Anda di halaman 1dari 10

PERENCANAAN GROUNDSILL PADA SUNGAI TINGA-TINGA

DESA TUKAD TINGA-TINGA KECAMATAN GEROKGAK


KABUPATEN BULELENG BALI
Anand Wijaya Tungga1, Runi Asmaranto2, Heri Suprijanto2
1Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
2
Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
E-mail: wijayatungga@gmail.com

ABSTRAK: Sungai Tinga-Tinga adalah salah satu sungai yang terletak di Kabupaten
Buleleng, sungai Tinga-Tinga ini tergolong sungai intermitten. Sungai Tinga-Tinga memiliki
luas sub-DAS sebesar 5,7 km2˛dengan panjang sungai ± 5,93 km. Kondisi yang terjadi pada
Sungai Tinga-Tinga yang sering banjir cukup mengganggu sarana dan prasarana di sekitar
sungai, terlebih air yang menggerus tepi sungai. Perhitungan hidrologi menggunakan metode
Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu dengan besar debit Q25th 23,97 m3/dt yang akan
digunakan untuk analisa banjir rancangan dan desain groundsill, analisa Transport Sediment
menggunakan Metode Einstein didapatkan jumlah sedimen yang melintas sebesar 23399,71
m3/tahun sedangkan untuk analisa banjir akan di running dengan menggunakan software
HECRAS 5.0.3. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka direncanakan
bangunan groundsill. Dengan lebar pelimpah 14 m, tinggi main dam 1,5 m, kedalaman
pondasi 1,5 m, dan tebal mercu main dam 1,5 m.
Kata kunci : GroundSill, Sungai Tinga-Tinga, Banjir, Hec-Ras.

ABSTRACT: Tinga-Tinga River is one of the existing rivers located in the Buleleng district,
this river is classified of intermittent river. Catchment Area of Tinga-Tinga River is 5,70
km2 with length of this river is ± 5,93 km. Condition of Tinga-Tinga River was flooded
frequently which quite disturb facilities and infrastructures around the river, the water
activity scoured the river banks. Hydrology calculation was used the Synthetic Unit
Hydrograph of Nakayasu method with large discharge Q25th 23,97 m3/sec to be used for
analysis flood design and will used to design the groundsill, analysis of transport sediment
was used Einstein Method and obtained the number of the sediment load that is passed the
Tinga-Tinga river as much as 23399,71 m3/year and analysis for flood will be running using
HECRAS 5.0.3. Based on the calculation, the groundsill designed dimension as follows with
weir width 14 m, main dam height 1,5 m, depth footing 1,5 m, and main dam thickness 1,5 m.
Keyword: Groundsill, Tinga-Tinga River, Flood, Hec-Ras

