Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMOTHORAX

MAKALAH

Diajukan Untuk Menyelesaikan Pendidikan

Program Studi S1 Keperawatan

Di susun Oleh:

Ardan Anwar C.0105.20.106


Cecep Herdi C.0105.20.109
Dini Laras Utari C.0105.20.112
Iis Gandawati C.0105.20.155
Herlin Wahyuni C.0105.20.122
Lelah Nursiah C.0105.20.129
Nurleni C.0105.20.136
Riska Dwi Pratiwi C.0105.20.141
Sri Lestari C.0105.20.148

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BUDI LUHUR

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah “Keperawatan
Medikal Bedah” tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah
SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul “Pneumothorax” dapat diselesaikan karena bantuan banyak


pihak. Kami berharap makalah tentang Pneumothorax dapat menjadi referensi bagi pihak
yang tertarik. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru
setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah bertema Pneumothorax ini masih memerlukan penyempurnaan,


terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi
penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami
memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bandung, Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang

Pneumothorax istilah medis untuk terkumpulnya udara pada rongga pleura, yaitu
rongga tipis yang dibatasi dua selaput pleura di antara paru-paru dan dinding dada. Udara
yang terkumpul pada rongga pleura dapat terjadi akibat adanya celah yang terbentuk akibat
cedera pada dinding dada atau robekan pada jaringan paru-paru. Akibatnya, udara tersebut
dapat menekan paru-paru dan membuat paru-paru menjadi mengempis (kolaps).
Angka kejadian pneumotoraks pada umumnya sulit karena banyak kasus yang tidak
didiagnosis sebagai pneumotoraks karena berbagai sebab. Johnston & Dovnarsky
memperkirakan peristiwa pneumotoraks diangkat antara 2,4-17,8 per 100.000 per
tahun. Beberapa jenis pada pneumotoraks antara lain: laki-laki lebih sering daripada wanita
(4: 1), paling sering pada waktu 20-30 tahun. Tuberkulosis paru merupakan penyebab
pneumotoraks spontan sekunder di beberapa negara berkembang. TB paru prevalensi yang
masih tinggi di Indonesia merupakan faktor penyebab terjadinya Pneumotoraks Spontan
Sekunder (PPS). Sebagian besar adalah penderita Penyakit Paru Obstruktif Menahun
(PPOM). Pada penelitian 34 penderita pneumotoraks spontan sekunder: 20 dengan PPOM, 7
dengan paru TB, 2 dengan sarkoidosis, masing-masing 1 dengan silikosis + paru TB, fibrosis
paru, abses paru, Ca bronkus, penyakit metastasis pleura. Penyakit lain yang berhubungan
dengan pneumotoraks spontan sekunder antara lain asma bronkial, Ca paru, hemosiderosis
paru idiopatik, infark paru, penyakit rheumatoid, skleroderma dan jamur paru.

Pada umumnya, pneumothorax adalah penyakit yang terjadi pada seseorang yang
memilki rentang usia 20-30 tahun, terutama menyerang pada orang dengan postur tubuh
tinggi dan kurus. Kemungkinan terserang pneumothorax dapat diminimalisir jika
menghindari faktor risiko.

Secara umum, pneumothorax terbagi menjadi dua, yaitu pneumothorax primer dan
sekunder. Ketika pneumothorax terjadi pada orang yang sehat tanpa didahului penyakit paru-
paru, kondisi ini disebut pneumothorax primer. Sebaliknya, pneumothorax yang dialami
akibat komplikasi dari penyakit paru-paru disebut pneumothorax sekunder. Selain itu,
berdasarkan penyebabnya, pneumothorax dapat dibagi menjadi pneumothorax trauma yang
disebabkan oleh cedera pada dinding paru-paru atau dada, serta pneumohorax non trauma
yang terjadi secara spontan tanpa diawali cedera.
Seluruh jenis pneumothorax ini merupakan kondisi gawat darurat yang dapat
mengancam nyawa bila tidak ditangani secara cepat, terutama bila terjadi tension
pneumothorax. Tension pneumothorax merupakan kondisi di mana udara yang terkumpul
pada rongga pleura tidak dapat keluar, tetapi udara dari dinding dada dan paru-paru terus
masuk ke rongga tersebut, sehingga akan menekan bukan hanya paru-paru, melainkan juga
jantung.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui secara umum dan keseluruhan mangenai penyakit
pneumothorax agar dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
pneumothorax sebaik mungkin.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami definisi pneumothorax.
b. Untuk mengetahui dan memahami etiologi pneumothorax.
c. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dan patway pneumothorax.
d. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik pneumothorax.
e. Untuk mengetahui dan memahami pengkajian keperawatan pneumothorax.
f. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pneumothorax.

