X
X
b. Kecepatan
Kecepatan merupakan besaran turunan yang diturunkan dari besaran pokok panjang dan waktu,
dimana rumus kecepatan yaitu perbandingan antara perubahan posisi dengan waktu yang
dibutuhkan. Ada 2 jenis kecepatan, yaitu :
∆𝑟 𝑟Ԧ2 − 𝑟Ԧ1
(1) Kecepatan Rata Rata : 𝑣ҧ = 𝑣Ԧ𝑎𝑣𝑟 = =
∆𝑡 𝑡2 − 𝑡1
∆𝑟 𝑟Ԧ 𝑡+ ∆𝑡 − 𝑟Ԧ 𝑡
(2) Kecepatan Sesaat : 𝑣Ԧ𝑡 = lim∆𝑡→0 = lim∆𝑡→0
∆𝑡 ∆𝑡
Karena kecepatan adalah besaran vektor, maka kecepatan memiliki Nilai dan Arah. Nilai dari
kecepatan disebut dengan kelajuan. Sehingga kelajuan juga di kenal ada
(1) Laju rata-rata
(2) Laju sesaat
Pembahasan mengenai gerak untuk Satu Dimensi, sudah sangat bisa dijelaskan hanya dengan
menggunakan Sistem Koordinat Kartesian. Tetapi untuk menguraikan gerak pada Dua atau
Tiga Dimensi, koordinat kartesian tidak cukup baik untuk menguraikannya. Untuk kepentingan
tersebut maka dalam materi ini akan dilakukan pembahasan mengenai sistem koordinat yang
lainnya, seperti Koordinat Kartesian, Koordinat Polar, Koordinat Silinder dan Koordinat
Bola.
Partikel dalam pandangan Fisika Klasik adalah zat yang memiliki massa dan menempati suatu
ruang. Sehingga bahasan tentang partikel selalu mengkaitkan suatu besaran massa atau besaran
posisi. Sejak hipotesa Planck yang menyatakan bahwa gelombang elektromagnetik bersifat
diskrit (kuanta) dan dilanjutkan dengan berbagai eksperimen bahwa GEM dapat berperilaku
sebagai partikel. Definisi partikel akhirnya berkembang menjadi partikel adalah zat yang memiliki
momentum atau energi.
1.2 ANALISIS VEKTOR
Dalam fisika, besaran dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Besara Skalar
b. Besaran Vektor
Besaran skalar didefinisikan sebagai besaran yang hanya memiliki nilai atau besar saja. Contoh besaran
Skalar yaitu :
1. Massa 7. Kuat Arus Listrik
2. Waktu 8. Fluks Listrik dan Fluks Magnet
3. Usaha 9. Daya
4. Energi 10. Kerapatan (rapat massa, rapat energi)
5. Tekanan 11. Volume
6. Potensial Listrik 12. Lain - lain
Besaran Vektor didefinisikan sebagai besaran yang memiliki nilai dan arah. Contoh besaran Vektor yaitu :
1. Perpindahan 7. Percepatan
2. Panjang 8. Rapat Arus
3. Luas 9. Gaya
4. Medan Magnet 10. Momen Magnetik
5. Medan Listrik 11. Momen Gaya
6. Kecepatan 12. Lain – lain
Besaran vektor, biasanya direpresentasikan dengan notasi : 𝐀 atau A dan besar dari besaran vektor
direpresentasikan dengan A atau 𝐀 . Untuk partikel yang bergerak dalam 3 dimensi, dinyatakan :
𝐀 = 𝑨𝒙 𝒊Ƹ + 𝑨𝒚 𝒋Ƹ + 𝑨𝒛 𝒌
Maka besar vektornya adalah :
𝐶= 𝐴2 + 𝐵2 + 2 𝐴𝐵 cos 𝜃
𝜃 = sudut antara dua vektor A dan B A
𝑅𝑥 = 𝑅 sin 𝜃 cos 𝜑
𝑅𝑦 = 𝑅 sin 𝜃 sin 𝜑
𝑅𝑧 = 𝑅 cos 𝜃
Penggunaa koordinat bola akan dijelaskan tersendiri di belakang
Untuk 3 atau lebih vektor, hasil penjumlah atau pengurangan lebih mudah dilakukan secara analitik untuk
mencari resultannya. Tahapan seperti yang sudah di jelaskan seperti penjumlahan 2 vektor di atas.