PENDAHULUAN alur sungai serta pengamanan terhadap


Sungai Tinga-Tinga merupakan sungai bangunan-bangunan melintang sungai
intermitten, yang mengalirnya air hanya pada Identifikasi masalah yang didapat pada
saat di musim penghujan. Dengan demikian, sungai Tinga-Tinga adalah terjadinya
sungai ini memiliki fluktuasi debit yang besar perubahan alur sungai, dimana hal tersebut
antara kondisi kering dan basah. Kondisi ini berdampak pada kondisi alur sungai. Hal ini
bisa menjadi ancaman yang membahayakan perlu ditangani dengan dilakukannya
pada daerah sekitar alur sungai dan muara. perencanaan groundsill yang bertujuan
Dengan topografi sungai yang bervariasi menahan laju erosi dan sedimentasi yang
dari topografi tinggi ke rendah, dan panjang terjadi di sungai Tinga-Tinga, sehingga
sungai yang tidak terlalu panjang, maka sungai dapat berfungsi dengan baik.
perpindahan kondisi angkutan sedimen juga Maksud dan tujuan yang diharapkan dari
bervariasi dari kondisi aliran sedimen massa studi ini adalah untuk menghasilkan desain
(debris) dengan aliran sedimen butiran bangunan groundsill yang aman dan kokoh
(fluvial). untuk memberikan kontribusi yang berarti
Berubahnya alur dan morfologi sungai dalam sistem pengendali sedimen yang
yang terjadi bisa saja menjadi masalah terjadi pada Sungai Tinga-Tinga, dan juga
terhadap kepemilikan lahan, dan penentuan peran masyarakat dalam menjaga sungai.
TINJAUAN PUSTAKA Log Person Tipe III
Pengisian Data Kosong Tidak ada syarat khusus untuk distribusi
Pada pos hujan terkadang terdapat data ini, disebut log Pearson III karena
yang kosong, maka data pada periode yang memperhitungkan 3 parameter statistik,
kosong tersebut dapat diperkirakan berbasis dengan prosedur perhitugan sebagai berikut
data dari dua pos hujan yang lokasinya (Limantara, 2009, p.61):
berdekatan dengan pos hujan yang terdapat 1. Mengubah data debit/hujan sebanyak n
data periode kosong tersebut. buah (X1, X2, ……Xn) menjadi Log X1,
Uji Konsistensi Data Log X2,……..Log Xn
Hal ini dapat diketahui dengan 2. Menghitung harga rata-rata
menggunakan Uji Regresi Linier Berganda.
Data dianggap konsisten apabila hasil dari R2 LogX = (6)
mendekati 1. (Asdak, 2010, p.310)
3. Menghitung harga Simpangan baku
Metode Rata-rata Hitung
Metode ini paling sederhana dalam
perhitungan curah hujan daerah. Hujan
Sd = (7)
diperoleh dari persamaan berikut (Soemarto,
1987, p.31):
Ri+R2+R3+⋯Rn Ri
R= n
= ∑n1 n (1) 4. Menghitung koefisien kepencengan
Dengan: (dalam log)
R = hujan rata-rata (mm)
R1,R2,… Rn = jumlah hujan masing-masing Cs =
(8)
stasiun yang diamati (mm).
n = banyaknya pos penakar
Distribusi Gumbel 5. Menghitung nilai ekstrim
Dimana sebaran ini mempunyai fungsi Log X = Log X + G*S (9)
distribusi eksponensial ganda sebagai berikut 6. Mencari antilog dari LogX untuk
(Limantara, 2009, pp.58-61): mendapatkan hujan debit banjir rancangan
YT - Yn yang dikehendaki.
X = X + n (2) Uji Smirnov Kolmogorof
Dengan: Sn Langkah-langkah pengujian smirnov
X = nilai ekstrim adalah sebagai berikut (Soewarno, 1995):
X = nilai rata-rata 1. Mengurutkan data (dari besar ke kecil
YT = reduced variate, merupakan fungsi atau sebaliknya) dan juga besarnya
dari probabilitas atau dengan rumus peluang dari data tersebut.
sebagai berikut: 2. Menentukan nilai masing - masing
𝑇𝑟 peluang.
YT = - ln [ ln (𝑇𝑟−1)] ……...(3)
3. Mencari kedua nilai peluang.
Yn = reduced variate mean, rata-rata YT 4. Berdasarkan tabel nilai kritis dapat
merupakan fungsi dari pengamatan ditentukan harga Δcr
n = simpangan baku (standar deviasi) Uji Chi Square
Syarat Distribusi Gumbel: Uji ini digunakan untuk menguji
𝑛 ∑(𝑋𝑖− X ) 3 simpangan yang terjadi secara vertikal
Cs = .............(4)
(𝑛−1)(𝑛−2)𝑆 3 apakah distribusi pengamatan dapat diterima
secara teoritis.
𝑛2 ∑(𝑋− X ) 4
......(5) (Ef − Of ) 2

