Anda di halaman 1dari 18

C.

Reaksi Pengendapan
Salah satu jenis reaksi umum yang terjadi dalam larutan adalah reaksi pengendapan.
Reaksi pengendapan merupakan reaksi yang menghasilkan produk tetapi tidak larut dalam
pelarutnya (mengendap). Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase
padat keluar dari larutan. Reaksi presipitasi biasanya melibatkan senyawa ionik. Berikut
merupakan aspek pengendapan.
Pembentukan dan Sifat Endapan
 Koloid
Suatu partikel berbentuk bola harus memiliki diameter yang lebih besar dari 10 -4 cm
sebelum ia terpisah dari larutan sebagai endapan. Selama proses pertumbuhan endapan
ukuran partikel melewati apa yang disebut kisaran koloid. Partikel-partikel dengan
diameter sekitar 10-7 hingga 10-4cm disebut sebagai koloid.
Muatan Permukaan Koloid
Partikel koloid bermuatan listrik karena adsorpsi ion-ion ke permukaan mereka.
Ketika partikel-partikel AgCl berukuran koloid, muncul sejumlah besar ion-ion Ag + dan Cl-
. partikel kecil memiliki rasio permukaan terhadap massa yang besar, dan ion-ion
permukaan menarik ion yang muatannya berlawanan dari larutan.

Lapisan primer dan sekunder diperkirakan menyusun suatu lapisan elektrik ganda yang
memberikan derajat stabilitas ke dispersi koloid. Lapisan ini menyebabkan partikel koloid
sering menolak satu sama lain, sehingga mencegah terjadinya kombinasi untuk membentuk
partikel yang lebih besar yang akan terpisah. Partikel dapat dibuat menjadi berkoagulasi,
yaitu membentuk gumpalan melalui penghilangan muatan yang dikontribusikan oleh
lapisan primer.
Endapan Liofilik dan Liofobik
Bebrapa koloid ketika berkoagulasi mengangkut sebagian besar air yang
menghasilkan endapan menyerupai jelly. Jika pelarutnya air maka dikenal dengan istilah
lioflik. Sedangkan suatu koloid yang memiliki afinitas terhapa air disebut liofobik.
Peptisasi
Ialah Proses dispersi material tak larut kedalam suatu cairan seperti koloid. Dan
harus dihindari pada prosedur-prosedur kuantitatif.