Misalkan ada vektor 𝐅𝟏 , 𝐅𝟐 , . . . , 𝐅𝒏 dan membentuk sudut 𝜃1 , 𝜃2 , . . . , 𝜃𝑛 .
... . . . . . . . . . . . .
Produk scalar antara 2 vektor juga dapat dipakai untuk menentukan sudut antara dua vektor, dengan
menggunakan persamaan :
A ∙B
A ∙ B = 𝐴 𝐵 cos 𝜃 atau cos 𝜃 = 𝐴𝐵
𝐴Ԧ A 𝐵 B
Dengan menggunakan definisi vektor satuan, yaitu 𝐴መ = = atau 𝐵 = = maka perkalian
𝐴 𝐴 𝐵 𝐵
dalam atau produk scalar juga dapat digunakan untuk menentukan proyeksi panjang vektor A terhadap
vektor B, 𝐴𝐵 atau menentukan Panjang proyeksi vektor B pada vektor A, 𝐵𝐴 Dan dengan menggunakan
perkalian dalam, A ∙ B = 𝐴 𝐵 cos 𝜃 = 𝐵 𝐴 cos 𝜃 maka :
a. Panjang proyeksi vektor A pada vektor B dapat dirumuskan :
A ∙B B
𝐴𝐵 = 𝐴 cos 𝜃 = =A ∙ = A ∙ 𝐵
𝐵 𝐵
b. Panjang proyeksi vektor B pada vektor A dapat dirumuskan :
A ∙B A
𝐵𝐴 = 𝐵 cos 𝜃 = =B∙ = B ∙ 𝐴መ
𝐴 𝐴
∙ 𝑘 = 1
Dalam koordinat Cartesius berlaku : 𝑖Ƹ ∙ 𝑖Ƹ = 𝑗Ƹ ∙ 𝑗Ƹ = 𝑘 dan
𝑖 ∙ 𝑗Ƹ = 𝑗Ƹ ∙ 𝑘 = 𝑘 ∙ 𝑖Ƹ = 0
Contoh :
Sebuah benda mula mula berada dalam bidang datar licin. Jika pada benda diberikan gaya konstan sebesar
20 N dengan membentuk sudut 600 terhadap bidang. Sehingga benda memiliki percepatan sebesar 𝑎𝑥 =
2 𝑚Τ𝑠 2 (searah bidang). Tentukan :
a. Usaha yang telah dilakukan Gaya tersebut pada saat t = 2 detik dan t = 5 detik
A ∙ B=A ∙ A
= 𝐴 𝐴 cos 00 = 𝐴2
Jadi 𝐴 = A ∙ A artinya Panjang atau besar sebuah vektor A adalah akar dari produk skalar vektor A
dengan dirinya. Dalam produk scalar juga perlaku hukum distributive :
A + B ∙ C=A ∙ C+B ∙ C
Dalam Fisika, banyak sekali penerapan dari produk scalar, yaitu :
1. Usaha : 𝑊 = F ∙ S
2. Flux Listrik : Φ𝐸 = E ∙ A
3. Flux Magnet : Φ𝐵 = B ∙ A
4. Daya : P = F ∙ v
5. dsb
B.2 Produk Vektor
Didefinisikan : Jika A dan B adalah dua tak nol yang mengapit sudut 𝜃, maka hasil kali dalam (produk
vektor) A x B dirumuskan sebagai :
A x B = 𝐴 𝐵 sin 𝜃 𝑛
ො
ො adalah sebuah vektor satuan tegaklurus bidang yang memuat A dan B, dan searah maju atau
dengan 𝑛
mundur sekrup jika diputar kekanan atau kekiri
B
ෝ
𝒏 B
A ෝ
𝒏
Dari ilustrasi gambar di atas, bahwa dalam produk vektor atau cros product tidak berlaku hukum komutatif
atau bersifat tidak komut sehingga secara matematis dituliskan :
A xB = - ( B xA )
Jika 𝐴 ≠ 0 , 𝐵 ≠ 0 dan A x B = 0 maka
= 𝐴 𝐵 sin 𝜃
diperoleh jika 𝜃 = 0 (artinya kedua vektor searah) atau 𝜃 = 𝜋 (artinya kedua vektor berlawanan arah).