X =
Ck = (𝑛−1)(𝑛−2)(𝑛−3)𝑆 4 2
(10)
Dengan: Ef
Cs = Koefisien kepecengan Dengan:
Ck = Koefisien puncak X2 = chi-square
S = Simpangan baku Ef = banyaknya pengamatan yang
n = jumlah data diharapkan,
Of = frekuensi yang terbaca pada tr
i
kelas yang sama
Nilai X2 yang terhitung ini harus lebih kecil t
dari harga X2cr (Soewarno, 1995, p.194) O
0.8 tr tg
Derajat kebebasan ini secara umum
dapat dihitung dengan persamaan: lengkung naik lengkung turun
DK = K – ( P + 1 )
Dengan:
DK = derajat kebebasan
Qp
K = banyaknya kelas 2
0.3 Qp
P = banyaknnya keterikatan atau sama 0.3 Q
dengan banyaknya parameter,
Distribusi Hujan Jam-jaman Model
Tp To.3 1.5 To.3
Mononobe
Intensitas curah hujan secara teoritis
menurut Mononobe dapat dirumuskan Gambar 1. Lengkung Debit Hidrograf
sebagai berikut:(Triadmojo, 2008, p.260): Nakayasu
2 Sumber: Lily Montarcih (2009,p.81)
R .  t 
3
Metode Einstein.
R= 24
(11)
Pada metode ini menggunakan D=D35
T 
t
t
untuk parameter angkutan, sedangkan untuk
Dengan: kekasaran menggunakan D65.
Rt = intensitas curah hujan dalam T Hubungan antara probabilitas butiran
jam (mm/jam)
yang akan terangkut dengan intensitas
R24 = curah hujan efektif dalam 1 hari angkutan bed load dijabarkan sebagai berikut
(mm/hari)
(Priyantoro, 1987, p.52):
T = waktu hujan dari awal sampai
s =  (g..D353)1/2
jam ke T (jam)
t = waktu konsentrasi hujan (jam)  = 0.044638+0.36249’ -
untuk Indonesia rata-rata 6 jam 0,2267952+0.0363 ...(16)
Alternating Block Method (ABM) HEC-RAS 5.0.3
Alternating Block Method (ABM) Secara umum HEC-RAS dapat
adalah cara sederhana untuk membuat digunakan untuk menghitung aliran sungai
hyterograph rencana dari kurva IDF (chow et yang berubah perlahan dengan penampang
al. 1998). Hyterograph rencana yang saluran prismatik atau non-prismatik, baik
dihasilkan oleh metode ini adalah hujan yang untuk aliran sub-kritis maupun super-kritis.
terjadi dalam n rangkaian interval waktu Parameter yang dibutuhkan untuk
yang terurut. melakukan analisa data pada HEC-RAS
Hidrograf Satuan Sintesis Nakayasu adalah data geometrik dan data hidrolik.
Untuk menentukan besaran nilai Tp dan Groundsill
nilai T0,3 maka digunakan pendekatan rumus Perencanaan groundsill antara lain
sebagai berikut: sabagai berikut:
Tp = tg + 0,8 tr Perhitungan Dimensi Peluap
T0,3 =  tg Debit desain dihitung berdasarkan
(12)
Tr = (0,5 – 1) tg dengan persamaan sebagai berikut (PD T-12-
(13) 2004.A, 2004, p.9):
Tg dihitung dengan ketentuan sebagai
berikut: Q = 2/15.C. (2.g)1/2.(3.B1 + 2.B2 ) . h33/2
... (17)
Jika C = 0,60
- Sungai dengan panjang alur L  15 km
M2 =0,50
: tg = 0,4 + 0,058 L (14)
rumus menjadi:
- Sungai dengan panjang alur L  15 km : Q = (0,71 h3 + 1,77 B1 ). H32/3 ...(18)
tg =0,21 L0,7 (15)
Q = Qp (1 +  ) ….........….....(19)
Dengan:
Dengan:
tr = Satuan Waktu hujan (jam)
h3 = Tiggi air diatas pelimpah
 = Parameter hidrograf
Q = Debit desain SF geser = faktor keamanan terhadap
B1 = Lebar Pelimpah groundsill geser
Qp = Debit banjir PV = gaya vertikal total (t)
B1 = Lebar Pelimpah groundsill PH = gaya horisontal total (t)
 = Parameter aliran f = koefisien geser
Panjang Kolam Olak Stabilitas Terhadap Guling
Dalam perhitungan menentukan jarak Berikut persamaan untuk menghitung
bendung utama dan Sub dam digunakan stabilitas terhadap pengaruh akibat guling
berdasarkan persamaan sebagai berikut (PD pada groundsill (PD T-12-2004.A, 2004,
T-12-2004.A, 2004, p.7): pp.11-12):
L = lw + X + b2 ………..........(20) X = M/P ....................................(28)

