Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENELITIAN

MODEL PEMBELAJARAN STUDI ISLAM


DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
(Studi Komparatif Model Baitul Arqam
dengan Reguler)
Zaenal Abidin
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos I, Pabelan Kartasura, Surakarta 57102
Telp. (0271) 717417, 719483 (Hunting) Faks. (0271) 715448

ABSTRAK

Problem yang dihadapi manusia di zaman modern adalah menghendaki


visi dan orientasi pendidikan yang tidak semata-mata menekankan pada
pengisian otak, tetapi pengisian jiwa, pembinaan akhlak dan kepatuhan
dalam menjalankan ibadah. Dunia pendidikan merupakan salah satu
pranata yang terlibat langsung dalam mempersiapkan masa depan umat
manusia. Kegagalan dunia pendidikan dalam menyiapkan masa depan
umat manusia adalah merupakan kegagalan bagi kelangsungan
kehidupan bangsa. Penelitian ini meneliti tentang perbedaan dan
persamaan antara pembelajaran Studi Islam model Baitul Arqam dan
reguler. Pengaruh penerapan strategi pembelajaran model Baitul Arqam
dan reguler terhadap keaktifan dan keterlibatan mahasiswa. Jenis
penelitian yang penulis lakukan ini berupa penelitian lapangan dengan
menggunakan pendekatan kualitatif.
Dari hasil penelitian tersebut dihasilkan kesimpulan bahwa perbedaan
model pembelajaran reguler dan Baitul Arqam terletak pada kegiatan
pembelajaran yang mana pembelajaran reguler masih didominasi oleh
dosen, pembelajarannya tidak mengaktifkan, proses monoton, serta
suasana yang tidak menyenangkan. Sedangkan pembelajaran Baitul
Arqam kegiatan pembelajaran lebih didominasi pada mahasiswa,

Model Pembelajaran Studi Islam di Universitas ... (Zaenal Abidin) 105


pembelajaran sangat enjoy dan menyenangkan, aktif, variatif,
kolaboratif, pembelajaran di luar kelas yang mengembangkan afeksi
dan psikomotorik. Persamaan model pembelajaran reguler dan Baitul
Arqam adalah sama-sama mengembangkan ranah kognitif, untuk
kasus tertentu masih sama-sama perlu ceramah dan indoktrinasi, serta
sama-sama mengejar target kurikulum. Model pembelajaran reguler
mahasiswa cenderung didominasi, pasip, sebagai objek, tidak terlibat,
terabaikan, ditentukan, individual, monoton, kering, posisi kosong.
Model pembelajaran Baitul Arqam mahasiswa cenderung mendomi-
nasi, aktif terlibat, subjek dan objek, diperhatikan, ikut menentukan,
di fasilitasi, saling membelajarkan, sharing, variatif, mengalami,
menumbuhkan talenta. Optimalisasi kematangan berfikir inovatif,
inisiatif, berpotensi, kekeluargaan, implementatif, meminimkan
kejenuhan, membuat mahasiswa belajar.

Kata Kunci: pembelajaran, reguler, Baitul Arqam.

Pendahuluan 7). Berdasarkan uraian tersebut dapat


Pembelajaran adalah masalah dikatakan bahwa pembelajaran itu
urgen dalam mencerdaskan bangsa, penting karena sebagai wahana me-
membangun karakter bangsa, memben- nyiapkan generasi yang berkualitas.
tuk akhlak karimah. Hal ini tergambar Untuk itu pelaksanaan pembelajaran
dalam fungsi dan tujuan pendidikan hendaknya dibedakan pada tiap-tiap
nasional, yaitu bahwa pendidikan nasio- jenjang pendidikan. Perbedaan tersebut
nal berfungsi mengembangkan kemam- dengan mempertimbangkan usia perkem-
puan dan membentuk watak serta bangan mental, dan intelektual. Kebijak-
peradaban bangsa yang bermartabat sanaan dalam perbedaan perlakuan
dalam rangka mencerdaskan kehidupan tersebut jelas berpengaruh terhadap cara
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya berfikir maupun dalam bersikap. Begitu
potensi peserta didik agar menjadi ma- pula pembelajaran di perguruan tinggi,
nusia yang beriman dan bertakwa kepa- peserta didik yang terdiri dari manusia
da Tuhan Yang Maha Esa, serta ber- dewasa dan memiliki dunianya sendiri,
akhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, maka tugas pendidik harus mampu men-
kreatif, mandiri dan menjadi warga ciptakan pembelajaran sesuai dengan
negara yang demokratis serta bertang- dunia peserta didiknya.
gung jawab (UU Sisdiknas; 2003: 6 - Pembelajaran di perguruan tinggi

106 SUHUF, Vol. 21, No. 1, Mei 2009: 105 - 125


adalah pembelajaran orang dewasa. sebagai objek. Mahasiswa datang,
Pendidikan orang dewasa menurut duduk, dengar, catat, hapal dan pulang,
Knowles (2004: 8), disebut pendidikan akhirnya mahasiswa cenderung pasif.
androgogi. Ia menyatakan bahwa andra- Paradigma di atas diabadikan terus-
gogi adalah the art and science of menerus dari dulu sampai sekarang, se-
helping adult learn (seni dan ilmu yang hingga menyebabkan mahasiswa kehi-
berkaitan dengan cara-cara membantu langan kreatifitas dan inisiatif, dan meng-
orang dewasa untuk belajar). Sejak ia akibatkan pembelajaran menjadi ver-
mengungkapkan teori tersebut andra- balis (http: www.deliveri.org/ Guidelines/
gogi makin diperbincangkan oleh how/hml4/hml4 3ihtm: 1 of 9 13/7/2004)
berbagai kalangan khususnya para ahli Berdasarkan asumsi di atas guru
pendidikan. Andragogi berasal dan dan dosen melaksanakan kegiatan
bahasa Yunani kuno aner, dengan akar pembelajaran, dengan mengambil sikap
kata andr yang berarti laki-laki, dan hanya memindahkan pengetahuan dari
agogos yang berarti membimbing atau guru ke siswa. mengisi botol kosong
membina. Istilah lain yang sering diper- dengan pengetahuan, mengkotak-
gunakan sebagai perbandingan adalah kotakkan siswa dan memacu siswa
pedagogic yang ditarik dari kata paid, dalam kompetisi bagaikan ayam aduan
artinya anak dan agogos artinya mem- (Anita Lie, 2002: 3). Sebaliknya,
bimbing atau memimpin. Jadi secara andragogi adalah pendidikan orang
harfiah pedagogi berarti seni atau dewasa yang menempatkan murid sebagi
pengetahuan membimbing atau memim- subjek dari sistem pendidikan. Knowles
pin atau mengajar anak (http :www. (1970: 9) menggambarkan murid sebagai
deliveri.org/Guidelines/how/hml4/hml4 orang dewasa yang diasumsikan memiliki
3ihtm: 1 of 9 13/7/2004). kemampuan aktif untuk merencanakan
Mengingat pengertian pedagogi arah, memiliki bahan, memikirkan cara
adalah seni atau pengetahuan membim- terbaik untuk belajar, menganalisis dan
bing atau mengajar maka penggunaan menyimpulkan, serta mampu mengambil
istilah pedagogi untuk kegiatan pembela- manfaat dari pendidikan. Fungsi guru
jaran bagi orang dewasa jelas tidak tepat. adalah sebagai fasilitator, bukan meng-
Istilah itu mengandung makna yang gurui. Oleh karena itu, relasi antara guru
bertentangan. Ada kecenderungan para dan murid bersifat multi comunication
dosen dalam menyelenggarakan pembe- (http ://www pikiran rakyat.com/cetak/
lajaran masih berpandangan pada aliran 0503/28/ 0803htm, 13/7/2004).
empiris yang menganggap bahwa peserta Dunia pendidikan menuntut manu-
didik dalam kondisi kosong, siap sia untuk berubah dan merubah. Teori
menerima masukan informasi sebanyak- pendidikan dan pelaksanaan kegiatan
banyaknya, mahasiswa diposisikan pembelajaran membuktikan bahwa guru

