Anda di halaman 1dari 46

KIMIA ANALISA

AZIZAH SYARIFAH AZZAHRA (03031381924114)


DWI SHEILA HURILIN (03031381924115)

DOSEN PENGAMPUH : Ir. Pamillia Conniwati, S.T, M.T.

maret
PENDAHULUAN
Pencuplikan sampel → Pemilihan suatu sampel yang representatif dari material yang
dianalisis
Pengukuran → Teknik laboratorium yang digunakan menghasilkan pengelompokan
metode-metode kuantitatif menjadi beberapa subdivisi.

Analisis titrimetrik Metode gravimetrik Instrumental


Melibatkan pengukuran Yang diukur adalah Digunakan dengan agak
volume suatu larutan bobot, misalnya klorida luas, aslinya istilah ini
dengan konsentrasi yang ditetapkan dengan merujuk ke penggunaan
diketahui, yang diperlukan mengendapkan dan suatu instrumen khusus
untuk bereaksi dengan menimbang perak dalam tahap pengukuran.
analit itu. klorida.
PENDAHULUAN
Perhitungan dan Penafsiran Pengukuran
Tahap terakhir dalam suatu analisis adalah perhitungan persentase analit
dalam sampel. Asas-asas yang terlibat dalam perhitungan semacam itu
biasanya langsung dan sederhana. Metode titrimetrik dan gravimetrik,
misalnya, didasarkan pada hubungan stoikiometri sederhana dari reaksi-
reaksi kimia. Di pihak lain, penafsiran hasil yang diperoleh dari metode-
metode analisis tidaklah selalu sederhana. Karena dalam pengukuran apa saja
dapat terjadi galat (error, kesalahan, sesatan), lazimnya digunakan metode
statistik.
Galat dan Pengolahan data Analitik
Istilah galat yang dipergunakan di sini didasarkan pada perbedaan numeric antara
nilai yang dihitung dengan nilai yang sebenarnya.

Galat pasti diklasifikasikan ke dalam galat


Galat yang berasal dari penyebab metodik, operatif, dan instrumental,
yang pasti diistilahkan sebagai disesuaikan dengan asal-usulnya, yaitu :
galat pasti atau galat sistematis. (a) metode analisis yang sekaligus
Contoh-contoh dari sumber galat mencerminkan sifat dari system kimiawi
pasti di antaranya adalah yang terlibat
instrument yang tidak dikalibrasi (b) kekurangmampuan pelaku eksperimen,
dengan benar, seperti buret, (c) ketidakmampuan dari alat-alat
timbangan atau pH-meter, pengukuran untuk bekerja sesuai dengan
pengotor dalam tabung reaksi standar yang diperlukan.
Galat dan Pengolahan data Analitik
Penambahan Pengurangan Perkalian Pembagian
Perkalian dan pembagian yang terlibat diumpamakan sebagai
AB
Jika sebuah hasil perhitungan , R, berdasarkan kuantitas A, B, dan C yang diukur. R
C
, sehingga

Tentukan α, β, dan ϒ yang mewakili galat pasti mutlak masing-masing dalam A, B


dan C dan anggap ρ mewakili galat hasil dari R. Apabila pengukuran sebenarnya αβ diabaikan karena dianggap sebagai galat yang sangat kecil. Kemudian dengan
AB
cara mengurangi R menghasilkan
adalah A + α, B +β dan C + ϒ. Jika galat dipindahkan melalui penambahan C

dan pengurangan maka akan menjadi R = A + B – C. Dengan mengubah setiap


kuantitas melalui jumlah galatnya, maka dapat ditulis: Penempatan suku-suku sebelah kanan di atas pembagi bersama menghasilkan