1
e = X – D/2 ..................................(29)
2.(𝐻1+ .ℎ3)
lw = V0 . √ 2 ……….....(21) Pada umumnya besarnya X disyaratkan
𝑔 D/3 < X < D.2/3
SF =  MV / MH .............................(30)
V0 = q 0 / h3 …………..........(22) Dengan:
X = β . hj ………… ...(23) X = jarak dari tumit bending tepi
hj 2 – 1}
= h1 / 2 . { √1 + 8. 𝐹𝑟1……..…...(24) (hulu) sampau ke titik tangkap
h1 = q1/V1 resultan gaya (m)
……..…...(25)
E = jarak dari as sampai ke titik
tangkap resultan gaya (m)
V1 = √2. 𝑔. (𝐻1 + h3) ….... …..(26)
MV = jumlah momen yang menahan
(tm)
Fr1 = V1 / √𝑔. ℎ1 ………....(27) MH = jumlah momen yang
menggulingkan (tm)
Dengan: M = momen total (MV – MH ) (tm)
lw = jarak terjunan (m) PV = gaya vertikal total (t)
X = panjang loncatan air (m) Daya Dukung Tanah Pondasi
b2 = lebar mercu sub dam (m) Berikut persamaan untuk menghitung
q0 = debit per meter pada peluap dimensi peluap pada groundsill (PD T-12-
( m3/det/m ) 2004.A, 2004, p.12):
h3 = tinggi air diatas peluap bendung 1 = (PV /D ). (1+6.e / D) ........(31)
utama (m) 2 = (PV /D ). (1-6.e / D) ........(32)
H1 = tinggi bendung utama dari lantai Dengan:
kolam olak (m) 1 = tegangan vertikal pada ujung
β = koefisien besarnya (4,5-5,0 ) hilir bendung (t/m2)
hj = tinggi dari permukaan lantai
2 = tegangan vertikal pada ujung
kolam olak (permukaan batuan
hulu bendung (t/m2)
dasar ) sampai ke muka air
PV = gaya vertikal total (t)
diatas mercu subdam.
D = lebar dasar bendung utama (m)
h1 = tinggi air pada titik jatuh
E = eksentrisitas resultan gaya yang
terjunan (m)
bekerja ( X- D/2) (m)
q1 = debit aliran per meter lebar pada
X = jarak ujung hulu sampai titik
titik jatuh terjunan (m3/dt/m)
tangkap resultan gaya (m)
V1 = kecepatan jatuh pada terjunan
(m/dt) METODOLOGI
Fr1 = angka Froude aliran pada titik Lokasi Studi
terjunan Lokasi studi yang dikaji pada studi ini
Stabilitas Terhadap Geser adalah Daerah Aliran Sungai (DAS) Tukad
Berikut persamaan untuk menghitung Tinga-tinga dan Tukad Lampah yang berada
stabilitas terhadap pengaruh akibat geser di Kabupaten Buleleng. Sub DAS Sungai
pada groundsill (PD T-12-2004.A, 2004, Tinga-Tinga terletak di Kecamatan
p.12): Gerokgak, pada koordinat 8° 11' 36" - 8° 15'
SFgeser = (f.PV)/PH 42" LS dan 114° 48'38" - 114° 52' 11" BT
Dengan:
dengan luas Sub DAS Sungai Tinga-Tinga Tabel 1. Hasil Perhitungan Data Kosong
sebesar 5,79 Km². Curah Hujan
Tahun Bulan
(mm)
Kondisi Hidrologi Sub DAS Sungai
Tinga-Tinga dengan panjang sungai Januari 130,2