Model Pembelajaran Studi Islam di Universitas ... (Zaenal Abidin) 107


dan dosen harus mengubah paradigma itu terinternalisasi pada diri peserta didik
pengajaran lama. Pelaksanaan pendi- lebih penting. Oleh karenanya, apabila
dikan perlu menyusun dan melaksanakan ilmu itu teraplikasikan dengan benar, baik
pembelajaran pada pemikiran baru atau dan penuh kesadaran, diharapkan
pemikiran alternatif dimana kegiatan peserta didik dapat berilmu, beramal,
pendidikan adalah suatu proses sosial dan berketerampilan.
yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi Dalam pengamatan sementara,
antar pribadi. Belajar adalah suatu peserta didik lebih diajar dengan sasaran
proses pribadi, dan juga proses sosial atau target pada aspek kognitif sehingga
ketika masing-masing orang berhu- mereka menjadi verbalis, dan dosen
bungan dengan yang lain dan membangun sebatas mengejar target. Majid, A &
pengertian dan pengetahuan bersama Andiyani, D (2005: 176) menyatakan
(Johnson, Johnson dan Smith dalam bahwa perhatian dosen agama lebih
Anita Lie, 2002: 6). Pada dasarnya tertuju kepada struktur kurikulum Studi
proses pendidikan adalah seiring dengan Islam, seperti analisis materi, merumus-
proses kehidupan. Hal ini dikuatkan oleh kan tujuan dari Tujuan Instruksional
pendapat Riberu yang mengatakan Umum (TIU) ke Tujuan Instruksional
bahwa pengetahuan dan teori tentang khusus (TIK) serta berbagai urusan
bagaimana berlari yang baik tentu saja administrasi pengajaran lainnya. Sedang-
akan menambah pemahaman seseorang kan bagaimana visi pemikiran yang
tentang hal ihwal berlari. Akan tetapi dikehendaki para pengembang kuriku-
teori-teori tersebut tidak dapat membuat lum yang tercantum dalam tujuan pendi-
ia menjadi pelari yang baik apabila ia dikan Nasional serta relevansinya dengan
mencukupkan diri dengan teori itu saja, rumusan kompetensi Studi Islam kurang
untuk mencapai hasil yang optimal, ia mendapat perhatian. Dengan demikian
harus mendapatkan kesempatan guna dosen harus mengubah paradigma
mengaplikasikan teori-teori tersebut dan (pandangan) tentang proses pembela-
berlatih berlari tahap demi tahap dengan jaran yang hanya berfokus pada kognisi
perbaikan seperlunya. Hal yang sama (pencapaian target bahan ajar) yang
juga berlaku untuk pembelajaran yang bersifat hafalan, ceramah dan sejenisnya
lain, seperti kemampuan berfikir, kete- dengan pendekatan yang lebih menye-
rampilan bergaul dan manajemen luruh, yaitu dengan menyentuh jiga aspek
(Rooijakker, 1986: xxi) emosional (afektif) dan psikomotor
Keilmuan agama belum cukup (Majid, A dan Andiyani, 2005: 166).
untuk sekedar dikuasai dan menjadi ilmu Tanpa perubahan tersebut, peserta didik
(kognisi) bagi seseorang. Sebab, akan kurang mempunyai bekas pada
mendidik peserta didik dengan mene- aspek afektif, sehingga peserta didik
kankan pada kesadarannya sehingga ilmu yang kritis dari segi kognisi namun

108 SUHUF, Vol. 21, No. 1, Mei 2009: 105 - 125


kecerdasan emosinya kurang terbangun, Bligh (2000) meneliti efektifitas
akan cenderung pada kekerasan, saling ceramah dibanding teknik lainnya,
menyerang, dan begitu mudah menjatuh- kesimpulannya ceramah kurang lebih
kan pilihan yang fatal, kriminal, dan tidak sejajr dengan metode lain dalam me-
asertif. Hal ini ditengarai tidak ada atau nyampaikan informasi tapi kurang efektif
kurangnya pendidikan pada aspek dalam merubah sikap dan mengem-
afeksi. Padahal pendidikan agama tidak bangkan ketrampilan mahasiswa.
berhenti pada sekedar tahu (kognisi) Institut penelitian pendidikan tinggi
belaka, melainkan lebih membangun melaporkan hasil survey di tahun 1990,
pada bidang afeksinya. Penekanan pada 1996 dan 1999 menunjukkan bahwa
kognisi membawa pada skeptisitas 56,5% dosen laki-laki dan 32,3% dosen
pendidikan yang cenderung pada istilah perempuan menggunakan ceramah
islamologi. diperkuliahan S1. Selain ceramah, pada
UU Sistem Pendidikan Nasional subyek penelitian yang sama dilaporkan
No.14 tahun 2005, mengingatkan kita bahwa 67,7% dosen menggunakan
bahwa tujuan pendidikan nasional antara metode diskusi dan 35,5% menggunakan
lain adalah terwujudnya peserta didik, pembelajaran kooperatif (William,
yang tidak hanya cerdas intelektual dan Lammers dan John Murphy, 2002: 54-
emosinya saja tapi juga cerdas keteram- 67).
pilannya dan keahliannya, tidak sekedar Penelitian Triqwell (1974) men-
pada life skill saja tetapi penerapan ilmu deskripsikan perbedaan pendekatan
agamanya, yaitu praktik amaliah. Hal itu yang dipakai dosen dalam mengajar. Ada
disebabkan oleh pemahaman bahwa dua pendekatan utama dalam mengajar
kriteria orang menjadi manusia utuh bila yaitu pembelajaran yang terfokus pada
mampu membangun dirinya dan mem- dosen dan pembelajaran yang terfokus
bangun bangsanya melalui amaliah nyata. pada mahasiswa. Mahasiswa lebih
Artinya manusia utuh apabila terbangun menyukai pendekatan mendalam dalam
imannya secara benar. cara belajarnya dari pada memilih
Pendidikan Islam membentuk pendekatan permukaan (tidak mempe-
setiap peserta didik menjadi orang lajari materi secara mendalam). Mahasis-
beriman, bukan hanya dengan jalan wa yang menggunakan pendekatan
mengajarkan rukun iman kepada peserta mendalam dalam belajarnya lebih bagus
didik, melainkan dengan jalan membe- belajarnya dan mudah memahami per-
rikan peserta didik sesuatu yang diperlu- kembangan baru dan konsep-konsep
kan bagi masuk dan beradanya iman yang canggih (Graham Gibs dan Martin
dalam jiwa peserta didik. Hal ini berarti Coffey, 2004: 87-100).
sasaran atau targetnya adalah pada Penelitian tentang pembelajaran
domain afektif. aktif pernah dilakukan oleh Zaenal

