Anda di halaman 1dari 12

1

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM, PENDAPATAN ASLI DAERAH


DAN SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus pada Kabupaten
dan Kota Se-Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017-2019)

Oleh :
Siti Fadilah
Sutarti, SE, M.Si, Ak
Kristanti Rahman, SE, M. Ak

Program Studi Akuntansi STIE Muhammadiyah Cilacap

Email:
fadilahsiti224@gmail.com
tartisofia@gmail.com
kristantirahman@stiemuhcilacap.ac.id

ABSTRACT
This study aims to determine the effect of the General Allocation Fund (DAU), Regional
Original Revenue (PAD) and Remaining Budget Financing (SILPA) on the Financial Performance of
Regional Governments. The data used in this study is the financial data of the District Government of
Central Java Province. The period used in this study is 3 (three) years, starting from 2017 to 2019.
The sampling technique used is the saturated sampling technique. The type of data used is secondary
data and the total sample used in this study is 35 regencies and cities throughout the province of
Central Java.
Keywords : General Allocation Fund (DAU), Regional Original Revenue (PAD), Remaining Budget
Financing (SILPA) and Regional Government Financial Performance

1. Pendahuluan
Perkembangan daerah di Indonesia khususnya di Provinsi Jawa Tengah semakin
pesat, seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal yang menitik beratkan pada pemerintah daerah untuk meningkatkan
pelaksanaan dan pengelolaan potensi daerah. Halaskova (2016) mengemukakan bahwa
potensi-potensi yang dimiliki daerah memiliki pengaruh pada kualitas dan ruang lingkup
pelayanan kepada masyarakat. Dana Alokasi Umum (DAU) mempunyai peranan yang
penting terutama untuk mencapai efisiensi dan keadilan dalam penyediaan layanan publik
dimana semakin tinggi Dana Alokasi Umum (DAU) yang diberikan pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah semakin tinggi pula pengawasan yang diberikan sehingga
pemerintah daerah akan meningkatkan kinerjanya yang kemudian meningkatkan Kinerja
Keuangan Pemerintah Daerah.
Pemerintah daerah mampu mencapai jumlah pendapatan daerah yang tinggi tentunya
mempunyai ketersediaan jumlah kas yang cukup untuk melakukan pembiayaan kegiatan
program kerja yang telah dianggarkan oleh pemerintah daerah yang bersangkutan, dengan
demikian Pendapatan Asli Daerah (PAD) semakin tinggi maka akan tercipta kinerja
keuangan pemerintah daerah yang baik. Setiap peningkatan Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran (SILPA) yang semakin tinggi dari tahun ke tahun selanjutnya memang disengaja
oleh pemerintah daerah karena dapat membuat pemerintah daerah termotivasi untuk
melakukan investasi guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada tahun
anggaran berikutnya.
2

2. Kajian Pustaka dan Pengembangan Hipotesis


2.1. Dana Alokasi Umum (DAU)
PMK 8/PMK.07/2020 Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang
bersumber dari Pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Formula dan perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU)
disampaikan oleh Menteri Keuangan sebagai bahan penyusunan RAPBN. Tujuan
transfer Dana Alokasi Umum (DAU) adalah sebagai pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah Otonom dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.
Berdasarkan penelitian mengenai Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah yang dilakukan oleh Angelina dan Rasuli (2020) hasilnya
adalah Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1 : Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah

2.2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)


Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan penerimaan yang diperoleh daerah
dari sumber-sumber daerah dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan daerah atau peruundang-undangan yang
berlaku. Sektor pendapatan daerah memegang peranan yang sangat penting, karena
melalui sektor ini dapat dilihat sejauh mana suatu daerah dapat membiayai kegiatan
pemerintah dan pembangunan daerah (Baldric, 2017: 23).
Berdasarkan penelitian mengenai Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap
kinerja keuangan pemerintah daerah yang dilakukan oleh Pratiwi (2018) dimana hasil
penelitian menunjukkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat mempengaruhi kinerja
keuangan pemerintah daerah.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H2 : Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap Kinerja
Keuangan Pemerintah Daerah