𝐫ሶ = 𝑥ሶ 𝑖Ƹ + 𝑦ሶ 𝑗Ƹ + 𝑧ሶ 𝑘
𝑑𝑣 𝑑𝑣𝑥 𝑡 𝑑𝑣𝑦 𝑡 𝑑𝑣𝑧 𝑡
Percep : 𝑎
Ԧ = = 𝑖Ƹ + 𝑗Ƹ + 𝑘
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝐫ሷ = 𝑥ሷ 𝑖Ƹ + 𝑦ሷ 𝑗Ƹ + 𝑧ሷ 𝑘
Sifat-sifat Turunan Biasa Fungsi Vektor
Jika A, B, dan C adalah fungsi-fungsi vektor dari sebuah skalar t yang diferensiabel dan k sebuah fungsi
skalar dari t yang diferensiabel, maka :
𝑑 𝑑 𝐴Ԧ 𝑑𝐵
1. 𝐴Ԧ ± 𝐵 = ±
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑 𝑑𝐵 𝑑 𝐴Ԧ
2. 𝐴Ԧ ∙ 𝐵 = 𝐴Ԧ ∙ + ∙ 𝐵
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑 𝑑𝐵 𝑑 𝐴Ԧ
3. 𝐴Ԧ 𝑥 𝐵 = 𝐴Ԧ 𝑥 + 𝑥𝐵
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑 𝑑 𝐴Ԧ 𝑑𝑘
4. 𝑘𝐴Ԧ = 𝑘 + 𝐴Ԧ
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑 𝑑 𝐶Ԧ 𝑑𝐵 𝑑 𝐴Ԧ
5. 𝐴Ԧ ∙ 𝐵 𝑥 𝐶Ԧ = 𝐴Ԧ ∙ 𝐵 𝑥 + 𝐴Ԧ ∙ 𝑥 𝐶Ԧ + ∙ 𝐵 𝑥 𝐶Ԧ
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑 𝑑 𝐶Ԧ 𝑑𝐵 𝑑 𝐴Ԧ
6. 𝐴Ԧ 𝑥 𝐵 𝑥 𝐶Ԧ = 𝐴Ԧ 𝑥 𝐵 𝑥 + 𝐴Ԧ 𝑥 𝑥 𝐶Ԧ + ∙ 𝐵 𝑥 𝐶Ԧ
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
Contoh Soal :
dan 𝑩 = 𝟐𝒕 𝒊Ƹ + 𝒔𝒊𝒏 𝒕𝟐 𝒋Ƹ + 𝟒𝒕 𝒌.
Jika 𝑨 = 𝒕𝟐 + 𝟐𝒕 𝒊Ƹ + 𝟐𝒕 𝒋Ƹ + 𝒕𝟑 𝒌 Tentukan :
𝒅
a. 𝑨+ 𝑩 untuk t = 0
𝒅𝒕
𝒅
b. 𝒅𝒕
𝑨 ∙ 𝑩 untuk t = 0
D. Integral Vektor
Seperti yang sudah di jelaskan di Matematika Dasar, bahwa yang dimaksud dengan mengintegrasikan
suatju fungsi f(t) adalah menentukan fungsi F(t), sehingga turunannya :
𝑑𝐹(𝑡)
= 𝑓(𝑡)
𝑑𝑡
dengan F(t) dan f(t) adalah fungsi vektor. Dalam integral vektor, kita akan membahas
1. Integral Vektor Biasa
2. Integral Garis
3. Integral Permukaan
4. Integral Volume
D.1 Integral Vektor Biasa
adalah sebuah vektor yang bergantung pada satu variabel
Misalkan 𝐴Ԧ 𝑡 = 𝐴𝑥 𝑡 𝑖Ƹ + 𝐴𝑦 𝑡 𝑗Ƹ + 𝐴𝑧 𝑡 𝑘
atau parameter t. Maka integral tak tentu dari 𝐴Ԧ 𝑡 didefinisikan sebagai :
Contoh Soal :
. Jika saat t = 0, 𝑣Ԧ 𝑡 = 0 = 0 dan
Percepatan sebuah partikel 𝑎Ԧ 𝑡 = 𝑒 −𝑡 𝑖Ƹ − 6 𝑡 + 1 𝑗Ƹ + 3 sin 𝑡 𝑘
𝑟Ԧ 𝑡 = 0 = 0. Tentukan Kecepatan 𝑣Ԧ 𝑡 dan kedudukan partikel 𝑟Ԧ 𝑡
D.2 Integral Garis
Integral garis dari suatu fungsi vektor 𝐴Ԧ 𝑡 sepanjang kurva C yang terdefinisi pada 𝑎 ≤ 𝑡 ≤ 𝑏, dapat
didefinisikan sebagai berikut :
𝑏
𝐴 𝐶Ԧ 𝑡 ∙ 𝑑 𝑟Ԧ = 𝑖 𝑡 𝑥𝐴 𝑎Ƹ + 𝐴𝑦 𝑡 𝑗Ƹ + 𝐴𝑧 𝑡 𝑘 ∙ 𝑑𝑥 𝑖Ƹ + 𝑑𝑦 𝑗Ƹ + 𝑑𝑧 𝑘
𝑏
= 𝑥𝑑 𝑥𝐴 𝑎+ 𝐴𝑦 𝑑𝑦 + 𝐴𝑧 𝑑𝑧
Contoh Soal :
Hitung usaha yang dihasilkan sebuah benda yang bergerak oleh vektor gaya 𝐹Ԧ = 𝑦 𝑖Ƹ + 𝑥 2 𝑗Ƹ sepanjang
kurva 𝑥 = 2𝑡 , 𝑦 = 𝑡 2 − 1 dari t = 0 hingga t = 2
Jawab:
𝑖 𝑦 𝑪 = 𝒓𝒅 ∙ 𝑭 𝑪Ƹ + 𝑥 2 𝑗Ƹ ∙ 𝑑𝑥 𝑖 + 𝑑𝑦 𝑗Ƹ
𝟐 2
= 𝑥𝑑 𝑦 𝟎+ 𝑥 2 𝑑𝑦 = 0 𝑡 2 − 1 2 𝑑𝑡 + 2𝑡 2 2𝑡 𝑑𝑡
2
= 0 8 𝑡 3 + 2 𝑡 2 − 2 𝑑𝑡
8 4 2 3 2 100
= 𝑡 + 𝑡 − 2𝑡 = satuan
4 3 0 3
D.3 Integral Permukaan
Definisi : Jika S suatu permukaan 2 sisi yang demikian mulus dan 𝑛ො adalah vektor normal
satuan positif, maka fluks (massa yang mengalir per satuan waktu) dari 𝐴Ԧ 𝑥, 𝑦, 𝑧 melalui
permukaan S adalah :
𝐴 𝑆Ԧ ∙ 𝑛ො 𝑑𝐴
yang disebut dengan integral permukaan.
Untuk menghitung integral permukaan akan lebih sederhana dengan memproyeksikan S pada salah satu
bidang koordinat, kemudian menghitung integral lipat 2 dari proyeksinya. Jika permukaan S memiliki
proyeksi pada bidang xy, maka integral permukaan diberikan oleh :
𝑑𝑥 𝑑𝑦
𝐴 𝑆Ԧ ∙ 𝑛ො 𝑑𝐴 = 𝐴 𝑆Ԧ ∙ 𝑛ො
𝑛ො ∙ 𝑘
Sedangkan jika proyeksi pada bidang xz, maka integral permukaan diberikan oleh :
𝑑𝑥 𝑑𝑧
𝐴 𝑆Ԧ ∙ 𝑛ො 𝑑𝐴 = 𝐴 𝑆Ԧ ∙ 𝑛ො 𝑛ො ∙ 𝑗Ƹ
Dan proyeksi pada bidang yz, maka integral permukaan diberikan oleh :
𝑑𝑦 𝑑𝑧
𝐴 𝑆Ԧ ∙ 𝑛ො 𝑑𝐴 = 𝐴 𝑆Ԧ ∙ 𝑛ො 𝑛ො ∙𝑖
Contoh Soal :
S adalah bagian dari bidang 2𝑥 + 3𝑦 + 6𝑧 = 12 yang
Hitunglah 𝐴 𝑆Ԧ ∙ 𝑛ො 𝑑𝐴 dimana 𝐴Ԧ = 18𝑧 𝑖Ƹ − 12 𝑗Ƹ + 3𝑦 𝑘.
terletak pada oktan pertama (bidang xy) dan 𝑛ො adalah normal satuan pada S.
Jawab :
dan
(a) Langkah 1 : 𝑛 = 𝐺𝑟𝑎𝑑 S = 𝛁 2𝑥 + 3𝑦 + 6𝑧 − 12 = 𝟐𝑖Ƹ + 3𝑗Ƹ + 6𝑘
12 −2𝑥 −3𝑦
2𝑥 + 3𝑦 + 6𝑧 = 12 atau 𝑧= 6
𝑛 Ƹ 𝑗+6
𝟐𝑖+3 Ƹ 𝑘 Ƹ 𝑗+6
𝟐𝑖+3
Ƹ 𝑘
(b) Langkah 2 : 𝑛
ො = = =
𝑛 49 7
Ƹ 𝑗+6
𝟐𝑖+3
Ƹ 𝑘
(c) Langkah 3 : 𝐴Ԧ ∙ 𝑛
ො= 18𝑧 𝑖Ƹ − 12 𝑗Ƹ + 3𝑦 𝑘 ∙ 7
1
= 36𝑧 − 36 + 18𝑦
7
1 12 −2𝑥 −3𝑦
= 7
36 6
− 36 + 18 𝑦
1
= 72 − 12𝑥 − 18𝑦 − 36 + 18𝑦
7
1
= 7
36 − 12𝑥
Ƹ 𝑗+6
𝟐𝑖+3
Ƹ 𝑘
(d) Langkah 4 : 𝑛ො ∙ 𝑘 = ∙ 𝑘 Oktan 1 (bidang xy)
7
6 6
= 7
= 7
(e) Langkah 5 : Batas integrasi bidang S pada bidang xy dengan z = 0 : 2𝑥 + 3𝑦 + 6𝑧 = 12
12 −2𝑥
2𝑥 + 3𝑦 = 12, maka 0 ≤ 𝑥 ≤ 6 dan 0 ≤ 𝑦 ≤
3
𝑑𝑥 𝑑𝑦
(f) Langkah 6 : 𝐴 𝑆Ԧ ∙ 𝑛
ො 𝑑𝐴 = 𝐴 𝑆Ԧ ∙ 𝑛ො 𝑛ො ∙ 𝑘
12−2𝑥
6 1 𝑑𝑦
= =𝑥0 =𝑦0
3
7
36 − 12𝑥 6 𝑑𝑥
7
12−2𝑥
6
= =𝑥0 =𝑦0
3 6 − 2𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑥
2
6 4− 𝑥
3
= =𝑥0 6𝑦 − 2𝑥𝑦 0 𝑑𝑥
2
6 4− 𝑥
(f) Langkah 6 : 𝐴 𝑆Ԧ ∙ 𝑛
ො 𝑑𝐴 = =𝑥0 6𝑦 − 2𝑥𝑦 0
3
𝑑𝑥
6 2 2
= =𝑥0 6 4 − 3 𝑥 − 2𝑥 4 − 3 𝑥 𝑑𝑥
6 4
= =𝑥0 24 − 4𝑥 − 8𝑥 + 3 𝑥 2 𝑑𝑥
6 4 2
= =𝑥0 𝑥 − 12𝑥 + 24 𝑑𝑥
3
4 6
= 𝑥3 − 6𝑥 2 + 24𝑥
9 0
= 96 − 216 + 144 = 24 satuan
D.4 Integral Volume
Pandang sebuah permukaan tertutup dalam ruang yang menutup volume V, maka :
Ԧ 𝑦, 𝑧) 𝑑𝑉 = 𝐴 Ԧ 𝑥, 𝑦, 𝑧 𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧
𝑥(𝐴 𝑉, 𝑉
Contoh Soal :
. Hitunglah 𝐴 Ԧ 𝑑𝑉 dimana V adalah ruang yang dibatasi oleh
Misalkan 𝐴Ԧ = 2𝑥𝑧 𝑖Ƹ − 𝑥 𝑗Ƹ + 𝑦 2 𝑘 𝑉
permukaan-permukaan 𝑥 = 0, 𝑦 = 0, 𝑦 = 6, 𝑧 = 𝑥 2 , 𝑧 = 4
Jawab:
𝐴 𝑉Ԧ 𝑑𝑉 = 𝑉2𝑥𝑧 𝑖Ƹ − 𝑥 𝑗Ƹ + 𝑦 2 𝑘 𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧
2 6 4
= =𝑥0 =𝑦0 𝑥2 2𝑥𝑧 𝑖Ƹ − 𝑥 𝑗Ƹ + 𝑦 2 𝑘 𝑑𝑧 𝑑𝑦 𝑑𝑥
2 6 4 2 6 4
= 𝑖 =𝑥0 =𝑦0 𝑥2 2𝑥𝑧 𝑑𝑧 𝑑𝑦 𝑑𝑥 − 𝑗 =𝑥0 =𝑦0 𝑥2 𝑥 𝑑𝑧 𝑑𝑦 𝑑𝑥 +
2 6 4
𝑘 =𝑥0 =𝑦0 𝑥2 𝑦 2 𝑑𝑧 𝑑𝑦 𝑑𝑥
Dengan menyelesaikan per bagian, yaitu bagian pertama, di dapatkan :
2 6 4 2 6 4
(i) 𝑖 =𝑥0 =𝑦0 𝑥2 2𝑥𝑧 𝑑𝑧 𝑑𝑦 𝑑𝑥 = 𝑖Ƹ =𝑥0 =𝑦0 𝑥𝑧 2 𝑥2 𝑑𝑦 𝑑𝑥
2 6
= 𝑖Ƹ =𝑥0 =𝑥0 16𝑥 − 𝑥 5 𝑑𝑦 𝑑𝑥
2 6
= 𝑖Ƹ =𝑥0 16𝑥𝑦 − 𝑥 5 𝑦 0 𝑑𝑥
2
= 𝑖Ƹ =𝑥0 96𝑥 − 6𝑥 5 𝑑𝑥
2
= 𝑖Ƹ 48𝑥 2 − 𝑥 6 0
= 𝑖Ƹ 192 − 64 = 128 𝑖Ƹ
Dengan cara yang sama untuk menyelesaikan bagian kedua dan ketiga, sehingga di dapatkan
(ii) −24 𝑗Ƹ
(iii) 384 𝑘
𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧
Jadi 𝐴 𝑉Ԧ 𝑑𝑉 = 𝑉2𝑥𝑧 𝑖Ƹ − 𝑥 𝑗Ƹ + 𝑦 2 𝑘
= 128 𝑖Ƹ − 24 𝑗Ƹ + 384 𝑘
E. Gradien, Divergensi dan Curl
Operator diferensial atau nabla atau del secara matematis dirumuskan sebagai :
𝝏 𝝏 𝝏
𝜵 = 𝒊Ƹ + 𝝏𝒚 𝒋Ƹ + 𝝏𝒛 𝒌
𝝏𝒙
E.3. Curl
Curl (rotasi) adalah suatu besaran vector atau Curl medan vektor, yang dirumuskan dengan Curl 𝐀 di
definisikan :
Curl suaru vector adalah limit angka banding antara integral perkalian silang antara normal yang berarah
keluar diseluruh permukaan tertutup dan vector itu terhadap volume yang terlingkup oleh permukaan
tersebut untuk harga volume yang mendekati nol. Secara matematis dituliskan :
1
𝐶𝑢𝑟𝑙 𝐴Ԧ = lim 𝑉 𝐧 𝑆ׯ
ෝ 𝑥 𝐀 𝑑𝐴
𝑉→0
Bentuk Curl dalam sistem koordinat, Curl 𝐀 = 𝛁 𝐱 𝐀.
𝝏 𝝏 𝝏
dengan : 𝜵 = 𝝏𝒙
𝒊Ƹ + 𝝏𝒚 𝒋Ƹ + 𝝏𝒛 𝒌 dan
𝑨 = 𝑨𝒙 𝒊Ƹ + 𝑨𝒚 𝒋Ƹ + 𝑨𝒛 𝒌
Maka
𝒊 𝒋 𝒌
𝝏 𝝏 𝝏 𝜕𝐴𝑧 𝜕𝐴𝑦 𝜕𝐴𝑧 𝜕𝐴𝑧 𝜕𝐴𝑦 𝜕𝐴𝑥
Curl 𝐀 = 𝛁 𝐱 𝐀 = 𝝏𝒙 𝝏𝒚 𝝏𝒛
= − 𝑖Ƹ + − 𝑗Ƹ + − 𝑘
𝜕𝑦 𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑦
𝑨𝒙 𝑨𝒚 𝑨𝒛
1.3 Kinematika Dalam Sistem Koordinat
A. Koordinat Cartesius
Dalam sistem koordinat diperoleh hubungan antara besaran cartesius dengan besaran polar sebagai
berikut :
𝑥 = 𝑟 cos 𝜃 dan 𝑦 = 𝑟 sin 𝜃
Maka posisi partikel dalam koordinat polar bidang bisa dinyatakan :
Y
𝐫 = 𝑥 𝑖 Ƹ + 𝑦 𝑗Ƹ
= 𝑟 cos 𝜃 𝑖Ƹ + 𝑟 sin 𝜃 𝑗Ƹ
= 𝑟 cos 𝜃 𝑖Ƹ + sin 𝜃 𝑗Ƹ
= 𝑟 𝑟Ƹ
𝐫 = 𝑟 𝑟Ƹ
Mengingat vektor satuan 𝑟Ƹ = cos θ 𝑖Ƹ + sin θ 𝑗Ƹ dan 𝜃 saling
tegak lurus, maka dengan menggunakan bantuan metode
𝜽
θ
segitiga seperti gambar disamping maka bisa ditentukan
𝑗 cos θ 𝒓ො
vektor satuan 𝜃 , diperoleh : 𝑗Ƹ sin θ
𝜃 = − sin 𝜃 𝑖Ƹ + cos 𝜃 𝑗Ƹ θ
−𝑖 sin θ 𝑖Ƹ cos θ
Dari kedua vektor satuan di atas, didapatkan hubungan antara vektor satuan radial dan vektor satuan
sudut sebagai berikut :
𝑑 𝑟Ƹ
𝑑𝜃
𝜃 = 𝑑𝜃
𝑟Ƹ = −
𝑑𝜃
𝑑 𝑑
= cos θ 𝑖Ƹ + sin θ 𝑗Ƹ =− − sin 𝜃 𝑖Ƹ + cos 𝜃 𝑗Ƹ
𝑑𝜃 𝑑𝜃
= 𝑟ሷ − 𝑟𝜃ሶ 2 𝑟Ƹ + 𝑟 𝜃ሷ + 2𝑟ሶ 𝜃ሶ 𝜃መ
𝑑2 𝑟 𝒅𝜽 𝟐
Dengan menggunakan definisi percepatan radial 𝒂𝐫 = −𝒓 = 𝑟ሷ − 𝑟𝜃ሶ 2 adalah kecepatan
𝑑𝑡 2 𝒅𝒕
𝒅𝜽 𝟐
searah 𝑟.Ƹ Suku kedua dalam percepatan radial 𝒓 = 𝑟𝜃ሶ 2 disebut dengan percepatan sentripetal. Dan
𝒅𝒕
komponen percepatan searah 𝜃መ disebut percepatan tangensial
𝒅𝟐 𝜽
𝒅𝜽
𝒂𝜽 = 𝒓 + 2𝒗𝒓 = 𝑟 𝜃ሷ + 2𝑟ሶ 𝜃ሶ
𝒅𝒕𝟐 𝒅𝒕
Maka percepatan partikel di atas, dapat dinyatakan dengan :
a = 𝒂𝐫 𝑟Ƹ + 𝒂𝜽 𝜃መ
C. KOORDINAT POLAR SILINDER Hubungan Koordinat
Z Cartesius dan Silinder
Z
x = ρ cos φ
y = ρ sin φ
z Y z=z
z Y
φ ρ dengan ρ = 𝒙𝟐 + 𝒚𝟐
x 𝒚
φ = arc tg
y 𝒙
Koordinat Cartesius X Koordinat Silinder
X
Dengan bantuan matematis atau grafis diperoleh hubungan vektor satuan cartesius dengan silinder sbb :
𝝆ෝ = Cos φ 𝒊Ƹ + sin φ 𝒋Ƹ = −𝐬𝐢𝐧 𝝋 𝒊Ƹ + 𝐜𝐨𝐬 𝝋 𝒋Ƹ
∅
𝑑∅ 𝑑ෝ
𝜌
=- = 𝑑𝜑
𝑑𝜑
θ z = r cos θ
z Y r z Y
ρ
dengan r = 𝒙𝟐 + 𝒚𝟐 + 𝒛𝟐
φ
x
𝒙𝟐 +𝒚𝟐 𝒚
y
Θ = arc tg ; φ = arc tg
𝒛 𝒙
X Koordinat Cartesius X Koordinat Bola
Dengan bantuan matematis atau grafis diperoleh hubungan vektor satuan cartesius dengan bola
sbb :
𝒓ො = sin θ ρො + cos θ 𝒛ො = 𝒔𝒊𝒏 𝜽 𝒄𝒐𝒔 𝝋 𝒊Ƹ + 𝒔𝒊𝒏 𝜽 𝒔𝒊𝒏 𝝋 𝒋Ƹ + 𝒄𝒐𝒔 𝜽 𝒌
= 𝒄𝒐𝒔 𝜽 𝝆
𝜽
ෝ − 𝒔𝒊𝒏 𝜽 𝒛ො = 𝒄𝒐𝒔 𝜽 𝒄𝒐𝒔 𝝋 𝒊Ƹ + 𝒄𝒐𝒔 𝜽 𝒔𝒊𝒏 𝝋 𝒋Ƹ − 𝒄𝒐𝒔 𝜽 𝒌
= −𝐬𝐢𝐧 𝝋 𝒊Ƹ + 𝐜𝐨𝐬 𝝋 𝒋Ƹ
∅
Dengan mendeferensialkan persamaan di atas, diperoleh :
𝝏ො𝒓 𝝏ො𝒓
= 𝜽
= 𝒔𝒊𝒏 𝜽 ∅
𝝏𝜽 𝝏𝝋
𝝏𝜽
𝝏𝜽
= − 𝒓ො
= 𝒄𝒐𝒔 𝜽 ∅
𝝏𝜽 𝝏𝝋
𝝏∅
𝝏∅
=𝟎 = −ෝ
𝝆 = −𝒔𝒊𝒏 𝜽 𝒓ො − 𝒄𝒐𝒔 𝜽 𝜽
𝝏𝜽 𝝏𝝋
𝑑2𝑟 𝑑𝜃 2 𝑑𝜑 2 𝑑2 𝜃 𝑑𝑟 𝑑𝜃 𝑑𝜑 2
= −𝑟 −𝑟 2
𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝑑𝑡 𝑟Ƹ + 𝑟 + 2 𝑑𝑡 𝑑𝑡 − 𝑟 sin 𝜃 cos 𝜃 𝜃
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡 𝑑𝑡 2 𝑑𝑡
𝑑2 𝜑 𝑑𝑟 𝑑𝜑 𝑑𝜃 𝑑𝜑
+ 𝑟 sin 𝜃 +2 sin 𝜃 + 2𝑟 cos 𝜃
∅
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
= 𝑎𝑟 𝑟Ƹ + 𝑎𝜃 𝜃 + 𝑎∅ ∅
dimana :
𝑑2𝑟 𝑑𝜃 2 𝑑𝜑 2
𝑎𝑟 = 𝑑𝑡 2 − 𝑟 − 𝑟 𝑠𝑖𝑛2 𝜃
𝑑𝑡 𝑑𝑡
= 𝑟ሷ − 𝑟 𝜃ሶ 2 − 𝑟 ∅ሶ 2 sin 𝜃
𝑑2 𝜃 𝑑𝑟 𝑑𝜃 𝑑𝜑 2
𝑎𝜃 = 𝑟 + 2 𝑑𝑡 − 𝑟 sin 𝜃 cos 𝜃
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑2 𝑟 𝒅𝜽 𝟐
Dengan menggunakan definisi percepatan radial 𝒂𝐫 = 𝑑𝑡 2
−𝒓 𝒅𝒕
adalah kecepatan