Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TEORI DASAR

Nilai ekonomis suatu sumur tergantung dari berapa laju minyak yang

dapat diproduksi. Bila produksi pada suatu sumur terdapat air maka nilai

ekonomis suatu umur dapat berkurang.. Aliran air yang ikut masuk ke dalam

sumur disebut water coning. Oleh sebab itu laju alir air saat produksi minyak

berlangsung harus diturunkan.

Masalah water coning ini dapat terjadi akibat laju produksi aktual melebihi

laju produksi kritis, yaitu laju produksi fluida yang diizinkan oleh suatu sumur

untuk diproduksikan bebas coning, sehingga produksi secara berlebihan

mengakibatkan gradien tekanan alir melebihi gaya gravitasi akibatnya terjadi

penerobosan lapisan produktif oleh air. Gejala dari water coning ini dapat dilihat

dari gejala yang terjadi pada sumur di atas permukaan, yaitu terjadinya

peningkatan kadar air yang signifikan.9

Perhitungan laju alir minyak tanpa air perlu diketahui karena air yang

terproduksi dapat mengurangi tekanan di dalam reservoir. Pengurangan tekanan

yang terjadi pada reservoir dapat mengurangi jangka waktu tenaga dorong sembur

alam reservoir tersebut. Untuk mengetahui besarnya laju alir minyak tanpa air di

dalam suatu sumur, dapat dilakukan dengan beberapa metode Meyer, Gardner,

dan Pirson (1963), metode Craft dan Hawkins (1959), metode Chierici (1964),

metode Hoyland (1989), dan metode Chaperon (1986).

9
Angka menunjukan nomor urut pada daftar pustaka

3
4

2.1 Mekanisme Terjadinya Water Coning

Air yang memiliki densitas lebih besar daripada minyak pada kondisi statis

akan menempati bagian bawah dari producing section. Jika zona transisi

diabaikan, dapat dianggap bahwa batas kontak antara air dan minyak merupakan

bidang datar dan rata. Jika sumur diproduksikan ketika harga perubahan tekanan

mencapai water level, batas kontak antara minyak dan air tersebut akan berubah

menjadi seperti sebuah kerucut yang puncaknya mengarah ke dasar perforasi

sumur.

Bentuk kerucut ini disebabkan oleh terjadinya gradien tekanan alir di

sekitar lubang sumur yang lebih besar dari gradien tekanan hidrostatis fluida

dibawahnya (gradien gaya gravitasi). Namun jika gradien tekanan alir fluida lebih

kecil dari gradien tekanan hidrostatik fluida maka puncak kerucut yang terbentuk

tidak akan mencapai dasar lubang sumur. Gradien tekanan aliran berkaitan dengan

besarnya laju produksi sumur, sedangkan gradien tekanan hidrostatik dipengaruhi

oleh perbedaan densitas fluida (minyak dan air).

2.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Water Coning

Water coning di dalam sumur dapat dipengaruhi oleh beberapa parameter

yaitu :

1. Parameter Geometris :

a. Jari-jari sumur

b. Jari-jari pengurasan

c. Ketebalan total reservoir


5

d. Panjang interval perforasi

e. Posisi interval perforasi

2. Parameter Petrofisik :

a. Porositas

b. Permeabilitas horizontal

c. Permeabilitas vertikal

d. Tekanan kapiler

2.3 Penyebab Terjadinya Water Coning

Kerucut air dapat terbentuk dalam reservoir yang dapat dikelompokan

menjadi tiga penyebab yaitu :

1. Cara memproduksikan sumur

2. Karakteristik reservoir

3. Problem mekanis

2.3.1 Cara Memproduksikan Sumur

Sumur yang diproduksikan dengan laju produksi diatas produksi kritis

coning akan menyebabkan gradien tekanan aliran fluida di sekitar lubang sumur

bernilai lebih besar dari gradien tekanan hidrostatik fluida gradien (gradien gaya

gravitasi antar fluidanya).12

Oleh karena itu hal tersebut akan menaikan batas minyak-air dengan

bentuk seperti kerucut yang puncaknya mengarah ke lubang sumur. Tinggi

kerucut tergantung pada besarnya gradien tekanan alir dengan gradien gaya

gravitasi antar fluidanya. Semakin besar gradien tekanan alir maka semakin tinggi
6

kerucut yang terbentuk, tetapi sebaliknya jika gradien tekanan alir kecil maka

kerucut yang terbentuk akan rendah.