 Proses pengendapan dan ukuran partikel


Nukleasi dan Pertumbuhan Partikel
Ketika terjadi pengendapan, ukuran partikel endapan ditentukan oleh laju relatif dari
dua proses (1) pembentukan inti atau nukleasi dan (2) pertumbuhan inti-inti membentuk
partikel-partikel yang cukup besar untuk mengendap. Jika laju nukleasi lebih kecil
dibandingkan dengan laju pertumbuhan inti, maka hanya dihasilkan partikel dengan jumlah
yang sedikit, namun ukurannya relatif besar. Endapan ini lebih mudah disaring dan lebih
murni dari pada endapan yang ukuran partikelnya relatif kecil.
Teori Von Weimam mengenai Kelewat Jenuhan Relatif
Hubungan antara ukuran partikel suatu endapan dengan laju pengendapan.
Q−S
Kelewatjenuhan relatif =
S
Dimana Q adalah konsentrasi total dari zat yang seketika di produksi dalam larutan dengan
mencampurkan pereaksi-pereaksi, S adalah kelarutan yang setimbang. Istilah Q-S
menyatakan tingkat kelewatjenuhan ketika pengendapan seketika tersebut mulai
berlangsung. Semakin besar nilai ini, maka jumlah inti semakin banyak, dan ukuran
partikel endapan semakin kecil.
Memilih atau Meramalkan Kondisi Eksperimen yang Optimal dari Teori Von Weimarn
Secara eksperimen, partikel endapan yang relatif besar akan diperoleh jika tingkat
kelewatjenuhan dijaga rendah. Nilai kelewaj jenuhan relatif dapat diturunkan, yaitu dengan
(1) penggunaan larutan yang cukup encer, dan (2) menambahkan bahan pengendap secara
lambat. Seringkali menaikkan nilai S secara menyolok mungkin dilakukan dan dengan
demikian menimbulkan penurunan yang besar dalam rasio tersebut. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengambil keuntungan dari faktor-faktor yang bisa meningkatkan kelarutan, yakni
suhu PH, atau penggunaan bahan kompleks.
Pencemaan Endapan (Digestion of precipitates)
Tahap ini untuk mencerna, atau mematangkan endapan itu. Artinya membiarkan
endapan bersentuhan dengan larutan induk, seringkali pada suhu yang ditinggikan, selama
beberapa saat sebelum penyaringan. Partikel kecil dari suatu kristalin akan lebih mudah
larut daripada partikel besarnya, larut lebih cepat, membuat larutan itu lewat jenuh karena
besarnya partikel. Jadi, untuk mendapatkan suatu endapan dengan ukuran partikel yang
besar,pengendapan dilakukan dengan cara pencampuran lambat dari larutan encer pada
kondisi kelarutan endapan yang ditingkatkan.
 Contoh reaksi endapan
Reaksi pengendapan dapat terjadi pada larutan berair ketika dua ion saling berikatan
untuk membentuk suatu garam yang tidak larut dalam pelarut yang akan dikenal sebagai
endapan. Reaksi pengendapan juga dapat dihasilkan dari pencampuran dua larutan garam
yang berbeda sehingga akan menghasilkan reaksi penggantian kation dan anion dari kedua
reaktan yang digunakan membentuk suatu garam dengan kelarutan berbeda.
AgNO3 (aq) + KCl (aq) → AgCl (s) + KNO3 (aq)
Reaksi antara larutan perak nitrat (AgNO3) dengan larutan kalium klorida (KCl)
merupakan salah satu contoh reaksi pengendapan yang banyak digunakan dalam skala
laboratorium. Kedua larutan tersebut merupakan larutan berair atau menggunakan pelarut
air.Dalam bentuk larutan berair, ion ion dalam larutan tersebut akan terdisosiasi dalam air
menghasilkan anion dan kationnya.
AgNO3 (aq) → Ag+ (aq) + NO3- (aq)
KCl (aq) → K+ (aq) + Cl- (aq)
Ketika kedua larutan itu dicampurkan maka akan terjadi reaksi pertukaran kation
dan anion dimana ion Ag+ dari perak nitrat akan berikatan dengan ion Cl- dari kalium
klorida menghasilkan senyawa baru AgCl sedangkan ion K+ akan berikatan dengan ion
NO3- menghasilkan KNO3.
Senyawa AgCl memiliki fasa solid yang tidak larut dalam air atau memiliki
kelarutan yang sangat rendah pada suhu tertentu sehingga senyawa AgCl akan mengendap
dan menghasilkan padatan di bagian bawah larutan. Pembentukan perak klorida secara
individual dapat dituliskan sebagai berikut.
Ag+ (aq) + Cl- (aq) → AgCl (s)

6. PH Larutan Asam Basa dan Garam


Asam dan basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari, larutan dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu bersifat asam, basa dan netral.
Menurut teoi Arrhenius, zat dalam air yang menghasilkan ion H+ disebut asam, sedangkan
zat yang didalam air terionisasi menghasilkan ion OH- adalah basa.
Setelah mengetahui hal tersebut, perlu juga kita ketahui bahwa titrasi merupakan
suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah
dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat
di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut
sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi,
titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain
sebagainya.
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan
di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai
“titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa
larutan. Pada laporan kali ini akan di jelaskan mengenai titrasi asam-basa dan garam.
Sifat asam dan basa dapat di tentukan dengan beberapa cara, seperti menggunakan
kertas lakmus, lakmus merah dalam larutan basa akan berubah menjadi biru, dan lakmus
biru dalam larutan nyang bersifat asam akan berubah menjadi merah.sifat sama basa juga
dapat di tentukan dengan mengukur derajat pH. pH merupakan suatu parameter yang
digunakan yang digunakan untuk menunjukan tingkat keasaman larutan. Larutan yang
bersifat asam memiliki pH <7, larutan basa memiliki pH>7 dan larutan netral memiliki
pH=7.
Untuk menghindari bilangan yang sangat rendah dalam menghitung konsentrasi
larutan yang sangat encer, maka konsentrasi larutan yang dihitung adalah konsentrasi H+
dalam larutan tersebut yang dinyatakan dengan pH. Konsep pH ini diperkenalkan oleh ahli
kimia Denmark yang bernama Sorensen pada tahun 1909. Huruf “p” ini berasal dari istilah:
Potenz (Jerman), Pulssance (Perancis), Power (Inggris).
Hubungan (H+) dengan pH adalah:
pH = Harga negatif logaritma konsentrasi ion H+ = -Log (H+)
pOH = Harga negatif logaritma konsentrasi ion OH- = -Log (OH-)
Konstanta air (Kw) dan skala pH
Helloweler (1894) menemukan bahwa air murni memiliki daya hantar listrik (DHL)
yang sangat kecil, berarti air terionisasi sangat kecil, persamaan ionisasi:
2H2O (l) ↔ H3O+ (aq) + OH- (aq)
Dengan menulis ion hidrogen dengan H+, penguraian dapat ditulis,
H2O ↔ H+ + OH-
 Kekuatan asam basa
Kekuatan asam ditentukan oleh kemampuan asam tersebut untuk menghasilkan ion
hidrogen (H+) dan derajat ionisasi atau konstanta asam, dan kekuatan suatu basa
(hidroksida/OH-) ditentukan oleh kemampuan basa untuk menghasilkan ion hidroksida
(OH-) atau derajat ionisasi atau konstanta basa, faktor yang menentukan kekuatan relatif
asam basa adalah: kepolaran, ukuran atom, muatan dan bilangan oksidasi.
a. Asam kuat : Asam yang terionisasi sempurna, sehingga bersifat sebagai
elektrolit kuat. Ka > 10-2, contoh: HCl, H2SO4, H2SO3, HNO3, dll.
b. Asam lemah : Asam yang terionisasi sebagian, sehingga bersifat sebagai
elektrolit lemah. Ka < 10-2, contoh: HCN, HCLO, HF, HNO2, CH3COOH, dll.
c. Basa kuat : Basa yang terionisasi sempurna, sehingga bersifat sebagai
elektrolit kuat. Kb > 10-2, contoh: NaOH, Ca(OH)2, dll.
d. Basa lemah : Basa yang terionisasisebagian, sehingga bersifat sebagai
elektrolit lemah. Kb < 10-2, contoh: NH4OH, N2H5OH, CH3NH3OH.
 pH asam dan basa
Asam kuat dan basa kuat terionisasi/terurai sempurna dalam air, derajad pengionan
dianggap α = 1, contoh asam kuat dan basa kuat adalah HCL dan NaOH. Dalam keadaan
setimbang:
HCL ↔ H+ + Cl, (HCL) ≈ (H+)
NaOH ↔ Na+ + OH (NaOH) ≈ (OH-)
Karena asam kuat dan basa kuat terionisasi sempurna dalam air maka:
- Konsentrasi asam kuat (HCL) sama dengan konsentrasi ion hidrogen (H+)
- Konsentrasi basa kuat (NaOH) sama dengan konsentrasi ion hidroksil (OH-)
Untuk menhitung pH asam dan basa kuat, maka konsentrasi (H+) dan (OH-)
- pH asam kuat = -log (asam kuat) ≈ -log (H+)
- pOH basa kuat = -log (basa kuat) ≈ -log (OH-)
pH = 14 – pOH
Asam dan basa lemah adalah asam dan basa yang terionisasi sebagian didalam air, harga
konstanta asam (Ka) dan konstanta basa (Kb) kecil dari 10-2 pH asam lemah:
(H+) = √Ka.Ca
pH = -log (H+)
pH basa lemah
(OH-) = √Kb.Cb
pOH = -log (OH-)
pH = 14 – pOH
 Hidrolisis
Bila asam direaksikan dengan basa akan terbentuk garam. Bila garam-garam itu dilarutkan
didalam air, larutan tidak selalu netral, karena sebagian anion (ion negatif) dan kation (ion
positif) dari larutan garam atau keduanya dapat beraksi dengan air, reaksi ini dinamakan
hidrolisis/hidrolisa. Akibatnya, ion hidrogen (H+) atau ion hidroksil (OH-) tertinggal
dengan berlebihan dalam larutan, dan akibatnya larutan menjadi asam atau basa.
Berdasarkan sifat asam dan basa pembentukannya, maka garam dapat dibagi empat
golongan yaitu:
a. Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat.
b. Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat.
c. Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah.
d. Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah.

7. Kesetimbangan kimia
 Aktivitas dan Koefesien Aktivitas
Untuk mencapai kesepakatan perhitungan antara perhitungan kesetimbangan eksperimental
dengan perhitungan teoritis, seorang kimiawan mengalihkankonsentrasi aktual (molaritas,
sebagai contoh dengan bilangan tertentu, disebut koefesien aktivitas, untuk mendapatkan
konsentrasi efektif disebut aktivitas . dapat didefinisikan sebagai berikut.
aA = fA [A]
dimana a adalah aktivitas, fA koefesien aktivitas, dan [A] adalah molaritas dari spesies A.
Ukuran seberapa besarnya lingkungan elektrostatis dari suatu zat terlarut adalah kekuatan
ionik. Dapat didefinisikan sebagai berikut
1
µ= Σ CI Z 2
2
C adalah konsentrasi molar dan Z adalah muatan dari setiap spesies ionik didalam larutan
tersebut.
 Hukum pembatasan debye-huckel
Dapat didefinisikan sebagai berikut
0,512 Z A Z B √ µ
-log =
1+aB √ µ
a adalah diameter ion, B adalah suatu suku yang tergantung pada suhu absolut dan tetapan
dielektrik
 Tetapan kesetimbangan termodinamik
Dapat didefinisikan sebagai berikut
F cC FdD
o
K =K. a b
FAFB
K mewakili tetapan kesetimbangan umum yang dinyatakan dalam konsentrasi dan sering
disebut hasil bagi konsentrasi. Karena Ko adalah tetapan sebenarnya dan karena koefesien
aktivitas dari reaktan dan produk berubah-ubah seiring berubahnya kekuatan ionik dari
larutan.

8. Titrasi Asam dan Basa


Titrasi adalah prosedur menetapkan kadar suatu larutan dengan mereaksikan sejumlah
larutan tersebut yang volumenya terukur dengan suatu larutan lain yang telah diketahui
kadarnya (larutan standar) secara bertahap. Berdasarkan jenis reaksi yang terjadi, titrasi
dibedakan menjadi titrasi asam basa, titrasi pengendapan, dan titrasi redoks.
Pada saat larutan basa ditetesi dengan larutan asam, pH larutan akan turun. Sebaliknya, jika
larutan asam ditetesi dengan larutan basa, maka pH larutan akan naik. Jika pH larutan asam
atau basa diplotkan sebagai fungsi dari volum larutan basa atau asam yang diteteskan, maka
akan diperoleh suatu grafik yang disebut kurva titrasi. Kurva titrasi menunjukkan
perubahan pH larutan selama proses titrasi asam dengan basa atau sebaliknya. Bentuk
kurva titrasi memiliki karakteristik tertentu yang bergantung pada kekuatan dan konsentrasi
asam dan basa yang bereaksi.
a) Titrasi asam kuat dengan basa kuat
Sebagai contoh, 40 mL larutan HCl 0,1 M ditetesi dengan larutan NaOH 0,1 M sedikit demi
sedikit. Berikut kurva titrasi yang menggambarkan perubahan pH selama titrasi tersebut.

Kurva titrasi asam basa: HCl dengan NaOH. Dari kurva tersebut dapat disimpulkan:
 Mula-mula pH larutan naik sedikit demi sedikit
 Perubahan pH drastis terjadi sekitar titik ekivalen
 pH titik ekivalen = 7 (netral)
 Indikator yang dapat digunakan: metil merah, bromtimol biru, atau fenolftalein.
Namun, yang lebih sering digunakan adalah fenolftalein karena perubahan warna
fenolftalein yang lebih mudah diamati.
b) Titrasi asam lemah dengan basa kuat
Sebagai contoh, 40 mL larutan CH3COOH 0,1 M ditetesi dengan larutan NaOH 0,1 M
sedikit demi sedikit. Berikut kurva titrasi berwarna biru yang menggambarkan perubahan
pH selama titrasi tersebut dibandingkan dengan kurva titrasi HCl dengan NaOH yang
berwarna merah.