sepanjang 5,93 km dengan luas Sub DAS Februari 64,3


5,70 Km2. Maret 27,0
April 50,5
Mei 2,0
Juni -
2006
Juli -
Agustus -
September -
Oktober -
November 11,5
Desember 56,0
Sumber : Hasil perhitungan
Uji Korelasi Data
Berikut adalah perhitungan untuk Uji
Korelasi Data pada Stasiun Gerokgak
Gambar 2. Peta Tata Guna Lahan Sub-Das terhadap stasiun hujan di sekitarnya:
Tinga-Tinga Tabel 2. Uji Konsistensi Data pada St
Sumber: Hasil perhitungan Gerokgak Terhadap St Sekitar
Komulatif Hujan Tahunan (mm)
Rancangan Penyelesaian Skripsi Tahun
St. Gerokgak St. Sekitar
Langkah-langkah studi yang dilakukan
2004 297 341
adalah:
2005 843 700
1. Uji Konsistensi Data Hujan.
2. Curah Hujan Rerata Daerah. 2006 1230 1041,77

3. Analisa Distrbusi Frekuensi dan Uji 2007 1481 1237,77


Kesesuaian Distribusi Frekuensi. 2008 1722 1571,77
4. Analisa Curah Hujan Rancangan. 2009 1889 1819,27
5. Perhitungan Curah Hujan Jam-Jam an. 2010 2514 2367,77
6. Analisa Debit Banjir Rancangan dengan 2758 2851,27
2011
HSS Nakayasu. 3120 3221,62
2012
7. Analisa Hidrolika Sungai.
2013 3684 3735,37
8. Pengolahan data Sedimen.
9. Desain groundsill. Sumber : Hasil perhitungan
10. Analisa Profil Aliran pada Sungai
dengan Menggunakan Software HEC-
RAS.
11. Selesai.
HASIL DAN PEMBAHASAN
pengisian Data Kosong
Data hujan yang digunakan dalam
analisis hidrologi ini diambil dari tiga stasiun
penakar hujan meliputi Stasiun Hujan
Tangguwisia, Stasiun Hujan Gerokgak,
Berikut perhitungan untuk pengisian Gambar 3. Grafik uji konsistensi st.
data hujan yang kosong yang terjadi pada Gerokgak terhadap stasiun
Stasiun hujan Celukan Bawang pada tahun sekitar
2006: Sumber : Hasil perhitungan
Rata-Rata Hitung rancangan Log Pearson tipe III dan Gumbel
Berikut adalah perhitungan Rata-Rata diterima.
Hitung: Dilihat dari hasil d maks dan d kritis
Tabel 3. Hujan Daerah dengan Metode (dcr) metode Gumbel lebih baik digunakan
Rata-Rata Hitung dari pada Log Pearson III karena hasil d
No Tahun Rerata Tinggi Hujan (mm) maks lebih kecil. Perhitungan selanjutnya
digunakan CH rancangan metode Gumbel.
1 2004 119 Hujan Metode ABM.
2 2005 63,66 Grafik hyterograph berdasarkan hasil
3 2006 141,08 hitungan dengan menggunakan metode ABM
4 2007 54,33 dapat dilihat di Gambar 4.
5 2008 68
6 2009 63,66
7 2010 119,33
8 2011 89,66
9 2012 139
10 2013 101
Sumber : Hasil perhitungan
Distribusi Gumbel
Berikut adalah perhitungan Gumbel:
Tabel 4. Curah Hujan Rancangan
Metode Gumbel
Kala Ulang (Tr) Yt K R rancangan (mm)