R + ρ = (A + α) + ( B +β) – ( C + ϒ )
p AB
selanjutnya adalah penentuan galat relatif dengan membagi R ,
R=(A+B–C)+ (α+β–ϒ) r C
Setelah penghapusan menghasilkan
Dikurangi dengan R = A + B – C menjadi R = α + β – ϒ
karena ϒ sangat kecil disbanding C maka
Contoh soal :
Ketika menambahkan berat molekul (BM) KSCN dari berat atom, seorang
mahasiswa secara tidak sengaja mencatat berat atom K adalah 39,10 dan bukan
39,01 dan nilai S adalah 32,60 bukannya 32,06. Berat yang lainnya dicatat dan
benar. Hitung galat mutlak yang dibuat dalam berat molekular KSCN.
Galat pasti adalah K = 0,09 dan S = +0,54. Untuk itu galat dalam berat molekul
adalah
-0,09 + 0,54 = + 0,45
Perhatikan bahwa berat molekul yang tepat adalah 97,18, sedangkan mahasiswa
mungkin hanya mendapatkan 97,63 atau galat sebesar +0,45.
Galat Relatif Galat tidak pasti terbukti dengan adanya hamburan pada data bila suatu
Galat relatif atau galat tidak pengukuran dilakukan lebih dari satu kali. Umpamakan R = A + B – C pada satu
pasti, seperti namanya, tidak AB
dapat ditentukan apa penyebab pihak dan R  di pihak lain. Hasil teori statistiknya adalah :
C
pastinya dan tak dapat Pada penjumlahan atau pengurangan, varian (kuadrat deviasi standar) dari
dihindarkan jika pengukuran
harga-harga yang diukur adalah aditif untuk penentuan varian dari hasil, yaitu
dilakukan oleh manusia. Galat
R = A + B – C,
ini jarang ada secara alami dan
mengarah ke hasil yang tinggi S2 R = S2 A + S2 B + S2 C.
dan rendah dengan probabilitas Dengan perkalian atau pembagian, maka kuadrat dari deviasi standar relative
yang sama. telah ditransmisikan, yaitu R 
AB
,
C
Sebuah operasi yang umum dalam analisis laboratorium adalah pengukuran
volume dengan menggunakan sebuah buret 50 mL. Ukuran terkecil adalah 0,1
mL dan kimiawan mengestimasi pembacaan sampai 0,01 mL dengan
membagi divisi yang terkecil ke dalam 10 bagian yang sama, sehingga
mendapatkan pembacaan seperti 1,42 mL. Dengan anggapan bahwa
ketidakpastian dalam pembacaan seperti ini adalah ± 0,02 mL Hitunglah
ketidakpastian dalam pembacaan volume sebuah buret.
Karena ketidakpastian dalam setiap pembacaan adalah 0,02 mL,
ketidakpastian dalam volume adalah
(0,02) 2  (0,02) 2 = 0,03 mL
Perbedaan kecermatan dan ketepatan
Hasil yang akurat adalah
Galat absolut adalah perbedaan antara nilai
sesuatu yang disepakati
eksperimen dengan nilai yang sebenarnya.
sangat mendekati nilai yang
Sebagai contoh, jika ada seorang analis
sebenarnya dalam suatu
menemukan nilai 20,44% besi dalam sebuah
pengukuran kuantitas.
contoh yang sebenarnya mengandung 20,34%,
Perbandingan biasanya
galat absolutnya adalah :
dibuat atas dasar pengukuran
keakuratan terbalik dari
Galat ini biasanya ditampilkan relative terhadap ukuran dari kuantitas yang
akurasi, yaitu galat diukur, misalnya dalam persen atau bagian per seribu. Di sini galat
(semakin kecil galat, relatifnya adalah :
semakin besar
keakuratan).
atau
Presisi
Istilah presisi mengacu kepada kesepakatan di dalam
satu kelompok hasil eksperimen; kesepakatan ini
tidak berdampak apa pun terhadap hubungannya
dengan nilai yang sebenarnya. Nilai presisi mungkin
saja tidak akurat, disebabkan karena adanya galat
akibat deviasi dari nilai yang sebenarnya yang dapat
berpengaruh sama rata terhadap pengukuran namun
tidak mengganggu kepresisiannya. Presisi ini
biasanya digunakan untuk deviasi standar, deviasi
rata-rata atau rentang. Untuk galat, kepresisiannya
dapat diwujudkan atas dasar absolut atau pun
relative.
Rumus perhitungan statistik dari sampel tak terhingga

Rata-rata (Mean) Median


Rata-rata dari sejumlah pengukuran yang terbatas, Median dari sejumlah ganjil hasil
sering disebut adalah nilai tengah yang didapat
untuk membedakannya dengan µ. Perhitungan ketika hasil-hasil tersebut disusun
rata-rata secara sederhana merata-ratakan hasil menurut besarnya; untuk sejumlah
individunya : hasil yang genap, median adalah
nilai rata-rata dari 2 buah nilai
yang berada di tengah.
Rentang (Jangkauan)