Kurva titrasi CH3COOH dengan NaOH dan titrasi HCl dengan NaOH
Dari kurva tersebut dapat disimpulkan:
 Titik ekivalen berada di atas pH 7, yaitu antara 8 – 9
 Lonjakan perubahan pH pada sekitar titik ekivalen lebih kecil, hanya sekitar 3
satuan, yaitu dari pH ±7 hingga pH ±10
 Indikator yang digunakan: fenolftalein. Metil merah tidak dapat digunakan karena
perubahan warnanya terjadi jauh sebelum tercapai titik ekivalen.
c) Titrasi basa lemah dengan asam kuat
Sebagai contoh, 40 mL larutan NH3 0,1 M ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M sedikit demi
sedikit. Berikut ditampilkan kurva titrasi yang menggambarkan perubahan pH selama titrasi
tersebut
Kurva titrasi NH3 dengan HCl
Dari kurva tersebut dapat disimpulkan:
 Titik ekivalen berada di bawah pH 7, yaitu antara 5 – 6
 Lonjakan perubahan pH pada sekitar titik ekivalen hanya sedikit, sekitar 3 satuan,
yaitu dari pH ±7 hingga pH ±4
 Indikator yang digunakan: metil merah. Fenolftalein tidak dapat digunakan karena
perubahan warnanya terjadi jauh sebelum tercapai titik ekivalen

9. Indikator Asam-Basa
Larutan asam dan basa ini akan memberikan warna tertentu jika direaksikan dengan
indikator. Indikator merupakan suatu senyawa kompleks yang bisa atau dapat bereaksi
dengan senyawa asam basa.Dengan Melalui indikator, kita akan dapat mengetahui suatu zat
bersifat asam atau pun basa. Indikator tersebut juga dapat digunakan untuk dapat
mengetahui tingkat kekuatan pada suatu asam atau basa. Beberapa dari indikator terbuat
dari bahan alami, namun begitu ada juga beberapa indikator yang dibuat dengan secara
sintesis pada laboratorium.
A. Jenis – Jenis Indikator Asam Basa
Dibawah ini merupakan macam jenis indikator yang paling banyak digunakan
antara lain ialah sebagai berikut :
1. Kertas Lakmus
Indikator yang sering tersedia didalam sebuah laboratorium adalah kertas lakmus,
disebakan karena jenis indikator ini lebih praktis serta juga karena harganya yang relatif
murah. kertas lakmus ini terdapat dua jenis , yaitu lakmus merah serta lakmus biru.
Senyawa asam basa tersebut dapat diindentifikasi dengan menggunakan kertas
lakmus dengan cara mengamatinya pada perubahan warna dikertas lakmus pada saat
bereaksi dengan larutan. Pada larutan asam, kertas lakmus itu selalu berwarna merah,
sedangkan pada larutan basa, kertas lakmus tersebut selalu berwarna biru.
Sehingga, larutan asam tersebut akan mengubah warna kertas lakmus biru menjadi
merah dan larutan basa akan tersebut mengubah warna lakmus merah menjadi biru. Pada
larutan yang netral (garam), warna kertas lakmus ini tidak menunjukkan suatu perubahan
(merah tetap merah serta biru tetap biru).

2. Indikator Alami
Beberapa merupakan jenis tanaman dan dapat dijadikan ialahsebagai indikator
alami, contohnya kol ungu, kulit manggis, bunga sepatu, bunga bougenvile, pacar air, serta
juga kunyit. Syarat untuk dapat atau tidaknya suatu tanaman itu untuk dijadikan ialah
sebagai indikator alami ialah terjadinya perubahan warna jika ekstraknya diteteskan pada
larutan asam maupun basa.