Model Pembelajaran Studi Islam di Universitas ... (Zaenal Abidin) 109


Abidin (2004) yang berjudul Strategi harus menjadi satu kesatuan dalam
Pembelajaran di Perguruan Tinggi pribadi peserta didik, sehingga akan
Optimalisasi Kinerja Dosen dalam menghasilkan manusia muttaqin.
Pembelajaran Aktif di Fakultas Untuk mengarah pembentukan
Agama Islam Universitas Muham- insan taqwa, Universitas Muhammadiyah
madiyah Surakarta. Dalam penelitian Surakarta merubah sistem perkuliahan
tersebut disimpulkan bahwa berbagai Studi Islam I dan II dari bentuk klasikal
upaya dosen Fakultas Agama Islam yang diselenggarakan di masing-masing
dalam penerapan strategi aktif telah fakultas/jurusan/program studi, ke
menumbuhkan suasana pembelajaran bentuk Baitul Arqam di bawah koordinasi
yang merangsang keterlibatan aktif Lembaga Pengembangan Ilmu-ilmu
mahasiswa dalam pembelajaran, se- Dasar (LPID) Bidang Studi Al-Islam dan
hingga dapat dikemukakan tesis bahwa Kemuhammadiyahan (SIK), bertempat
penerapan strategi-strategi pembelajaran di Kampus III (Pondok Muhammadiyah
aktif dapat mengkondisikan aktifitas Hajjah Nuriyah Shabran Universitas
belajar mahasiswa yang berciri: (a) Muhammadiyah Surakarta, Makam
mandiri dan mengarahkan diri, (b) haji). Di pondok ini dikondisikan
partisipasi aktif dalam kegiatan kelom- terciptanya masyarakat beragama yang
pok, (c) bersikap kritis dan kreatif, (d) kondusif untuk membentuk sikap dan
melakukan kolaborasi, (e) berakatifitas prilaku keagamaan, karena selain
dan mengalami (action learning) dan (f) perkuliahan al-Islam dan Kemuham-
melakukan evaluasi diri atau refleksi. madiyahan yang menggunakan strategi
Universitas Muhammadiyah Surakarta pembelajaran alternatif, juga ada ke-
sebagai Perguruan Tinggi Muhammadi- giatan lain, misalnya kajian ’ubudiyah,
yah di Jawa Tengah telah memasuki sholat wajib secara berjama’ah, sholat
usianya yang ke-47, yang di dalamnya sunnah qiyamul lail dan taushiyah,
memiliki potensi besar untuk terus tadarus, kultum (kuliah tujuh menit) oleh
dikembangkan. Memasuki tahun akade- mahasiswa, senam dan tadabbur alam.
mik 2005/2006, salah satu potensi yang Berpijak pada paparan di atas,
dikembangkan adalah al-Islam dan peneliti tertarik untuk meneliti pem-
Kemuhammadiyahan (perkuliahan Studi belajaran model Baitul Arqam, karena
Islam), yang tidak hanya menyentuh melihat bahwa di Perguruan Tinggi
aspek kognitif saja (pengetahuan dan Muhammadiyah baru Universitas Mu-
wawasan integratif terhadap ajaran hammadiyah Surakarta yang berani
Islam), melainkan menyentuh juga aspek menerapkan Pembelajaran dengan
afektif dan psikomotorik (sikap dan Model Baitul Arqam. Di samping itu,
prilaku keagamaan mahasiswa). Dengan peneliti juga tertarik untuk mengkaji
bahasa lain antara iman, islam dan ihsan perbedaan antara pembelajaran model

110 SUHUF, Vol. 21, No. 1, Mei 2009: 105 - 125


Baitul Arqam dengan reguler. Metode Penelitian
Berdasarkan dari judul dan latar 1. Jenis Penelitian
belakang masalah yang disajikan penulis Jenis penelitian yang penulis
diatas, maka penulis merumuskan lakukan ini berupa penelitian lapangan
masalah sebagai berikut: dengan menggunakan pendekatan
1. Apa perbedaan dan persamaan kualitatif, yakni “penelitian yang
antara pembelajaran Studi Islam prosedurnya menghasilkan data
model Baitul Arqam dan reguler ? deskriptif berupa kata-kata yang tertulis
2. Bagaimana pengaruh penerapan atau lisan dari orang-orang dan pelaku
strategi pembelajaran model Baitul yang diamati” (Robert Begdan dan
Arqam dan reguler terhadap ke- Steven J yang dikutip Lexy Moleong,
aktifan dan keterlibatan mahasiswa? 1995: 3).

Tujuan yang hendak dicapai dalam 2. Metode Penentuan Subjek


penelitian ini adalah: Populasi
1. Menjelaskan perbedaan dan per- Populasi adalah “keseluruhan
samaan antara pembelajaran Studi subyek penelitian” (Arikunto, 1992:
Islam model Baitul Arqam dan reguler 102). Populasi merupakan universum
2. Menjelaskan pengaruh penerapan yang dapat berupa orang, benda atau
strategi pembelajaran model Baitul wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti.
Arqam dan reguler terhadap ke- Populasi dapat dibedakan menjadi dua
aktifan dan keterlibatan mahasiswa kategori, yaitu populasi target (target
population) dan populasi survey (survey
Adapun manfaat hasil penelitian population). Populasi target adalah
tersebut adalah: seluruh unit populasi, sedangkan po-
1. Menambah wawasan serta dapat pulasi survei adalah sub unit dari populasi,
memberikan gambaran model pem- survei untuk selanjutnya menjadi sampel
belajaran Baitul Arqam dan reguler penelitian (Sudarwan Danim, 2000: 87).
bagi pelaksanaan pendidikan se- Dalam penelitian mengunakan populasi
hingga dapat mengimplementasikan target dengan mengambil dari peserta
model pembelajaran secara efektif. Baitul Arqam Studi Islam 2 Angkatan 17
2. Dapat memberi sumbangsih pemi- sebanyak 200 mahasiswa yang terbagi
kiran bagi dunia pendidikan nasional menjadi 4 kelas, kemudian setiap kelas
dan meningkatkan kualitas sumber dijadikan subyek penelitian. Teknik
daya manusia seutuhnya, khususnya pengambilan sampelnya yakni dengan
untuk Perguruan-perguruan Tinggi menggunakan sampel total, karena
Muhammadiyah semua kelas relatif homogen baik dari