2.3.2 Karakteristik Reservoir

Karakteristik reservoir berpengaruh terhadap terjadinya water coning. Dari

sifat fisik fluida reservoir yaitu viskositas minyak, densitas air, dan densitas

minyak. Kemudian dari sifat fisik batuan reservoir yaitu permeabilitas minyak dan

ketebalan zona minyak.

1. Viskositas minyak

Viskositas minyak berpengaruh terhadap terjadinya coning, yaitu

jika viskositas minyak besar maka mobilitas minyak berkurang, sehingga

minyak menjadi sulit mengalir kedalam lubang sumur. Oleh karena itu jika

suatu reservoir memiliki viskositas minyak yang besar maka air yang

mempunyai mobilitas yang lebih besar dari minyak akan bergerak vertikal

kearah lubang sumur menembus water oil contact (WOC).

2. Densitas minyak dan air

Perbedaan densitas minyak dan air (ρw - ρo) akan memperbesar laju

alir kritikal minyak, karena semakin ringan densitas minyak akan

memudahkan minyak masuk kedalam lubang sumur.

3. Permeabilitas minyak

Besarnya permeabilitas minyak dari batuan reservoir juga akan

berpengaruh terhadap terjadinya water coning. Permeabilitas minyak yang

tinggi menyebabkan mobilitas minyak tinggi. Jika permeabilitas minyak

besar maka minyak semakin mudah bergerak memasuki lubang sumur.


7

4. Ketebalan zona minyak

Reservoir yang mempunyai zona minyak yang tebal akan

mempunyai keleluasaan untuk menempatkan interval perforasi dengan

jarak yang jauh dari water oil contact (WOC). Perforasi yang letaknya

jauh dari water oil contact akan memberikan jarak yang jauh, sehingga air

sulit mencapai lubang sumur.

2.3.3 Problem Mekanis

Problem mekanis yang dapat menyebabkan terjadinya water coning yaitu

penempatan perforasi, pecahnya ikatan semen, dan pecahnya production casing.

1. Letak Perforasi.

Letak Perforasi berpengaruh terhadap laju alir kritikal minyak.

Apabila letak perforasi terlalu dekat dengan water oil contact (WOC)

maka lebih mudah terbentuk water cone dibanding dengan letak perforasi

yang jauh dari water oil contact (WOC). Oleh karena itu semakin dekat

letak perforasi dengan water oil contact (WOC) semakin kecil laju alir

kritikal minyak, begitu juga sebaliknya.

2. Pecahnya ikatan semen dan pecahnya production casing.

Pecahnya ikatan semen dan production casing menyebabkan fluida

reservoir mengalir ke tempat pecahanya semen atau production casing

tersebut. Pecahnya ikatan semen dan production casing mengakibatkan

sumur berlubang seperti perforasi, tetapi pecahan ini biasanya hanya

terjadi satu sisi. Apabila pecahan di bawah perforasi yang dekat dengan

water oil contact (WOC) maka water cone akan lebih mudah terbentuk.
8

2.4 Penanggulangan Water Coning

Produksi air yang terjadi pada sumur minyak dapat menyebabkan turunnya

laju produksi minyak secara drastis. Hal ini sangat berpengaruh pada turunnya

tekanan pada reservoir. Oleh karena itu masalah produksi air yang terjadi akibat

masalah water coning harus segera ditanggulangi.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi water coning

adalah pengurangan laju produksi. Efek water coning dapat berkurang dengan

cara memperkecil laju produksi air karena hal itu dapat mengurangi penurunan

tekanan pada sumur. Laju produksi minyak dari suatu sumur harus dijaga pada

harga tertentu yang bertujuan mencegah masuknya air atau gas ke dalam lubang

sumur. Masuknya air ke dalam lubang sumur akan menurunkan laju produksi

minyak, sehingga laju produksi minyak harus ditentukan seoptimum mungkin

tanpa mengakibatkan terjadinya water cone.