3. Larutan Indikator
Larutan indikator tersebut merupakan salah satu dari jenis indikator yang dapat
digunakan dalam mengetahui sifat asam basa sebuah senyawa. Untuk dapat mendeteksi
sifat asam basa suatu zat, pada umumnya digunakan indikator didalam sebuah bentuk
larutan, sebab dengan larutan indikator, sifat pembawaan asam maupun basa itu menjadi
lebih mudah untuk dideteksi.
Indikator yang sering digunakan pada laboratorium ialah :
 larutan indikator fenolftalein (PP)
 metil merah (mm),
 metil jingga (mo), dan juga
 bromtimol blue (BTB).
Berikut ini merupakan beberapa indikator pH lainnya yang juga sering digunakan
didalam sebuah laboratorium. Indikator-indikator dibawah ini menunjukkan adanya
perubahan warna larutan pada rentang nilai pH tertentu.

4. pH meter
pH meter tersebut bisa digunakan ialah sebagai alat pengukur pH pada suatu larutan
dengan cepat dan kiga akurat. pH meter ini memiliki elektroda yang dapat dicelupkan ke
dalam sebuah larutan asam basa yang akan diukur nilai pH-nya. Nilai pH tersebut dapat
dengan mudah dilihat secara langsung dengan melalui angka yang tertera pada layar digital
alat pH meter itu sendiri.

5. Indikator Universal
Salah satu dari indikator yang memiliki atau mempunyai tingkat kepercayaan baik
merupakan indikator universal. Indikator universal ini merupakan indikator yang tediri dari
bebagai macam indikator dengan warna yang juga berbeda untuk tiap-tiap nilai pH antara 1
– 14. Indikator universal tersebut ada yang berupa sebuah larutan dan juga ada yang
berbentuk kertas. Paket indikator universal tersebut selalu dilengkapi dengan adanya warna
standar untuk pH 1 – 14.
Cara menggunakan indikator universal ini ialah dengan mencelupkan kertas
indikator universal pada suatu larutan yang akan diteliti/diselidiki nilai pH-nya atau
meneteskan indikator universal pada larutan yang deteksi. Selanjutnya, tinggal amati
perubahan warna yang terjadi serta bandingkan perubahan warna tersebut dengan warna
yang standar.
A. Penentuan rentang perubahan warna suatu indikator
B. Pemilihan Indikator yang Sesuai
Pada titrasi asam lemah, pilihan indikatornya jauh lebih terbatas. Untuk asam dengan Pka 5,
PH tersebut lebih tinggi dari pada 7 pada titik ekivalen dan perubahan Ph relatif kecil.
Sinngkatnya kita harus memilih indikator yang berubah warna disekitar titik ekivalen dan
titrasi. Untuk asam lemah pH pada titik ekivalen diatas 7, dan fenolftalin merupakan
indikator yang lazim digunakan. Untuk basa lemah, yang memiliki pH dibawah 7, indikator
yangsering digunakan adalah metil merah atau oranye. Untuk asam kuat dan basa kuat,
indikator yang sesuai adalah metil merah, bromtimol biru, dan fenolftalein.

10. kesetimbangan asam basa dalam sistem kompleks


A. Titrasi asam poliprotik
asam poliprotik adalah suatu asam yang memiliki dan berkemampuan untuk
melepaslebih dari satu ion H+ (atau H3O+ bila H2O diikuti dalam penulisan
persamaan reaksi) didalam larutannya. Untuk mencari PH dapat dilakukan dengan
rumus berikut.
Ph = pKa1 + log ¿ ¿
1
PH pada titik ekivalen = (pKa1 + pKa2)
2
Dan memiliki persamaan kesetimbangan sebagai berikut.
KW
¿¿ =
Ka2
11. kurva titrasi
a) Kurva titrasi asam kuat dengan basa kuat.
Asam kuat sebagai titrat (analit) biasa ditempatkan dalam labu Erlenmeyer dan basa kuat
sebagai titran (titer) ditempatkan dalam buret.
Dimulai dari pH rendah menuju pH tinggi. Titik ekuivalen tepat di pH 7

Ujung kurva baik awal dan akhir kurva relatif datar.


b) Kurva titrasi basa kuat dengan asam kuat.
Basa kuat sebagai titrat (analit) biasa ditempatkan dalam labu Erlenmeyer dan asam kuat
sebagai titran (titer) ditempatkan dalam buret.
Dimulai dari pH tinggi menuju pH rendah. Titik ekuivalen tepat di pH 7.
Ujung kurva baik awal dan akhir kurva relatif datar.
c) Kurva titrasi asam lemah dengan basa kuat.
Asam lemah sebagai titrat (analit) biasa ditempatkan dalam labu Erlenmeyer dan basa kuat
sebagai titran (titer) ditempatkan dalam buret.
Dimulai dari pH rendah menuju pH tinggi. Titik ekuivalen terjadi pada pH di atas 7.

Ujung kurva awal biasanya naik relatif cepat (pH naik cepat dengan hanya penambahan
sedikit basa) kemudian melandai (relatif datar). Ujung akhir kurva relatif datar. urip.info
d) Kurva titrasi basa kuat dengan asam lemah.
Basa kuat sebagai titrat (analit) biasa ditempatkan dalam labu Erlenmeyer dan asam lemah
sebagai titran (titer) ditempatkan dalam buret.
Dimulai dari pH tinggi menuju pH rendah. Titik ekuivalen terjadi pada pH di atas 7.
Ujung kurva awal relatif datar. Ujung akhir kurva relatif turun cepat (pH turun cepat)
dengan catatan basa kuat benar-benar telah habis bereaksi.
e) Kurva titrasi asam kuat dengan basa lemah.
Asam kuat sebagai titrat (analit) biasa ditempatkan dalam labu Erlenmeyer dan basa lemah
sebagai titran (titer) ditempatkan dalam buret.

Dimulai dari pH rendah menuju pH tinggi. Titik ekuivalen terjadi pada pH di bawah 7.
Ujung kurva awal biasanya relatif landai (pH naik perlahan). Ujung akhir kurva terjadi
sedikit kenaikan pH relatif cepat.
f) Kurva titrasi basa lemah dengan asam kuat.
Basa lemah sebagai titrat (analit) biasa ditempatkan dalam labu Erlenmeyer dan asam kuat
sebagai titran (titer) ditempatkan dalam buret.
Dimulai dari pH tinggi menuju pH rendah. Titik ekuivalen terjadi pada pH di bawah 7.

Ujung kurva awal relatif turun cepat (pH turun cepat) dengan hanya sedikit penambahan
asam. Ujung akhir kurva melandai danrelatif datar.
g) Kurva titrasi asam lemah dengan basa lemah.
Asam lemah sebagai titrat (analit) biasa ditempatkan dalam labu Erlenmeyer dan basa
lemah sebagai titran (titer) ditempatkan dalam buret. Dimulai dari pH rendah menuju pH
tinggi. Titik ekuivalen terjadi pada pH di sekitar 7, tergantung nilai Ka atau Kb. Bila Ka >
Kb maka titik ekuivalen sedikit di bawah pH 7, dan bila Ka < Kb maka titik ekuivalen
sedikit di atas pH 7.

Ujung kurva awal naik relatif cepat walau tidak secepat pada penambahan basa kuat,
kemudian melandai. Ujung akhir kurva terjadi sedikit kenaikan pH relatif cepat.
h) Kurva titrasi basa lemah dengan asam lemah.
Basa lemah sebagai titrat (analit) biasa ditempatkan dalam labu Erlenmeyer dan asam
lemah sebagai titran (titer) ditempatkan dalam buret.
Dimulai dari pH tinggi menuju pH rendah. Titik ekuivalen terjadi pada pH di sekitar 7,
tergantung nilai Ka atau Kb. Bila Ka > Kb maka titik ekuivalen sedikit di bawah pH 7, dan
bila Ka < Kb maka titik ekuivalen sedikit di atas pH 7.

Ujung kurva awal turun relatif cepat walau tidak secepat pada penambahan basa kuat,
kemudian melandai. Ujung akhir kurva terjadi sedikit penurunan pH relatif cepat.

Anda mungkin juga menyukai