Model Pembelajaran Studi Islam di Universitas ... (Zaenal Abidin) 111


segi subyek maupun strategi. Sedang dan diteliti secara acak terhadap
subyek dari pembelajaran reguler adalah dosen sesuai jadwal kuliah.
kelas yang sesuai dengan jadwal Studi c. Metode Dokumentasi
Islam 3 di Fakultas Keguruan dan Ilmu Metode Dokumentasi adalah men-
Pendidikan . cari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan transkip,
3. Metode Pengumpulan Data buku, surat kabar, majalah, notulen
Metode yang digunakan dalam rapat, agenda dan sebagainya (Ari-
pengumpulan data adalah sebagai kunto, 1992: 234). Dengan metode
berikut: ini mengambil data tentang profile,
a. Metode Observasi kurikulum, jadwal, daftar fasilitator
Metode observasi adalah penga- dan kebijakan yang telah tertulis di
matan dan pencatatan secara siste- panduan.
matik terhadap gejala yang tampak
pada subyek penelitian. (Handari 4. Metode Analisis Data
Nawawi, 1990: 100). Metode ini Analisis data menurut Lexy J.
untuk mengamati efek dari suatu Moleong adalah “Proses mengatur
trategi dalam sebuah pembelajaran urutan data, mengorganisasikan ke dalam
model Baitul Arqam, sedang untuk suatu pola, kategori dan uraian dasar,
model reguler bersifat acak/insidental sehingga dapat ditemukan tema dan
sesuai jadwal Studi Islam 3. dapat dirumuskan hipotesis kerja yang
b. Metode Interview disaran untuk menganalisis data. (Lexy
Penelitian ini menggunakan metode J. Moleong, 1995: 112). Untuk meng-
interview terpimpin (guided inter- analisis data yang terkumpul penulis
view), yaitu interview yang dilakukan menggunakan analisis data yaitu analisis
oleh pewawancara dengan mem- deskriptif kualitatif. Artinya, data yang
bawa sederetan pertanyaan lengkap muncul berupa kata-kata tertulis atau
dan terperinci (Arikunto, 1992: 127). lisan dari orang atau perilaku yang diamati
Metode Interview ini penulis gunakan yaitu melalui wawancara, observasi, dan
untuk memperoleh data mengenai dokumentasi yang diproses melalui
pembelajaran model Baitul Arqam pencatatan dan lain-lain, kemudian
dengan reguler, respondennya adalah disusun dalam teks yang diperluas (Miles,
dosen Baitul Arqam Studi Islam 2 M.B., and AM. Huberman, 1992:15).
Angkatan 17 sebanyak 200 maha- Data yang diperoleh akan diana-
siswa yang terbagi menjadi 4 kelas, lisis secara berurutan dan interaksionis
kemudian setiap kelas dijadikan yang terdiri dari tiga tahap yaitu: (1)
subyek penelitian. Sedangkan pro- reduksi data, (2) penyajian data, (3)
gram reguler diambil Studi Islam 3 penarikan kesimpulan atau verifikasi.

112 SUHUF, Vol. 21, No. 1, Mei 2009: 105 - 125


(Miles, M.B., and AM. Huberman, dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan
1992: 16). individual adalah pendidikan akal, yakni
Pertama, setelah pengumpulan memberikan rangsangan untuk berkem-
data selesai dilakukan, langkah selanjut- bangnya potensi daya berpikir anak didik
nya adalah reduksi data yaitu menggo- secara maksimal. Adapun pendidikan
longkan, mengarahkan, membuang yang sosial adalah menanamkan kepekaan dan
tidak perlu dan pengorganisasian se- kepeduliaan sosial kepada peserta didik
hingga data terpilah-pilah. Kedua, data terhadap persoalan-persoalan sosial yang
yang telah direduksi akan disajikan dalam menimpa sesama manusia tanpa mem-
bentuk narasi. Ketiga, penarikan kesim- bedakan suku, ras dan agama. Jika hal
pulan dari data yang telah disajikan pada ini dihubungkan dengan kecerdasan yang
tahap kedua dengan mengambil kesim- harus dikembangkan dalam diri peserta
pulan. didik, maka tiga kecerdasan itulah yang
Metode berfikir yang penulis harus diperhatikan, yaitu SQ (Spiritual
gunakan untuk menganalisa penelitian ini Quotient), IQ (Intellectual Quotient),
adalah metode penelitian induktif dan dan EQ (Emotional Quotient). Ketiga-
deduktif. Metode deduktif adalah suatu nya bukan wilayah yang terpisah,
penarikan kesimpulan yang dimulai dari melainkan satu kesatuan yang integral.
pernyataan khusus menuju pada per- Oleh karena itu untuk mencapai hasil
nyataan yang sifatnya umum (Arikunto, pendidikan secara maksimal model
1998: 159). pondok pesantren adalah suatu kenis-
Sedangkan metode induktif yaitu cayaan.
“suatu cara penarikan kesimpulan yang Ketiga dasar pendidikan yang
dimulai dari pernyataan umum menuju diidealkan di atas oleh Ahmad Dahlan
pada pernyataan yang sifatnya khusus” telah diterapkan dalam bentuk lembaga
(Sutrisno Hadi, 1993: 97). pendidikan Qismul Arqa, yang kemu-
dian dikembangkan menjadi Madrasah
Hasil dan Pembahasan Mu’allimin Muhammadiyah dengan
A. Pelaksanaan Baitul Arqam model asrama (pondok). Lembaga ini
K.H Ahmad Dahlan telah mele- tidak lazim pada waktu itu, karena hanya
takkan landasan dasar pendidikan yang dikenal dua model sistem pendidikan,
harus dikembangkan, yaitu pendidikan yakni sistem kolonial (Barat) dan sistem
akhlak, individual, dan sosial. Yang pesantren (Islam). Sistem kolonial
dimaksud pendidikan akhlak adalah menyajikan materi-materi umum (Ilmu
menanamkan sejak dini nilai-nilai ke- Administrasi, berhitung, sosiologi, politik
agamaan yang terpuji kedalam peserta dan antropologi), sementara sistem
didik Muhammadiyah yang terrefleksikan pesantren menyajikan materi-materi
dalam perilaku, sikap dan pemikiran agama Islam (Tafsir, Hadits, Bahasa

Model Pembelajaran Studi Islam di Universitas ... (Zaenal Abidin) 113


Arab, Fiqih, dan Tasawuf), sehingga ada model alternatif yang dapat dipilih untuk
dikhotomi ilmu. Out put dari proses mengurangi kesenjangan antara idealita
pendidikan yang dikhotomik akan dan realitas di atas.
melahirkan peserta didik yang dikho- Proses pendidikan model pondok
tomik juga, kepribadiannya terpecah yang kita beri nama “Baitui Arqam” yang
(split personality). Selain itu pandangan diselenggarakan oleh Universitas Mu-
hidupnya juga bersifat dikhotomik, ada hammadiyah Surakarta ini akan menge-
pemisahan antara dunia dan akhirat. lola social input, maka sistem penga-
Urusan dunia tidak ada hubungan dengan suhan (family experiences) menjadi
akhirat, yang pada akhirnya sampai pada kunci keberhasilan yang insya Allah akan
kesimpulan, bahwa untuk sukses di dunia membawa perubahan. Perubahan yang
tinggalkanlah akhirat atau masalah- kehendaki dalam Baitul Arqam ini adalah
masalah agama. Agama adalah urusan perubahan dalam aspek pengetahuan
individual manusia kepada Tuhan, agama keagamaan, sikap dan perilaku. Peru-
tidak turut ngurusi kehidupan sesama bahan pengetahuan keagamaan dalam
manusia, maka agama tidak boleh masuk bentuk; (1) wawasan yang integrative
kedalam urusan ekonomi, politik, sosial, dan totalitas tentang ajaran Islam
budaya, pendidikan dan lain sebagainya. bersumberkan al-Quran dan al-Hadits;
Berdasarkan pengamalam sejak dan (2) hilangnya dikhotomi ilmu.
tahun 1983 dirasakan bahwa pembela- Adapun perubahan sikap dalam bentuk;
jaran agama yang diterapkan atau (1) tawadhu’; (2) ta’dzim kepada guru;
dilakukan di lingkungan Perguruan Tinggi (3) birrul walidain; dan (4) hormat
Muhammadiyah hanya menyentuh pada kepada yang lebih senior. Sedangkan
aspek kognitifsaja, belum menyentuh perubahan perilaku dalam bentuk; (1)
aspek afektif maupun psikomotorik. tegaknya aqidah islamiyah; (2) kedisi-
Sementara Bloom pernah mengatakan plinan dalam ibadah khusus dan umum;
bahwa manusia memiliki tiga potensi, (3) menghormati dan menghargai orang
yaitu kognisi, afeksi dan psikomotor. lain; (4) kepekaan dan kepedulian sosial;
Disamping itu, ulama salaf dari ahli sunnah (5) patuh dan tunduk terhadap syariat
juga mengatakan bahwa iman itu memiliki Islam dan hukum-hukum yang berlaku
tiga aspek yang menjadi satu kesatuan, di Indonesia; dan (6) memiliki kepri-
yaitu qaul bil lisan (kognitif), tashdiq badian bangsa.
bil qalb (afektif) dan ‘amal biljawarih Untuk mengaktualisasikan tujuam
(psikomotor). Oleh karena itu perlu pembelajaran tersebut diatas memasuki
adanya pembaharuan atau perubahan tahun akademik 2005/2006 yang lalu,
pendekatan dalam pembelajaran. Pendi- Universitas Muhammadiyah Surakarta
dikan model pondok atau asrama dalam telah mengambil kebijakan untuk mela-
bentuk Baitul Arqam tampaknya sebagai kukan perubahan pola pembelajaran

