Anda di halaman 1dari 32

GAMBARAN UMUM

PEREKONOMIAN INDONESIA

Ciplis Gema Qori’ah, S.E., M.Sc.


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jember
Perkembangan Perekonomian Indonesia
Dampak Masa Perang Kemerdekaan
PDB Indonesia di Masa Perang Kemerdekaan
• Kerusakan aset produktif – turunnya kapasitas Mengalami Kontraksi
produksi 393 378 362 347

(Harga 2000)
316

Rp Triliun
• Terganggunya kegiatan rutin produksi
• Terhentinya ekspor-impor karena blokadeB
elanda
• Pembiayaan kebutuhan perang dengan mencetak
uang baru 1945 1946 1947 1948 1949

Perang Kemerdekaan Menyebabkan Turunnya


Kapasitas Produksi

PDB Inflasi 75
50
35 25 20
Tanaman Perekonomian Perkebunan Perikanan Pertambangan
Pangan Rakyat Besar
Pasca Perang Kemerdekaan (1950-1958)
Konferensi Meja Bundar Nasionalisasi Ekonomi
1. Kebijakan ekonomi atas izin Belanda
2. Perusahaan Belanda kembali beroprasi
3. Menanggung utang Hindia Belanda USD 1,13 Miliar
4. Menanggung biaya 17.000 karyawan eks Belanda
dan 26.000 tentara eks KNIL

Dfisit Anggaran yang meningkat dibiayai dengan mencetak


uang baru sehingga inflasi meningkat

Meski terbilang sukses, program nasionalisasi menyebabkan turunnya


produktivitas dan profitabilitas BUMN terbentuk, sehingga membutuhkan
subsidi dari APBN.
Sumber: Kemenko Ekon (2017), Boediono (2016)
Era Demokrasi dan Ekonomi Terpimpin (1959-1965)

Negara “Memimpin” Ekonomi


Nasional
• Sasaran dan kebijakan ekonomi
mengacu dan tunduk pada tujuan
besar politik negara

• BUMN menjadi pelaku sentral


ekonomi nasional – mendapat
dukungan penuh dari APBN dan
perbankan

• Bank sentral menjad bagian tidak


terpisahkan dari pemerintah

Sumber: Boediono (2016), Van Zaden dan Marks (2012)


Akhir Era Soekarno
Hiperinflasi (1965) Upaya Penanganan Hiperinflasi
Sejak 1958 batas pinjaman BI dihapus sama sekali. Defisit Pemerintah mengeluarkan kebijakan sanering, devaluasi
yang besar dibiayai dengan mencetak uang baru sebanyak- mata uang, dan penerbitan mata uang baru untuk
banyaknya. Inflasi meroket hingga mencapai 592%. mengatasi hiperinflasi. Namun kebijakan ini gagal (inflasi
1966 mencapai 635%) karena tidak mengatasi sumber
utama kenaikan inflasi–defisit APBN

Sumber: Kemenko Ekon (2017), Boediono (2016), Van Zanden dan Marks (2012)
Perencanaan Pembangunan di Awal Kemerdekaan
Perencanaan pembangunant elah dimulai sejak zaman awal kemerdekaan. Namun situasi politik yang tidak stabil dan kondisi
perang menyebabkan perencanaan pembangunan masih belum berjalan optimal.

Badan Perancang Ekonomi Dibentuk pada Kabinet SjahrirIII oleh Menteri Kemakmuran AK Gani

Panitia Pemikir Siasat Ekonomi yang terbentuk melalui Penetapan Presiden No. 3/1947 menghasilkan dokumen perencanaan pertama “Dasar-Dasar
Pokok Daripada Plan Mengatur Ekonomi Indonesia”

1948: Kasimo Plan – Plan Produksi Tiga Tahun RI, disusun oleh Menteri Urusan Bahan Makanan I.J. Kasimo

Tindak Lanjut Dekrit Presiden 5 Juli 1959: Terbentuknya Dewan Perancang Nasional (Depernas) yang dipimpin oleh Mr. Muhammad Yamin

Depernas menyusun Rancangan Pembangunan Nasional Sementara Berencana Tahapan Pertama1961-1969 yang merupakan turunan dari Manifesto
Politik dari Presiden Soekarno

Penetapan Presiden No. 12/1963: Depernas diubah menjadi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

Sumber: Subkhan (2014)


Masa Peralihan (1966-1968) – Masa Orde Baru

Mengubah sistem komando menjadi sistem pasar Pengendalian Inflasi


• Mengurangi defisit anggaran (Anggaran Belanja Berimbang)
• Penghapusan bertahap perlakuan khusus bagi BUMN
a. Kenaikan harga barang dikontrol pemerintah (BBM dan Listrik)
• Penyederhanaan prosedur perdagangan luar negeri b. Peningkatan penerimaan pajak
• Pembakuan peran modal asing dan dalam negeri melalui • Memperlambat kredit perbankan –kenaikan suku bunga
UU PMA (1967) dan PMDN (1968)
• Pengurangan subsidi-subsidi
PencukupanKebutuhanPangandan Sandang
• Meningkatkan produksi dan menjaga kelancaran impor

Rhabilitas Prasarana Ekonomi


Prioritas Program • Seluruh anggaran pembangunan untuk rehabilitasi
Stabilisasi dan
Rehabilitasi
Peningkatan Kegiatan Ekspor
• Kurs devisa ganda diubah menjadi kurs tunggal
• Penyederhanaan prosedur perdagangan luar negeri
• Negosiasi Utang (Pembentukan IGGI)
Sumber: Nitisastro (2010), Boediono (2016)
PerencanaanPembangunan: RencanaPembangunan Lima
Tahun(REPELITA)

Repelita merupakan turunan dari Garis-Garis Besar


Halauan Negara yang ditetapkan oleh MPR. Dari REPELITA I REPELITA II REPELITA III
Repelita akan diturunkan menjadi Sasaran Repelita 1969 -1974 1974 - 1979 1979 - 1984
Tahunan (SARLITA)
Memenuhi kebutuhan dasar dan Meningkatkan pembangunan di pulau- Meningkatkan bidang industri
infrastruktur dengan penekanan pulau selain Jawa, Bali dan Madura, di padat karya untuk meningkatkan
pada bidang pertanian. antaranya melalui transmigrasi. ekspor

Trilogi Pembangunan

Stabilitas
Nasional yang
Dinamis
REPELITA IV REPELITA V REPELITA VI
1984 - 1989 1989 - 1994 1994 - 1998

Menitikberatkan sektor pertanian dan Memacu pembangunan dengan


Meningkatkan industri yang
industri untuk memantapkan kekuatan sendiri demi menuju
Pemerataan dapat menghasilkan mesin-
Pembangunan dan Pertumbuhan swasembada pangan dan terwujudnya masyarakat yang adil
mesin industri sendiri, baik
Hasil- hasilnya Ekonomi Tinggi meningkatkan produksi pertanian dan makmur berdasarkan Pancasila
industri berat maupun ringan
lainnya serta menghasilkan barang
ekspor

Sumber: Bappenas
Masa Menjelang Krisis 1998
“Tanda-Tanda Kerawanan”
“Masa Tenang Sebelum Badai”
Pengawasan perbankan lemah. Kredit perbankan membiayai proyek sendiri (moral hazard)
Periode 1990-1996, pertumbuhan ekonomi tinggi di atas 6 persen,
inflasi meski tinggi tetapi menurun di tahun 1996, dan defisit Pertumbuhan Kredit Persen PDB
NPL
transaksi berjalan terjaga 1981-1989 1990-1997 1997
1994 1995 1996
Indonesia 22 19 57
Korea Selatan 13 12 95 Indonesia 12.0 10.4 8.8
Malaysia 11 16 64
Indikator Makro Sebelum Krisis Filipina -5 18 52
Korea 1.0 0.9 0.8

Malaysia 8.1 5.5 3.9


Singapura 10 12 97
12
Thailand 15 18 105 Thailand 7.5 7.7 N/A

10
Nilai tukar overvalued dengan defisit transaksi berjalan yang cukup besar
8 Apresiasi REER (%) Defisit Transaksi Berjalan (PersenPDB)
1990-1997 1990-1995 1996 1997
6
Indonesia 25 -2.5 -3.7 -2.9
4 Korea Selatan 12 -1.2 -4.8 -1.9
Malaysia 28 -5.9 -4.9 -5.1
2 Filipina 47 -3.8 -4.7 -5.2
Thailand 25 -6.7 -7.9 -2.0

0 Utang jangka pendek lebih besar dari cadangan devisa


Utang Jangka Pendek Cadev Rasio
-2
Miliar USD (Persen Cadev)

-4 Indonesia 34.25 20.34 168


1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 Korea Selatan 67.51 34.07 198
Malaysia 11.18 26.59 42
CAD Inflasi Pertumbuhan Ekonomi Filipina 7.74 9.78 79
Singapura 175.23 80.66 217
Thailand 45.57 31.36 145
Sumber: Oxford Economics, BI, BPS
Pemulihan Pasca Krisis Ekonomi
Program Reformasi Ekonomi dan Politik
Restrukturisasi Perbankan Penyehatan Korporasi
• Pembentukan Badan Penyehatan Perbankan • Restrukturisasi utang swasta melalui
Nasional (BPPN) Indonesia Debt Restructuring Agency
• Bantuan BLBI Rp144,5 T untuk 48 bank (INDRA)
• Obligasi rekap Rp650 T untuk menalangi • Larangan praktik monopoli terhadap Bulog
utang perbankan dan Pertamina
• Penutupan 38 bank dan pengambil alihan 7
bank

Konsolidasi Fiskal Penetapan Desentralisasi Fiskal


• Membiayai Jaring Pengaman Sosial • UU otonomi daerah dan desentralisasi fiskal
• Membatalkan proyek infrastruktur ditetapkan

Independensi Kebijakan Moneter Kebijakan Lainnya


• Menaikkan suku bunga SBI hingga mencapai • Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang
70 persen. Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan
• Status independen diberikan kepada BI yang Tidak Sehat
dengan fokus menjaga stabilitas harga (nilai • Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang
tukar dan inflasi) Perlindungan Konsumen
• Mengendalikan uang bereda • Mengesahkan UU Pers
• Mengakhiri dwifungsi ABRI
• Melaksanakan pemilu pertama pasca
reformasi
• Referendum Timor Timur

Sumber: Kemenko Ekon, BPS, Bloomberg, Boediono (2016), BI


Penerapan Desentralisasi Fiskal dan Ekonomi Keberpihakan
Gardu Taskin
(Gerakan Terpadu
Pengentasan Kemiskinan)

Restrukturisasi utang UMKM


yang terbelit macet

Restrukturisasi utang
pengembang properti,
terutama pengembang rumah
sederhana

17.000 proyek perdesaan


Pembangunan sarana prasarana
dan kredit usaha mikro

Kenaikan gaji PNS sepanjang


sejarah
Sumber: Kemenko Ekon (2017), dari berbagaisumber
Penguatan Ketahanan Fiskal dan Program Pasca-Program IMF

KONSOLIDASI FISKAL RESTRUKTURISASI KEUANGAN. PENINGKATAN INVESTASI

• Reformasi kebijakan perpajakan. • Merancang Jaring Pengaman Sektor Keuangan. • Meninjau Daftar Negatif Investasi.
• Efisiensi belanja negara. • Dibentuknya LPS • Menyederhanakan perizinan lewat
• Privatisasi BUMN • Divestasi bank-bank di BPPN. layanan satu atap.
• Memperkuat struktur governance bank negara. • Restrukturisasi sektor telekomunikasi &
• Restrukturisasi sektor pasar modal, asuransi & energi.
Reformasi Pasca Program IMF dana pensiun • Pemberantasan korupsi.

Sumber: Oxford Economics, Boediono (2016), Kemenko Ekon (2017 )


Perubahan Format APBN
Sejalan dengan UU 17/2003, sejak tahun 2005, format APBN berubah dari T-Account menjadi I-Account.

Format Lama Format Baru

Anggaran Rutin dan Anggaran


Anggaran Terpadu
Pembangunan

Pendekatan Sektor: Pendekatan Fungsi: Fungsi/Sub


Sektor/Subsektor/Program (berbeda antara Fungsi, Program, Kegiatan
Rutin dan Proyek)

Klasifikasi Ekonomi: Belanja Rutin menurut Jenis Klasifikasi Ekonomi: Menurut Jenis
dan Belanja Pembangunan menurut Sektor Belanja

Pengelola Anggaran: Instansi untuk Belanja Rutin Pengelola Anggaran: Kementerian sebagai
dan Proyek/Bagian Proyek untuk Belanja Pengguna Anggaran, Satuan Kerja sebagai
Pembangunan KPA

Dokumen Anggaran: DUK/DUP/LK dan Satuan


3, DIK/SKOR/DIKS untuk Belanja Rutin, Dokumen Anggaran: RKA-KL, Satuan
DIP/SKOP/DIPP untuk Belanja Pembangunan Anggaran DIPA

Sumber: Kemenkeu
Era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Visi Pembangunan 2005-2025
INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU,
ADIL DAN MAKMUR
Sasaran Pokok Pembangunan Jangka
Panjang Nasional diupayakan secara
bertahap melalui RPJMN lima tahunan
sebagai berikut: TIGA KATA KUNCI:
a. Struktur Perekonomian
yang Kokoh
b. Keunggulan Kompetitif
Wilayah
c. SDM Berkualitas
IV RPJMN 2020 - 2024
Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju,
adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di
berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya
III RPJMN 2015 - 2019 struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang
didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing

Memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang


II RPJMN 2010 - 2014 dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian
berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia
berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat

I RPJMN 2005 - 2009 Memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan
menekankan upaya peningkatan kualitas SDM termasuk
pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatandaya
saing perekonomian
Menata kembali dan membangun Indonesia di segala bidang yang
ditujukan untuk menciptakan Indonesia yang aman dan damai, yang adil
dan demokratis dan yang tingkat kesejahteraan rakyatnya meningkat
Pencapaian Pembangunan Ekonomi Susilo Bambang Yudhoyono
(2005 – 2014)
Pertumbuhan Ekonomi (Persen) PDB Per Kapita (USD Harga Berlaku)
7 Rata-rata
5,7%

3000 2014; 3.492


6

5 2005; 1.263
2005; 5,7
2014; 5,0

4 1000
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Tingkat Kemiskinan (Persen) Inflasi (Persen)


20 20 2005; 17,1
18
15
16 2014; 8,4

14 2005; 15,97 Sep-14; 10,96 10


12
5
10
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Sumber: BPS, World Bank


Era Joko Widodo
Pencapaian Pembangunan Ekonomi Joko Widodo (2014–2018)
Nawacita
Menghadirkan kembali negara untuk
Memperkuat kebhinekaan dan memperkuat
melindungi segenap bangsa dan
restorasi sosial Indonesia
memberikan rasa aman kepada seluruh

9 1 warga negara

Membangun revolusi karakter bangsa dengan


cara membangun pendidikan Membuat pemerintah untuk selalu hadir
kewarganegaraan serta penyeragaman sistem dengan membangun tata kelola
pendidikan nasional 8 2 pemerintahan yang bersih, efektif,
demokratis, dan terpercaya

Mewujudkan kemandirian ekonomi


dengan menggerakkan sektor-sektor Membangun Indonesia dari pinggiran
strategis ekonomi domestik dengan memperkuat daerah-daerah dan
7 3 desa dalam kerangka negara kesatuan

Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya


saing di pasar internasional sehingga bangsa
Indonesia bisa maju serta bangkit Bersama Memperkuat kehadiran negara dalam
dengan bangsa Asia lainnya 6 4 melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi,

Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Yaitu 5 bermartabat serta terpercaya

dengan cara program “Indonesia Pintar” melalui wajib


belajar 12 tahun tanpa dimintai pungutan biaya
Perencanaan Pembangunan: Tahap III RPJMN
Visi Pembangunan 2005-2025
INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU,
ADIL DAN MAKMUR
Sasaran Pokok Pembangunan Jangka
Panjang Nasional diupayakan secara
bertahap melalui RPJMN lima tahunan
sebagai berikut: TIGA KATA KUNCI:
a. Struktur Perekonomian
yang Kokoh
b. Keunggulan Kompetitif
Wilayah
c. SDM Berkualitas
IV RPJMN 2020 - 2024
Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju,
adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di
berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya
III RPJMN 2015 - 2019 struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang
didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing

Memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang


II RPJMN 2010 - 2014 dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian
berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia
berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat

I RPJMN 2005 - 2009 Memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan
menekankan upaya peningkatan kualitas SDM termasuk
pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatandaya
saing perekonomian
Menata kembali dan membangun Indonesia di segala bidang yang
ditujukan untuk menciptakan Indonesia yang aman dan damai, yang adil
dan demokratis dan yang tingkat kesejahteraan rakyatnya meningkat
Pemerataan Pembangunan Ekonomi

PEMBANGUNAN DESA REFORMASI AGRARIA BANTUAN SOSIAL TEPAT


SASARAN

Membangun dari desa, Pembagian akses lahan yang Skema Bantuan Pangan Non
alokasi dana desa meningkat adil kepada seluruh Tunai (BPNT) untuk bantuan
masyarakat yang lebih tepat sasaran

Dana Desa (Triliun Rupiah)


70

50

30

10
2015 2016 2017 2018 2019
BASELINE EKONOMI
INDONESIA 2020
Perekonomian Indonesia 2020
Dampak Covid-19 Terhadap Berbagai
Dampak Covid-19 Terhadap Permintaan Sektor
dan Penawaran
Perkembangan Arus Modal Pasar Keuangan Indonesia, Rp Triliun
Perkembangan Moneter dan Sektor Keuangan
• Di sisi moneter dan sektor keuangan, sebelum merebaknya pandemi COVID-19 perkembangan kondisi moneter
Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir menunjukkan kecenderungan yang kurang menggembirakan.
• Pertumbuhan uang beredar yang menjadi indikator likuiditas di perekonomian domestik terus menunjukkan tren
penurunan.
• Kondisi tersebut juga disertai tren pertumbuhan kredit yang terus melambat, khususnya semenjak tahun 2014.

Sumber: Bank Indonesia


Perkembangan Moneter dan Sektor Keuangan
Nilai Tukar dan Neraca Pembayaran Indonesia

Untuk mengatasi
tekanan-tekanan
yang terjadi, Bank
Indonesia telah
menaikan suku
bunga acuan guna
menahan arus
modal tetap berada
di dalam negeri.

Sumber: Bank Indonesia


Tujuan Kebijakan Moneter Bank Indonesia
Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah yang ditinjau dari 2 (dua) aspek, yakni kestabilan rupiah terhadap barang dan jasa (inflasi) dan kestabilan
rupiah terhadap mata uang negara lain (nilai tukar/kurs).

(Pasal 7 UU No.23/1999 tentang BI sebagaimana telah diubah dengan UU No.3/2004 & UU No.6/2009)

MENCAPAI & MEMELIHARA


”KESTABILAN NILAI RUPIAH”

Terhadap Barang & Jasa Terhadap mata uang negara lain


(INFLASI) (NILAITUKAR)

Kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa, Kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara
diukur dengan atau tercermin dari perkembangan laju lain, diukur dengan atau tercermin dari perkembangan
inflasi. nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain

Dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang


berkelanjutan
Kebijakan Stimulus Lanjutan Sektor Jasa Keuangan

PERBANKAN

Penundaan pemberlakuan standar Memberikan Kapasitas Permodalan


Basel III: Finalising post-crisis reforms Memberikan Ruang Permodalan dan Penundaaan penilaian kualitas AYDA Pembekuan kualitas AYDA diharapkan dapat
(Basel III Reforms) menjadi 1 Januari Likuiditas bagi Industri Perbankan menjadi berdasarkan kualitas membantu bank untuk menyerap kerugian
2023 terakhir (freeze) sampai dengan 31 dampak COVID-19 dgn tdk adanya
Maret 2021 penambahan Penyisihan Kualitas Aset Non
Produktid (PPKANP)
Memberikan Ruang Permodalan bagi
Peniadaan kewajiban pemenuhan Industri Perbankan. Relaksasi CCB akan
Memberikan Kelonggaran Permodalan
Capital Conservation Buffer sebesar menurunkan/melonggatkan kewajiban rasio Penurunan Penyisihan Penghapusan
PPA umum untuk aset produktif dengan
2,5% ATMR sampai dengan 31 Maret KPMM minimum shg kelebihan modal dpt Aktiva Produktif (PPAP) umum
kualitas lancar dapat dibentuk sebesar 0%
2021 digunakan utk menyerap kerugian dlm hal khusus bagi BPR
atau kurang dari 0,5%
bank menyalurkan kredit/pembiayaan baru

Memberikan Kelonggaran Likuiditas. Memberikan Kelonggaran Likuiditas


Penurunan batas minimum rasio LCR Bank leluasa untuk menggunakan High Quality Penempatan dana antarbank pada BPR/BPRS
dan NSFR menjadi paling rendah Assets (HLQA) dalam hal terdapat kesulitan Relaksasi Penempatan Dana antar lain utk penanggulangan permasalahan
85% sampai dengan 31 Maret 2021 likuiditas akibat penurunan arus kas dan bank bagi BPR likuiditas dikecualikan dr ketentuan
penarikan nasabah (run-off) yang signifikan BMPK/BMPD, maksimal 30% dr modal
BPR/BPRS, utk pihak terkait & tdk terkait

IKNB

Pemasaran Produk Asuransi yang dikaitkan Investasi dengan Sarana Digital Kebijakan Restrukturisasi Pinjaman/Pembiayan LKM

Pemasaran dapat dilakukan melalui sarana digital dan tanda tangan basah dapat digantikan dg Meringankan beban masyarakat berpendapatan rendah & usaha skala mikro dalam
tanda tangan elektronik pembayaran kewajiban kpd LKM serta menjaga keberlangsungan kinerja LKM
Respon Kebijakan Moneter dan Makro-Finansial Indonesia per 11 Juni 2020

• Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga kebijakan


sebesar 50 bps secara kumulatif pada bulan Februari dan
Maret 2020, menjadi 4,5 persen.
• Menyesuaikan peraturan makroprudensial untuk
Langkah-langkah lain untuk mempermudah kondisi
mempermudah kondisi likuiditas dan mendukung stabilitas
likuiditas, termasuk:
pasar obligasi.
• Memperkuat pendalaman keuangan, akses ke layanan 1. menurunkan rasio persyaratan cadangan untuk
keuangan, dan operasi moneter, termasuk dengan bank;
memfasilitasi kolaborasi antara industri perbankan dan 2. meningkatkan durasi maksimum untuk operasi repo
perusahaan Fintech, dan memperkenalkan instrumen yang dan membalikkan repo (hingga 12 bulan);
sesuai dengan Syariah.
3. memperkenalkan lelang repo harian;
• OJK telah memperkenalkan kebijakan pembelian kembali
saham baru dan memperkenalkan batasan penurunan harga 4. meningkatkan frekuensi lelang pertukaran swap
saham. untuk tenor 1, 3, 6 dan 12 bulan dari tiga kali per
minggu ke lelang harian; dan
• OJK juga telah melonggarkan klasifikasi pinjaman dan
prosedur restrukturisasi pinjaman bagi bank untuk 5. meningkatkan ukuran operasi refinancing mingguan
mendorong restrukturisasi pinjaman dan memperpanjang utama sesuai kebutuhan.
tenggat waktu - 2 bulan

Sumber: Bank Indonesia dan IMF, 2020


Respon Kebijakan atas Perubahan Baseline Ekonomi 2020

Kondisi darurat akibat dampak pandemi COVID-19 membuat pemerintah menerbitkan


Perppu Nomor 1 tahun 2020. Perppu ini menambah anggaran belanja dan pembiayaan
Pemerintah sebesar Rp405,1 triliun ke dalam APBN tahun 2020.

Tambahan Anggaran Penanganan Dampak COVID-19


Koordinasi Kebijakan BI – Pemerintah
Indonesia saat ini telah menerapkan beberapa koordinasi kebijakan di tingkat nasional, antara bank sentral, pemerintah,
dan instansi terkait (Warjiyo & Juhro, 2016):

Peningkatan Struktur Stabilits Sistem Pendalam Pasar


Pengendalian Inflasi Ekonomi & Keuangan Digital
Ekonimi Keuangan Keuangan
• TPI & TPID. Program • Rapat Koordinasi • KSSK. Pencegahan dan • FK-PPK (Forum • Koordinasi antara BI-OJK
untuk mengatasi Triwulanan antara penanganan krisis Koordinasi tentang kebijakan keuangan
ketersediaan pasokan, pemerintah pusat dan keuangan Pendalaman Pasar digital dalam sistem
harga terjangkau, BI yang berfokus pada • Harmonisasi kebijakan Keuangan ) berfokus pembayaran dengan
kelancaran distribusi peningkatan defisit makroprudensial- inovasi pembiayaan kebijakan keuangan digital
dan koordinasi Efektif transaksi neraca mikroprudensial BI- ekonomi melalui pasar untuk mendorong
berjalan, pembiayaan OJK keuangan, intermediasi keuangan
investasi, terutama • Koordinasi BI-LPS pengembangan • Koordinasi lintas
infrastruktur dan infrastruktur dan kementerian dan lambaga
pengembangan perluasan bisnis untuk membangun ekosistem
ekonomi dan investor, dan ekonomi dan keuangan
keuangan digital harmonisasi peraturan digital
• Pembentukan Komite
Nasional untuk
pengembangan keuangan
digital
Koordinasi Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional

Bank Indonesia Pemerintah


Pelonggaran Kebijakan Moneter, Pembelian SBN dari pasar perdana
Kebijakan Fiskal: Stimulus Pajak
Makroprudensial, dan dan Belanja Negara, Investasi
• Stabilisasi nilai tukar Rupiah. OJK • Belanja Negara: bantuan sosial/subsidi,
• Penurunan suku bunga. Pengawasan Mikroprudensial Perbankan insentif pajak, subsidi bunga, kompensasi
• Penyediaan dana likuiditas, al m/ repo dan IKNB BUMN.
SBN, Penurunan GWM. • Pembiayaan: PMN, penempatan dana
• Pelonggaran kebijakan makroprudensial. • Pengawasan dan kesehatan perbankan perbankan, investasi.
• SP Tunai dan Non-Tunai. dan IKNB. • Belanja K/L, pariwisata, perumahan,
• Kebijakan restrukturisasi kredit aggregate demand
perbankan dan IKNB.

Perbankan Sektor Riil


Fungsi intermediasi dan jasa keuangan ke Pertumbuhan Ekonomi dan
LPS sektor riil Lapangan Kerja
Fungsi Penjaminan SImpanan • Intermediasi: mobilisasi dana dan • • Permintaan: konsumsi, investasi,
• penyaluran kredit ke sektor riil. • ekspor, dan impor.
• Penjaminan simpanan perbankan. • Pelaksanaan program • • Pengeluaran: produksi dan
• Penyelesaian bank bermasalah. • restrukturisasi kredit dunia usaha • investasi sektor-sektor ekonomi.
• (UMKM, Korporasi, Komersial). • • Penciptaan lapangan kerja.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai