan
xxvi
Daftar Pustaka
xxvii
Tang, A.R. Rabi, D.M. Lavoie, K.L. Bacon, S.L. Pilote, L. and Kline, G.A. 2020.
'Prolonged hypothalamic-pituitary-adrenal axis activation after acute
coronary syndrome in the GENESIS-PRAXY cohort', European Journal of
Preventive Cardiology, vol. 25, no. 1, pp. 65-72.
xxviii