114 SUHUF, Vol. 21, No. 1, Mei 2009: 105 - 125


Studi Islam dan Kemuhammadiyahan Adapun kurikulum yang akan
(Al-lslam dan Kemuhammadiyahan— disampaikan kepada peserta didik dalam
atau sering disingkat AIK), dari pola Baitui Arqam ini meliputi:
perkuliahan model kelas dengan satu
orang dosen, menjadi model Baitui A. Semester 1
Arqam dengan 3 dosen dalam satu 1. Studi Islam I : a. Aqidah, b.
kelas, ditambah Imam dan co. Imam Tauhid c. Rukun Iman sebagai
Training yang memandu kegiatan- Realisasi Kalimat Syahadat d.
kegiatan ibadah. Dari tatap muka 12 kali Akhlak
dalam satu se-mester, menjadi 16 kali 2. Etika dan Mode Berpakaian
selama 4 hari 3 malam. Dengan model Menurut Syareat Islam
BaituiArqam ini, insya Allah lebih efektif, 3. Tata Tertib Mahasiswa UMS
karena penyampaian materi terus 4. Al-Qur’an: a. Tadarus, b. Tafsir
berkelanjutan. 5. Tadabbur Alam
Pendekatan yang digunakan da- 6. Praktek Ibadah: a. Thoharoh, b.
lam proses Baitui Arqam adalah pen- Sholat Wajib, c. Sholat Ber-
dekatan integratif, sehingga ranah yang jamaah, d. Sholat Dhuha, e.
disentuh tidak hanya pada tataran Sholat Lail
intelektual saja, melainkan ranah emo-
sional dan spiritual menjadi bagian yang B. Semester 2
tidak terpisahkan. Kegiatan sholat lail, 1. Studi Islam 2
dhuha, sholat fardhu berjamaah, tadarus a. Ibadah: 1) Thaharah, 2)
merupakan nilai tersendiri dalam Baitui Shalat, 3) Puasa, 4) Zakat,
Arqam ini. Selain itu maha-siswa juga 5) Haji, Umrah dan Qurban
harus membangun kebersamaan di kelas, b. Mu’amalah Dunyawiyah: 1)
asrama, saat makan. Membangun Pernikahan dalam Islam, 2)
kesabaran dan kepedulian saat antri Pembagian Harta Waris, 3)
untuk makan, mandi dan menjaga Bisnis dalam Islam, 4) Lem-
kebersihan, keamanan dan ketertiban baga Keuangan dalam Islam
lingkungan (Buku Panduan Baitul Arqam (Perbankan dan Asuransi).
Mahasiswa, 2006: vi). 2. Pedoman Hidup Islami Mu-
hammadiyah (PHIM)
1. Kurikulum 3. Al-Qur’an: a.Tadarus, b.Tafsir
Mulai tahun akademik 2005/2006 4. Tadabbur Alam
sampai sekarang Universitas Muham- 5. Praktek Ibadah: a. Sholat Ber-
madiyah Surakarta baru dapat menye- jamaah (lanjutan), b. Sholat
lenggarakan Baitui Arqam dalam dua Jenazah, c. Sujud Syahwi, Syu-
semester, yakni semester 1 dan 2. kur, dan Tilawah (Buku Panduan

Model Pembelajaran Studi Islam di Universitas ... (Zaenal Abidin) 115


Baitul Arqam Mahasiswa, 2006: b. Refleksi materi hari 1 sampai hari
4-5) ke 4
c. Presensi
2. Metode dan Strategi Pembe- d. Lembar pemantauan sholat
lajaran e. Lembar pemantauan tadarus
Pembelajaran Baitui Arqam ini f. Lembar pemantauan tadabbur
menggunakan pendekatan POD (Pem- alam
belajaran Orang Dewasa), sehingga 2. Kinerja mahasiswa, meliputi:
mereka diperlakukan sebagai orang a. Partisipasi/keaktifan dalam kelas
dewasa yang mampu mengerjakan b. Sholat
tugas-tugas secara mandiri dan bertang- c. Tadarus
gungjawab (active learning), bahkan d. Kultum
mereka dilibatkan dalam melakukan e. Tadabbur Alam (Buku Panduan
evaluasi dari proses pembelajaran secara Baitul Arqam Mahasiswa, 2006:
aktif. 7)
Strategi pembelajaran yang digu-
nakan sesuai dengan pendekatan orang B. Pelaksanaan Reguler
dewasa, yakni antara lain: lecturing, Pembelajaran reguler yang
questions student have, everyone is a dilakukan di dalam kelas oleh para dosen
teacher here, peer lessons, reading cenderung menggunakan metode
guide, snow balling, information ceramah, yakni cara mengajar dengan
search, concep map, psycall self penuturan secara lisan tentang sesuatu
assesment, card sort, galerijawaban, bahan yang telah ditetapkan dan dapat
power of two, index card math, jigsaw, menggunkan alat-alat bantu, terutama
carousel, Point Counter Point, dan tidak untuk menjawab pertanyaan murid.
true or false (Buku Panduan Baitul Adapun alat-alat bantu dapat berupa :
Arqam Mahasiswa, 2006: 6). gambar, potret, benda, barang tiruan,
film, peta dan sebagainya. (Roestiyah,
3. Sistem Evaluasi 1982: 75)
Sistem evaluasi yang dipakai untuk
menentukan kelulusan mahasiswa dalam 1. Langkah-langkah Dalam Mengguna-
menempuh Studi Islam dan Kemu- kan Metode Ceramah
hammadiyahan model baitul arqam tidak Agar metode ceramah dapat
menggunakan mid dan akhir semester, digunakan sebagai alat komunikasi yang
melainkan sistem portopolio dan kinerja efektif. Maka, sebaiknya kita perhatikan
mahasiswa. Adalah sebagai berikut: langkah-langkah di bawah ini yang pada
1. Portopolio umumnya merupakan langkah yang
a. Resume Materi Kuliah Umum dapat mempertinggi hasil ceramah.

116 SUHUF, Vol. 21, No. 1, Mei 2009: 105 - 125


Langkah-langkah dalam menggu- 4) Dapat diikuti jumlah maha-
nakan ceramah tersebut yaitu: siswa yang besar
a. Tahap Persiapan 5) Mudah menyiapkannya
Tahap dosen untuk menciptakan 6) Dosen mudah menerangkan
kondisi belajar yang baik sebelum dengan baik
mengajar dimulai. b. Kelemahan metode Ceramah
b. Tahap Penyajian 1) Mudah menjadi verbalis
Pada tahap ini, dosen menyampaikan 2) Yang visual menjadi rugi,
bahan ceramah. yang auditif lebih besar
c. Tahap Asosiasi (komparasi) menerimanya
Dosen memberi kesempatan kepada 3) Bila terlalu lama mem-
mahasiswa untuk menghubungkan bosankan
dan membandingkan bahan ceramah 4) Dosen sukar sekali untuk
yang telah diterimanya. Untuk itu pada menyimpulkan bahwa maha-
tahap ini diberikan/disediakan waktu siswa mengerti dan tertarik
untuk tanya jawab dan diskusi. pada ceramahnya ini
d. Tahap Generalisasi atau kesimpulan 5) Memberi pengertian lain
Pada tahap ini, kelas menyimpulkan pada ucapan guru
hasil ceramah. Umumnya mahasiswa 6) Menyebabkan mahasiswa
mencatat bahan yang telah dicera- pasif
mahkan. 7) Tidak memberi kesempatan
e. Tahap Aplikasi/Evaluasi berkembangnya “self activi-
Tahap terakhir ini, diadakan penilaian ty”, “self expression”,
terhadap pemahaman mahasiswa “self selection”
mengenai bahan yang telah diberikan 8) Mahasiswa berkecende-
dosen. Evaluasi bisa dalam bentuk rungan menghafal (Roes-
lisan, tulisan, tugas dan lain-lain. tiyah, 1982: 76).
(Nana Sudjana, 1988: 77)
Dalam hal ini dosen harus menge-
2. Kelebihan dan Kekurangan Metode tahui kelebihan dan kekurangan dari
Ceramah metode ceramah agar dosen dapat
a. Kegunaan /kebaikan metode memanfaatkan kelebihan-kelebihan
Ceramah dalam menggunakan metode ceramah
1) Dosen mudah menguasai dan seoptimal mungkin dapat menutupi
kelas kekurangan-kekurangan metode cera-
2) Mudah dilaksanakan mah, sehingga proses pembelajaran
3) Mudah mengorganisir tem- dapat berjalan sesuai dengan keinginan
pat/kelas dan dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Model Pembelajaran Studi Islam di Universitas ... (Zaenal Abidin) 117


C. Persamaan dan perbedaan pem-belajaran Studi Islam model Baitul Arqam
dan reguler
1. Perbedaan
PEMBELAJARAN
NO URAIAN PEMBELAJARAN BA
REGULER
1. Dosen - Metode yang digunakan - memfasilitasi dalam pembelajaran
ceramah - dosen dan mahasiswa kedua-duanya
- Dosen sukar sekali untuk seubyek dan obyek yang langsung
menyimpulkan bahwa melakukan dan mengalami.
mahasiswa mengerti dan - dosen hanya sebagai
tertarik pada ceramahnya penegas/klarifikasi.
ini. - Personal Aprroach
- Tidak memberi kesem- - Mengambil porsi sedikit pada
patan berkembangnya ”self pengarahan dan klarifikasi
activity”, ”self expressi-
on”, ”self selection”
- Proses transfer of know-
ledge
- Indoktrinasi, generalisasi
- Mendominasi
2. Mahasiswa - Bila terlalu lama merasa - mengajak siswa untuk aktif.
bosan. - belajar untuk memecahkan sebuah
- Memberi pengertian lain permasalahan.
pada ucapan dosen. - mahasiswa merasakan suasana yang
- Menyebabkan mahasiswa menyenangkan, terlibat, melakukan
pasif. kreatif, mendominasi, kekluargaan,
- berkecendrungan mengha- implementatif, membuat mau bela-
fal jar, saling membelajarkan, lebih
- hanya menyentuh unsur terkesan
kognitif saja (rendah) - dilatih untuk selalu bertanya, berpi-
- Objek (kosong) kir kritis dan mengusahakan ke-
- Terabaikan, ditentukan mungkinan jawaban terhadap suatu
masalah.
- dibina berpikir dan bertindak secara
kritis dan kreatif.
- mahasiswa tidak merasa di dekte,
mereka mengembangkan sendiri
- belajar tidak harus tegang tetapi da-
pat dengan santai.
- Menjalin hidup kebersamaan, ke-
mandirian, percaya diri, keseder-
hanaan, kesabaran sesama mahasis-
wa.
- Menyentuh unsure kognitif, afektif
dan psikomotorik.

118 SUHUF, Vol. 21, No. 1, Mei 2009: 105 - 125


3. Strategi - Ceramah - lecturing, questions student have,
- Hafalan everyone is a teacher here, peer
- dosen bertanya, lessons, reading guide, snow balling,
mahasiswa menjawab dan information search, concep map,
sebaliknya psycall self assesment, card sort, ga-
lerijawaban, power of two, index
card math, jigsaw, carousel, Point
Counter Point, dan true or false.
4. Materi - Studi Islam 3 - Studi Islam 1 dan 2, PHIM, Etika dan
Mode Berpakaian sesuai dengan Sya-
riat Islam, TATIB Mahasiswa.
- Studi kasus
5. Proses - mendengar, mencatat - mendengar
- mengalami/melakukan
- learning is fun, humanistic approach,
personal approach dan audio visual
6. Di luar - - Sholat malam, sholat sunnah, sholat
dhuha
kelas
- Membaca al-Qur’an
- Ceramah dan kultum
- Tadabbur alam
- Permainan
(Hasil Observasi, tanggal: 25,26, 27 Desember 2007)

2. Persamaan

PEMBELAJARAN
NO URAIAN PEMBELAJARAN BA
REGULER
1. Ranah - Kognitif - Kognitif
2. Strategi - ceramah - Ceramah
- indoktrinasi - indoktrinasi
3. Target - mengejar kurikulum - mengejar kurikulum

(Hasil Observasi, tanggal: 25,26, 27 Desember 2007)

Program pembelajaran model aktif bila dibandingkan dengan pem-


Baitul Arqam merupakan model ung- belajaran model reguler (wawancara
gulan dan sesuai untuk pembelajaran dengan bapak Jazuli, tanggal 27 Desem-
orang dewasa, dikatakan demikian ber 2007).
karena kelas dalam suasana hidup, Hal ini dikuatkan oleh pernyataan
mahasiswa diperdayakan dengan strategi fasilitator bahwa program Baitul Arqam