Perhitungan laju alir kritikal minyak pada tugas akhir ini menggunakan

lima metode. Metode yang digunakan pada tugas akhir ini yaitu metode Meyer,

Gardner, dan Pirson (1963), metode Craft dan Hawkins (1959), dan metode

Chierici (1964), metode Hoyland et. al. (1989), dan metode Chaperon (1986).

Pada penerapan yang sebenarnya metode-metode yang digunakan untuk

menghitung laju alir kritikal minyak ditentukan berdasarkan karakteristik batuan

reservoir, karakteristik fluida reservoir, aliran sumur, interval perforasi, dan

parameter lainnya. Namun perhitungan laju alir kritikal minyak pada tugas akhir

ini dilakukan pada setiap sumur dengan menggunakan lima metode tersebut agar

mendapatkan perbedaan nilai laju alir kritikal minyak.


9

2.4.1 Metode Meyer, Gardner, dan Pirson (1963)

Metode Meyer. Gardner, dan Pirson digunakan pada sumur beraliran

radial flow. Persamaan metode ini dibagi menjadi tiga yaitu laju alir minyak tanpa

air, laju alir minyak tanpa gas, dan laju alir minyak tanpa air dan gas. Namun

dalam tugas akhir ini hanya satu metode yang digunakan yaitu perhitungan laju

alir minyak tanpa air.

Kondisi air masuk ke dalam perforasi membentuk kerucut disebut water

coning. Pada perforasi di kedalaman (D) di dalam reservoir dengan ketebalan (h).

Water oil contact (WOC) tertarik ke atas dan masuk ke dalam lubang sumur

disebabkan karena perbedaan tekanan reservoir dan sumur lihat Gambar 2.1.

Persamaan untuk menghitung laju alir kritikal minyak yaitu :


( ) ( ) ................................. (2-1)

Dimana : ρo = Densitas minyak, gr/cc

ρg = Densitas gas, gr/cc

ρw = Densitas air, gr/cc

re = Radius pengurasan, ft

rw = Radius sumur , ft

μo = Viskositas minyak, cp

Bo = Formasi volume faktor minyak, bbl/STB

ko = Permeabilitas minyak, mD

h = Ketebalan lapisan minyak, ft

hc = Ketebalan perforasi, ft
10

Gambar 2.1 adalah gambar yang menunjukan reservoir yang bermasalah

dengan kerucut air.

Gambar 2.1

Water coning kondisi breakthrough Meyer, Gardner, dan Pirson2

2.4.2 Metode Craft dan Hawkins (1959)

Metode Craft dan Hawkins digunakan pada sumur partially penetrating

wells dengan mengetahui perbedaan tekanan dan productivity ratio dapat

mengetahui tekanan alir tanpa air dan gas. Persamaan yang digunakan untuk

menghitung laju alir kritikal minyak yaitu :


..................................................................... (2-2)

Dimana : Pws = Tekanan statis dasar sumur, psi

Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psi

PR = Productivity ratio
11

Dari Persamaan (2-2) Productivity Ratio (PR) dapat ditentukan dengan

persamaan :

[ √ ] ................................................................. (2-3)

Dimana : f = Fractional penetration

2.4.3 Metode Chierici (1964)

Metode Chierici dapat menentukan laju alir minyak kritikal dan interval

perforasi optimal untuk memaksimalkan perolehan laju minyak tanpa air. Metode

Chierici dapat digunakan dengan syarat sebagai berikut yaitu :

1. Reservoir yang digunakan homogen.

2. Tegangan antarmuka horizontal.

3. Tekanan kapiler diabaikan.

4. Fluida reservoir incompressible.

5. Akuifer tidak memengaruhi tenaga dorong reservoir.

Persamaan yang digunakan untuk mengetahui laju alir minyak kritikal pada

metode Chierici yaitu :

Laju alir minyak kritikal water coning.

( ) ⁄ ................................... (2-4)

Dimana : qoc.w = Laju alir minyak kritikal tanpa air, STB/d

Δρwo = Perbedaan densitas minyak dan air, gr/cc


12

kh = Permeabilitas horizontal, mD

rDe = Nilai penentu grafik Chierici Coning Correlation

fb = Fraksi dari ketebalan lapisan minyak yang diperforasi

hcw/h = Jarak dari batas minyak-air ke titik terendah perforasi, ft

ψ = Variabel tanpa dimensi Chierici Coning Correlation

Pada Persamaan (2-4) Chierici menyebutkan variabel ψ dengan fungsi

sebagai analisis potensiometri. Nilai ψ diperoleh dari beberapa variabel tanpa

dimensi yang menjelaskan sistem geometri dari kerucut air. yaitu rDe, fb, hcw/h.

Grafik yang digunakan ditentukan oleh parameter rDe dengan nilai rDe 5 sampai 80

lihat Lampiran A.

Persamaan yang digunakan untuk menentukan nilai rDe yaitu :

√ .................................................................................................... (2-5)

Dimana : kv = Permeabilitas vertikal, mD

2.4.4 Metode Hoyland et al. (1989)

Hoyland et al. (1989) mengembangkan metode untuk menghitung laju alir

kritikal minyak pada sumur dengan masalah water coning. Persamaan (2-6)

adalah persamaan yang digunakan untuk menghitung laju alir kritikal minyak

pada reservoir homogen .

* ( ⁄ ) + [ ] ........................... (2-6)

Dimana : hp = Tebal Perforasi, ft


13

2.4.4 Metode Chaperon (1986)

Perhitungan laju alir kritikal minyak dengan metode Chaperon terdapat

pada referensi nomor 10. Chaperon mengembangkan persamaan laju alir kritikal

minyak yang dapat digunakan pada reservoir yang memiliki permeabilitas vertikal

tidak sama dengan permeabilitas horizontal. Berikut ini adalah persamaan yang

digunakan pada metode Chaperon.

( )
[ ][ ] ...................................................... (2-7)

Dimana : Δp = Perbedaan tekanan (pws- pwf), psia

qc = dimensionless variable

Untuk menghitung laju alir kritikal minyak dengan metode Chaperon

dibutuhkan salah satu variabel yaitu qc. Variabel qc adalah variabel tanpa dimensi

yang digunakan untuk perhitungan laju alir kritikal minyak. Dalam perhitungan

variabel qc membutuhkan nilai . Nilai merupakan hasil perhitungan dengan

persamaan yang menggunakan radius pengurasan, ketebalan lapisan minyak,

permeabilitas vertikal dan permeabilitas horizontal. Persamaan yang digunakan

untuk menghitung qc dan dapat dilihat pada Persamaan (2-8) dan Persamaan

(2-9):

( ⁄ ) ............................................................................ (2-8)

( ⁄ )√ ⁄ ....................................................................................... (2-9)
14

2.5 Referensi Data Hipotesis Sumur

Perhitungan water coning membutuhkan data sumur dan data reservoir

yang akurat. Pada penelitian ini untuk perhitungan laju alir kritikal minyak dengan

menggunakan data hipotesis. Oleh karena itu data yang dibutuhkan berasal dari

referensi jurnal perminyakan.

Pada Tabel 2.1 terdapat hasil survei referensi berupa Journal of Petroleum

Technology. Referensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah referensi jurnal

tentang penanggulangan masalah water coning pada sumur yang mengalami

masalah water coning. Dengan data sumur, data reservoir dan metode pada

referensi tersebut.

Tabel 2.1

Referensi Data Hipotesis

No Judul Pengarang Data Kesimpulan

Perhitungan
critical rate,
J. Foroozesh,
Stimulation of ρo 51.54 lbm/cuft breakthrough
D. Barzegari,
Water Coning in time dan water
SH. ρw 62.4 lbm/cuft
1 Oil Reservoirs cut dengan
Ayatollahi
Using a Corrected μo 0.31 cp implicit pressure
and Jahanmiri
IMPES Method explicit
(2008)
saturation
method
Desain Konseptual
Optimasi Produksi Sistem dual
Ahmad μw 0.24 cp
Sumur Horizontal completions
Wahyu
2 Yang Diproduksi memproduksi
Subenarto, ρw 64.24 lbm/cuft
Dari Reservoir minyak dari top
Tutuka
Karbonat dengan completion
Ariadji (2006) μo 0.38 cp
Masalah Water melalui annulus
Coning
15

Tabel 2.1

(Lanjutan)

Referensi Data Hipotesis

No Judul Pengarang Data Kesimpulan

Critical Rate
ρg 0.04104 lbm/cuft pada sumur
Water Coning in Ass. Prof. Dr. vertikal dengan
3
Asmary Reservoir Talib A. Saleh ρo 56.85 lbm/cuft metode Craft
Fauqi Field (2009) and Hawkins,
μw 0.5 cp Meyer and
Gardner,
Perhitungan
critical rate,
Water Coning in Makinde F. μo 0.8257 cp time to
Horizontal Wells : A., Adefidipe, breakthrough,
4
Prediction of Post- O.A., dan Bo 1.376 bbl/STB pada sumur
Breakthrough Craig, A. J. horizontal dan
Performance (2011) kh 1000 mD sumulasi
menggunakan
ECLIPSE E100

Membandingkan
Production Well 4 sumur qo
Water Coning - Is ADW k 100mD critical dan qo
5
There Anything (Tanpa tahun) μo 1.5 cp actual
That We Can Do? menggunakan
metode chierici

Analisa Laju
Faula Jenita,
Produksi Kritis
Metode Chierici
Syamsul ρg 0.04104 lbm/cuft Simulasi model
Komar, water coning,
Dalam Evaluasi ρo 56.85 lbm/cuft
Bochori. analisis axial
6 Terjadinya Water
F.B. Thomas, ρw 65.55 lbm/cuft dan radial
Coning Sumur X
E. Shtepani, velocity
Lapangan Y PT μw 0.5 cp
G. Marosi, gradient.
Pertamina EP Asset
(Tanpa tahun)
1 Field Ramba
16

Tabel 2.1

(Lanjutan)

Referensi Data Hipotesis

No Judul Pengarang Data Kesimpulan

Perhitungan
Critical Rate
T. Sh. ρo 47.5 lbm/cuft
Predicting The dan
Salavatov, Al
Behavior of Water ρw 63.76 lbm/cuft Breakthrough
7 Sayed
and Gas Coning in time pada sumur
Ghareeb ρg 9.1 lbm/cuft
Horizontal Wells horizontal
(2009)
menggunakan
metode Joshi.
Perbandingan
critical rate
Lelf A. μo 0.82 cp pada reservoir
Critical Rate for isotropic dan
Heyland, Paul ρo 43.6 lbm/cuft
Water Coning anisotropic
8 Papetzacos,
Correlation and ρw 62.5 lbm/cuft terhadap
Svein Skjaeve
Analytical Solution fractional well
(1989) ρg 12.51 lbm/cuft
penetration dan
dimensionless
critical rate
Water Coning in ρo 53.9 lbm/cuft
Anietie Perhitungan laju
Fractured ρw 62.47 lbm/cuft
9 Ndrake Okon alir minyak pada
Reservoir: A
(2012) ρg 0.07 lbm/cuft fractured
Simulation Study reservoir.
Numerical Study of Penelitian sifat
Water Coning hc 7 ft water coning
Control with Solomon pada sumur
h 40 ft
Downhole Water Ovueferaye vertikal dan
10
Sink (DWS) Well Inikori μo 1.2 cp horizontal
Competion in (2002) menggunakan
Bo 1.1 bbl/STB
Vertical and downhole water
Horizontal Wells sink technology
17

Nilai perhitungan laju alir kritikal minyak dari referensi digunakan untuk

perbandingan dengan hasil perhitungan laju alir kritikal minyak sumur yang

digunakan dalam penelitian ini.

Sumur yang akan digunakan dalam penelitian ini dipilih dari salah satu

referensi pada Tabel 2.1. Sumur tersebut dipilih berdasarkan kelengkapan data

sesuai dengan metode yang akan digunakan yaitu metode Meyer, Pirson dan

Gardner, (1963), metode Craft dan Hawkin (1959), metode Chierici (1964),

metode Hoyland et al.(1989), dan metode Chaperon (1986). Jika data dalam

referensi tersebut terdapat kekurangan maka dilakukan asumsi menggunakan nilai

rata-rata dari beberapa data yang ada dari referensi lain yang ada pada Tabel 2.1.

Anda mungkin juga menyukai