Anda di halaman 1dari 7

HIPERBILIRUBIN

2.1. Pengertian
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin di dalam
jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya
berwarna kuning (Ngastiyah, 2000).
Jadi, dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa hiperbilirubin merupakan
suatu kondisi di mana kadar bilirubin yang berlebihan dalam darah yang biasa terjadi pada
neonatus baik secara fisologis, patologis maupun keduanya.
2.2. Klasifikasi Hiperbilirubin
1. Ikterus prehepatik
Disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat hemolisis sel darah
merah. Kemampuan hati untuk melaksanakan konjugasi terbatas terutama pada disfungsi
hati sehingga menyebabkan kenaikan bilirubin yang tidak terkonjugasi.
2. Ikterus hepatik
Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat kerusakan hati
maka terjadi gangguan bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke dalam hati serta gangguan
akibat konjugasi bilirubin yang tidak sempurna dikeluarkan ke dalam doktus hepatikus
karena terjadi retensi dan regurgitasi.
3. Ikterus kolestatik
Disebabkan oleh bendungan dalam saluran empedu sehingga empedu dan
bilirubin terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam usus halus. Akibatnya adalah
peningkatan bilirubin terkonjugasi dalam serum dan bilirubin dalam urin, tetapi tidak
didaptkan urobilirubin dalam tinja dan urin.
4. Ikterus neonatus fisiologi
Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi baru lahir dan akan sembuh pada hari ke 7.
penyebabnya organ hati yang belum matang dalam memproses bilirubin.
5. Ikterus neonatus patologis
Terjadi karena factor penyakit atau infeksi. Biasanya disertai suhu badan yang
tinggi dan berat badan tidak bertambah.
6. Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak
terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus, Hipokampus, Nukleus
merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.
2.3. Etiologi
Peningkatan kadar bilirubin dalam darah tersebut dapat terjadi karena keadaan sebagai
berikut:
1. Polychetemia (Peningkatan jumlah sel darah merah)
2. Isoimmun Hemolytic Disease
3. Kelainan struktur dan enzim sel darah merah
4. Keracunan obat (hemolisis kimia; salisilat, kortikosteroid, kloramfenikol)
5. Hemolisis ekstravaskuler
6. Cephalhematoma
7. Ecchymosis
8. Gangguan fungsi hati; defisiensi glukoronil transferase, obstruksi empedu (atresia
biliari), infeksi, masalah metabolik galaktosemia, hipotiroid jaundice ASI
9. Adanya komplikasi; asfiksia, hipotermi, hipoglikemi. Menurunnya ikatan albumin; lahir
prematur, asidosis.
(Sumber: IDAI, 2011)
2.4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang jelas pada anak yang menderita hiperbilirubin adalah:
1. Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa.
2. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit hemolitik pada
bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik atau infeksi.
3. Jaundice yang tampak pada hari ke dua atau hari ke tiga, dan mencapai puncak pada hari
ke tiga sampai hari ke empat dan menurun pada hari ke lima sampai hari ke tujuh yang
biasanya merupakan jaundice fisiologis.
4. Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang cenderung tampak
kuning terang atau orange, ikterus pada tipe obstruksi (bilirubin direk) kulit tampak
berwarna kuning kehijauan atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus
yang berat.
5. Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan warna tinja pucat, seperti dempul.
6. Perut membuncit dan pembesaran pada hati
7. Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar
8. Letargik (lemas), kejang, tidak mau menghisap
9. Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental
10. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot, epistotonus, kejang,
stenosis yang disertai ketegangan otot.
(Sumber: Fundamental Keperawatan, 2005)
2.5. Penilaian Ikterus
Derajat hiperbilirubin menurut Kramer, sebagai berikut :

Deraja
2.6. t Luas icterus Perkiraan kadar bilirubin
icterus
I Kepala dan leher 5 mg/dL
II Sampai badan atas (di atas umbilicus) 9 mg/dL
Sampai badan bawah (di atas umbilicus)
III 11 mg/dL
hingga tungkai atas (di atas lutut)
IV Sampai lengan dan kaki dibawah lutut 12mg/dL
V Sampai telapak tangan dan kaki 16mg/dL
Komplikasi
1. Bilirubin encephahalopathi
2. Kernikterus ;kerusakan neurologis ; cerebral palis, retardasi mental, hyperaktif, bicara
lambat, tidak ada koordinat otot dan tangisan yang melengking.
3. Asfiksia
4. Hipotermi
5. Hipoglikemi
(Sumber: Fundamental Keperawatan, 2005)
2.7. Patofiisiologi
Meningkatnya kadar bilirubin dapat juga disebabkan produksi yang berlebihan. Sebagian
besar hiperbilirubin berasal dari destruksi eritrosit yang menua. Pigmen kuning ditemukan
dalam empedu yang terbentuk dari pemecahan hemoglobin oleh kerja heme oksigenasi,
biliverdin reduktase, dan agen pereduksi nonenzimatik dalam system retikuloendotelial.
Bilirubin yang terkonjugasi yang larut dalam air dapat dieliminasi melalui ginjal. Dengan
konjugasi, bilirubin masuk dalam empedu melalui membrane kanikular. Kemudian ke
system gastrointestinal dengan diaktifkan oleh bakteri menjadi urobilinogen dalam tinja dan
urine. Beberapa bilirubin diabsorpsi kembali melalui sirkulasi enterohepatik.

2.8. Pemeriksaan Diagnostik


 Laboratorium (Pemeriksan Darah)
 Pemeriksaan billirubin serum. Pada bayi prematur kadar billirubin lebih dari 14
mg/dl dan bayi cukup bulan kadar billirubin 10 mg/dl merupakan keadaan yang tidak
fisiologis.
 Hb, HCT, Hitung Darah Lengkap.
 Protein serum total.
 USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.
 Radioisotop Scan, dapat digunakan untuk membantu membedakan hapatitis dan atresia
billiari.
(Sumber: Fundamental Keperawatan, 2005)
2.9. Penatalaksanaan
1. Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan sejak dini (pemberian ASI).
2. Menghindari obat yang meningkatakan ikterus pada masa kelahiran, misalnya sulfa
furokolin.
3. Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada neonatus dan janin.
4. Fenobarbital
Fenobarbital dapat mengeksresi billirubin dalam hati dan memperbesar konjugasi.
Meningkatkan sintesis hepatik glukoronil transferase yang mana dapat meningkatkan
billirubin konjugasi dan clereance hepatik pigmen dalam empedu. Fenobarbital tidak
begitu sering digunakan.
5. Antibiotik, bila terkait dengan infeksi.
6. Fototerapi
Fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbillirubin patologis dan berfungsi
untuk menurunkan billirubin dikulit melalui tinja dan urine dengan oksidasi foto pada
billirubin dari billiverdin.
7. Transfusi tukar
Transfusi tukar dilakukan bila sudah tidak dapat ditangani dengan foto terapi.

ASUHAN KEPERAWATAN  
3.1. Pengkajian
1. Identitas klien
2. Alasan masuk Rumah Sakit
Ibu pasien mengatakan kulit wajah dan bayi tampak kuning
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan dahulu
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Tampak lemah, pucat, ikterus dan aktivitas menurun
b. Tanda-tanda vital
c. Antropometri
d. Kepala, leher
Bisa dijumpai ikterus pada mata (sclera) dan selaput / mukosa pada mulut. Dapat
juga diidentifikasi ikterus dengan melakukan tekanan langsung pada daerah yang
menonjol, untuk bayi dengan kulit bersih ( kuning), dapat juga dijumpai cianosis
pada bayi yang hypoksia
e. Dada
Selain akan ditemukan tanda ikterus juga dapat ditemukan tanda peningkatan
frekuensi nafas, status kardiologi menunjukkan adanya tachicardia, khususnya
ikterus yang disebabkan oleh adanya infeksi
f. Perut
Peningkatan dan penurunan bising usus /peristaltic perlu dicermati. Hal ini
berhubungan dengan indikasi penatalaksanaan fototerapi. Gangguan Peristaltik tidak
diindikasikan fototerapi, Perut membuncit, muntah , mencret merupakan akibat
gangguan metabolisme bilirubin enterohepatik, splenomegali dan hepatomegali dapat
dihubungkan dengan Sepsis bacterial, tixoplasmosis, rubella
g. Urogenital
Urine kuning dan pekat, Adanya faeces yang pucat / acholis / seperti dempul atau
kapur merupakan akibat dari gangguan / atresia saluran empedu
h. Ekstremitas
Menunjukkan tonus otot yang lemah
i. Kulit
Tanda dehidrasi ditunjukkan dengan turgor jelek. Elastisitas menurun, Perdarahan
bawah kulit ditunjukkan dengan ptechia, echimosis, ikterus pada kulit dan sklera
mata.
j. Pemriksaan Neurologis
Adanya kejang, epistotonus, lethargy dan lain-lain menunjukkan adanya tanda- tanda
kern – ikterus (Surasmi, 2013).
3.2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan fototerapi ditandai dengan kulit tampak
kuning
2. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi bayi
3. Kurangnnya pengetahuan berhubungan dengan kuranngnya informasi ke orang tua.
4. Risiko injury (internal) berhubungan dengan peningkatan serum bilirubin sekunder dari
pemecahan sel darah merah dengan gangguan ekskresi bilirubin.

Anda mungkin juga menyukai