Model Pembelajaran Studi Islam di Universitas ... (Zaenal Abidin) 119


sangat bagus karena ditunjang oleh bersifat indoktrinasi nilai secara men-
kemampuan para fasilitatornya dalam dalam sehingga mahasiswa betul-betul
mendinamisir kelas dan dia menambah- meresapi, menghayati nilai-nilai aqidah
kan bahwa fasilitator sebetulnya tidak sehingga mengamalkannya dalam akhlak
selalu semua berada di depan mahasiswa dia menambahkan dengan strategi aktif
karena ini justru akan membebani mental secara umum sudah sesuai, namun
mahasiswa da usahakan kelas dalam menurut Imam Training Baitul Arqam
suasana netral tanpa harus di dampingi sekaligus fasilitator ada beberapa materi
oleh tiga fasilitator (wawancara dengan yang perlu porsi waktu ditambah,
bapak M. Yusron, tanggal 25 Desember contohnya materi pernikahan, bisnis
2007). Hal ini tidak sepenuhnya benar Islam dalam materi ini perlu ada penje-
mengingat bahwa fasilitator adalah tim lasan terhadap hal yang lebih prinsip
yang tugasnya mendampingi mahasiswa (wawancara dengan bapak Nurcholis,
juga para fasilitator saling melengkapi tanggal 27 Desember 2007).
antara kelemahan dan kekurangan Untuk menunjang keberhasilan
diantara ketiga fasilitator, dan pantauan penilaian perlu ditambahkan dengan
dalam berkesinambungan mengingat evaluasi sumatif dan formatif, juga
bahwa penilaian juga di dapat dari ditambahkan oleh fasilitator lain bahwa
keaktifan, inisiatif, keberanian dan perlu adanya strategi meresum dan
spontanitas mahasiswa. meringkas. Efektifitas pembelajaran
Kelas menjadi dinamis tergantung sudah cukup baik, dan sebagai kritik dari
fasilitator dalam memberikan wawasan beberapa fasilitator Baitul Arqam agar
ilmu sehingga tidak harus satu sumber lebih memberdayakan dan mengopti-
buku dan satu pemahaman dari Muham- malkan dosen fakultas bagi jurusan yang
madiyah saja mengingat input mahasiswa kering di Fakultas Agama Islam dan dan
dari berbagai latar belakang organisasi, ditambahkan pula bahwa tenaga fasili-
variatif kemampuan intelektualnya, tator lebih proposional bila diperlakukan
pemahaman yang dibawa dari desa atau sama antara dosen tetap dan dosen tidak
tempat tinggalnya, sehingga mahasiswa tetap, sehingga tidak ada kecemburuan
menjadi paham letak beda dan kebe- tugas kerja dan mengurangi kepadatan
narannya (wawancara dengan bapak M. menjadi fasilitator bagi dosen yang sudah
Yusron, tanggal 25 Desember 2007). Hal menjabat (wawancara dengan bapak
ini dikuatkan juga oleh fasilitator lain Nurcholis dan Jazuli, tanggal 27 Desem-
tentang penggunaan strategi aktif belum- ber 2007). Hal ini baik saja diatur namun
lah cukup sebab ada beberapa materi bila ditelaah ada kesulitan mengingat
yang perlu menggunakan strategi cera- dosen tetap memang sudah cukup sibuk
mah seperti materi aqidah, materi ini pada job kerja di Fakultas yang sudah
menurut dia perlu ada penekanan yang cukup padat. Selain itu ada beberapa

120 SUHUF, Vol. 21, No. 1, Mei 2009: 105 - 125


dosen yang tidak on time di dalam kelas individual, suasana monoton, menjemuk-
sehingga menimbulkan kecemburuan kan, dosen mendominasi, tidak mampu
antar fasilitator serta menjadikan suasana mengembangkan afeksi dan psiko-
kelas kurang kondusif, maka perlu motorik, sedang oreintasinya hanya
adanya komitmen baru (wawancara kognisi belaka (Observasi dengan bapak
dengan bapak Winarno, tanggal 25 Soekari, tanggal 15 Februari 2008).
Desember 2007).
Berdasarkan segi kapasitas kelas D. Pengaruh penerapan strategi
rata-rata menurut beberapa fasilitator pembelajaran model Baitul Ar-
cukup 40 mahasiswa, ini kelas yang qam dan reguler terhadap keak-
cukup untuk menggunakan strategi akitf. tifan dan keterlibatan maha-
Kerja fasilitator perlu adanya disiplin dan siswa.
komitmen baru dalam kebersamaan agar Hasil pembelajaran adalah hasil-
saling sharing, bekerja sama, saling hasil belajar yang diperlihatkannya setelah
melengkapi dan perlu didukung dengan mereka menempuh pengalaman belajar
tambahan alat dan media yang menunjang (proses belajar mengajar) (Sudjana, 1995:
agar LO tercapai (wawancara dengan 2). Untuk mengetahui berhasil tidaknya
bapak M. Bardan, tanggal 26 Desember siswa dalam mencapai tujuan belajar, dapat
2007). dilihat dari prestasi belajarnya “ penilaian
Program pembelajaran model hasil belajar bertujuan melihat kemajuan
Baitul Arqam merupakan model ung- belajar peserta didik dalam hal penguasaan
gulan dan sesuai untuk pembelajaran materi pengajaran yang telah dipelajarinya
orang dewasa, karena memiliki ciri-ciri: sesuai dengan tujuantujuan yang telah
keterlibatan pembelajar secara fisik dan ditetapkan” (Ahmad Rohani dan Abu
mental, suasana pembelajaran yang Ahmadi, 1991: 169).
menyenangkan, suasana yang kolabo- Hasil belajar mahasiswa banyak
ratif, suasana bebas dan kreatif, suasana dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
belajar yang interaktif–partisipatif, berasal dari dirinya (internal) maupun dari
berorientasi pada pemecahan masalah luar dirinya (eksternal). Hasil belajar yang
(problem solving). dicapai siswa pada hakikatnya meru-
Pembelajaran Baitul Arqam meru- pakan hasil interaksi antara berbagai
pakan alternatif pembelajaran aktif yang faktor tersebut. Oleh karena itu, penge-
susai untuk orang dewasa, yang mana hal nalan dosen terhadap faktor yang dapat
itu tidak bisa di dapatkan dari pembe- mempengaruhi hasil belajar siswa penting
lajaran reguler (kelas), karena pembe- sekali artinya dalam rangka membantu
lajaran reguler (kelas) lebih bersifat mahasiswa mencapai hasil belajar yang
paedagosis, yang mana mahasiswa pasif, seoptimal mungkin sesuai dengan ke-
keterlibatan mahasiswa sangat minim, mampuannya masing-masing.

