Anda di halaman 1dari 10

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
EKSEKUTIF MAHASISWA
Sekretariat: Gedung EM-DPM UB Lantai 1, Jalan Veteran 06C Malang 65145
Telp: 0857-4934-3398 Email: em@ub.ac.id

Kajian Terbuka

“Sejarah Gerakan Perempuan, Feminisme, dan Budaya Patriarki”

Oleh:

Aghnia Addini (Ketua Jaringan Perempuan Desa)

Pendahuluan

Gerakan feminisme di Indonesia lahir dipengaruhi oleh berbagai kondisi historis sejarah
perjuangan bangsa, program pembangunan nasional, globalisasi serta reformasi, serta kehidupan
religius masyarakat. Will Durant dalam bukunya “The Pleasure of Philosophy” mengemukakan
bahwa peristiwa yang akan menonjol di awal era glonbalisasi pada tahun 2000 adalah terjadinya
perubahan status wanita. Pandangan feminisme di setiap era sangat tergantung kepada kondisi
dan situasi zaman yang dihadapinya. Setelah feminisme gelombang kedua mencapai puncaknya
pada tahun 1970an, terjadi perkembangan yang meresahkan kaum feminis baik dari pihak
akademis maupun pihak praktisi. Pada 1980an, berkembang banyak aliran feminisme yang
berbeda dan sering berkontradiksi satu sama lainnya. Salah satu perkembangan yang paling
meresahkan adalah perkembangan postfeminisme yang sering diartikan sebagai matinya
feminisme [ CITATION Suw13 \l 2057 ]. Pandangan utama yang sangat menarik terhadap feminisme
di Indonesia pada saat kini adalah pandangan terhadap kondisi kerja berbagai jenis buruh seperti
buruh batik, buruh industri tekstil, petani, tenaga kerja wanita yang diekspor (TKW) [ CITATION
Djo01 \l 2057 ].

Berbeda dari feminisme, Gerakan Perempuan di Indonesia tumbuh pada awal abad ke-20
ketika sekolah modern didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda, dan organisasi modern
didirikan oleh “kaoem bumiputera”. Hingga saat ini, hampir satu abad lamanya, perjuangan
pergerakan perempuan mengalami pasang surut. Bahkan apa yang disebut capaian tentang “Hak
Perempuan” saat ini, pada prinsipnya belum dapat menjawab masalah penindasan yang dialami
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
EKSEKUTIF MAHASISWA
Sekretariat: Gedung EM-DPM UB Lantai 1, Jalan Veteran 06C Malang 65145
Telp: 0857-4934-3398 Email: em@ub.ac.id

kaum perempuan itu sendiri. Berangkat dari urgensi ini, diadakanlah kajian terbuka dengan tema
“Sejarah Gerakan Perempuan, Feminisme, dan Budaya Patriarki” pada hari Jumat, 21 Februari
2020 di Gazebo Raden Wijaya Universitas Brawijaya.

Pembahasan

1. Sejarah Gerakan Perempuan


 Periode Melek Pengetahuan — Melawan Adat
Titik awal mengambil tahun 1990-an, sebagai tahun yang ditandai dengan babak
baru yang umum disebut kebijakan “etis” kolonial Belanda serta kehadiran
gerakan nasionalis terorganisir di Indonesia, yang tidak dapat dipisahkan dengan
grakan perempuan.
 Periode Melek Nasionalisme — Melawan Kolonialisme/Imperialisme
Periode ini menyoroti kalangan aktivis organisasi perempuan setelah Soempah
Pemoeda 28 Oktober 1928.
 Periode Koncowingking — Mengikuti Suami
Periode ini adalah periode dihancurkannya gerakan perempuan Indonesia, yang
titik awalnya dilakukan melalui penghancuran terhadap Gerwani melalui
kampanye media massa antara 10 Oktober 1965 – 12 Oktober 1965.
 Periode Melek Demokrasi Melawan Otoritarianisme Militer
Periode ini berawal pada awal dekade 1980-an. Dipengaruhi oleh Dekade
Perempuan Internasional 1975-1985 dan situasi nasional represif, tumbuhlah
organisasi perempuan “baru” yang berjuang untuk merebut kembali hak
perempuan yang sebelumnya sudah dihancurkan.
 Periode 30 Persen Keterwakilan Perempuan
Kongres Perempuan Indonesia digelar oleh LSM perempuan sejak 14 Desember
hingga 22 Desember 1998 di Yogyakarta. Salah satu mandate Kongres yang
utama ialah memperjuangkan isu Hak Dipilih perempuan di parlemen.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
EKSEKUTIF MAHASISWA
Sekretariat: Gedung EM-DPM UB Lantai 1, Jalan Veteran 06C Malang 65145
Telp: 0857-4934-3398 Email: em@ub.ac.id

 Periode Melawan Neoliberalisme


Krisis ekonomi dunia yang berlangsung terus menerus mengakibatkan posisi
Indonesia dijadikan objek untuk pemulihan krisis tersebut. Yang dijadikan sumber
objek adalah sumber daya alam dan tenaga kerja manusia yang murah, termasuk
perempuan [ CITATION Umi17 \l 2057 ].

2. Feminisme

Feminisme merupakan gerakan memperjuangkan hak-hak perempuan agar perempuan keluar


dari ketidakadilan. Feminisme merupakan suatu gerakan politis yang meninjau dari berbagai
macam aspek kehidupan. Hingga kini feminisme sangat ramai diperbincangkan, sehingga
muncul beraneka macam aliran feminisme. Adapun secara historis aliran-aliran tersebut terbagi
ke dalam tiga (3) gelombang, yaitu:
 Gelombang Pertama (1792 – 1960)
Feminisme gelombang pertama dianggap dimulai dengan tulisan Mary Wollstonecraft The
Vindication of the Rights of Woman (1792) hingga perempuan mencapai hak pilih pada awal
abad keduapuluh.
a. Feminisme Liberal
Feminisme liberal berpandangan bahwa agar perempuan memiliki kebebasan secara
penuh dan individual. Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaan berakar
pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan publik.
b. Feminisme Radikal
Pada sejarahnya, aliran ini muncul sebagai reaksi atas kultur seksisme atau dominasi
sosial berdasar jenis kelamin di Barat pada tahun 1960-an, utamanya melawan kekerasan
seksual dan industri pornografi. Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan
terhadap perempuan terjadi akibat sistem patriarki.
c. Feminisme Anarkis
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
EKSEKUTIF MAHASISWA
Sekretariat: Gedung EM-DPM UB Lantai 1, Jalan Veteran 06C Malang 65145
Telp: 0857-4934-3398 Email: em@ub.ac.id

Feminisme anarkis lebih bersifat sebagai suatu paham politik yang mencita-citakan
masyarakat sosialis dan menganggap negara dan laki-laki adalah sumber permasalahan
yang sesegera mungkin harus dihancurkan.
d. Feminisme Marxis
Mengenai aliran ini, jelas menggambarkan bahwasanya perempuan itu dipandang melalui
kelas, penindasan terlihat dalam kelas reproduksi politik sosial dalam sistem ekonomi.
e. Feminisme Sosialis
Feminisme sosialis muncul sebagai kritik terhadap feminisme Marxis. Aliran ini
mengatakan bahwa patriarki sudah muncul sebelum kapitalisme dan tetap tidak akan
berubah jika kapitalisme runtuh.
 Gelombang Kedua (1960 – 1980)
Feminisme gelombang kedua dimulai pada tahun 1960-an yang ditandai dengan terbitnya
The Feminine Mystique (Freidan, 1963), diikuti dengan berdirinya National Organization for
Woman (NOW, 1966) dan munculnya kelompok-kelompok conscious raising (CR) pada akhir
tahun 1960-an.
a. Feminsime Eksistensial
Kaum feminis eksistensial melihat ketertindasan perempuan dari beban reproduksi yang
ditanggung perempuan, sehingga tidak mempunyai posisi tawar dengan laki-laki.
b. Feminisme Gynosentris
Teori ini mengatakan bahwa perempuan harus memformulasikan kekuatan kolektif,
menumbuhkembangkan pengetahuan perempuan yang akan membekali mereka untuk
melawan patriarchal control, baik secara fisik maupun kejiwaan.
 Gelombang Ketiga (1980 – Sekarang)
Berbagai kritik terhadap universalisme dalam feminisme gelombang kedua mendorong
terjadinya pendefinisian kembali berbagai konsep dalam feminisme pada akhir tahun 1980an.
Feminisme gelombang ketiga ini disebut juga dengan istilah postfeminisme.
a. Feminisme Postmodern
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
EKSEKUTIF MAHASISWA
Sekretariat: Gedung EM-DPM UB Lantai 1, Jalan Veteran 06C Malang 65145
Telp: 0857-4934-3398 Email: em@ub.ac.id

Ide Posmo ialah ide yang anti absolut dan anti otoritas, gagalnya modernitas dan
pemilahan secara berbeda-beda tiap fenomena sosial karena penentangannya pada
penguniversalan pengetahuan ilmiah dan sejarah. Mereka berpendapat bahwa gender
tidak bermakna identitas atau struktur sosial.
b. Feminisme Multikultural
Feminis multikultural memusatkan perhatian pada pandangan bahwa di dalam satu
negara seperti Amerika, tidak semua perempuan diciptakan atau dikonstruksi secara
setara. Tergantung bukan hanya pada ras dan etnis, tetapi juga pada identitas seksual,
identitas gender, umur, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan/profesi, status perkawinan
dan masih banyak lagi.
c. Feminisme Global
Feminisme global memperluas gagasan yang dikemukakan oleh feminis multikultural.
Penindasan terhadap perempuan bukan hanya dilakukan oleh laki-laki tetapi juga oleh
perempuan dan laki-laki dari tempat lain, terutama dari negara-negara dunia pertama.
d. Ekofeminisme
Gerakan feminis yang mengusung kesetaraan dalam menyelamatkan lingkungan disebut
ekofeminisme, sebuah gerakan yang berusaha menciptakan dan menjaga kelestarian alam
dan lingkungan dengan berbasis feminitas/perempuan [ CITATION Gannd \l 2057 ].

Kesimpulan
Gerakan perempuan dan feminisme sudah ada dan berlangsung sejak lama sekali dan
memiliki pemababakan, periodisasi, dan aliran-alirannya masing-masing. Meskipun banyak
ragam dan varian dari gerakan perempuan dan feminisme, tujuan utamanya tetaplah seragam,
yaitu keadilan dan kesetaraan gender. Sejarah dan perkembangan gerakan perempuan dan
feminisme ini dapat dijadikan bahan refleksi untuk menentukan arah gerak perempuan dan
feminisme yang dinamis pada masa sekarang.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
EKSEKUTIF MAHASISWA
Sekretariat: Gedung EM-DPM UB Lantai 1, Jalan Veteran 06C Malang 65145
Telp: 0857-4934-3398 Email: em@ub.ac.id

Notulensi pertanyaan dari peserta forum

1. Dalam kepemimpinan, Laki-laki lebih berpikir menggunakan logika dalam


mengambil keputusan sedangkan perempuan lebih mengandalkan perasaan.
Bagaimana menyadarkan perempuan akan suatu hal dalam kepemimpinan?
Sejak lahir, laki-laki maupun perempuan telah terkotak- kotakan yang mana perempuan
mendapat perlakuan yang berbeda dari laki-laki seperti misal perempuan zaman dahulu
diajarkan bertutur kata lemah lembut, diajarkan menjahit, menyulam dan lain sebagainya
sehingga terbawa ke ranah lain misal dalam kepemimpinan dan kaum laki-laki yang
mendominasi akan hal tersebut. yang dari situlah berdampak pada pola pikir hanya kaum
lelaki lah yang pantas menjadi pemimpin. Oleh karena itu kita dapat mengubah stigma
bahwa perempuan pun dapat menjadi pemimpin.

2. Apa yang dimaksud dari memperjuangkan kesetaraan dan bentuk yang harus
dilakukan seperti apa?
Pergerakan perempuan tidak dapat merasuk kedalam ranah kehidupan. Ketika kita
memperjuangkan kesetaraan maka itu dinamakan feminis seperti di zaman dahulu pun di
zaman sekarang memperjuangkan kesetaraan dapat dilakukan aksi dan lain sebagainya.

3. Bagaimana peran perempuan (feminis) dalam lingkup agama yang agama itu
mempunyai aturan tersendiri bagi perempuan?
Agama itu memang fungsinya mengatur kehidupan. Namun terkadang kaum lelaki yang
mengatasnamakan atau bisa dikatakan memperjualbelikan dalil di alquran yang melarang
perempuan dalam membatasi aktivitasnya. Dikarenakan mereka yang menjadi pelopor
agama (penafsir) itu mayoritas laki-laki dan dari situlah mereka menafsirkan ayat-ayat di
alquran mengenai kepemimpinan yang identik dengan lelaki bukan perempuan.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
EKSEKUTIF MAHASISWA
Sekretariat: Gedung EM-DPM UB Lantai 1, Jalan Veteran 06C Malang 65145
Telp: 0857-4934-3398 Email: em@ub.ac.id

4. Menurut Anda (pemateri), bagaimana pandangan perempuan yang merokok dan


having sex yang didasari “mau sama mau” tapi kalau sudah hamil selalu pihak laki-
lakinya disalahkan dan dipaksa harus bertanggung jawab?
Kalau untuk merokok sendiri itu adalah hak setiap individu kita tidak bisa mengatur
orang lain bagaimanapun merokok itu berbahaya tetapi kalau si perempuan telah siap
menerima risiko itu tidak jadi masalah. Kalau terkait having sex ketika dua orang telah
melakukan sesuatu yang bisa dikatakan fatal, maka risiko nya harus ditanggung berdua
tidak boleh hanya si perempuan yang menanggung beban sendiri karena bagaimanapun
itu sudah keputusan berdua ketika melakukan hal yang fatal tersebut.

5. Kenapa feminisme kerap kali menjadi stigma negatif bagi beberapa orang?
Sebenarnya stigma negatif itu dilihat dari sisi yang mana dulu, karena setiap orang
memiliki sudut pandang yang berbeda misal ketika perempuan melakukan aksi solidaritas
yang mana feminisme kerap melakukan hal tersebut dikarena adanya suatu hal tindakan
pemerkosaan misalnya. hal tersebut bagi perempuan itu merupakan dampak positif tetapi
mungkin bagi kaum lelaki itu tindakan berlebih dsb.

6. Bagaimana tanggapan anda mengenai fenomena feminisme yang jatuhnya malah


menakuti laki-laki dalam beberapa aksi maupun kegiatan?
Jikalau mengatakan “menakuti” ini termasuk dalam feminisme yang anarkis ini
sebenarnya memang berlebihan jatuhnya malah tidak baik. tetapi suatu keseimbangan
terjadi ketika seorang manusia bisa menempatkan diri dengan perilakunya sehingga tidak
membawa dampak yang seius.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
EKSEKUTIF MAHASISWA
Sekretariat: Gedung EM-DPM UB Lantai 1, Jalan Veteran 06C Malang 65145
Telp: 0857-4934-3398 Email: em@ub.ac.id

7. Apakah ada peran laki-laki dalam feminisme?


Secara sederhana yang sadar akan ketertindasan ketika laki-laki tidak punya pemikiran
yang superior terhadap perempuan dan ikut mendukung tidak adanya ketertindasan bagi
perempuan.

8. Menurut Anda, posisi agama yang interseksionalisme itu seperti apa?


Interseksionalisme itu adalah titik temu. Agama itu menjembatani dalam hal apapun
disetiap masalah. tidak ada yang mendominasi karena agama itu mampu memberikan
titik tengah dalam setiap urusan.

“feminisme itu ketika kita perempuan membela ketidakadilan gender, merasa senasib akan
perempuan diluar sana yang mengalami ketertindasan, maka kita adalah seorang feminis” -
Aghnia Addini
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
EKSEKUTIF MAHASISWA
Sekretariat: Gedung EM-DPM UB Lantai 1, Jalan Veteran 06C Malang 65145
Telp: 0857-4934-3398 Email: em@ub.ac.id

Bibliography
Djoeffan, S. H., 2001. GERAKAN FEMINISME DI INDONESIA : TANTANGAN DAN
STRATEGI MENDATANG. Mimbar, 17(3), p. 284.

Ganeshvar, P., n/d. Academia.edu. [Online]


Available at: https://www.academia.edu/9451313/Aliran-Aliran_Feminisme
[Accessed 14 February 2020].

Suwastini, N. K. A., 2013. PERKEMBANGAN FEMINISME BARAT DARI ABAD


KEDELAPAN BELAS HINGGA POSTFEMINISME: SEBUAH TINJAUAN TEORETIS.
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 2(1), pp. 198-208.

Umi, 2017. Indo Progress. [Online]


Available at: indoprogress.com/2017/12/gerakan-perempuan-di-indonesia-pasang-surut-
memperjuangkan-hak/
[Accessed 7 February 2020].

Unit Pemberdayaan Perempuan Progresif


Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
EKSEKUTIF MAHASISWA
Sekretariat: Gedung EM-DPM UB Lantai 1, Jalan Veteran 06C Malang 65145
Telp: 0857-4934-3398 Email: em@ub.ac.id

2020

Anda mungkin juga menyukai