OLEH :
BT1901043
2B
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Nyeri dada atau chest pain adalah kondisi ketika dada terasa seperti tertusuk,
perih, atau tertekan. Nyeri ini bisa terjadi di dada sebelah kanan, sebelah kiri, atau
dada tengah.
Nyeri dada adalah perasaan nyeri atau tidak enak yang menggangu daerah dada
dan seringkali merupakan rasa nyeri yang diproyeksikan pada dinding dada (Milatul,
2017).
2. Etiologi
Etiologi menurut (Nadia nurotul faadah, 2016)
Penyebab dari chest pain ini bermacam-macam, mulai dari yang ringan hingga
berat, di antaranya :
a. Gangguan dermatomuskuluskeletal : infeksi herpes zoster, fibromyalgia
(nyeri otot dan jaringan penyokongnya).
b. Gangguan jantung : penyakit jantung coroner (termasuk angina pectoris),
pericarditis (radang selaput paru).
c. Gangguan paru-paru : pneumonia (paru-paru basah), pleuritis (radang selaput
paru).
d. Gangguan saluran pencernaan : gastritis (radang mukosa lambung), GERD
(penyakit refluks esophagus), tukak lambung.
e. Gangguan psikosomatis
4. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang biasa menyertai nyeri dada adalah :
a. Nyeri ulu hati
b. Sakit kepala
c. Nyeri yang diproyeksikan ke lengan, leher dan punggung
d. Diaforesis/keringat dingin
e. Sesak nafas
f. Takikardi
g. Kulit pucat
h. Sulit tidur/insomnia
i. Mual, muntah, anoreksia
j. Cemas, gelisah, focus pada diri sendiri
k. Kelemahan
l. Wajah tegang, merintih, meringis
m. Perubahan kesadaran.
5. Komplikasi
6. Pemeriksaan penunjang
a. EKG 12 lead selama episode nyeri
• Taki kardi atau disridmia
• Rekam EKG lengkap : T inverted, ST elevasi/depresi, Q patologi
• Pemeriksaan darah rutin, kadar glukosa, lipit dan EKG waktu istirahat
perlu dilakukan.
b. Laboratorium
• Kadar enzim jantung : CK, CKMB,LDH
• Fungsi hati : SGOT, SGPT
• Fungsi ginjal : ureum, kreatinin
• Profilipid : LDL, HDL
• Kateterisasi janung
c. Fotothorax
d. Ecokardiogrfi
7. Penatalaksanaan medis
a. Pengobatan
• Nitrat
Nitrat meningkatkan pemberian D2 miokard dengan dialatasi arteri
epikardial tanpa mempengaruhi, resistensi arteriol arteri intramiokard.
Dilatasi terjadi pada arteri yang normal maupun yang abnormal juga pada
pembuluh darah kolateral sehingga memperbaiki aliran darah pada daerah
isomik. Toleransi sering timbul pada pemberian oral atau bentuk lain dari
nitrat long-acting termasuk pemberian topikal atau transdermal. Toleransi
adalah suatu keadaan yang memerlukan peningkatan dosis nitrat untuk
merangsang efek hemodinamik atau anti-angina. Nitrat yang short-acting
seperti gliseril trinitrat kemampuannya terbatas dan harus dipergunakan
lebih sering. Sublingual dan jenis semprot oral reaksinya lebih cepat
sedangkan jenis buccal mencegah angina lebih dari 5 jam tanpa timbul
toleransi.
• Beta bloker
Beta –Bloker tetap merupakan pengobatan utama karena pada
sebagian besar penderita akan mengurangi keluhan angina. Kerjanya
mengurangi denyut jantung, kontasi miokard, tekanan arterial dan
pemakaian O2. Beta Bloker lebih jarang dipilih diantara jenis obat lain
walaupun dosis pemberian hanya sekali sehari. Efek samping jarang
ditemukan akan tetapi tidak boleh diberikan pada penderita dengan
riwayat bronkospasme, bradikardi dan gagal jantung.
• Ca-antagonis
Kerjanya mengurangi beban jantung dan menghilangkan spasma
koroner, Nifedipin dapat mengurangi frekuensi serangan anti-angina,
memperkuat efek nitrat oral dan memperbaiki toleransi exercise.
Merupakan pilihan obat tambahan yang bermanfaat terutama bila
dikombinasi dengan beta-bloker sangat efektif karena dapat mengurangi
efek samping beta bloker. Efek anti angina lebih baik pada pemberian
nifedipin ditambah dengan separuh dosis beta-bloker daripada pemberian
beta-bloker saja.
Jadi pada permulaan pengobatan angina dapat diberikan beta-
bloker di samping sublingual gliseril trinitrat dan baru pada tingkat lanjut
dapat ditambahkan nifedi-pin. Atau kemungkinan lain sebagai pengganti
beta-bloker dapat diberi dilti azem suatu jenis ca-antagonis yang tidak
merangsang tahikardi. Bila dengan pengobatan ini masih ada keluhan
angina maka penderita harus direncanakan untuk terapi bedah koroner.
Pengobatan pada angina tidak stabil prinsipnya sama tetapi penderita
harus dirawat di rumah sakit. Biasanya keluhan akan berkurang bila ca-
antagonis ditambah pada beta-bloker akan tetapi dosis harus disesuaikan
untuk mencegah hipertensi. Sebagian penderita sengan pengobatan ini
akan stabil tetapi bila keluhan menetap perlu dilakukan test exercise dan
arteriografi koroner. Sebagian penderita lainnya dengan risiko tinggi harus
diberi nitrat i.v dan nifedipin harus dihentikan bila tekanan darah turun.
Biasanya kelompok ini harus segera dilakukan arteriografi koroner untuk
kemudian dilakukan bedah pintas koroner atau angioplasti.
b. Pembedahan
Bedah pintas koroner (Coronary Artery Bypass Graft Surgery) Walupun
pengobatan dengan obat-obatan terbaru untuk pengobatan angina dapat
memeperpanjang masa hidup penderita, keadaan tersebut belum dapat
dibuktikan pada kelompok penderita tertentu terutama dengan penyakit
koroner proksimal yang berat dan gangguan fungsi ventrikel kiri dengan risiko
kerusakan mikardium yang luas.
Pembedahan lebih bagus hasilnya dalam memperbaiki gejala dan kapasitas
exercise pada angina sedang sampai berat. Perbaikan gejala angina didapatkan
pada 90% penderita selama 1 tahun pertama dengan kekambuhan setelah itu
6% pertahun. Kekambuhan yang lebih cepat biasanya disertai dengan
penutupan graft akibat kesulitan teknis saat operasi sedangkan penutupan
yang lebih lama terjadi setelah 5 – 12 tahun sering karena adanya graft
ateroma yang kembali timbul akibat pengaruh peninggian kolesterol dan
diabetes.
Penelitian selama 10 tahun mendapatkan kira-kira 60% graft vena tetap
baik dibandingkan dengan 88% graft a. mamaria interna. Mortalitas
pembedahan tidak lebih dari 2% akibat risiko yang besar pada penderita
angina tak stabil dengan fungsi ventrikel kiri yang buruk. Resiko meninggi
pada umur lebih dari 65 tahun akibat penyakit yang lebih berat terutama pada
kerusakan ventrikel kiri walaupun memberikan respons yang baik dengan
graft dan sekarangpun pembedahan biasa dilakukan pada penderita umur 20
tahun. Morbiditas pembedahan juga tidak sedikit yaitu sering didapatkan
perubahan neuropsikiatrik sementara dan insidens stroke 5%. Akan tetap
penderita lambat laun akan kembali seperti semula.
2. Diagnosis keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien chest pain (nyeri dada)
a. Nyeri akut
Gejala dan tanda mayor
DS :
1) Mengeluh nyeri
DO :
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
DS : -
DO :
1) Tekanan darah meningkat
2) Pola napas berubah
3) Nafsu makan berubah
4) Proses berpikir terganggu
5) Menarik diri
6) Berfokus pada diri sendiri
7) Diaforesis
b. Gangguan rasa nyaman
Gejala dan tanda mayor
DS :
1) Mengeluh tidak nyaman
DO :
1) Gelisah
Gejala dan tanda minor
DS :
1) Mengeluh sulit tidur
2) Tidak mampu rileks
3) Mengeluh kedinginan/kepanasan
4) Merasa gatal
5) Mengeluh mual
6) Mengeluh lelah
DO :
1) Menunjukkan gejala distress
2) Tampak merintih/menangis
3) Pola eliminasi berubah
4) Iritabilitas
c. Ansietas
Gejala dan tanda mayor
DS :
1) Merasa bingung
2) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
3) Sulit berkonsentrasi
DO :
1) Tampak gelisah
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur
Gejala dan tanda minor :
DS :
1) Mengeluh pusing
2) Anoreksia
3) Palpitasi
4) Merasa tidak berdaya
DO :
1) Frekuensi napas meningkat
2) Frekuensi nadi meningkat
3) Tekanan darah meningkat
4) Diaforesis
5) Tremor
6) Muka tampak pucat
7) Suara bergetar
8) Kontak mata buruk
9) Sering berkemih
10) Berorientasi pada masa lalu
3. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang diharapkan
dari klien, atau tindakan yang dilakukan oleh perawat. Intervensi dilakukan untuk
membantu klien mencapai hasil yang diharapkan. Dalam buku SlKI (standar luaran
keperawatan Indonesia) akan menjadi acuan bagi perawat dalam menetapkan kondisi
atau status kesehatan seoptimal mungkin yang diharapkan dapat dicapai oleh klien
setelah pemberian intervensi.
4. Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan keperawatan
ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang
telah ditetapkan (Koerniawan, et al 2020) kemampuan yang harus dimiliki perawat
pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan
untuk mencipakan hubungan saling percaya dan saling bantu,kemampuan melakukan
teknik psikomotor, kemampuanmelakukan observasi sistematis, kemampuan
memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ani. (2017). LP chest pain kel 3. https://id.scribd.com/document/357988316/LP-Chest-Pain-kel-
3
Koerniawan, D., Daeli, N. E., & Srimiyati, S. (2020). Aplikasi standar proses ke[erawatan :
Diagnosis, Outcome, dan intervensi pada Asuhan Keperawatan. Jurnal Keperawatan Silampari,
3(2), 739-751. https://doi.org/10.31539/jks.v3i2.1198
Milatul, K. (2017). Laporan pendahuluan dan resume keperawatan gawat darurat pada pasien
dengan chest pain. https://pdfcoffee.com/laporan-pendahuluan-chest-painrtf-pdf-free.html