Model Pembelajaran Studi Islam di Universitas ... (Zaenal Abidin) 121


Seorang dosen harus dapat memi- serta suasana yang tidak menye-
lih metode yang paling tepat untuk materi nangkan. Sedangkan pembelajaran
yang akan disampaikan, dengan mem- Baitul Arqam kegiatan pembelajaran
pertimbangkan faktor-faktor yang lebih didominasi pada mahasiswa,
mempengaruhi dengan pemilihan metode pembelajaran sangat enjoy dan
pembelajaran yang sesuai. menyenangkan, aktif, variatif, kola-
Pengaruh penerapan model cera- boratif, pembelajaran di luar kelas
mah pada pembelajaran reguler Bila yang mengembangkan afeksi dan
terlalu lama membosankan, memberi psikomotorik.
pengertian lain pada ucapan dosen, 2. Persamaan model pembelajaran
menyebabkan anak-anak pasif, berke- reguler dan Baitul Arqam adalah
cendrungan menghafal, hanya menyentuh sama-sama mengembangkan ranah
unsur kognitif saja. Sedangkan pengaruh kognitif, untuk kasus tertentu masih
penerapan pembelajaran model Bitul sama-sama perlu ceramah dan
Arqam menambah pengetahuan atau indoktrinasi, serta sama-sama me-
pemahaman dan praktek sekaligus, ngejar target kurikulum.
pembelajaran Baitul Arqam melatih dan 3. Model pembelajaran Baitul Arqam
memotivasi Mahasiswa untuk shalat lima memberi pengaruh kepada maha-
waktu secara berjamaah serta amalan- siswa untuk cenderung mendominasi,
amalan sunnah lainnya. Pembelajaran aktif terlibat, mahasiswa sebagai
Baitul Arqam dapat mengembangkan subjek dan sekaligus objek, maha-
dan memadukan antara akal (kognitif), siswa cenderung diperhatikan, ikut
perasaan (afektif) dan praktek (psiko- menentukan, di fasilitasi, saling
motorik). Para fasilitator dalam meng- membelajarkan, terjadi sharing
gunakan active learning berproses dalam pembelajaran antara fasilitator
menyenangkan dan menyegarkan maha- serta mahasiswa, suasana pembe-
siswa dalam pembelajaran. lajaran variatif, mahasiswa meng-
alami langsung serta menumbuhkan
Simpulan dan Saran talenta. Selain itu pembelajaran
a. Simpulan model Baitul Arqam membangun
Dari pembahasan tersebut diatas optimalisasi kematangan berfikir
diambil kesimpulan bahwa: inovatif, inisiatif, berpotensi, keke-
1. Perbedaan model pembelajaran luargaan, implementatif, meminimkan
reguler dan Baitul Arqam terletak kejenuhan, serta membuat maha-
pada proses kegiatan pembelajaran. siswa belajar.
Pembelajaran reguler masih dido- b. Saran
minasi oleh dosen, pembelajarannya 1. Mengingat efektifitas dan efesiensi
tidak mengaktifkan, proses monoton, pembelajaran Baitul Arqam sangat

122 SUHUF, Vol. 21, No. 1, Mei 2009: 105 - 125


mengena maka program ini perlu dukungan dari beberapa pihak yang
dilanjutkan dan diperbaiki sisi-sisi terlibat dalam kegiatan ini, maka ucapan
kelemahannya, diantaranya perlu terima kasih kami haturkan kepada:
dibangun kembali komitmen para
fasilitator, perlakuan yang propro- 1. Dr. Markhamah, M.Hum. selaku
sional antara fasilitator dengan dosen Ketua Lembaga Penelitian UMS atas
tetap. Bagi mahasiswa perlu ditum- kesempatan yang diberikan kepada
buhkan kesadaran pentingnya Baitul kami, baik yang berupa dana mau-
Arqam karena masih adanya maha- pun saran.
siswa yang merasa terpaksa meng- 2. Dra. Chusniatun, M.Ag., Dekan
ikuti Baitul Arqam Fakultas Agama Islam Universitas
2. Adanya keterbatasan fasilitator dan Muhammadiyah Surakarta, yang de-
mempertimbangkan frekuensi pelak- ngan penuh ketulusan dan semangat
sanaan pembelajaran yang cukup telah memberikan dorongan moril
padat sehingga terjadi kejenuhan dan materiil kepada peneliti dalam
maka perlu ada refreshing dan menyelesaikan penelitian.
menambah personil fasilitator. 3. Dra. Mahasri Shobahiya, M.Ag.,
yang telah berkenan memberikan
Ucapan Terimakasih koreksi dari awal proses sampai
Kegiatan penelitian tidak akan akhir pada penelitian.
berhasil kalau tidak mendapatkan

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zaenal .2004. Strategi Pembelajaran di Perguruan Tinggi Optimalisasi


Kinerja Dosen dalam Pembelajaran Aktif di Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta: Program Pascasarjana
UNS.
Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
________ 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka
Cipta.
Buku Panduan Baitul Arqam Mahasiswa, 2006. Surakarta: Bidang Studi Islam
dan Kemuhammadiyahan LPID-UMS.

Model Pembelajaran Studi Islam di Universitas ... (Zaenal Abidin) 123


Departemen Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. 2003.
Memahami Paradigma Baru Pendidikan Sosial dalam Undang-Undang
SISDIKNAS. Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag.
Graham Gibbs and Martin Coffey, 2004. The Impact of Training of University
Teachers on their Theaching Skills, their approach to teaching and the
approacha ta learning of theis Students. New Delhi : The Isntitute for
Learning ang Teaching in Higher Education and SAGE Publications
Vol.5 (1).
Hadi, Sutrisno. 1993. Metodologi Researsh Jilid I. Yogyakarta: Andi Offset.
http ://www pikiran rakyat.com/cetak/0503/28/ 0803htm, 13/7/2004
http :www.deliveri.org/ Guidelines/how/hml4/hml4 3ihtm : 1 of 9 13/7/2004
http :www.deliveri.org/Guidelines/how/hml4/ hml4 3ihtm : 1 of 9 13/7/2004
E-Learning BPPLSP Regional V. 2007. Androgogi suatu Orientasi Baru. Diakses
pada hari Jum’at, 02 Nopember 2007.http://elearn.bpplsp.reg5.go.id/
cetak.php?id=9
Hikamawan. Rusydi. Androgogi, Pendidikamn untuk Pendewasaan. http://
pelajarislam.wordpress.com/2007/10/23/andragogi-pendidikan-untuk-
pendewasaan/#more-4
http://www.mail-archive.com/buni@yahoogroups.com/msg00157.html
Knowles, Malcon. 1997. The Modern Practice of Adult Education Andragogy
versus Paedagogy. New York: Association Press.
Lexy J. Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.
Lie, Anita, 2002. Cooperative Learning, Mempratekkan Cooperative Learning
di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Majid, Abdul, Dian Andiyani, 2005, Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi, Bandung: Remaja Rosda Karya.
Miles, M.B., and AM. Huberman. 1984. Qualitative Data Analysis. Beverley
Hills: Sage Pub.
An-Nahlawi, Abdurahman. 1991. Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam
dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Bandung: Diponegoro.

124 SUHUF, Vol. 21, No. 1, Mei 2009: 105 - 125


Nasution. 2001. Kurikulum Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Pikiran Rakyat, 25 November 2005
————————-, 30 Juni 2003
Rohani, Ahmad dan Abu Ahmadi. 1991. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta:Rineka
Cipta
Rooijakkers. 1986. Innovative Teaching Strategies. Scottdale: Gorsuch
Scorisbrick Publisher.
Roestiyah. 1982. Didaktik Metodik. Jakarta: Bina Aksara
Danim, Sudarwan. 2000. Metode Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Prilaku. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Sudjana, Nana.1988. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Usman, Uzer dan Lilis Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar
Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
William J. Lammers dan John J. Murpy, 2002, A Profile Teaching Techniques usdi in
the University Classroom. New Delhi : The Isntitute for Learning ang
Teaching in Higher Education and SAGE Publications Vol.3 (1).

Model Pembelajaran Studi Islam di Universitas ... (Zaenal Abidin) 125

Anda mungkin juga menyukai