Anda di halaman 1dari 8

UJI ADAPTASI PERTUMBUHAN BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO

(Oryza Sativa L.) TERHADAP TINGKAT KEKERINGAN


Lamria Sidauruk
Dosen Kopertis Wilayah I dpk Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia
e-mail: lamriasidauruk@yahoo.com

ABSTRACT
This study aims to find the upland rice varieties that tolerant to drought by analysis of
root and shoot growth. Research designed by randomized block design with two factor.
The first factor is 4 levels of drought and the second factor is 7 varieties of upland rice.
The results showed that the level of drought had significanly decrease plant height,
weight of dry shoot, the amount of chlorophyll, growth rate and photosynthesis rate, but
increased dry root weight. The varieties respond differently to the level of drought on the
dry root weight. The relatively tolerant varieties are varieties Situpatenggang, Situpagendit,
local Sumatera Utara and varieties Batugegi.
Keywords: upland rice, drought adaptation

1. PENDAHULUAN pertumbuhan tanaman pangan memerlukan


Beras merupakan bahan pangan pokok bagi curah hujan > 100 mm/bln. Kebutuhan minimal
penduduk dunia. Data tahun 2004 menunjukkan untuk memenuhi keperluan evapotranspirasi.
beras dikonsumsi oleh 3,23 miliar orang, Berkaitan dengan sebaran pola hujan,
dengan total luas panen dan produksi padi dunia pertanaman padi gogo sebaiknya dilakukan
mencapai 153,02 juta ha dan 607,32 juta ton pada awal hujan yaitu, pada awal bulan basah
(FAO, 2007). Populasi penduduk dunia terus sehingga pada panen pada bulan-bulan kering.
meningkat, sumber daya lahan dan sumber daya Menurut Oldeman (1975) bulan basah adalah
air semakin menurun, serta perubahan iklim bulan dimana curah hujan mencapai > 200
global semakin mengancam keamanan pangan mm/bulan, sedangkan bulan kering adalah
dunia di masa yang akan datang. Sejak tahun dimana curah hujan < 100 mm/bulan.
2000 produksi beras dunia lebih rendah dari Perubahan iklim ditandai tidak hanya suhu yang
konsumsi beras sehingga terdapat 852 juta semakin tinggi, tetapi curah hujan yang semakin
orang mengalami kelaparan dan malnutrisi. berkurang dan tidak menentu. Perubahan pola
FAO memprediksikan bahwa populasi distribusi curah hujan dapat menyebabkan lebih
penduduk dunia pada tahun 2050 mencapai 9,30 sering terjadi banjir dan kekeringan intens di
miliar orang. Kenaikan suhu, pergeseran curah berbagai belahan dunia.
hujan serta naiknya permukaan air laut akibat Lahan kering yang digunakan untuk padi
dampak perubahan iklim global menyebabkan gogo umumnya mempunyai kesuburan yang
penurunan luas area pertanaman, hasil dan rendah akibat tanahnya berasal dari bahan induk
produksi padi sehingga dibutuhkan strategi seperti batuan beku masam atau batuan volkanik
adaptasi dan mitigasi untuk mengurangi dampak masam yang miskin hara tanaman dan telah
perubahan iklim serta meningkatkan produksi terjadi pelapukan lanjut di bawah pengaruh
beras untuk menjamin keamanan pangan curah hujan dan suhu tinggi. Selain itu erosi dan
(Ngunyen, 2000; FAOSTAT, 2010). kegiatan pertanian yang eksploitatif
Padi gogo merupakan budidaya padi dilahan menyebabkan degradasi lahan kering di
kering dimana seluruh kebutuhan airnya berasal Indonesia.
dari curah hujan. Pertanaman padi gogo Lahan kering di dataran rendah memiliki
membutuhkan curah hujan > 200 mm minimal 4 laju dekomposisi bahan organik yang lebih
bulan secara berurutan. Secara umum untuk cepat dibandingkan dengan lahan kering di

MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 5, Nomor 2 , Mei-Agustus 2015 : 55-62 | 55


dataran tinggi, hal ini disebabkan oleh tingginya ketersediaan alumunium dan mangan yang
suhu, dan kandungan bahan organik yang tinggi. Aplikasi pupuk N sampai 50 – 100
rendah dibandingkan dengan di dataran tinggi. Kg/ha meningkatkan hasil padi dibawah kondisi
Proses pembentukan tanah yang utama di stress air (Thiyagarajan dan Selvaraju, 2001).
dataran rendah yaitu desilifikasi, dimana silika Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa
dilepaskan dari silika tanah melalui perubahan produksi dan distribusi pangan beras di berbagai
cuaca yang drastis yaitu temperatur tinggi dan belahan dunia akan sangat terpengaruh oleh
kondisi humik. Mobilisasi Fe dan Al sangat perubahan iklim global. Dampak langsung dari
sedikit tetapi cenderung terakumulasi didalam perubahan iklim terhadap sistem produksi beras
tanah (Tan, 2007). dan ketahanan pangan akan dirasakan dalam
Ada beberapa strategi dalam meningkatkan bentuk efek yang merugikan dari peristiwa
hasil dan efisiensi penggunaan air seperti cuaca ekstrim pada produksi beras. Memahami
penggunaan kultivar yang memiliki efisiensi potensi dampak perubahan iklim terhadap
penggunaan air tinggi dan toleran kekeringan sistem produksi padi penting untuk
(Yong’an et al., 2010; Condon, 2003; Zhang et pengembangan strategi yang tepat untuk
al., 2002; Idris et al., 2010, Bindraban, 2001) adaptasi dan mengurangi kemungkinan
mengurangi evaporasi dengan mulsa, penurunan hasil guna mencapai ketahanan
menggunakan metode irigasi lanjutan dan pangan jangka panjang yang merupakan
jadwal irigasi (Zhang et al., 2005; Chaves et al., interaksi antara produksi beras dan perubahan
2003), pengelolaan hara spesifik lokasi dan iklim. Strategi adaptasi tanaman diperlukan
bahan organik insitu (Idris et al., 2010), serta untuk pengembangan varietas dan pengelolaan
penentuan musim tanam serta manajemen unsur tanaman untuk menghindari dampak negatif
hara dan bahan organik dalam sistem pertanian perubahan iklim. Pemilihan waktu tanam yang
hemat air (Thiyagarajan dan Selvaraju, 2001). tepat dan seleksi dan pengembangan varietas
Dari strategi diatas, penggunaan kultivar yang padi yang sesuai menjadi pilihan teknis untuk
memiliki efisiensi penggunaan air tinggi dan adaptasi perubahan iklim.
toleran kekeringan merupakan salah satu Untuk mengembangkan strategi adaptasi
pendekatan yang efektif secara agronomis, tanaman padi terhadap perubahan iklim di
efisien secara ekonomis, dan sesuai dengan lingkungan yang rentan, telah dipilih varietas
sistem pertanian berkelanjutan. padi yang adaptif untuk percobaan rumah kaca.
Varietas spesifik untuk kondisi lingkungan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
yang beragam sangat diperlukan. Varietas yang informasi tentang varietas padi gogo yang
memiliki masa matang yang lebih cepat potensial dapat dikembangkan dan mampu
diperlukan di lahan tadah hujan dibandingkan beradaptasi terhadap kekeringan sebagai efek
pada lahan irigasi. Varietas harus memiliki perubahan iklim global di Sumatera Utara dan
umur 90 -105 untuk menyelesaikan masa meningkatkan keberlanjutan produksi padi
hidupnya sebelum masuk musim muson. untuk keamanan pangan.
Varietas tersebut harus mampu beradaptasi
terhadap kekeringan pada awal pertumbuhan 2. METODOLOGI PENELITIAN
dan memiliki efisiensi translokasi saat Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca
pembuahan. Waktu tanam yang optimum juga Fakultas Pertanian Universitas Methodist
penting untuk budidaya dataran tinggi dan Indonesia Medan. Bahan yang digunakan
varietas hemat air. Kondisi tanah yang kering dalam penelitian ini adalah 8 varietas padi gogo
juga berpengaruh terhadap rendahnya hasil yaitu 7 varietas berasal dari BB Padi Sukamandi
terkait dengan rendahnya ketersediaan hara. antara lain Batutegi, Limboto, Situpatenggang,
Bahan organik lebih cepat terdekomposisi Situbagendit, Towuti, Cirata, Indago 4 dan 1
dalam keadaan aerobik. Pada lahan kering yang varietas lokal sumatera utara (Sisumut). Pupuk
mengalami stress air ketersediaan N rendah, dasar yang digunakan adalah Urea, SP 36, dan
fosfat defisit pada tanah masam dan terikat serta KCl. Pestisida yang digunakan yaitu Dithane,

56 | MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 5, Nomor 2 , Mei-Agustus 2015 : 55-62


Curater Applaud 100 EC. Percobaan dirancang Tabel 1 menunjukkan bahwa ada perbedaan
dengan rancangan acak kelompok faktorial 2 pengaruh yang nyata antara tingkat kekeringan.
faktor yaitu: Faktor I. Tingkat Kadar Air Tanah Tinggi tanaman terbesar terdapat pada kadar air
(A) yang terdiri dari 4 taraf (A1 = 20 % 80 %. Hal ini menunjukkan bahwa untuk proses
Kapasitas Lapang; A2 = 40 % Kapasitas metabolisme air merupakan bahan dasar pada
Lapang; A3 = 60 % Kapasitas Lapang; pembentukan dan pembesaran sel. Demikian
A4 = 80 % Kapasitas Lapang). Faktor II juga halnya dengan pengaruh varietas. Tiga
adalah Varietas Padi Gogo (V) yang terdiri Varietas terbaik adalah varietas Situbagendit
dari 8 (delapan) taraf (V1= Batutegi; V2= diikuti oleh varietas Situpatenggang dan
Limboto; V3 = Situpatenggang; V4 = varietas lokal Sumatera Utara. Sedangkan tinggi
Situbagendit; V5 = Towuti; V6 = tanaman terendah terdapat pada varietas Cirata.
Cirata; V7= Inpago 4; V8 = Varietas Lokal Bobot Kering Tajuk
Sumatera Utara). Setiap kombinasi perlakuan Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
diulang 3 kali sehingga diperoleh 96 unit faktor kekeringan dan varietas berpengaruh
percobaan. nyata terhadap bobot kering tajuk. Sedangkan
Data hasil pengamatan dianalisa dengan interaksi kedua faktor tidak berpengaruh nyata.
sidik ragam dan terhadap pengaruh perlakuan Bobot kering tajuk terbesar terdapat pada kadar
yang nyata maka dilanjutkan ke Uji Jarak air 80 %. Semakin tinggi tingkat kekurangan
Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 % dan air maka pertumbuhan tanaman semakin
analisis korelasi semua peubah amatan. terhambat yang ditun jukkan dengan bobot
kering tajuk semakin rendah. Kekurangan air
3. HASIL DAN PEMBAHASAN akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil,
Tinggi Tanaman perkembangannya menjadi abnormal.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa Kekurangan yang terjadi terus menerus selama
tingkat kekeringan dan varietas berpengaruh periode pertumbuhan akan menyebabkan
nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman tanaman tersebut menderita dan kemudian mati.
pada umur 2 MST dan 4 MST. Hasil Uji beda Sedang tanda-tanda pertama yang terlihat ialah
rataan antar perlakuan disajikan pada tabel 1. layunya daun-daun. Peristiwa kelayuan ini
Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman pada Umur 2 disebabkan karena penyerapan air tidak dapat
dan 4 MST mengimbangi kecepatan penguapan air dari
Tinggi Tanaman (cm) tanaman. Jika proses tranpirasi ini cukup besar
Perlakuan
2 MST 4 MST dan penyerapan air tidak dapat
A1 11.16a 23.52a mengimbanginya, maka tanaman tersebut akan
A2 12.51b 23.00a mengalmi kelayuan sementara (transcient
A3 12.93b 28.08b wilting), sedang tanaman akan mengalami
A4 12.88b 29.87c kelayuan tetap, apabila keadaan air dalam tanah
BNJ0.05 0.91 1.74 telah mencapai permanent wilting percentage.
V1 11.76a 24.73a Tanaman dalam keadaan ini sudah sulit untuk
V2 11.16a 24.55a disembuhkan karena sebagaian besar sel-selnya
V3 13.33bc 28.40b telah mengalami plasmolisis. Histogram
V4 13.57c 28.78b pengaruh tingkat kekeringan terhadap bobot
V5 12.33ab 25.03a kering tajuk disajikan pada gambar 1.
V6 11.43a 23.58a
V7 13.03bc 27.76b
BNJ0.05 1.20 2.30
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf
yang sama dalam kolom yang
sama berarti berbeda tidak nyata
pada taraf uji 5 %.

MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 5, Nomor 2 , Mei-Agustus 2015 : 55-62 | 57


terhadap tingkat kekeringan. Hal ini
40.81

40
39.84
ditunjukkan oleh varietas Situbagendit,
37.36
36.54
Situpatenggang, varietas lokal Sumut dan
varietas Batugegi yang masih mampu
Bobot Kering Tajuk (g)

35

30
membentuk bobot kering yang tinggi pada
tingkat kekeringan 20%.
25 Hasil penelitian tanggap beberapa varietas
padi gogo terhadap pemberian air didapatkan
20
A1 A2 A3 A4 varietas yang adapatif terhadap pemberian air
yaitu varietas Limboto (Nazirah, 2008), dan
Gambar 1. Pengaruh Tingkat kekeringan
Situpatenggang (Mayly, 2010). Varietas
terhadap Bobot Kering Tajuk pada
Situpatenggang memiliki produksi tinggi karena
Umur 4 MST
memiliki anakan yang banyak, daun yang tegak.
Demikian juga halnya dengan pengaruh
Daun yang tegak lebih efisien dalam
varietas. Tiga Varietas terbaik adalah varietas
menghasilkan asimilat yang digunakan dalam
situpatenggang diikuti varietas Situbagendit dan
pembentukan gabah. Demikian juga untuk
Batugegi. Histogram pengaruh dan varietas
kadar air tanah yang lebih tinggi, karena daun
terhadap bobot kering tajuk disajikan pada
yang lebih tegak mengurangi transpirasi
gambar 2.
sehingga penyerapan air melalui aliran massa
juga berkurang. Histogram pengaruh interaksi
45
42.38 41.77
tingkat kekeringan dan varietas disajikan pada
40
40.65 39.88 gambar 3.
36.66
35.57
30.00
Berat Kering Tajuk (g)

35 33.58

30 25.00
Bobot Kering Akar (g)

25 20.00
A1

15.00 A2
20
A3
10.00 A4
15
V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7
5.00
Gambar 2. Pengaruh Varietas terhadap Berat
0.00
Kering Tajuk pada Umur 4 MST V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7

Bobot Kering Akar (g) Gambar 3. Pengaruh varietas terhadap Bobot


Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa Kering Akar pada Berbagai
faktor kekeringan dan varietas berpengaruh Tingkat kekeringan
nyata terhadap bobot kering akar. Demikian
juga halnya dengan interaksi kedua faktor Jumlah Klorofil
berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
Bobot kering akar yang paling tinggi terdapat tingkat kekeringan dan varietas dan interaksi
pada kombinasi perlakuan A1V4 diikuti oleh antara kedua faktor perlakuan berpengaruh
A2V3 dan A1V3, sedangkan bobot akar nyata terhadap Jumlah klorofil. Jumlah klorofil
terendah terdapat pada kombinasi perlakuan paling tinggi terdapat pada kadar air 80 %.
A3V5. Bobot akar menunjukkan kemampuan Demikian juga halnya dengan pengaruh
akar untuk berkembang dalam upaya mengatasi varietas. Tiga Varietas terbaik adalah varietas
kekurangan air pada tanaman. Perkembangan situpatenggang diikuti varietas Situbagendit dan
perakaran sangat dipengaruhi oleh tingkat Batugegi. Histogram pengaruh tingkat
kekeringan dan varietas. Beberapa varietas kekeringan dan varietas disajikan pada gambar
mempunyai tingkat toleransi yang tinggi 4 dan 5.

58 | MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 5, Nomor 2 , Mei-Agustus 2015 : 55-62


Laju Fotosistesis
44
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
42
42.00 faktor Tingkat kekeringan dan varietas
40.68
Jumlah Klorofil (mm²)
berpengaruh nyata terhadap Laju Fotosintesis
40
38.30
37.47
tanaman akan tetapi interaksi antara tingkat
38
kekeringan dan varietas tidak berpengaruh
36
nyata. Laju fotosintesis tertinggi terdapat pada
34
kadar air 80 % (Gambar 7).
32

2.30
30 2.21
A1 A2 A3 A4
2.20

Gambar 4. Pengaruh Tingkat kekeringan 2.10

terhadap Jumlah Klorofil

Laju Fotosintesa
2.00 1.93
1.87 1.89
1.90
45 43.38
42.42 42.82 1.80

40 39.13 1.70
36.98
36.23 36.30
Jumlah Klorofil (mm²)

1.60
35
1.50
A1 A2 A3 A4
30

Gambar 7. Pengaruh Tingkat kekeringan


25
terhadap Laju Fotosintesis
20
V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7
Sedangkan respon antara varietas terhadap
Gambar 5. Pengaruh Varietas terhadap laju fotosintesis yang paling baik terdapat pada
Jumlah Klorofil varietas Situpatenggang diikuti varietas
Situpagendit dan varietas lokal sumut (Gambar
Laju Pertumbuhan Tanaman 8).
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa 0.50
faktor Tingkat kekeringan berpengaruh nyata 0.45
0.45
0.41
0.43

terhadap Laju pertumbuhan tanaman akan tetapi 0.40 0.38

verietas dan interaksi antara tingkat kekeringan 0.35 0.32


0.30 0.31
Laju Fotosintesa

0.30
dan varietas tidak berpengaruh nyata. Laju 0.25
pertumbuhan tertinggi terdapat pada kadar air 0.20
80 %. Sedangkan respon antara varietas tidak 0.15

berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa 0.10

untuk pertumbuhan tanaman pada semua 0.05


0.00
varietas, air merupakan bahan dasar yang harus V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7

tersedia sehingga pertumbuhan dapat berjalan


Gambar 8. Pengaruh varietas terhadap
dengan normal (Gambar 6).
Laju Fotosintesis
0.50 0.47

0.45
Hal ini menunjukkan bahwa untuk varietas
0.41
0.40
Laju Pertumbuhan (g/m²/minggu)

tersebut lebih baik apabila ketersediaan air


0.35 0.31
0.29
0.30
0.25
0.20 cukup dan lebih mampu beradaptasi apabila
0.15
0.10
tingkat kekeringan tinggi. Karakteristik
0.05
0.00
morfologis dan fisiologis dari masing-masing
varietas berbeda-beda, tetapi ada varietas yang
A1 A2 A3 A4

Gambar 6. Pengaruh Tingkat Kekeringan menunjukkan kestabilan/adaptasi yang luas


terhadap Laju Pertumbuhan dalam pertumbuhan dan hasil yang baik pada
Tanaman beberapa tingkat kekeringan. Karakteristik

MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 5, Nomor 2 , Mei-Agustus 2015 : 55-62 | 59


pertumbuhan padi gogo pada dataran rendah 4. KESIMPULAN DAN SARAN
terlihat bahwa varietas Situpatenggang, Kesimpulan:
situbagendit dan varietas lokal sumatera utara 1. Tingkat kekeringan sangat nyata menurunkan
memiliki pertumbuhan tinggi tanaman dan tinggi tanaman, bobot tajuk, jumlah klorofil,
berat kering tanaman yang lebih baik laju pertumbuhan dan laju fotosintesis, akan
dibandingkan varietas lainnya. Ketiga varietas tetapi meningkatkan bobot kering akar.
ini juga menunjukkan jumlah klorofil tertinggi 2. Ada perbedaan respon varietas terhadap
dari varietas lainnya. tingkat kekeringan. Varietas yang relatif
Berdasarkan karakteristik pertumbuhan padi toleran adalah varietas Situpatenggang,
gogo tersebut terlihat bahwa varietas varietas Situpagendit, varietas lokan Sumut
Situpatenggang memiliki adaptasi yang lebih dan varietas Batugegi.
luas dibandingkan varietas yang lain. Hal ini 3. Ada Interaksi antara tingkat pemberian air
ditunjukkan dari laju pertumbuhan dan hasil dengan varietas terhadap bobot akar
fotosintesa yang lebih baik dibandingkan tanaman padi. Tiga Varietas toleran terhadap
varietas yang lain. tingkat kekeringan adalah Situpatenggang,
Hal ini sesuai deskripsi dari varietas dimana Situpagendit dan varietas lokal Sumatera
varietas Situpatenggang secara genetik Utara.
memiliki keunggulan dari varietas lainnya Saran:
dalam hal jumlah anakan sehingga berpengaruh Perlu penelitian lebih lanjut dengan
terhadap jumlah anakan produktif yang perlakuan yang sama untuk 4 varietas terbaik
dibentuk. Hal ini menunjukkan bahwa secara sampai kepada parameter produktif.
genetis varietas yang diuji berbeda responnya
terhadap lingkungan dan memiliki potensi yang DAFTAR PUSTAKA
sama dalam pertumbuhan padi serta dapat Abd Allah, A.A., Ammar, M.H. and Badawi,
beradaptasi dengan baik sehingga berpengaruh A.T., 2010. Screening rice genotypes for
dengan jumlah anakan. Varietas unggul drought resistance in Egypt.Journal of Plant
memiliki batang pendek, daun tegak, dan Breeding and Crop Science Vol. 2(7), pp.
anakan banyak sehingga memiliki kemampuan 205-215, July 2010.
intersepsi cahaya yang lebih besar, dengan laju Agus, F., Setyorini, D., Dariah, A., 2008.
fosintesis yang lebih baik (Suprihatno dan Pelestarian Sumber Daya Lahan Tanaman
Daradjat, 2008). Padi dalam Padi Inovasi Teknologi dan
Tinggi rendahnya bobot kering ditentukan Ketahanan Pangan Balai Besar penelitian
laju fotosintesis yang merupakan penimbunan Tanaman Padi. Balitbang Pertanian. p 221-
fotosintat selama pertumbuhan. Peningkatan 249.
fotosintesis akan meningkatkan asimilat, Alfons, J.B., Hutuely, L., Sirapa, M.P.,
asimilat ini akan ditransportasikan ke seluruh Riewpassa, A.J., Suwarda, R., 2010.
jaringan tanaman dan pertumbuhan vegetatifnya Petunjuk Teknis pengelolaan Tanaman
seperti peningkatan jumlah anakan, perluasan terpadu Padi Gogo. BPTP Maluku.
daun, berat kering tanaman dan tinggi tanaman. Balitbang Pertanian.
Hal ini bisa disebabkan oleh perbedaan dalam Akinbile, C.O. 2010. Behavioural Pattern of
laju fotosintesa, varietas, kondisi lingkungan Upland Rice Agronomic Parameters to
dan efisiensi serta sintesis biomassa. Variable Water Supply in Nigeria. Journal of
Pertumbuhan setiap varietas berbeda pada Plant Breeding and Crop Science Vol. 2(4),
kondisi lingkungan yang sama karena setiap pp.073-080.
varietas memiliki kemampuan genetik yang Badan Litbang Tanaman Pangan, 2007. Data
berbeda tanggapnya terhadap kondisi Penting Padi Dunia dan Beberapa Negara di
lingkungan. (Sitompul dan Guritno, 2005). Asia. Pusat Penelitian Tanaman Pangan dan
International Rice Research Institute. P 47-
62.

60 | MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 5, Nomor 2 , Mei-Agustus 2015 : 55-62


Badan Pusat Statistik. 2005. Produksi West Africa, CIMAC Conference, 7-9 Feb,
Tanaman Pangan di Indonesia. Badan Pusat 2011 University of Hohenheim, Germany
Statistik. Jakarta. Matthews, R.B. and Wassmann, R. 2003.
Bindraban, P.S. 2001 Water for Food: Modelling the impacts of climate change
Converting Inundated Rice into Dry Rice.In and methane emission reductions on rice
Proceeding of an Internasional Water Saving production: a review. European Journal of
Rice Production System at Nanjing Agronomy 19:573-598.
University China. p 5-14. Mostajeran, A., and Rahimi-Eichi, V., 2009.
Chaves, M.M., Maroco, J.P., Pereira, J.S., 2003. Effect of Drought Stress on Growth and
Understanding Plant Responses to Drought- Yield of Rice (Oryza sativa L) Cultivars and
from Gene to the Whole Plant. Functional Accumulation of Proline and Soluble Sugars
Plant Biology (2003) 30, p 239-264. in Sheath and Blades of Their Different
Condon, A.G., 2003. Breeding For high Water Ages Leaves, American-Eurasian J. Agric &
Use-Eficiency. Abstract. J.Experimental Environ.Sci., 5 (2) : 264-272.
Botany.Jxb.oxfordjournal.org. Mulyani, A. Dan Las, I. 2008. Potensi Sumber
Dobermann, A., Fairhurst, T., 2000. Nutrient Daya Lahan dan Optimalisasi
Disorders and Nutrient Management. Pengembangan Komoditas Penghasil
International Rice Research Institute (IRRI), Bioenergi di Indonesia. Jurnal Litbang
Potash&Phosphate Institute (PPI) / Pertanian, 27(1), 31-41.
Potash&Phosphate Institute of Canada Nguyen, V.N., 2000. FAO Rice Information.
(PPIC). P6-11. Volume 2. January 2000.
Filho, M.P.B., and Yamada, T., 2002. Upland http://www.fao.org/WAICENT/FAOINFO/A
Rice Production in Brazil. Better Crops GRICULT/AGP/AGPC/doc/riceinfo/Riceinfo
International Vol. 16, Special Supplement, .htm. Tanggal Akses 6 Juni 2011
May 2002. Sheehy, J.E., Elmido, A., Genteno, G., and
Idris, M., Mayly, S., dan Hidayat, B., 2010. Pablico, P. 2005. Searching for new plants
Peningkatan Efisiensi Penggunaan Air dan for climate change. J.Agric. Met. 60:463-
Hasil Padi Gogo Melalui Penerapan 468.
Teknologi Pengelolaan Bahan Organik dan Shrestha, S.P., Asch, F., Brueck, H., Dusserre,
Hara Spesifik Lokasi. Laporan Hibah J., and Ramanantsoanirina, A. 2011. Yield
Stranas Dikti. Fakultas Pertanian Univa. Stability and Genotype x Environment
Medan. Interactions of Upland Rice in Altitudinal
IRRI. 2000. Panduan Sistem Karakterisasi dan Gradient in Madagascar. Conference on
Evaluasi Tanaman Padi. Terjemahan dari International Research on Food Security,
“Standard Evaluation System (SES) for Natural Resource Management and Rural
Rice”. Departemen Pertanian Badan Development Tropentag 2011 University of
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bonn, October 5 - 7, 2011
Komisi Nasional Plasma Nutfah tahun 2003. Sitompul, S.M. dan B.Guritno. 2005. Analisis
Las, I., Syahbuddin, H., Surmaini, E., Fagi, Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada
AM., 2008. Iklim dan Tantangan Padi : University Press. Bulaksumur, Yogyakarta.
Tantangan dan Peluang dalam Padi Inovasi Steduto P., Hsiao T.C., Fereres E., and Raes D.,
Teknologi dan Ketahanan Pangan Balai 2009. Water scarcity and the FAO model
Besar penelitian Tanaman Padi. Balitbang AQUACROP, Interdrought III Abstract, L
Pertanian. p 151-189. 2.01.
Manneh, B., Sow, A., Kiepe, P., and Sudrajat, A., 2009. Pemetaan Klasifikasi Iklim
Dingkuhn, M., 2011. Adapting Lowland Oldeman dan Schmidth-Ferguson Sebagai
Rice to Climate Change – Thermal Stress Upaya Pemanfaatan Sumberdaya Iklim
Tolerance Breeding in the Sahel Region of Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Di

MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 5, Nomor 2 , Mei-Agustus 2015 : 55-62 | 61


Sumatera Utara. Tesis. Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Tan, K.H., 2007. Soils in Humid Tropics and
Monsoon Region of Indonesia. Their Origin,
Properties, and Land Use. The University of
Georgia Athens, Georgia.
Thiyagarajan, T.M., dan Selvaraju, R., 2001
Water Saving Rice Cultivication in India. In
Proceeding of an Internasional Water Saving
Rice Production System at Nanjing
University China. p 15-45.
Yang, J.C., Zhang, J.H., Ye, Y.X., Wang, Z.Q.,
Zhu, Q.S., Liu, L.J., 2004. Involvement of
Abscisic Acid and Ethylene in the
Responses of Rice Grains to Water Stress
During Filling. Plant, Cell and Environment
(2004) 27, p1055-1064.
Yong’an, L., Quanwen, D., Zhiguo, C., and
Deyong, Z., 2010. Effect of Drought on
water Use Efficiency, Agronomic Traits and
Yield of Spring Wheat Landraces and
Modern Varities in Northwest China.
African Journal of Agricultural Research
Vol.5(13), pp.1598-1608.
Zhang, Z., Xu, P., Dong, BD., Chen, ZB., Duan,
ZY., Liu B., Zhu YG., Wang DS., Sun YX.
2005. High WUE agriculture is the forward
way for Chinese agriculture developing.
World Sci. Tech. Res. Dev. 2: 63-71.

62 | MAJALAH ILMIAH METHODA Volume 5, Nomor 2 , Mei-Agustus 2015 : 55-62

Anda mungkin juga menyukai