Kimal 2020
Kimal 2020
Reaksi Pengendapan
Salah satu jenis reaksi umum yang terjadi dalam larutan adalah reaksi pengendapan.
Reaksi pengendapan merupakan reaksi yang menghasilkan produk tetapi tidak larut dalam
pelarutnya (mengendap). Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase
padat keluar dari larutan. Reaksi presipitasi biasanya melibatkan senyawa ionik. Berikut
merupakan aspek pengendapan.
Pembentukan dan Sifat Endapan
Koloid
Suatu partikel berbentuk bola harus memiliki diameter yang lebih besar dari 10 -4 cm
sebelum ia terpisah dari larutan sebagai endapan. Selama proses pertumbuhan endapan
ukuran partikel melewati apa yang disebut kisaran koloid. Partikel-partikel dengan
diameter sekitar 10-7 hingga 10-4cm disebut sebagai koloid.
Muatan Permukaan Koloid
Partikel koloid bermuatan listrik karena adsorpsi ion-ion ke permukaan mereka.
Ketika partikel-partikel AgCl berukuran koloid, muncul sejumlah besar ion-ion Ag + dan Cl-
. partikel kecil memiliki rasio permukaan terhadap massa yang besar, dan ion-ion
permukaan menarik ion yang muatannya berlawanan dari larutan.
Lapisan primer dan sekunder diperkirakan menyusun suatu lapisan elektrik ganda yang
memberikan derajat stabilitas ke dispersi koloid. Lapisan ini menyebabkan partikel koloid
sering menolak satu sama lain, sehingga mencegah terjadinya kombinasi untuk membentuk
partikel yang lebih besar yang akan terpisah. Partikel dapat dibuat menjadi berkoagulasi,
yaitu membentuk gumpalan melalui penghilangan muatan yang dikontribusikan oleh
lapisan primer.
Endapan Liofilik dan Liofobik
Bebrapa koloid ketika berkoagulasi mengangkut sebagian besar air yang
menghasilkan endapan menyerupai jelly. Jika pelarutnya air maka dikenal dengan istilah
lioflik. Sedangkan suatu koloid yang memiliki afinitas terhapa air disebut liofobik.
Peptisasi
Ialah Proses dispersi material tak larut kedalam suatu cairan seperti koloid. Dan
harus dihindari pada prosedur-prosedur kuantitatif.
7. Kesetimbangan kimia
Aktivitas dan Koefesien Aktivitas
Untuk mencapai kesepakatan perhitungan antara perhitungan kesetimbangan eksperimental
dengan perhitungan teoritis, seorang kimiawan mengalihkankonsentrasi aktual (molaritas,
sebagai contoh dengan bilangan tertentu, disebut koefesien aktivitas, untuk mendapatkan
konsentrasi efektif disebut aktivitas . dapat didefinisikan sebagai berikut.
aA = fA [A]
dimana a adalah aktivitas, fA koefesien aktivitas, dan [A] adalah molaritas dari spesies A.
Ukuran seberapa besarnya lingkungan elektrostatis dari suatu zat terlarut adalah kekuatan
ionik. Dapat didefinisikan sebagai berikut
1
µ= Σ CI Z 2
2
C adalah konsentrasi molar dan Z adalah muatan dari setiap spesies ionik didalam larutan
tersebut.
Hukum pembatasan debye-huckel
Dapat didefinisikan sebagai berikut
0,512 Z A Z B √ µ
-log =
1+aB √ µ
a adalah diameter ion, B adalah suatu suku yang tergantung pada suhu absolut dan tetapan
dielektrik
Tetapan kesetimbangan termodinamik
Dapat didefinisikan sebagai berikut
F cC FdD
o
K =K. a b
FAFB
K mewakili tetapan kesetimbangan umum yang dinyatakan dalam konsentrasi dan sering
disebut hasil bagi konsentrasi. Karena Ko adalah tetapan sebenarnya dan karena koefesien
aktivitas dari reaktan dan produk berubah-ubah seiring berubahnya kekuatan ionik dari
larutan.
Kurva titrasi asam basa: HCl dengan NaOH. Dari kurva tersebut dapat disimpulkan:
Mula-mula pH larutan naik sedikit demi sedikit
Perubahan pH drastis terjadi sekitar titik ekivalen
pH titik ekivalen = 7 (netral)
Indikator yang dapat digunakan: metil merah, bromtimol biru, atau fenolftalein.
Namun, yang lebih sering digunakan adalah fenolftalein karena perubahan warna
fenolftalein yang lebih mudah diamati.
b) Titrasi asam lemah dengan basa kuat
Sebagai contoh, 40 mL larutan CH3COOH 0,1 M ditetesi dengan larutan NaOH 0,1 M
sedikit demi sedikit. Berikut kurva titrasi berwarna biru yang menggambarkan perubahan
pH selama titrasi tersebut dibandingkan dengan kurva titrasi HCl dengan NaOH yang
berwarna merah.
Kurva titrasi CH3COOH dengan NaOH dan titrasi HCl dengan NaOH
Dari kurva tersebut dapat disimpulkan:
Titik ekivalen berada di atas pH 7, yaitu antara 8 – 9
Lonjakan perubahan pH pada sekitar titik ekivalen lebih kecil, hanya sekitar 3
satuan, yaitu dari pH ±7 hingga pH ±10
Indikator yang digunakan: fenolftalein. Metil merah tidak dapat digunakan karena
perubahan warnanya terjadi jauh sebelum tercapai titik ekivalen.
c) Titrasi basa lemah dengan asam kuat
Sebagai contoh, 40 mL larutan NH3 0,1 M ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M sedikit demi
sedikit. Berikut ditampilkan kurva titrasi yang menggambarkan perubahan pH selama titrasi
tersebut
Kurva titrasi NH3 dengan HCl
Dari kurva tersebut dapat disimpulkan:
Titik ekivalen berada di bawah pH 7, yaitu antara 5 – 6
Lonjakan perubahan pH pada sekitar titik ekivalen hanya sedikit, sekitar 3 satuan,
yaitu dari pH ±7 hingga pH ±4
Indikator yang digunakan: metil merah. Fenolftalein tidak dapat digunakan karena
perubahan warnanya terjadi jauh sebelum tercapai titik ekivalen
9. Indikator Asam-Basa
Larutan asam dan basa ini akan memberikan warna tertentu jika direaksikan dengan
indikator. Indikator merupakan suatu senyawa kompleks yang bisa atau dapat bereaksi
dengan senyawa asam basa.Dengan Melalui indikator, kita akan dapat mengetahui suatu zat
bersifat asam atau pun basa. Indikator tersebut juga dapat digunakan untuk dapat
mengetahui tingkat kekuatan pada suatu asam atau basa. Beberapa dari indikator terbuat
dari bahan alami, namun begitu ada juga beberapa indikator yang dibuat dengan secara
sintesis pada laboratorium.
A. Jenis – Jenis Indikator Asam Basa
Dibawah ini merupakan macam jenis indikator yang paling banyak digunakan
antara lain ialah sebagai berikut :
1. Kertas Lakmus
Indikator yang sering tersedia didalam sebuah laboratorium adalah kertas lakmus,
disebakan karena jenis indikator ini lebih praktis serta juga karena harganya yang relatif
murah. kertas lakmus ini terdapat dua jenis , yaitu lakmus merah serta lakmus biru.
Senyawa asam basa tersebut dapat diindentifikasi dengan menggunakan kertas
lakmus dengan cara mengamatinya pada perubahan warna dikertas lakmus pada saat
bereaksi dengan larutan. Pada larutan asam, kertas lakmus itu selalu berwarna merah,
sedangkan pada larutan basa, kertas lakmus tersebut selalu berwarna biru.
Sehingga, larutan asam tersebut akan mengubah warna kertas lakmus biru menjadi
merah dan larutan basa akan tersebut mengubah warna lakmus merah menjadi biru. Pada
larutan yang netral (garam), warna kertas lakmus ini tidak menunjukkan suatu perubahan
(merah tetap merah serta biru tetap biru).
2. Indikator Alami
Beberapa merupakan jenis tanaman dan dapat dijadikan ialahsebagai indikator
alami, contohnya kol ungu, kulit manggis, bunga sepatu, bunga bougenvile, pacar air, serta
juga kunyit. Syarat untuk dapat atau tidaknya suatu tanaman itu untuk dijadikan ialah
sebagai indikator alami ialah terjadinya perubahan warna jika ekstraknya diteteskan pada
larutan asam maupun basa.
3. Larutan Indikator
Larutan indikator tersebut merupakan salah satu dari jenis indikator yang dapat
digunakan dalam mengetahui sifat asam basa sebuah senyawa. Untuk dapat mendeteksi
sifat asam basa suatu zat, pada umumnya digunakan indikator didalam sebuah bentuk
larutan, sebab dengan larutan indikator, sifat pembawaan asam maupun basa itu menjadi
lebih mudah untuk dideteksi.
Indikator yang sering digunakan pada laboratorium ialah :
larutan indikator fenolftalein (PP)
metil merah (mm),
metil jingga (mo), dan juga
bromtimol blue (BTB).
Berikut ini merupakan beberapa indikator pH lainnya yang juga sering digunakan
didalam sebuah laboratorium. Indikator-indikator dibawah ini menunjukkan adanya
perubahan warna larutan pada rentang nilai pH tertentu.
4. pH meter
pH meter tersebut bisa digunakan ialah sebagai alat pengukur pH pada suatu larutan
dengan cepat dan kiga akurat. pH meter ini memiliki elektroda yang dapat dicelupkan ke
dalam sebuah larutan asam basa yang akan diukur nilai pH-nya. Nilai pH tersebut dapat
dengan mudah dilihat secara langsung dengan melalui angka yang tertera pada layar digital
alat pH meter itu sendiri.
5. Indikator Universal
Salah satu dari indikator yang memiliki atau mempunyai tingkat kepercayaan baik
merupakan indikator universal. Indikator universal ini merupakan indikator yang tediri dari
bebagai macam indikator dengan warna yang juga berbeda untuk tiap-tiap nilai pH antara 1
– 14. Indikator universal tersebut ada yang berupa sebuah larutan dan juga ada yang
berbentuk kertas. Paket indikator universal tersebut selalu dilengkapi dengan adanya warna
standar untuk pH 1 – 14.
Cara menggunakan indikator universal ini ialah dengan mencelupkan kertas
indikator universal pada suatu larutan yang akan diteliti/diselidiki nilai pH-nya atau
meneteskan indikator universal pada larutan yang deteksi. Selanjutnya, tinggal amati
perubahan warna yang terjadi serta bandingkan perubahan warna tersebut dengan warna
yang standar.
A. Penentuan rentang perubahan warna suatu indikator
B. Pemilihan Indikator yang Sesuai
Pada titrasi asam lemah, pilihan indikatornya jauh lebih terbatas. Untuk asam dengan Pka 5,
PH tersebut lebih tinggi dari pada 7 pada titik ekivalen dan perubahan Ph relatif kecil.
Sinngkatnya kita harus memilih indikator yang berubah warna disekitar titik ekivalen dan
titrasi. Untuk asam lemah pH pada titik ekivalen diatas 7, dan fenolftalin merupakan
indikator yang lazim digunakan. Untuk basa lemah, yang memiliki pH dibawah 7, indikator
yangsering digunakan adalah metil merah atau oranye. Untuk asam kuat dan basa kuat,
indikator yang sesuai adalah metil merah, bromtimol biru, dan fenolftalein.
Ujung kurva awal biasanya naik relatif cepat (pH naik cepat dengan hanya penambahan
sedikit basa) kemudian melandai (relatif datar). Ujung akhir kurva relatif datar. urip.info
d) Kurva titrasi basa kuat dengan asam lemah.
Basa kuat sebagai titrat (analit) biasa ditempatkan dalam labu Erlenmeyer dan asam lemah
sebagai titran (titer) ditempatkan dalam buret.
Dimulai dari pH tinggi menuju pH rendah. Titik ekuivalen terjadi pada pH di atas 7.
Ujung kurva awal relatif datar. Ujung akhir kurva relatif turun cepat (pH turun cepat)
dengan catatan basa kuat benar-benar telah habis bereaksi.
e) Kurva titrasi asam kuat dengan basa lemah.
Asam kuat sebagai titrat (analit) biasa ditempatkan dalam labu Erlenmeyer dan basa lemah
sebagai titran (titer) ditempatkan dalam buret.
Dimulai dari pH rendah menuju pH tinggi. Titik ekuivalen terjadi pada pH di bawah 7.
Ujung kurva awal biasanya relatif landai (pH naik perlahan). Ujung akhir kurva terjadi
sedikit kenaikan pH relatif cepat.
f) Kurva titrasi basa lemah dengan asam kuat.
Basa lemah sebagai titrat (analit) biasa ditempatkan dalam labu Erlenmeyer dan asam kuat
sebagai titran (titer) ditempatkan dalam buret.
Dimulai dari pH tinggi menuju pH rendah. Titik ekuivalen terjadi pada pH di bawah 7.
Ujung kurva awal relatif turun cepat (pH turun cepat) dengan hanya sedikit penambahan
asam. Ujung akhir kurva melandai danrelatif datar.
g) Kurva titrasi asam lemah dengan basa lemah.
Asam lemah sebagai titrat (analit) biasa ditempatkan dalam labu Erlenmeyer dan basa
lemah sebagai titran (titer) ditempatkan dalam buret. Dimulai dari pH rendah menuju pH
tinggi. Titik ekuivalen terjadi pada pH di sekitar 7, tergantung nilai Ka atau Kb. Bila Ka >
Kb maka titik ekuivalen sedikit di bawah pH 7, dan bila Ka < Kb maka titik ekuivalen
sedikit di atas pH 7.
Ujung kurva awal naik relatif cepat walau tidak secepat pada penambahan basa kuat,
kemudian melandai. Ujung akhir kurva terjadi sedikit kenaikan pH relatif cepat.
h) Kurva titrasi basa lemah dengan asam lemah.
Basa lemah sebagai titrat (analit) biasa ditempatkan dalam labu Erlenmeyer dan asam
lemah sebagai titran (titer) ditempatkan dalam buret.
Dimulai dari pH tinggi menuju pH rendah. Titik ekuivalen terjadi pada pH di sekitar 7,
tergantung nilai Ka atau Kb. Bila Ka > Kb maka titik ekuivalen sedikit di bawah pH 7, dan
bila Ka < Kb maka titik ekuivalen sedikit di atas pH 7.
Ujung kurva awal turun relatif cepat walau tidak secepat pada penambahan basa kuat,
kemudian melandai. Ujung akhir kurva terjadi sedikit penurunan pH relatif cepat.