-0,136 91,442
Gambar 4. Grafik distribusi curah hujan
2 0,367 efektif kala ulang 2 tahun
5 1,500 1,058 130,482 Sumber : Hasil perhitungan
Hidrograf Satuan Sintesis Nakayasu
10 2,250 1,848 156,332 Berdasarkan hasil perhitungan
25 3,199 2,846 188,990
menggunakan hidrograf satuan sintetis
nakayasu didapatkan hasil debit puncak
50 3,902 3,587 213,218 sebagai berikut:
1. Q2 : 11,596 m3/det
100 4,600 4,322 237,267 2. Q5 : 16,546 m3/det
Sumber : Hasil perhitungan 3. Q10 : 19,824 m3/det
Distribusi Log Pearson III 4. Q25 : 23,966 m3/det
Berikut adalah perhitungan Log Pearson
III:
Tabel 5. Curah Hujan Rancangan
Metode Log Pearson III
Kala Ulang R rancangan
Pr (%) G G . SD
(Tr) (mm)
2 50 0,022 0,003 91,427
5 20 0,847 0,131 122,555
10 10 1,266 0,195 142,219
25 4 1,705 0,263 166,192
50 2 1,984 0,306 183,449
100 1 2,230 0,344 200,211
Sumber : Hasil perhitungan
Uji Smirnov-Kolmogorov dan Chi Square
Dalam perhitungan uji kesesuaian Gambar 5. Grafik Hydrograf Satuan Sintesis
distribusi hujan rancangan metode chi square Nakayasu
dan metode smirnov kolmogorov hujan Sumber : Hasil perhitungan
Perencanaan Groundsill dilakukan perbandingan sebelum dan setelah
Perencanaan bangunan ambang dasar ada bangunan groundsill.
97

atau groundsill diletakan pada patok 79 56.5 Legend

25Jul2018 0000
25Jul2018 2000

(Patok 95 pada HecRas), dimana pada patok 56.0

79 terletak bangunan jembatan, agar pondasi 55.5

jembatan tidak mengalami penurunan tanah. 55.0

Bangunan groundsill berfungsi untuk

Elevation (m)
menjaga agar kemiringan sungai agar dasar 54.5

sungai tidak tergerus secara berlebihan 54.0

Setelah berdasarkan dari hasil 53.5

perhitungan, didapatkan desain groundsill 53.0

dengan dimensi tinggi main dam 1,50 m, 0 10 20 30


Station (m)
40 50 60 70

tinggi jagaan main dam 0,60 m, tebal peluap Gambar 7. Profil Sedimen pada patok 96
main dam 1,50 m, kemiringan hulu main dam Sumber : Hasil perhitungan
95

0,40 m, kemiringan hilir main dam 0,20 m,


56 Legend

25Jul2018 0000
25Jul2018 2000

kemiringan hulu sub dam 0,40 m, kemiringan


55

hilir sub dam 0,20 m, panjang lantai kolam


olak 9 m, dan kedalaman pondasi 1,5 m 54

Elevation (m)
53

52

51
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Station (m)

Gambar 8. Profil Sedimen pada patok 95


Sumber : Hasil perhitungan
94

Gambar 6. Potongan Memanjang groundsill 55 Legend

25Jul2018 0000

Sumber : Hasil perhitungan 54


25Jul2018 2000

Berikut hasil perhitungan stabilitas pada


groundsill pada kondisi normal dan kosong: 53

Stabilitas terhadap guling


Elevation (m)

52

Sf = Mt / Mg > 1,5
Sf = 22,88 / 2,26 51

= 10,102 > 1,5 (aman)


X = (Mt-Mg) / V 50

= 1,41 m 49

= X – 3,65 / 2
0 10 20 30 40 50 60 70 80

e Station (m)

Gambar 9. Profil Sedimen pada patok 94


= 0,42 m
Sumber : Hasil perhitungan
Stabilitas terhadap geser
Dari ketiga gambar sebelumnya
Sf = (f . V) / H
diketahui perbandingan sedimen yang terjadi
= (0,6 . 14,66) / 4,53
antara kondisi eksisting dan kondisi rencana
= 1,94 > 1,5  aman
dimana pada Gambar 7 pada patok 96 yang
Daya dukung tanah yang diizinkan di lokasi
terletak di hulu groundsill diketahui dasar
bendung adalah sebesar 134,38 t/m2
sungai eksisting (garis hitam) tertimbun oleh
Stabilitas terhadap daya dukung tanah
sedimen (garis biru) sehingga berpengaruh
pondasi
pada naiknya elevasi dasar sungai, hal ini
σ1 = [(Pv / D) . { (1 + (6. e /D) }]
berbanding terbalik dengan Gambar 9 pada
= 6,78 t/m2 < 134,38 t/m2 aman patok 94 yang terletak pada hilir groundsill,
σ 2 = [(Pv / D) . { (1 - (6. e /D) }] dimana pada patok tersebut terjadi gerusan
= 1,25 t/m2 < 134,38 t/m2 aman yang cukup dalam sehingga terjadi
Analisa Hidrolika Tinga-Tinga penurunan elevasi dasar sungai hal ini
Menggunakan Program HEC-RAS ditunjukan dengan dasar sungai eksisting
Dari hasil running program HEC-RAS (garis hitam) berada diatas elevasi dasar
kondisi Sungai Tinga-Tinga setelah sungai yang baru (garis biru).
new tinga2 Plan: SEDIMENPLAN 7/25/2018

Tabel 6. Rekapitulasi kondisi Sungai Legend

WS 25Jul2018 0200

Tinga-Tinga dengan Q25th 60


Ground
LOB

ROB

Elevasi Dasar Sungai Selisih


Groun Elevasi
No Patok Eksisting Keterangan
dsill Dasar
(m) Sungai
(m) 55

1 119 75.28 73.065 -2.215 Tererosi

Elevation (m)
2 118 73.876 73.284 -0.592 Tererosi
3 117 72.951 72.762 -0.189 Tererosi
4 116 71.293 71.392 0.099 Sedimentasi 50

5 115 70.483 70.549 0.066 Sedimentasi


6 114 69.426 69.393 -0.033 Tererosi
7 113 68.036 68.115 0.079 Sedimentasi
8 112 66.824 66.907 0.083 Sedimentasi 45

9 111 66.048 66.04 -0.008 Tererosi


10 110 65.243 65.175 -0.068 Tererosi
11 109 64.486 64.475 -0.011 Tererosi 400 500 600 700

12 108 63.297 63.225 -0.072 Tererosi Main Channel Distance (m)

13 107 61.677 61.61 -0.067 Tererosi


14 106 60.769 60.857 0.088 Sedimentasi Gambar 11. Profil Memanjang Sungai
15
16
105
104
60.068
58.833
60.153
58.875
0.085
0.042
Sedimentasi
Sedimentasi
Dengan Groundsill Pada
17
18
103
102
57.815
57.027
57.928
57.04
0.113
0.013
Sedimentasi
Sedimentasi
Kondisi Q25th
19 101 56.329 56.223 -0.106 Tererosi Sumber : Hasil perhitungan
20 100 55.719 55.674 -0.045 Tererosi new tinga2 Plan: 1) SEDIMEN 7/25/2018

21 99 54.494 54.601 0.107 Sedimentasi 56


.025 .025 .025
Legend
22 98 53.504 53.955 0.451 Sedimentasi WS 25Jul2018 0200
23 97 53.084 53.396 0.312 Sedimentasi Ground

24 96 53.018 53.254 0.236 Sedimentasi Bank Sta

25 95 51.2 51.346 0.146 Sedimentasi 55

26 94 50.097 49.003 -1.094 Tererosi


27 93 48.667 48.777 0.11 Sedimentasi
28 92 47.383 47.233 -0.15 Tererosi
54
29 91 46.048 45.973 -0.075 Tererosi
Elevation (m)

30 90 44.952 44.84 -0.112 Tererosi


31 89 44.229 44.19 -0.039 Tererosi
32 88 43.526 43.698 0.172 Sedimentasi 53

33 87 42.814 42.886 0.072 Sedimentasi


34 86 41.79 41.762 -0.028 Tererosi
35 85 40.901 40.936 0.035 Sedimentasi
52
36 84 40.322 40.39 0.068 Sedimentasi
37 83 39.512 39.568 0.056 Sedimentasi
38 82 38.915 38.903 -0.012 Tererosi
39 81 38.476 38.562 0.086 Sedimentasi 51
0 10 20 30 40 50 60 70 80
40 80 37.29 37.386 0.096 Sedimentasi Station (m)