C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi IPTEK
Dapat dijadikan penelitian lebih lanjut sebagai dasar untuk lebih
memantapkan dalam pemberian informasi tentang pengetahuan pasien tentang
upaya pencegahan kekambuhan pneumothorax.
b. Bagi Institusi
Bagi dunia pendidikan keperawatan khususnya institusi Budi Luhur
untuk pengembangan ilmu dan teori keperawatan khususnya mata kuliah
KMB.
c. Bagi Peneliti
Untuk peningkatan pengalaman dan wawasan bagi peneliti sendiri
dalam menganalisa serta sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat
Sebagai bahan pertimbangan untuk tetap berusaha seoptimal mungkin
melaksanakan peran perawat sebagai pendidik dan konselor, untuk memberi
pengetahuan pasien tentang upaya pencegahan kekambuhan pneumothorax.
b. Bagi Masyarakat
Diharapkan hasil makalah ini dapat berguna untuk menambah
pengetahuan, khususnya mengenai pneumothorax. Sebagai bahan masukan
tentang realitas masalah yang mungkin dialami oleh pasien atau orang
terdekatnya.
c. Bagi Peneliti
Lebih Lanjut Diharapkan makalah ini dapat digunakan oleh peneliti
selanjutnya sebagai referensi dalam melakukan penelitian lebih lanjut.
BAB II

PENDAHULUAN

A. Definisi
Pneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapatnya udara padarongga
potensial diantara pleura visceral dan pleura parietal1,2,3. Pada keadaannormal
rongga pleura di penuhi oleh paru-paru yang mengembang pada saatinspirasi
disebabkan karena adanya tegangan permukaaan ( tekanan negatif )antara kedua
permukaan pleura,adanya udara pada rongga potensial di antara pleura visceral dan
pleura parietal menyebabkan paru-paru terdesak sesuai dengan jumlah udara yang
masuk kedalam rongga pleura tersebut, semakin banyak udarayang masuk kedalam
rongga pleura akan menyebabkan paru-paru menjadi kolapskarena terdesak akibat
udara yang masuk meningkat tekanan pada intrapleura.4,5Secara otomatis terjadi juga
gangguan pada proses perfusi oksigen kejaringan atauorgan, akibat darah yang
menuju kedalam paru yang kolaps tidak mengalami proses ventilasi, sehingga proses
oksigenasi tidak terjadi.1,2Pneumothorax adalah adanya udara dalam rongga pleura.
Pneumothoraxdapat terjadi secara spontan atau karena trauma (British Thoracic
Society 2003).Tension pneumothorax disebabkan karena tekanan positif pada saat
udara masukke pleura pada saat inspirasi. Pneumothorax dapat menyebabkan
cardiorespiratorydistress dan cardiac arrest.
Pneumothorax ialah didapatkannya udara didalam kavum pleura (Hendra
Arif,2000) Kolaps paru-paru / pneumothoraks (Pneumothorax) adalah
penimbunanudara atau gas di dalam rongga pleura. Rongga pleura adalah rongga yang
terletakdiantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada.Pneumotoraks
adalah pengumpulan udara atau gas dalam rongga pleura,yang berada antara paru-
paru dan toraks. Pneumotoraks dapat terjadi secara spontan pada orang tanpa kondisi
paru-paru kronis (biasa disebut PneumotoraksPrimer) dan orang dengan penyakit
paru-paru (Pneumotoraks Sekunder). Selainitu, banyak juga ditemui kasus
pneumotoraks yang disebabkan trauma fisik padadada, cedera akibat ledakan atau
komplikasi dari berbagai pengobatan.Udara dapat ke luar dari paru-paru ke rongga
pleura saat kantung udara di paru- paru, atau bulla, meledak. Latihan fisik secara
berlebihan dapat mendorongterjadinya pneumotoraks. Komplikasi kondisi paru-paru
seperti asma dan   juga dapat memicu kondisi ini.Pneumothorax merupakan suatu
kondisi dimana terdapat udara pada kavum pleura. Pada kondisi normal, rongga
pleura tidak terisi udara sehingga paru-parudapat leluasa mengembang terhadap
rongga dada. Udara dalam kavum pleura inidapat ditimbulkan oleh :
1. Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang berasal
darialveolus akan memasuki kavum pleura. Pneumothorax jenis ini disebut
sebagaiclosed pneumothorax. Apabila kebocoran pleura visceralis berfungsi
sebagaikatup, maka udara yang masuk saat inspirasi tak akan dapat keluar
dari kavum pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya, udara semakin lama
semakin banyaksehingga mendorong mediastinum kearah kontralateral
dan menyebabkanterjadinya tension pneumothorax.
2. Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan
antarakavum pleura dengan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih besar
dari 2/3diameter trakea, maka udara cenderung lebih melewati lubang tersebut
dibandingtraktus respiratorius yang seharusnya. Pada saat inspirasi, tekanan
dalam ronggadada menurun sehingga udara dari luar masuk ke kavum pleura
lewat lubang tadidan menyebabkan kolaps pada paru ipsilateral. Saat
ekspirasi, tekanan ronggadada meningkat, akibatnya udara dari kavum pleura
keluar melalui lubangtersebut.Kondisi ini disebut sebagai open pneumothorax.

B. Etiologi disertai sign dan symptoms


Berdasarkan penyebabnya penumotorak dapat dibagi atas:
1. Penumotorak Traumatik
Pneumotorak traumatik yaitu pneumotrak yang terjadi akibat penetrasi ke
dalam rongga pleura karena luka tembus, luka tusuk, luka tembak atau tusukan
jarum.
Pneumotorak traumatik dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
a. Pneumotorak traumatik bukan latrogenik
Peumotorak traumatik bukan latrogenik adalah penumotorak yang terjadi
karena jejas kecelakaan misalnya : jejas dada terbuka / tertutup, barotrauma.
b. Pneumotorak trauma letrogenik
Pneumotorak yang terjadi akibat tindakan oleh tenaga medis
1) Pneumotorak traumatik latrogenik aksidental
Pneumotorak yang terjadi pasa tindakan medis karena kesalahan/
komplikasi tindakan tersebut, misalnya pada tindakan biopsi pleural,
biopsi transbronkial biopsi/ aspirasi paru perkutaneus,barotrauma
Pneumotorak traumatik latrogenik artifisial (deciberate).
Penumotorak yang sengaja dikerjakan dengan cara mengisi udara
kedalam pleura melalui jarum dengan suatu alat Maxuell Box biasanya
untuk terapi tuberkulosis (sebelum era antibiotik) atau untuk menilai
permukaan paru.
2) Pneumotorak spontan
Pneumotorak spontan adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan suatu pneumotorak yang terjadi secara tiba-tiba dan tak
terduga atau tanpa penyakit paru-paru yang mendasarinya, pneumotorak
spontan ini dapat menjadi 2 yaitu:
a) Pneumotorak spontan primer
Pneumotorak spontan primer adalah suatu penumotorak yang
terjadi adanya penyakit paru yang mendasari sebelumnya umumnya
pada individu sehat, dewasa muda, tidak berhubungan dengan
aktivitas belum diketahui penyebabnya.
b) Pneumotorak spontan sekunder
Pneumotorak spontan sekunder adalah suatu penumotorak yang
terjadi adanya riwayat penyakit paru yang mendasarinya
(pneumotorak, asma bronkial, TB paru, tumor paru dll). Pada klien
pneumotorak spontan sekunder bilateral, dengan resetasi
torakoskopi dijumpai metatasis paru yang primernya berasal dari
sarkoma jaringann lunak di luar paru.
2. Sign dan Symptoms
paling umum terjadi saat pneumothorax yaitu kesulitan dalam bernapas serta
nyeri pada bagian dada, terutama saat menarik dan menghembuskan napas.
Adapun beberapa gejala lain yang ditimbulkan dari penyakit ini antara lain:
a. Napas terasa lebih pendek, sesak napas.
b. Nyeri dada di sisi yang sakit.
c. Wajah terlihat pucat.
d. Kulit menjadi biru atau sianosis.
e. Batuk.
f. Berkeringat dingin.
g. Pingsan.
h. Mudah lelah dan jantung berdetak lebih kencang.

C. Patofisiologi dan patway


Pleura secara anatomis merupakan satu lapis mesoteral, ditunjung oleh
jaringan ikat,pembuluh-pembuluh dara kapiler dan pembuluh getah bening, rongga
pleura dibatasi oleh 2 lapisan tipis sel mesotelial, terdiri atas pleura parietalis yang
melapisi otot-otot dinding dada, tulang dan kartilago, diapragma dan menyusup
kedalam pleura dan tidak sinsitif terhadap nyeri. Rongga pleura individu sehat terisi
cairan (10-20ml) dan berfungsi sebagai pelumas diantara kedua lapisan pleura.
Patogenesis pneumotorak spontan sampai sekarang belum jelas.
1. Pneumotorak Spontan Primer
Pneumotorak spontan primer terjadi karena robeknya suatu kantong udara
dekat pleura viseralis. Penelitian secara petologis membuktikan bahwa pasien
pneumotorak spontan yang parunya dipesersi tampak adanya satu atau dua ruang
berisi udara dalam bentuk blab dan bulla.
Bulla merupakan suatu kantong yang dibatasi sebagian oleh pelura fibrotik
yang menebal sebagian oleh jaringan fibrosa paru sendiri dan sebagian lagi oleh
jaraingan paru emfisematus. Blab terbentuk dari suatu alveoli yang pecah melalui
suatu jaringan intertisial kedalam lapisan tipis pleura viseralis yang kemudian
berkumpul dalam bentuk kista. Mekanisme pembentukan bulla/blab belum jelas ,
banyak pendapat mengatakan terjadainya kerusakan bagian apeks paru akibat
tekanan pleura lebih negatif. Pada pneumotorak spontan terjadi apabila dilihat
secara patologis dan radiologis terdapat bulla di apeks paru. Observasi klinik
yangdilakukan pada pasien pneumotorak spontan primer ternyata mendapatkan
pneumotorak lebih banyak dijumpai pada pasien pria berbadan kkurus dan tinggi.
Kelainan intrinsik jaringan konetif mempunyai kecenderungan terbentuknya blab
atau bulla yang meningkat.
Blab atau bulla yang pecah masih belum jelas hubungan dengan aktivitas yang
berlebihan,karena pada orang-orang yang tanpa aktivitas (istirahat) juga dapat
terjadi pneumotorak. Pecahnya alveoli juga dikatakan berhubungan dengan
obstruksi check-valve pada saluran napas dapat diakibatkan oleh beberapa sebab
antara lain : infeksi atau infeksi tidak nyata yang menimbulkan suatu
penumpukan mukus dalam bronkial.
2. Pneumotorak Spontan Sekunder
Disebutkann bahwa terjadinya pneumotorak iniadalah akibat pecahnya blab
viseralis atau bulla pneumotorak dan sering berhubungan dengan penyakit paru
yang medasarinya. Patogenesis penumotorak ini umumnya terjadi akibat
komplikasi asma, fibrosis kistik, TB paru, penyakit-penyakit paru infiltra lainnya
(misalnya pneumotoral supuratif, penumonia carinci).
Pneumotorak spontan sekunder lebih serius keadaanya karena adanya penyakit
yang mendasarinya.

D. Pemeriksaan diagnostik
1. X ray dada
Menyatakan akumulasi udara pada area pleural, dapat menunjukkan
penyimpangan struktur mediastinal.
2. Analisa gas darah
Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi, gangguan
mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. Pa CO2 kadang-kadang
meningkat. Pa O2 mungkin normal atau menurun, saturasi oksigen biasanya
menurun.
3. Foto Röntgen
Gambaran radiologis yang tampak pada foto röntgen kasus pneumotoraks antara
lain.
a. Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akan
tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang
kolaps tidak membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai
dengan lobus paru.
b. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio opaque yang
berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas
sekali. Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak
napas yang dikeluhkan.
c. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium
intercostals melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah.
Apabila ada pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang
sehat, kemungkinan besar telah terjadi pneumotoraks ventil dengan
tekanan intra pleura yang tinggi.
d. Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi keadaan sebagai
berikut.
1) Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam pada tepi
jantung, mulai dari basis sampai ke apeks. Hal ini terjadi apabila
pecahnya fistel mengarah mendekati hilus, sehingga udara yang
dihasilkan akan terjebak dimedia stinum.
2) Emfisema subkutan, dapat diketahui bila ada rongga hitam
dibawah kulit. Hal ini biasanya merupakan kelanjutan dari
pneumomediastinum. Udara yang tadinya terjebak di mediastinum
lambat laun akan bergerak menuju daerah yang lebih tinggi, yaitu
daerah leher. Disekitar leher terdapat banyak jaringan ikat yang mudah
ditembus oleh udara, sehingga bila jumlah udara yang terjebak
cukup banyak maka dapat mendesak jaringan ikat tersebut, bahkan
sampai ke daerah dada depan dan belakang.
3) Bila disertai adanya cairan di dalam rongga pleura, maka akan tampak
permukaan cairan sebagai garis datar diatas diafragma
E. Pengkajian keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesis
Identitas klien yang harus diketahui perawat meliputi nama, umur ,
jenis kelamin, alamt rumah, agama tau kepercayaan, suku bangsa, bangsa yang
dipakai, status pendidikan, dan pekerjaan klien/ asuransi keseahtan
b. Keluhan utama
meliputi sesak napas, bernapas terasa berat pada dada, dan keluhan
susah untuk melakukan pernapasan
c. Riwayat penyakit saat ini
Keluhan sesak napas sering kali datang mendadak dan semakin lama
semakin berat. Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan
dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan. Selanjutnya dikaji apakah ada
riwayat trauma yang mengenai rongga dada seperti peluru yang menembus
dada dan paru, ledakan yang menyebabkan peningkatan tekanan udara dan
terjadi tekanan di dada yang mendadak menyebabkan tekanan dalam paru
meningkat, kecelakaan lalu lintas biasanya menyebabkan trauma tumpul di
dada atau tusukan benda tajam langsung menembus pleura.
d. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit seperti Tb
paru di mana sering terjadi pada pneumotorak spontan
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang mungkin menyebabkan pneumotorak seperti kanker
paru, dan lain-lain
f. Riwayat Psikososial
Pengkajian psikososial meliputi perasaan klien terhadap penyakitnya,
bagaiman cara mengatasinya, serta bagaimana prilaku kien pada tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya.
g. Pengkajian Data Dasar
1) Aktivitas / Istirahat
Gejala : Dispnea dengn aktivitas atau istirahat
2) Sirkulasi
Tanda :
a) Takikardi
b) Frekuensi TAK teratur/ disritmia
c) S3/S4 atau irama gallop (gagal jantung sekunder terhadap efusi).
d) Nadi apikal berpinah oleh adanya penyimpangan mediastinal dengan
tegangan pneumotorak).
e)  Tanda hormon (bunyi renyah sehubungan dengan denyut
jantung,menunjukkan udara dalamm mediatinum).
f) TD : hipotensi atau hipertensi.
g) DVJ
3) Integritas EGO
Tanda : ketakutan,kegelisahan.
4) Maknanan atau cairan
Tanda : adanya pemasangan IV sena sentral atau infus tekanan
5) Nyeri atau kenyamanan
Gejala :
a) Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernapasan,batuk.
b) Timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan pneumotorak
spontan, tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh napas dalam,
kemungkinan menyebabkan keleher, bahu, abdomen efusi pleura).
Tanda :
a) Berhati-hati pada area yang sakit.
b) Perilaku distraksi.
c) Mengkerutkan wajah.
6) Pernapasan
Gejala :
a) Kesulitan bernafas.
b) Bauk, riwayat bedah dada atau trauma, infeksi paru, Ca.
c) Pneumotorak sebelumnya, ruptur episematus bulla spontan, bleb sub
pleural.
Tanda :
a) Pernapasan, peningkatan frekuensi (takipnea).
b) Peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesoris pernapasan pada
dada leher, retraksi iterkostal, ekspirasi abdominal kuat.
c) Bunyi napas menurun atau tidak ada.
d)  Premitus menurun (sisi yang terlibat).
e) Perkusi pada ; Hipersonan di atas area bersih udara.
f) Observasi dan palpasi dada; gerakan dada tidak sama (pardoksik) bila
trauma atau kempes, penurunan pengembangan toraks.
g)  Kulit ;pucat, cianosis, berkeringat, krepitas sub kutan.
h) Mental ; ansietas, gelisah, bingung,pengsan
7) Keamanan
Gejala  :
a) Adanya trauma dada.
b) Radiasi atau kemoterapi untuk keganasan
8) Pemeriksaan
Gejala :
a) GDA : variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi ,
gangguan mekanisme pernapasan dan kemampuan mengkompensasi.
P4CO2 mungkin normal atau menurun, saturasi O2 biasanya menurun.
b) Sinar X dada : Menyatakan akumulasi  udara atau cairan pada era
pleura, dapat menunjukkan penyimpanan struktur mediatinal jantung).
c) Torasentesis : menyatakan darah atau cairan sero anguinora
(hemotorak).
d) HB : Mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah (Marilyn E
Doenges,2000)
h. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologis pneumotorak akan tampak hitam, rata dan paru
yang kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang
paru yang kolaps tidak membentuk garis, tetapi berbentuk lobuler yang sesuai
dengan lobus paru. Adakalanya paru yang mengalami kolaps tersebut, hanya
tampak seperti masa yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan
kolpas paru yang luas sekali. Besarnya kolaps paru tidak selalu berkaitan
dengan berat ringan sesak napas yang dikeluhkan.
Perlu diamati ada tidaknya pendorongan. Apabila ada pendorongan
jantung atau trakhea ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi
pneumotorak ventildengan tekanan intrapleura yang tinggi
i. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan denagan menurunnya
ekspansi paru  sekunder terhadap peningkatan tekanan dalam rongga
pleura.
2) Resiko tinggi trauma pernapasan berhubungan dengan
pemasangan     WSD.
3) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan pada
informasi.

j. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Rasional


1 Ketidakefektifan pola  Identifikasi faktor  Memahami penyebab
pernapasan yang penyebab kolaps dari kolaps paru sangat
berhubungan denagan spontan, trauma penting untuk
menurunnya ekspansi keganasan, infeksi mempersiapkan WSD
paru  sekunder terhadap komplikasi mekanik pada pneumothoraks
peningkatan tekanan pernapasan. dan menentukan untuk
dalam rongga pleura.  Kaji kualitas, intervensi lainnya.
frekuensi, dan  Dengan mengkaji
kedalaman kualitas, frekuensi dan
pernapasan, laporkan kedalaman pernapasan,
setiap perubahan yang kita dapat mengetahui
terjadi. sejauh mana perubahan
 Observasi tanda-tanda kondisi klien.
vital  Peningkatan RR dan
takikardi merupakan
indikasi adanya
penurunan fungsi paru
2 Resiko tinggi trauma  Perhatikan undulasi  Perawat harus yakin apa
pernapasan pada selang WSD. yang menjadi penyebab,
berhubungan dengan  Anjurkan pasien segera periksa kondisi
pemasangan     WSD. memegang selang bila system drainase, dan
ingin mengubah amati tanda-tanda
posisis. kesulitan bernapas.
 Beri penjelasan pada  Menghindari tarikan
klien tentang spontan peda selang
perawatan WSD. yang menpunyai resiko
 Bantu dan ajarkan tercabutnya selang dari
klien untuk rongga dada.
melakukan batuk dan  Meningkatakan sikap
napas dalam yang kooperatif klien dan
efektif. mengurangi resiko
trauma pernapasan.
 Menekan daerah yang
nyeri ketika batuk atau
napas dalam.
3 Kurangnya  Kaji patologi masalah  Informasi penurunan
pengetahuan individu. takut karena
berhubungan dengan  Identifikasi ketidaktahuan.
kurang terpajan pada kemungkinan Memberikan
informasi. kambuh/ komplikasi pengetahuan dasar
jangka panjang. untuk pemahaman
 Kaji ulang tanda/ kondisi dinamik dan
gejala yang pentingnya intervensi
memerlukan evaluasi terapeutik.
medic cepat, contoh  Penyakit paru yang ada
nyeri dada tiba-tiba, seperti PPOM berat dan
dispnea, pernapasan keganasan dapat
lanjut. meningkatkan insiden
 Kaji ulang praktik kambuh.
kesehatan yang baik,  Berulangnya
contoh nutrisi baik, pneumothorak/
istirahat, latihan. hemotorak memerlukan
intervensi medik untuk
mencegah/ menurunkan
potensial komplikasi.
 Mempertahankan
kesehatan umum
meningkatkan
penyembuhan dan dapat
mencegah kekambuhan.

F. Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
a. Biodata Pasien
Nama                             : Tn F
Umur                             :  42 th
Jenis Kelamin                : laki-laki
Agama                           : Islam
Suku / Bangsa                : WNI
Status Perkawinan         : Kawin
Pendidikan                    : SMA
Alamat                           : Jalan Dirgantara no 26 Gresik
Tgl MRS                        : 01-04-2018
Tgl pengkajian               : 01-04-2018, jam 20.30
No Register Medik        : 18040054
Ruang                            : R bedah RS Semen Gresik
Diagnosa Medis             : Pneumothorax
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan Utama
Klien mengatakan sesak nafas, dada terasa berat setelah jatuh dari sepeda
motor karena kecelakaan lalu lintas
2) Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan sesak nafas dada terasa berat, setelah jatuh dari sepeda
motor karena kecelakaan lalu lintas, saat kejadian sadar. Tidak mual dan
tidak muntah, terdapat jejas di dada sebelah kiri. Klien telah terpasang
WSD, dengan tekanan 15 cm/hg,  mengatakan sesak agak berkurang,
tetapi terasa nyeri pada  bagian tengah , nyeri  meningkat saat batuk dan
mengubah posisi
3) Riwayat Kesehatan yang lalu
Tidak ada
4) Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada
c. pemeriksaan fisik / biologis
1) Sistem Pernafasan
RR : 28x/menit, perfusi hangat kering merah, pasien kadang2 batuk,
Saturasi O2 : 98 %
Terpasang WSD dgn tekanan 15 cm/hg
MK : Ketidak efetifan  pola nafas.
Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive  pemasangan
selang dada
2) Sistem Cardiovaskuler
TD : 120/90 mmHg, HR: 92x/menit regular, suhu  : 36,8.°C, Perfusi hkm
CRT<2 det, terpasang iv line pada tangan kanan RL 14tts/menit.
Pergerakan dada simetris.
3) Sistem Persyarafan
GCS 456, composmentis
4) Sistem Urogenital
BAK spontan
5) Sistem Pencernaan
Klien tidak mual dan tidak muntah, makan minum mau
6) Sistem Integumen / musculoskeletal
Klien mengatakan nyeri pada lokasi pemasangan selang, terutama jika
beregrak dan batuk, kekuatan otot normal, terdapat bullow drainage
didada kiri. Expresi nyeri (+), skala 4-5, perfusi hangat, agak
basah,merah. Resiko infeksi
d. Psikologi, Sosial, Spiritual
1) Psikologi       : tidak terganggu
2) Social            : tidak ada masalah
3) Spiritual        : menjalankan ibadah

e. Pemeriksaan penunjang
1) Laborat darah lengkap
2) Foto thorax : pneumothorax
f. Terapi Medis
1) Pemasangan WSD dgn tek 15 cm/hg, observasi produksi drain
2) Pemberian antibiotic Ceftriaxon 2 x 1 gr/hr
3) Pemberian analgesic Santagesik 3 x 1 amp/hr
4) Fisioteraphi nafas
5) Infus RL 14 tts/menit
6) Diet TKTP
g. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan pola nafas bd penurunan ekspansi paru
2) Nyeri akut bd agen cidera fisik: prosedur pembedahan
3) Resiko infeksi bd tindakan invasive pemasangan selang dada (WSD)
h. Analisa Data
No Symptom Problem Etiology
1 DS  : Klien mengatakan ketika Perubahan pola nafas  Penurunan ekspansi paru
melakukan aktivitas  dan
batuk, masih terasa sesak
DO : RR :28 x/menit, perfusi
hangat, agak basah merah, T :
120/90 mmhg, nadi :92x/menit
regular, pergerkan dada
tidak   simeris
2. DS: Klien mengatakan Gangguan rasa Cidera fisik prosedur
nyeri  pada lokasi pemasangan nyaman nyeri Pembedahan
selang,dan terutama jika
bergerak dan batuk  
DO: expresi nyeri (+)
raut        muka agak tegang
        Skala nyeri 4-5
3. DS : Klien mengatakan nyeri Resiko infeksi Tidakan invasive pemasangan
oada lokasi pemasangan slang selang dada
di dada
DO : Klien terpasang WSD
pada pertengahan axial dextra
Obs. T:12/90 mmhg, t: 36,8 C,
Hasil laborat leukosit 10.000
u/L

i. Intervensi Keperawatan
NO Tanggal/Jam Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. 01-04-2018 Perubahan pola Setelah dilakukan Mandiri:
Jam : 20.30 nafas tindakan Setelah 1. Kaji frekuensi kesucian
dilakukan tindakan pernafasan dan
keperawatan selama pembalikan dada. Catat
3x24jam masalah mungkin pernafasan
ketidakefektidan pola termasuk penggunaan otot
nafas berkurang bantu pernafasan /
pelebaran hidung.
Hasil criteria :
2. Auskultasi bunyi nafas
1.  Pola nafas
dan catat adanya bunyi
kembali normal.
nafas seperti krekel,
2. Klien TTV dalam mengi.
batas normal: Rasional: ronki dan
wheezing menyertai
- TD 120/80 mmHg-
obstruksi jalan nafas /
140/90 mmHg
kegagalan pernafasan.
- HR 60-100 kali /
3. Tinggikan kepala dan
menit
bantu mengubah posisi.
- RR 16-20 kali /
4. Observasi pola batuk
menit
dan karakter secret
o
- Suhu 36 - 37,5 
5. Dorong / bantu pasien
dalam nafas dan latihan
batuk.

6. Mampu melatih otot


untuk melatih ekspansi
paru-paru.
Kolaborasi:

1. Berikan oksigen
tambahan

2.Beri humidifikasi
tambahan misalnya:
nebulizer (ventolin)pasien

2 01-04-2018 Nyeri akut bd Setelah dilakukan Mandiri:


agen cidera fisik: efek keperawatan 1. Catat karakteristik
Jam : 20.30 prosedur bedah selama 6 jam nyeri, lokasi, telapak
masalah nyeri dapat tangan, lamanya, dan
teratasi penyebaran

2. Anjurkan pasien atau


Hasil kriteria: keluarga untuk segera
mengirim perawat ketika
1. Nyeri berkurang
terjadi nyeri pada perut.
(skala 2)
3. Lakukan managemen
2. Wajah pelanggan
nyeri:
rileks dan tidak
tampak meringis lagi · Atur posisi klien sesuai
dengan kenyamanan
3. Klien TTV dalam
klien.
batas normal:
· Memberikan ketenangan
- TD 120/80 mmHg-
pada klien dengan
140/90 mmHg
mengurangi rangsang
- HR 60-100 kali / lingkungan dan bekerja
menit dengan tenang

- RR 16-20 kali / · Anjurkan dan ajarkan


menit teknik pernapasan dalam

- Suhu 37,5 o C · Ajarkan distraksi pada


saat merasa nyeri

4. Mengobservasi tanda-
tanda vital dan tanda-
tanda komplikasi.

Kolaborasi:

1. Kolaborasi pemberian
terapi farmakologis
analgetik.

2. Mengobservasi tanda-
tanda efek samping obat

3.Kolaborasikan dengan
dokter jika
3 Resiko infeksi bd Setelah dilakukan Mandiri:
tindakan invasive tindakan 1. Pantau tanda dan gejala
pemasangan keperawatan selama infeksi (suhu, denut
selang (WSD) di 2X24 jam jantung, drainase,
dada diharapkan tidak penampilan luka, sekresi,
terjadi penularan penampilan urin, suhu
infeksi dan tidak kulit, lesi kulit, keletihan
terjadi komplikasi, dan malaise)
dengan ketentuan
2. Faktor Kaji yang dapat
hasil:
meningkatkan reputasi
Tidak ada tanda
terhadap infeksi
infeksi (kalor, dolor,
rubor, tumor, 3. Pantau hasil
fungsiolaesa) laboratorium (hitung
HR 60-100 kali / darah lengkap, hitung
menit granulosit, absolut, jenis
kelamin, serum protein,
- RR 16-20 kali /
albumin)
menit
4. Amati penampilan
- Suhu< 37,5 o C praktek kebersihan
pribadi untuk berekspresi
terhadap infeksi

5. Ganti balutan luka


WSD setiap 3 hari 1 kali.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pneumotoraks merupakan suatu keadaan dimana rongga pleuraterisi oleh
udara, sehingga menyebabkan pendesakan terhadap jaringanparu yang menimbulkan
gangguan dalam pengembangannya terhadap rongga dada saat proses respirasi.
Oleh karena itu, pada pasien sering mengeluhkan adanya sesak napas dan nyeri
dada. Berdasarkan penyebabnya, pneumotoraks dapat terjadi baik secara
spontan maupun traumatik. Pneumotoraks spontan itu sendiri dapat bersifat
primer dan sekunder. Sedangkan pneumotoraks traumatik dapat bersifat
iatrogenik dan non iatrogenik. Dan menurut fistel yang terbentuk, maka
pneumotoraks dapat bersifat terbuka, tertutup dan ventil(tension). Dalam
menentukan diagnosa pneumotoraks sering kali didasarkan pada hasil foto
röntgen berupa gambaran translusen tanpa adanya corakan bronkovaskuler
pada lapang paru yang terkena, disertai adanya garis putih yang merupakan batas
paru (colaps line). Dari hasil röntgen juga dapat diketahui seberapa berat proses
yang terjadi melalui luas area paru yang terkena pendesakan serta kondisi jantung
dan trakea. Pada prinsipnya, penanganan pneumotoraks berupa observasi dan
pemberian O2 yang dilanjutkan dengan dekompresi. Untuk pneumotoraks
yang berat dapat dilakukan tindakan pembedahan. Sedangkan untuk proses
medikasi disesuaikan dengan penyakit yang mendasarinya. Tahap rehabilitasi
juga perlu diperhatikan agar pneumotoraks tidak terjadi lagi.

B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perawat
terhadap pengetahuan perawat dalam penanganan awal pneumothorax
meningkatkan pelayanan keperawatan di ruang.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,
pengalaman, dan wawasan mengenai laporan pendahuluan pneumothorax.
3. Bagi Peneliti
Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi
atau titik tolak tambahan bila diadakan penelitian lebih lanjut khususnya bagi
perawat dalam penanganan pneumothorax.
Daftar pustaka
Herdman, T. Heater dan Kamitsuru, Shigemi (ed). 2014. Diagnosa Keperawatan Jelas &
Klasifikasi 2015-2017, ed ke-10. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Suzan C. smeltzer. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth ed ke-
12.  Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Black, Joyce M dan Hawks, Jane Hokanson. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen
Klinis Untuk Hasil yang Diharapkan.  Elsevier

https://www.alodokter.com/pneumothorax
https://lifepack.id/pneumothorax/
https://www.coursehero.com/file/44819101/LP-PNEUMOTHORAKSdocx/
http://daek-chin.blogspot.com/2014/11/laporan-pendahuluan-pneumothorax.html
https://www.academia.edu/8343269/Pneumothoraks_makalah
Brunner&Suddarth.(2002).Buku ajar keperawatan medikal bedah.(edisi Ke
delapan),volume 2. Jakarta : EGC
https://docplayer.info/73013253-Profesi-_keperawatan-medikal-bedah_cempaka.html
http://beningpandora.blogspot.com/2018/04/asuhan-keperawatan-pneumothorax.html

Anda mungkin juga menyukai