Mengingat dua parameter, yaitu μ dan σ dibutuhkan


untuk menentukan frekuensi distribusi, jelas bahwa
dua populasi mungkin mempunyai tendensi sentral
yang sama namun berbeda dalam “ penyebaran” atau
variabilitas (atau disperse, sebagaimana beberapa
kalangan menyatakannya), seperti yang digambarkan
dalam Gambar 2.3. untuk sejumlah nilai yang
terbatas, pengukuran yang termudah untuk varian
adalah dengan rentangnya, yaitu selisih antara nilai
terbesar dan terendah.
Deviasi Rata-rata Deviasi Rata-rata Relatif
Deviasi rata-rata dari mean (rata-rata) sering ditulis dalam Seringkali deviasi rata-rata dinyatakan relatif terhadap besarnya
makalah-makalah ilmiah sebagai ukuran untuk variabilitas, meskipun
kuantitas yang diukur, misalnya, sebagai persentase:
sangat tidak signifikan dari sudut pandang statistic, terutama untuk
observasi dengan jumlah kecil. Untuk sekelompok data besar yang Deviasi rata-rata relatif (%) =
terdistribusi normal, deviasi rata-rata mendekati 0,8 σ. Untuk menghitung
Karena hasil analisis sering dinyatakan dalam persentase (mis: persentase
rata-rata atau deviasi rata-rata, cari selisih antara hasil individu dengan nilai
besi dalam sampel bijih besi), mungkin membingungkan untuk melaporkan
rata-rata., tanpa menghiraukan tanda, dan tambahkan deviasi individu, lalu
deviasi relatif dalam basis persentase, dan disarankan untuk menggunakan
bagi dengan banyaknya hasil.
satuan per seribu (permil), alih-alih satuan persen (per seratus):
Deviasi rata-rata =
Deviasi rata-rata relatif (ppt) =
Deviasi Standar
Secara statistik deviasi standar lebih signifikan
dibandingkan deviasi rata-rata. Simbol s
dipergunakan untuk deviasi standar dari sejumlah
nilai yang terbatas; s dicadangkan untuk
parameter populasi. Deviasi standar, yang
dianggap sebagai akar pangkat nilai deviasi dari Varians
rata-rata, dihitung dengan menggunakan rumus
Varians, dinyatakan dengan s2, pada dasarnya lebih penting dalam
statistik dibandingkan s itu sendiri, namun belakangan secara umum lebih
sering dipergunakan dalam penanganan data kimiawi.
Jika n besar (katakanlah 50 atau lebih), maka
tidak penting apakah penyebutnya n-1 (yang
sebenarnya tepat) atau pun n. Ketika deviasi
standar yang dinyatakan sebagai persentase dari
rata-rata, deviasi ini disebut koefisien dari
variasi, v:
Normalitas dari larutan ditentukan oleh 4 titrasi terpisah, dan hasilnya 0,2041,
0,2049, 0,2039, dan 0,2043. Hitung rata-rata, median, rentang, deviasi rata-rata,
rata-rata relative deviasi , deviasi standar, dan koefisien variasi

Nilai rata-rata Deviasi rata-rata:

Deviasi rata-rata relatif:


Median:
Devisi standar:

Rentang:
Koefisien variansi:
Rumus Banyaknya zat terlarut dalam larutan dan perhitungan
stoikiometri

Analisis titrimetri merupakan Asas Umum


metode analisis kuantitatif Suatu metode titrimetri untuk analisis didasarkan
yang didasarkan pada prinsip pada suatu reaksi kimia seperti:
pengukuran volume. aA + tT → Produk
a = molekul analit A
t = molekul reagensia T
T = titran

Titik ekuivalensi suatu proses titrasi tercapai ketika penambahan titran diteruskan sampai
sejumlah T yang secara kimia setara dengan A. Suatu indikator digunakan untuk
mengidentifikasi kapan penambahan titran harus dihentikan. Indikator akan menunjukkan
perubahan warna pada rentang pH tertentu setelah titik ekuivalensi tercapai. Titik dalam titrasi
pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir titrasi.
Reaksi untuk Titrasi
Reaksi Asam Basa, terdapat sejumlah Reaksi Oksidasi-Reduksi, Reaksi kimia yang
besar asam dan basa yang dapat ditetapkan melibatkan oksidasi reduksi digunakan secara
dengan titrimetri. Jika HA menyatakan meluas dalam analisis titrimetri. Misalnya,
asam yang akan ditetapkan dan BOH Fe2+ + Ce4+ Fe3+ + Ce3+
basanya, reaksinya dapat dituliskan
sebagai berikut, Besi dalam keadaan oksidasi +2 dapat dititrasi
HA + OH- dengan suatu larutan standar serium(IV) sulfat.
A- + H2O
Suatu zat pengoksidasi lain yang digunakan
BOH + H3O +
B + 2H2O
+
secara meluas sebagai suatu titran adalah kalium
permanganat, KMnO4. Reaksinya dengan besi(II)
Umumnya titran adalah larutan standar dalam larutan asam adalah
elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl.
5Fe2+ + MnO4- + 8H+ → 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O
Reaksi untuk Titrasi

Reaksi Pengendapan, pengendapan Reaksi Pembentukan Kompleks, suatu


kation perak dengan anion halogen contoh reaksi dimana terbentuk suatu
merupakan prosedur titrimetri yang kompleks stabil antara ion perak dan
meluas penggunaannya. Reaksinya sianida.
adalah, Ag+ + 2CN- Ag(CN)2-
Ag+ + X- AgX(s)
Reaksi di atas disebut metode Liebicg untuk
Dimana X dapat berupa klorida,
-
penetapan sianida. Reagen yang bersifat
bromida, iodida atau tiosianat organic seperti asam
(SCN-). etilenadiaminatetraasetat (EDTA)
membentuk komplek stabil dengan sejumlah
ion logam dan digunakan secara meluas
untuk penetapan titrimetri logam.
STOIKIOMETRI
Bobot molekul dan bobot rumus Bobot Ekuivalen
Mol didefinisikan sebagai zat yang mengandung a.Asam – Basa.
satuan-satuan nyata (entitas) sebanyak atom Bobot gram ekuivalen adalah bobot dalam gram
dalam 12 gram nuklida isotop carbon-12. Satuan (dari) suatu zat yang dapat diperlukan untuk
nyata itu dapat berupa atom, molekul, ion, memberikan atau bereaksi dengan 1 mol (1,008
ataupun electron. Karena 12 g Karbon g) H+.
mengandung atom sebanyak bilangan Avogadro, b. Redoks.
maka 1 mol zat apa saja mengandung 6,023 x Bobot gram ekuivalen adalah bobot dalam gram
1023 partikel elementer. (dari) suatu zat yang dapat diperlukan untuk
memberikan atau bereaksi dengan 1 mol
Bobot gram molekul atau biasa disingkat dengan elektron.
bobot molekul adalah bobot dalam gram dari c. Pengendapan atau pembentukkan Kompleks.
suatu mol zat. Bobot gram – rumus (atau bobot Bobot gram ekuivalen adalah bobot dalam gram
rumus) adalah penjumlahan dari bobot-bobot (dari) suatu zat yang dapat diperlukan untuk
atom semua dalam rumus kimia suatu zat dan memberikan atau bereaksi dengan 1 mol kation
normalnya sama dengan bobot molekul. univalen, ½ mol kation divalen, 1/3 mol kation
trivalen dan seterusnya.
Perhatikanlah prosedur yang beda untuk menghitung berapa gram H 3PO4 (BM = 98,0) yang diperlukan
untuk bereaksi dengan 60,0 g NaOH (BM = 40,0) dengan persamaan :

H3PO4 + 2NaOH → 2Na+ + HPO42- + 2H2O

Dengan menggunakan mol, mula-mula dapat dicatat bahwa diperlukan 2 mol NaOH untuk tiap mol
H3PO4. Karena itu untuk menyamakan mol (menyusun suatu persamaan), akan ditulis :
2 x mol H3PO4 = mol NaOH = 60 g/40 g x 1 mol = 1,50 mol
Mol H3PO4 = ½ x 1,50 mol = 0,75 mol
Dengan menggunakan ekuivalen, mula-mula dicatat bahwa bobot ekuivalen H3PO4 adalah separuh
bobot molekulnya, karena asam itu memberikan 2 mol H + ; bobot ekuivalen NaOH sama dengan bobot
molekulnya, karena basa itu bereaksi dengan 1 mol H+. Kemudian ditulis :
Ekuivalen H3PO4 = Ekuivalen NaOH = 60 g/40 g x1 ek = 1,5
Banyaknya ekuivalen H3PO4 yang diperlukan adalah dua kali banyaknya mol, tapi bobot satu mol dua
kali bobot satu ekuivalen. Karena itu:
g H3PO4 = 0,75 mol x 98,0 g/1mol = 73,5
atau
g H3PO4 = 1,5 ek x 98,0 g/2 el = 73,5
Rumus banyaknya zat terlarut dalam larutan dan perhitungan
stoikiometri normalitas, % berat
a. Molaritas
Molaritas didefinisikan sebagai banyaknya mol
zat terlarut tiap 1 Liter larutan. Sistem 1. Hitung molaritas dari larutan H2SO4 yang mempunyai kerapatan 1,30 g/mL dan
konsentrasi ini didasarkan pada volume larutan, mengandung 32,6% berat SO3. Berat molekul SO3 adalah 80,06 g/mol
oleh karenanya nyaman untuk digunakan dalam Satu liter larutan mengandung
prosedur laboratorium dengan kuantitas yang g/liter SO3 = 1,30 g/mL x 1000 mL/liter x 0,326
terukur. g/liter SO3 = 424
dimana M adalah molaritas, n banyaknya mol zat Molaritas adalah
terlarut dan V volume larutan dalam Liter. Karena M (mol/liter) =
424 gSO3
80,06 g / molSO3 x1,00liter
M = 5,30 mol/liter
dimana g adalah gram zat terlarut dan BM adalah bobot
molekul zat terlarut maka, molaritas juga dapat dituliskan
sebagai:
a. Formalitas
Formalitas didefinisikan sebagai banyaknya bobot rumus zat terlarut per liter
larutan.

dimana F adalah formalitas, nf banyaknya bobot rumus dan V volume larutan


dalam Liter. Karena

Asam dikloroasetat Cl2CHCOOH (BR 128,94) dengan berat 6,447 g dilarutkan


dalam 500 mL larutan. Pada konsentrasi ini asam akan terurai sekitar 45%.
dimana g banyaknya zat terlarut dalam gram dan BR bobot rumus, maka
Hitung formalitas dari asam dikloroasetat dan molaritas dari dua spesi Cl2CHCOOH
formalitas dapat dituliskan sebagai
dan Cl2COO- ?
Cl2COOH ⇌ H+ + Cl2CHCOO-
g
F=
BRxV
6,447 g
F= = 0,100 BR/liter
128,94 g / BR X 0,500liter
Normalitas didefinisikan sebagai banyaknya
ekuivalen zat terlarut setiap 1 Liter larutan. • Jika 0,5 liter larutan NaOH dibuat dengan
Normalitas dapat dituliskan sebagai melarutkan 5 gram NaOH (Mr = 40) dalam air.
Hitunglah Normalitas larutan tersebut ?
• Mol NaOh n = m/Mr
n = 5 gr/40 = 0,125 mol
dengan N adalah normalitas, ek adalah massa
Jumlah ion OH-, a = 1
ekuivalen dan volume larutan dalam Liter.
Ek = n x a
Karena
Ek = 0,125 x 1 = 0,125
Normalitas : N = Ek/V N = 0,1250/5 = 0,25 N

dengan g ialah gram zat terlarut dan BE adalah


bobot ekuivalen maka,
a. Persen Bobot
Persen bobot menyatakan gram zat terlarut per seratus gram larutan. Secara
matematis dapat dituliskan:
w
P= x100
w  wo
Keterangan:
P = persen bobot zat terlarut HCl yang dikonsentrasikan (BM 36,5) mempunyai kerapatan 1,19 g/mL
dan 37% dari berat HCl. Berapa mililiter asam konsentrat tersebut yang
w = banyaknya zat terlarut dalam gram
harus dilarutkan dalam 1,00 liter air untuk membuat larutan sebesar
w0 = banyaknya pelarut dalam gram 0,100 M ?
Gram HCl yang dibutuhkan = 1,00 liter x 0,100 mol/liter x 36,5 g/mol
= 3,65 g
Gram HCl per mililiter = 1,19 g/mL x 0,37 = 0,44 g/mL
Volume =
= 8,3 mL
a. Bagian tiap juta (ppm)
Bagian tiap juta (ppm) menyatakan jumlah satu komponen dalam 1juta bagian
campuran. Secara matematis dapat ditulis:
w
ppm = x10 6
w  wo
w
ppm = x10 6
wo
keterangan:
w = banyaknya zat terlarut dalam gram
w0 = banyaknya pelarut dalam gram
karena w biasanya sangat kecil dibandingkan dengan w0, maka w biasanya
tidak ditulis.
Untuk larutan yang lebih encer digunakan bagian tiap milyar (ppb).
w
ppb = x109
wo
Jika air minum mengandung 1,5 ppm NaF, berapa liter air yang dapat di fluorisasi
dengan 1,0 lb (454 g) NaF ?
454 X 103 mg NaF
 1,5
V (liter )
V = 3,0 x 105 liter
METODE ANALISIS GRAVIMETRIK

Analisis gravimetrik adalah proses isolasi dan


pengukuran berat suatu unsur atau senyawa
tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara
analisis gravimetri meliputi transformasi unsur
atau radikal ke senyawa murni stabil yang dapat
segera ditimbang dengan teliti.
Metode gravimetri didasarkan pada suatu reaksi kimia
seperti berikut :
aA + rR → aArR
a = molekul analit A
r = molekul reagensia R
AaRr berupa zat yang mengendap, yang dapat ditimbang
setelah pengeringan, atau yang dapat dipertanggung
menjadi senyawa lain yang susunannya diketahui,
kemudian ditimbang.
Satu contoh analisis gravimetrik yang umum ialah penetapan besi dalam suatu sampel bijih besi.
Anggap sebagai contoh, bahwa satu sampel bijih besi sebesar 0,4852 g dilarutkan dalam asam, dan
besi dioksidasi ke keadaan oksidasi +3 dan selanjutnya diendapkan sebagai oksida hidrous
Fe2O3.xH2O. Endapan tersebut disaring, dicuci, dan dibakar menjadi Fe 2O3 yang diketahui beratnya
0,2481 g. Hitunglah persentase besi (Fe) dalam sampel tersebut.
Ambil g sebagai jumlah gram Fe dalam endapan tersebut. Reaksinya adalah
2Fe3+ →Fe2O3.xH2O → Fe2O3 (s)
Karena 2 mol Fe3+ menghasilkan 1 mol Fe2O3., maka
Mol Fe - 2 x mol Fe2O3.
g 0,2481g
 2x
55,85 g / mol 159,69 g / mol
g  0,1735 g
0,1735
% Fe  x100
0,4582
% Fe  35,76
1. Perhitungan jumlah reagen pengendap yang dibutuhkan
Hitunglah jumlah mililiter amonia, densitas 0,99 g/mL, 2,3% per berat NH3 yang akan
dibutuhkan untu mengendapkan besi Fe(OH)3 tersebut dalam 0,70 g sampel yang
mengandung 25% Fe2O3.
Reaksi pengendapan adalah
Fe3+ + 3NH 3 + 3H2O → Fe(OH) 3(S) + 3NH 4+
Dan
3 x mol Fe3+ = mol NH3
0,70 x 0,25
Mol Fe2O3 dalam sampel =  0,0011
159,69
Mol Fe3+ = 2 x mol Fe2O3 = 2 x 0,0011 = 0,0022
0,09 g / mLx1000mL / literx 0,023
MNH3 = = 1,34 mol/liter
17,03g / mol
Mol NH3 =VxM
3 x 0,0022 = V x 1,34
V = 0,0049 liter atau 4,9 mL
1. Perhitungan jumlah optimum sampel
Berapa jumlah sampel yang mengandung 12% klorin (Cl) harus diambil utnuk
analisis jika kimiawan tersebut ingin memperoleh suatu endapan AgCl yang beratnya
0,500 g?
Reaksi pengendapan adalah
Ag+ + Cl- → AgCl(s)
Dan
Jika w = gram sampel, maka
wx0,120 0,500

35,45 143,32
w = 1,03 g
Dalam penetapan gravimetrik belerang, endapan BaSO 4 yang terbakar kadang-kadang
tereduksi secara parsial menjadi BaS. Tentu saja hal ini menimbulkan galat jika
analisnya tidak menyatakan hal ini dan mengkonversi BaS tersebut kembali menjadi
BaSO4. Anggaplah suatu sampel yang mengandung 32,3% SO 3 dianalisis dan 20,0%
dari endapan akhir tersebut adalah BaS. (Artinya 80% adalah BaSO 4). Berapa
persentase SO 3 yang akan terhitung oleh analis tersebut jika dia mengasumsikan bahwa
seluruh endapan tersebut adalah BaSO 4 ?
Misalkan f = fraksi dari SO3 yang dia akan hitung (100 f = persen) dan wp = berat
campuran BaSO3 dan BaS yang diperoleh 1,000 g sampel. Maka
SO3
wpx
BaSO3 x100  100 f
1,000
dan
BaSO 4
Wp  fx
SO3
Karena 80,0% dari endapan BaSO4 dan 20,0% adalah BaS, persentase SO 3 yang
sebenarnya diberikan oleh
SO3 SO3
0,800 wpX  0,200WpX
BaSo4 BaS x100  32,3
1,000
Mensubstitusi Pers. (1) ke dalam Pers. (2) memberikan
BaSO 4
0,800 f  0,200 fX
BaS x100  32,3
1,000
Menyisipkan berat molekul dan menyelesaikannya f memberikan nilai f = 0,300; artinya
analisis tersebut akan menghitung 100 x 0,300 = 30,0% SO3.
Reaksi yang produknya tidak larut dalam
Reaksi pengendapan pelarutnya

Dalam bentuk larutan berair, ion ion dalam Pembentukan dan Sifat Endapan
larutan tersebut akan terdisosiasi dalam air • Koloid
menghasilkan anion dan kationnya. Partikel-partikel dengan diameter sekitar 10-7 hingga 10-4cm
Muatan Permukaan Koloid
AgNO3 (aq) + KCl (aq) → AgCl (s) + KNO3 (aq)
Partikel koloid bermuatan listrik karena adsorpsi ion-ion
ke permukaan mereka
Senyawa AgCl memiliki fasa solid yang
tidak larut dalam air atau memiliki kelarutan
Lapisan ini
yang sangat rendah pada suhu tertentu
membuat ion
saling tolak
menolak, dan
dapat menjadi
berkoagulasi
(gumpalan)
Endapan Liofilik dan Liofobik
• Proses pengendapan dan ukuran partikel
koloid ketika berkoagulasi mengangkut sebagian
besar air yang menghasilkan endapan menyerupai Nukleasi dan Pertumbuhan Partikel
jelly. ukuran partikel endapan ditentukan oleh laju
Jika pelarutnya air maka dikenal dengan istilah relatif dari dua proses
lioflik. Sedangkan suatu koloid yang memiliki (1) pembentukan inti atau nukleasi dan
afinitas terhapa air disebut liofobik (2) pertumbuhan inti-inti membentuk partikel-
partikel yang cukup besar untuk mengendap.
Peptisasi
laju nukleasi < laju pertumbuhan inti
Proses dispersi material tak larut kedalam suatu
cairan seperti koloid. Dan harus dihindari pada
prosedur-prosedur kuantitatif Maka, menghasilkan partikel dengan jumlah yang
sedikit, namun ukurannya relatif besar
Teori Von Weimarn mengenai Kelewat Memilih atau Meramalkan Kondisi
Jenuhan Relatif Eksperimen yang Optimal dari Teori Von
Weimarn
Hubungan antara ukuran partikel suatu endapan Nilai kelewat jenuhan relatif dapat diturunkan,
dengan laju pengendapan. yaitu dengan
(1) penggunaan larutan yang cukup encer, dan
  Kelewatjenuhan relatif = (2) menambahkan bahan pengendap secara
lambat.
Q adalah konsentrasi total dari zat yang seketika di
Pencemaan Endapan (Digestion of precipitates
produksi dalam larutan dengan mencampurkan
pereaksi-pereaksi. S adalah kelarutan yang setimbang -> membiarkan endapan bersentuhan dengan larutan
induk, seringkali pada suhu yang ditinggikan, selama
beberapa saat sebelum penyaringan
jumlah inti
semakin banyak, untuk mendapatkan suatu endapan dengan ukuran
> Q-S partikel yang besar,pengendapan dilakukan dengan
dan ukuran
cara pencampuran lambat dari larutan encer pada
partikel endapan
kondisi kelarutan endapan yang ditingkatkan.
semakin kecil.
kesetimbangan asam basa Poliprotik
asam poliprotik adalah suatu asam yang
Pembahasan
memiliki dan berkemampuan untuk
melepaslebih dari satu ion H didalam
larutannya

 =

CONTOH SOAL
Tentukan ph pada titik ekivalen. 50
ml x 0.1 mmol/ml = 5 mmol H2B
dan menambahkan 100ml x 0.1
mmol/ml = 10 mmol OH-
Kesetimbangan Kimia kekuatan ionik
Ukuran seberapa besarnya lingkungan
• Aktivitas dan Koefesien Aktivitas elektrostatis dari suatu zat terlarut
Untuk mencapai kesepakatan perhitungan antara
C =konsentrasi molar
perhitungan kesetimbangan eksperimental dengan   µ = Σ CI
Z = muatan dari setiap spesies ionik
perhitungan teoritis, seorang kimiawan mengalihkan
konsentrasi aktual (molaritas, sebagai contoh dengan
contoh
bilangan tertentu, disebut koefesien aktivitas, untuk
mendapatkan konsentrasi efektif disebut aktivitas

a= aktivitas
aA = fA [A] fA = koefesien aktivitas
[A] = molaritas dari spesies A
• Hukum pembatasan debye-huckel
  -log =

a = diameter ion,
B = suatu suku yang tergantung pada suhu absolut
dan tetapan dielektrik

• Tetapan kesetimbangan termodinamik

  Ko = K . K = hasil bagi konsentrasi


Ko = tetapan sebenarnya
dapat mengetahui suatu zat bersifat asam atau pun basa,
Indikator Asam-Basa
mengetahui tingkat kekuatan pada suatu asam atau basa

• Jenis – Jenis Indikator Asam Basa 4. Larutan Indikator


1. Kertas Lakmus pada umumnya digunakan indikator didalam sebuah
Pada larutan asam, kertas lakmus itu selalu bentuk larutan, sebab dengan larutan indikator, sifat
berwarna merah, sedangkan pada larutan basa, pembawaan asam maupun basa itu menjadi lebih
kertas lakmus tersebut selalu berwarna biru. mudah untuk dideteksi.
2. Indikator Alami 5. Indikator Universal
Beberapa merupakan jenis tanaman dan dapat mempunyai tingkat kepercayaan baik merupakan
dijadikan ialahsebagai indikator alami, contohnya indikator universal. Indikator universal ini merupakan
kol ungu, kulit manggis, bunga sepatu, bunga indikator yang tediri dari bebagai macam indikator
bougenvile, pacar air, serta juga kunyit. dengan warna yang juga berbeda untuk tiap-tiap nilai
3. pH meter pH antara 1 – 14.
pH meter ini memiliki elektroda yang dapat
dicelupkan ke dalam sebuah larutan asam basa yang
akan diukur nilai pH-nya.
Penentuan rentang perubahan warna suatu Pemilihan Indikator yang Sesuai
indikator
 Untuk asam lemah pH pada titik ekivalen
diatas 7fenolftalin merupakan indikator
yang lazim digunakan.
 basa lemah, yang memiliki pH dibawah 7,
indikator yang sering digunakan adalah
metil merah atau oranye.
 Untuk asam kuat dan basa kuat, indikator
yang sesuai adalah metil merah,
bromtimol biru, dan fenolftalein.
Titrasi Asam Basa
Kurva titrasi asam kuat dengan basa kuat. Kurva titrasi basa kuat dengan asam kuat.
Kurva titrasi asam lemah dengan basa kuat. Kurva titrasi basa kuat dengan asam lemah.
Kurva titrasi asam kuat dengan basa lemah. Kurva titrasi asam lemah dengan basa lemah.

Kurva titrasi basa lemah dengan asam kuat. Kurva titrasi basa lemah dengan asam lemah.
Titrasi Pengendapan
 
Sebanyak 50 ml NaCl 0.1 M dititrasi
dengan0.1 M AgNO3. Hitung konsentrasi
ion klorida pada interval-interval selama
titrasi dan gambarkan plot pCl terhadap
Milimeter dari AgNO3 pCl = -log [Cl-]
dan Ksp untuk AgCl adalah 1 x
Konstanta Kesetimbangan
Nilai Konstanta Kesetimbangan
terjadi pada reaksi kimia yang reversibel.
Reaksi reversibel adalah reaksi yang di mana
produk reaksi dapat bereaksi balik membentuk
reaktan. Kesetimbangan kimia tercapai ketika 
laju reaksi maju sama dengan laju reaksi balik
dan konsentrasi dari reaktan-reaktan dan
produk-produk tidak berubah lagi.

Dari bentuk persamaan di atas dapat disimpulkan:


• Jika nikai K > 1 maka hasil/produk yang
dihasilkan banyak.
• Jika nikai K< 1 maka hasil/produk yang
dihasilkan sedikit.
Konstanta Kesetimbangan Reaksi, Konsentrasi
Akhir
1. Tetapan Konsentrasi (Kc) 2. Tetapan Kesetimbangan Gas (Kp)
hasil kali konsentrasi setimbang zat di ruas kanan Tetapan kesetimbangan untuk reaksi yang sama
dibagi hasil kali konsentrasi setimbang zat di ruas “harganya sama untuk suhu yang tetap” zat
kiri, masing-masing konsentrasi zat dipangkatkan [padat murni (S) dan zat cair murni (L) tidak
dengan koefisien reaksinya. disertakan dalam penyusunan tetapan
kesetimbangan.

[A], [B], [C], dan [D] adalah Kp = tetapan kesetimbangan tekanan gas
konsentrasi A, B, C, dan D pada PA = tekanan parsial gas A (atm) = (mol A / mol total) x Ptot
keadaan setimbang. PB = tekanan parsial gas B (atm) = (mol B / mol total) x Pto
PC = tekanan parsial gas C (atm) = (mol C / mol total) x Pto
PD = tekanan parsial gas D (atm) = (mol D / mol total) x Pto
 
Hubungan antara Kp dan Kc
Perbandingan tekanan parsial merupakan
perbandingan mol saat keadaan setimbang.
Jika diketahui tekanan total suatu reaksi gas maka
tekanan parsial tiap-tiap zatnya dapat ditentukan :

Dimana, R adalah tetapan gas universal, T


adalah temperatur, dan Δng adalah jumlah
mol produk gas – jumlah mol reaktan gas.
Keterangan :
Jumlah mol total saat reaksi gas P = tekanan (atm)
mencapai kesetimbangan dapat dicari dengan V = volume (m)
rumus gas ideal : n  = mol
R = 0,082  L.atm/mol.K
T = Suhu ( K )
∆n = Jumlah koefisien gas kanan - Jumlah
koefisien gas kiri
Thanks
GAN XIE GUAN KAN

xxxxx

maret

Anda mungkin juga menyukai