41 79 37.462 37.36 -0.102 Tererosi


42 78 36.327 36.015 -0.312 Tererosi Gambar 12. Profil Eksisting Melintang
43 77 35.418 35.386 -0.032 Tererosi
44 76 33.986 33.991 0.005 Sedimentasi Sungai Patok 94 Pada Kondisi
Sumber: Hasil Perhitungan Q25th
Dari hasil runing dapat dilakukan Sumber : Hasil perhitungan
new tinga2 Plan: SEDIMENPLAN 7/25/2018

analisa perbandingan profil muka air antara 56


.025 .025 .025
Legend

setelah adanya bangunan groundsill dan


WS 25Jul2018 0200
Ground
Bank Sta

kondisi eksisting sebelum adanya bangunan 55

groundsill. Pada profil muka air sungai


secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa 54
Elevation (m)

terjadi perbedaan tinggi muka air antara


53

kondisi eksisting dan kondisi rencana. hasil


dari running input data dapat dilihat dari 52

gambar-gambar berikut.
new tinga2 Plan: SEDIMENPLAN 7/25/2018
80 Legend
51
WS 25Jul2018 0200 0 10 20 30 40 50 60 70 80
Ground Station (m)
LOB

70
ROB
Gambar 13. Profil Melintang Sungai Patok
94 Setelah ad Groundsill Pada
60
Kondisi Q25th
Sumber : Hasil perhitungan
Elevation (m)

50

KESIMPULAN DAN SARAN


40
Dari analisa dan perhitungan, didapat
hal- hal sebagai berikut:
1. Penempatan groundsill diletakkan pada
30
0 200 400 600
Main Channel Distance (m)
800 1000 1200 1400
bagian hilir jembatan Tinga-Tinga
Gambar 10. Profil Eksisting Memanjang sejauh 20 m, agar tidak terjadi
Sungai Dengan Kondisi Q25th penurunan dasar sungai secara
Sumber : Hasil perhitungan berlebihan pada pondasi jembatan
sehingga jembatan Tinga-Tinga tidak dampak negatif yang mengganggu
terganggu fungsinya. fungsi dan kinerja groundsill.
2. Debit desain yang dibutuhkan untuk
perencanaan bangunan Groundsill DAFTAR PUSTAKA
dengan Q25th sebesar 23,96 m3/det. Kementerian Pekerjaan Umum. Desember
3. Bangunan Groundsill direncanakan 2004. PD T-12-2004.A. Kementerian
dengan kriteria lebar pelimpah 14 m, Pekerjaan Umum, Jakarta.
tinggi main dam 1,5 m, lebar main dam Asdak, Chay. 2010. Hidrologi dan
1,5 m, panjang lantai olak 9 m, tebal pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
lantai olak 0,5 m, tinggi sub-dam 0,6 m, Gadjah Mada University Press.
lebar sub-dam 1 m, dan pondasi dengan Yogyakarta.
kedalaman 1,5 m. Montarcih, L. 2009. Hidrologi TSA-2
Selain beberapa kesimpulan di atas, beberapa (Hidrologi teknik Sumber daya Air 2)
saran yang dapat dikemukakan dalam studi .Penerbit Cv Asrori. Malang.
ini adalah; Priyantoro, Dwi. 1987. Teknik Pengangkutan
1. Pembangunan groundsill yang dilakukan Sedimen. Penerbit Cv Asrori. Malang.
memanglah sangat penting untuk Soemarto, C.D. 1995. Hidrologi Teknik.
melindungi bangunan jembatan yang Penerbit Erlangga. Jakarta.
berada di hulu Groundsill dari Soewarno. 1991. Hidrologi Pengukuran dan
tergerusnya pondasi jembatan, oleh Pengelolaan Data Aliran Sungai
karena itu perlunya peran serta (Hidrometri). Penerbit NOVA.
masyarakat dan instansi terkait dalam Bandung.
rangka menjaga operasi dan Soewarno. 2000. Hidrologi Hidrologi
pemeliharaan groundsill. Operasional Jilid Kesatu. Penerbit Citra
2. Perlunya tindakan yang tegas dari Aditya Bakti.Bandung.
pemerintah terkait dengan kegiatan- Triadmodjo, B. 2010. Hidrologi Terapan.
kegiatan yang bisa menimbulkan Penerbit Beta Offset . Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai