Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara terluas di dunia yang buminya
banyak ditumbuhi oleh beribu bahkan berjuta jenis tanaman. Dimana
setiap wilayah memiliki sumber daya alam nya masing-masing.
Pangan Lokal mempunyai lebih banyak kelebihan dibandingkan
dengan pangan impor. Seperti aman, harga relatif murah, mudah
ditemukan, terpercaya dan juga dapat menjadi penggerak ekonomi
masyarakat sekitarnya. Dengan melihat kelebihan-kelebihan tersebut,
sudah seharusnya seluruh lapisan masyarakat menyadari betapa
berharga nya pangan lokal jika dikembangkan dengan baik. Sebagai
contoh, ubi ungu, sagu dan sorgum yang sentra produksi terbesar di
Pulau Jawa dan Papua. Jagung, kelor dan buah kesemek panganan
lokal Pulau Jawa, Sulawesi, NTT dan Sumatera Utara. Dan nipah dan
nanas yang banyak tersebar di Provinsi Sumatera Selatan, terutama di
kabupaten Banyumasin yang merupakan salah satu daerah terluas di
Indonesia yang ditumbuhi oleh tanaman nipah. Hutan nipah seluas
±400 ha terdapat di sepanjang pesisir sungai Kabupaten Banyuasin
(Indriani, 2009).
Melihat potensi nipah yang luar biasa tersebut, penulis tergugah untuk
membuat inovasi demi memaksimalkan sumber pangan lokal khas
Sumatera berupa daun nipah menjadi minuman teh. Namun untuk
memberikan rasa pada teh daun nipah yang pada dasarnya rasanya
kelat dan pahit, dilakukan penambahan bonggol buah nanas untuk
memberikan kesan rasa, warna dan aroma menyegarkan. Karena
terdapat kandungan enzim bromelin yang banyak, asam sitrat, asam
malat dan asam oksalat di dalamnya (Auliya, 2019). Selain itu harga
dan ketersediaan buah sepanjang tahun juga menjadi faktor utama
buah nanas digemari dari kalangan manapun. Melalui Teh Anti-Tunas
dapat menjadi prospek usaha yang dapat mendongkrak perekonomian
masyarakat pesisir Sumatera sebagai khas daerah setempat dan
penggunaan limbah bonggol nanas yang dapat mengurangi
keterbuangan bahan serta menambah nilai ekonomis.