Anda di halaman 1dari 7

DEFINISI FENOMENOLOGI

Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, secara etimologis, istilah fenomena atau
phainomenon (menampakkan diri) dan logos (akal budi). Fenomenologi dipandang sebagai
salah satu bentuk penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena (fenomenologis) tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian,
seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik. 

Fenomenologi adalah studi tentang pengetahuan yang berasal dari kesaradan, atau cara
memahami suatu objek atau peristiwsa dengan mengalaminya secara sadarar dan hal itu muncul
dalam pengalaman kita, cara kita mengalami sesuatu, dan makna yang didapat dalam setiap
pengalaman.

Pendapat ahli:

 Meenurut Hegel berarti fenomenologi bererti pengetahuan sebagaimana yang muncul


dalam kesadaran. pemikiran Hegel dipengaruhi oleh Rene Descartes yang
mengatakan kita mengetahui segala sesuatu karena kita memikirkan hal itu.
 Menurut Edmund Husserl fenonomenologi merupakan studi tentang bagaimana orang
mengalami dan menggambarkan sesuatu.
 Menurut Alase (2017) fenomenologi adalah sebuah metodologi kualitatif yang
mengizinkan peneliti menerapkan dan mengaplikasikan kemampuan subjektivitas dan
interpersonalnya.
 Menurut Creswell dikutip Eddles-Hirsch (2015) yang menyatakan bahwa penelitian
kualitatif dalam fenomenologi adalah sebuah penelitian yang tertarik untuk
menganalisis dan mendeskripsikan pengalaman sebuah fenomena individu dalam
dunia sehari-hari.

Contoh Fenomenologi :

1. Menjadi seorang ibu

2. Studi fenomenologi tentang anorexia bagi beberapa orang yang terjadi dewasa ini.
Anorexia merupakan gangguan (kalau dapat dikatakan demikian) makan yang dialami
seseorang karena takut terhadap kenaikan berat badan yang disebabkan gaya hidup dan
tuntutan budaya populer. Studi ini dapat ditekankan pada kondisi mengapa seseorang ingin
seperti ini dan menginterpretasikan hidup mereka berdasarkan sudut padang yang mereka
pahami. Studi ini bertujuan untuk memahami dan menggambarkan sebuah fenomena spesifik
yang mendalam dan diperolehnya esensi dari pengalaman hidup partisipan pada suatu
fenomena.

Sejarah Kemunculan dan perkembangan fenomenologi

Pada awalnya Fenomenologi diartikan sebagai sesuatu aliran filsafat. Kata fenomelogi
berasal dari kata Yunani 'phenomenon' yang berarti 'menunjukkan diri' (to show itself). Pada
saat itu istilah ini di digunakan dalam diskusi filsafat sejak tahun 1765, terkadang juga
ditemukan dalam beberapa karya-karya Immanuel Kant, yang kemdian didefinisikan secara
baik dan dikonstruksikan sebagai makna secara teknis oleh Hegel. Menurut Hegel,
fenomenologi berkaitan dengan pengetahuan yang muncul dalam kesadaran, sains yang
mendeskripsikan apa yang dipahami seseorang dalam kesadaran dan pengalamannya1.
Pada awalnya studi tentang fenomenologi berkaitan dengan struktur kesadaran sebagaimana
yang kita alami. Karena itu fenomenologi terkait erat dengan pengetahuan tentang sesuatu
yang terlihat atau menampakkan diri dalam pengalaman,atau dapat dikatakan bahwa
Fenomenologi diartikan juga sebagai pengalaman kita tentang sesuatu.2

Pada Abad ke-18 merupakan awal dipergunakannya istilah fenomenologi.


Kemunculan istilah tersebut, pada awalnya di perkenalkan oleh seorang tokoh yang bernama
Johann Heinrich Lambert. Dalam hal ini lambert tidak semerta-merta memperluas istilah
fenomenologi sendiri, akan tetapi lambert hanya mempergunakan Istilah fenomenologi
sebagai rujukan terhadap teori kebenaran.

Berbicara mengenai fenomenologi, terdapat 2 tokoh yang menjadi tokoh penting


dalam pengembangan pendekatan ini. Kedua tokoh tersebut yaitu Edmund Husserl dan
Heggel. Lepas dari hal itu di lihat dari salah satu tokoh yang bernama Edmund Husserl,
beliau merupakan tokoh salah satu tokoh yang memulai aliran ini. Perlu diketahui, bahwa
fenomenologi pertama kali dilahirkan secara intens oleh Husserl. Fenomenologi dijadikan
sebagai cara berpikir oleh Husserl. Oleh karena hal tersebut yang membuat Husserl sering
dijuluki sebagai bapak fenomenologi.

1
Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu Sosial dan Komunikasi : Hal
164
2
J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya,( Jakarta :PT GRASINDO,2010 ),
HAL 81 - 82
Perlu diketahui, kemunculan fenomenologi Husserl dilatar belakangi oleh krisis dalam
Ilmu pengetahuan. Jelasnya, bahwa kenyataan ilmu pengetahuan sama sekali tidak bisa
memberikan nasehat terhadap manusia. Adapun Kritik Hussetl terhadap ilmu pengetahuan,
yaitu mengenai kejatuhan ilmu pengetahuan pada objektivisme serta kesadaran dari manusia
(kesubjektifan) di telan oleh kajian-kajian tafsiran objektivis. Berkaitan dengan kritiknya,
fenomenologi dari Husserl berupaya untuk mencari pengetahuan yang murni. Arti dari
pengetahuan yang murni disini, yaitu Husserl di sini ingin pengetahuan tidak terkontaminasi
dengan sudut pandang apapun. Baik itu pemikiran orang kedua, ketiga, maupun kepentingan
apapun. Secara garis besar, pandangan Husserl terhadap fenomenologi lebih mengarah pada
artiaan bahwa fenomenologi di jadikan sebagai studi mengenai bagaimana cara manusia
mengalami serta menggambarkan sesuatu.

Fenomenologi di masa itu tidak hanya terhenti sampai kepada Edmund Husserl saja, akan
tetapi perkembangan fenomenologi juga tetap terus di berlangsungkan. Hal
itu bisa dilihat dari beberapa tokoh yang mengembangkan fenomenologi,
seperti Giorgi, Meleau ponti, Schuztw, dan masih banyak lagi.

Perbedaan :

Fenomenologi

- Objek penelitian : Memahami suatu fenomena yang berkaitan dengan pengalaman


orang lain tentang dunianya.
- Hasil penelitian : Hasil lebih kepada pemahaman tentang cara orang menyikapi
dunianya ( why dan how).
- Tahapan awal penelitian: Menghindari kemungkinan penggunaan teori saat memulai.
- Unit analisis : Kesadaran subjek penelitian dalam menafsirkan pengalamannya
melalui interaksi.
- Peran peneliti : Peneliti menempatkan diri sebagai orang yang diteliti untuk
memahami cara orang tersebut dalam memahami sesuatu

Etnografi

- Objek penelitian : Memahami unsur kebudayaan yang bersifat local dan spesifik.
- Hasil penelitian : Hasil berupa pemahaman tentang budaya (masyarakat/organisasi)
tertentu secara padat dan rinci.
- Tahap awal penelitian: Menghindari kemungkinan penggunaan teori saat memulai.
- Unit analisis : Interaksi dalam suatu komunitas budaya yang spesifik.
- Peran peneliti : Peneliti masuk (berpartisipasi) dalam komunitas yang ditelitinya.

Studi naratif

- Objek penelitian: Memahami suatu kehidupan atau kelompok yang diteliti.


- Hasil penelitian : Hasil penelitian akan dijelaskan secara naratif dan kronologis.
Narasi hasil penelitian yang disampaikan oleh informan juga dikombinasikan dengan
perspektif peneliti.

Kelebihan : 1. Sebagai suatu metode keilmuan, tipe fenomenologi dapat mendeskripsikan


apa yang nampak dengan apa adanya dan tidak memanipulasi data
berdasarkan teori atau pandangan lain, namun berpusat pada pengalaman
subyektif.

2. Mengungkapkan illmu pengetahuan atau kebenaran dengan benar-benar


berpusat pada objek dan berupaya menggapai makna objek atau realitas secara
sadar terlepas dari segala preposisi atau pengaruh pandangan-pandangan lain.

3. Menekankan pada apa yang sedang diteliti secara langsung untuk dijelaskan,
oleh karena itu penjelasan yang dianggap belum konkret tidak dapat lebih dulu
diterima.

Jadi, kelebihan dari tipe fenomenologi ini terlihat pada hasil penelitiannya,
yakni bagaimana dari proses menggali realitas lewat pengalaman subyektif ini
peneliti dapat menghasilkan temuan baru atau teori baru yang didapat dari
pengamatan langsung dengan kesadaran transcendental. Artinya bahwa dalam
hal ini peneliti harus mengesampingkan pandangan pribadinya, dan menyatu
dengan objek atau mengalami objek tersebut.

Kelemahan : Metode penelitian sosial dengan tipe fenomenologi ini adalah penelitian dalam
rangka mengembangkan ilmu sosial sebagai model teoritis dengan membangun
makna-makna dari realitas kehidupan manusia yang didasarkan pada
pengalaman manusia yang bersangkutan. Namun pada kenyataannya, dalam
pengungkapan makna dari fakta atau realitas hidup yang terjadi itu tidak
mudah. Hal ini dikarenakan dalam proses penelitian, peneliti cenderung
terdistorsi oleh latar belakang pengetahuan, pandangan, dan pengalamannya
sendiri sehingga realitas yang ditampilkan dalam penelitiannya tidak sesuai
dengan realitas/fenomena yang sebenarnya. Oleh karena itu, dalam hal ini
peneliti dituntut untuk bersikap sadar dan menahan segala bentuk kepentingan
pribadinya yang menyebabkan distorsi selama melakukan penelitian.

Hal yang sebaiknya peneliti lakukan ialah berusaha menghilangkan pemikiran pribadi
(self knowledge) dan membangun cara berpikir subjek dimana pengetahuan didapat dari
mereka (science of them) atau pandangan partisipan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
terlebih dahulu bersikap sadar dan berusaha memahami objek serta mengalaminya.

Poin penting dari pendekatan fenomenologi

Pendekatan fenomenologi berfokus pada pengalaman subyektif yang berkaitan dengan


pandangan pribadi terhadap penafsiran suatu kejadian yang dihadapi dan mencoba
memahami tanpa adanya prakonsepsi.

Pendekatan fenomenologi meliputi:

- Pengamatan
- Imajinasi: meninjau objek yang tidak ada dari
- Berpikir secara abstrak
- Merasa/menghayati

Prosedur dan fokus penelitian adalah mencari makna dari suatu fenomena. Ada 2 hal
mendasar dari fokus fenomenologi yaitu textural description (data yang bersifat faktual dan
empiris) dan structural description (subjek memaknai pengalamannya) dan aspek ini berisi
aspek subjektif yang berkaitan dengan pengalamannya. Sehingga akan muncul pertanyaan
(secara umum) dalam meninjau studi fenomenologi. Apa pengalaman subjek tentang suatu
peristiwa?, perasaan apa yang muncul ketika mengalami hal tersebut?, apa makna yang
diperoleh oleh subjek mengenai pengalaman tersebut. Pengumpulan data dari studi
fenomenologi adalah melakukan sesi wawancara dengan subjek yang akan diteliti, sehingga
perlu direkam untuk memperoleh hasil wawancara yang utuh. Untuk memperdalam dengan
tujuan untuk melengkapi data, dapat melakukan observasi partisipan, penelusuran dokumen.

- Menurut Stevick, Colaizzi dan keen (Creswell, 1998; Moustakas, 1994)


terdapat 6 tahap dalam melaksanakan studi fenomenologi: Menentukan cakupan
fenomena yang akan diteliti: peneliti harus memahami pendekatan tentang seseorang
yang mengalami fenomena secara filosofis.
- Membuat daftar pertanyaan: pertanyaan yang disajikan harus menguak makna dari
pengalaman penting para individu serta meminta menguraikan secara detail.
- Pengumpulan data: data dikumpulkan dengan melakukan wawancara yang mendalam.
Selain itu juga bisa dilakukan observasi dan penelusuran dokumen.
- Cluster of meaning: peneliti mengelompokkan setiap pernyataan ke dalam tema/unit
makna. Yang dilakukan dalam tahapan ini yaitu deskripsi tekstural (deskripsi apa
yang dialami individu), deskripsi struktural (menuliskan bagaimana fenomena itu
bisa dialami oleh individu). Selain itu peneliti juga bisa mencari makna berdasarkan
refleksi peneliti; opini, penilaian, perasaan.
- Tahap deskripsi esensi: membangun deskripsi secara menyeluruh tentang intisari dari
pengalaman subjek.

Melaporkan hasil penelitiannya: memberikan pemahaman kepada pembaca terkait fenomena


yang dialami oleh seseorang.

Kesimpulan:

Anda mungkin juga menyukai