2.3. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)


Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) menurut Permendagri Nomor 13
Tahun 2006 lalu diubah dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 adalah selisih
lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran.
Berdasarkan penelitian mengenai Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah yang dilakukan oleh Djuniar (2018)
dimana hasil penelitian menunjukkan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
dapat mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H3 : Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) berpengaruh terhadap
Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
3

2.4. Kinerja Keuangan Daerah


Menurut Fahmi (2018: 142) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang
dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu pemerintah telah melaksanakan dengan
menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja
Berdasarkan pasal 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan
kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah.
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis terakhir dalam penelitian ini adalah :
H4 : Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Sisa
Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) berpengaruh terhadap Kinerja
Keuangan Pemerintah Daerah

2.5. Kerangka Pemikiran

Dana Alokasi Umum


(X1) H1
Kinerja Keuangan
Pendapatan Asli Daerah
H2 Pemerintah Daerah
(X2)
(Y)
H3
Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran
(X3)

H4
Gambar 1. Kerangka Pemikiran

3. Metode Penelitian
3.1. Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah Kabupaten dan Kota Se-Provinsi Jawa
Tengah tahun 2017-2019. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah dari
populasi itu sendiri, berjumlah 35 sampel terdiri dari Kabupaten dan Kota. Metode
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling
jenuh yaitu teknik penentuan sampel yang menjadikan semua anggota populasi
sebagai sampel.
Tabel 1. Populasi Kabupaten dan Kota Se-Provinsi Jawa Tengah
No Kabupaten dan Kota No Kabupaten dan Kota
1 Kab. Banjarnegara 18 Kab. Pekalongan
2 Kab. Banyumas 19 Kab. Pemalang
3 Kab. Batang 20 Kab. Purbalingga
4 Kab. Blora 21 Kab. Purworejo
5 Kab. Boyolali 22 Kab. Rembang
6 Kab. Brebes 23 Kab. Semarang
4

7 Kab. Cilacap 24 Kab. Sragen


8 Kab. Demak 25 Kab. Sukoharjo
9 Kab. Grobogan 26 Kab. Tegal
10 Kab. Jepara 27 Kab. Temanggung
11 Kab. Karanganyar 28 Kab. Wonogiri
12 Kab. Kebumen 29 Kab. Wonosobo
13 Kab. Kendal 30 Kota Magelang
14 Kab. Klaten 31 Kota Pekalongan
15 Kab. Kudus 32 Kota Salatiga
16 Kab. Magelang 33 Kota Semarang
17 Kab. Pati 34 Kota Surakarta
35 Kota Tegal
Sumber: www.jatengprov.go.id (2021)

3.2. Jenis dan Sumber Data


Indrajani (2018:2), data adalah fakta atau observasi mentah yang biasanya
mengenai fenomena fisik atau transaksi data. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder yaitu data laporan realisasi anggaran periode 2017-2019.
Data yang digunakan merupakan data yang diperoleh dari website di
www.djpk.depkeu.go.id. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
adalah dokumentasi. Peneliti mengumpulkan serta mencatat data sekunder berupa
laporan realisasi anggaran.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah
dokumentasi. Peneliti mengumpulkan serta mencatat data sekunder berupa laporan
realisasi anggaran.

3.4. Definisi Operasional Variabel


1. Variabel Dependen
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan pemerintah
daerah. Penelitian ini menggunakan rasio kemandirian. Rumusnya sebagai berikut :
Rasio Kemandirian = Pendapatan Asli Daerah (PAD) x100%
Transfer pusat + Provinsi +Pinjaman
2. Variabel Independen
a. Dana Alokasi Umum (X1)
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari APBN
yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah
untuk mendanai kebutuhan daerah otonom dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Penelitian ini menggunkan Log n karena data terlalu besar
sehingga dijadikan data desimal. Perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU)
menurut PMK 8/PMK.07/2020 dilakukan sebagai berikut:
DAU = Alokasi Dasar + Celah Fiskal
b. Pendapatan Asli Daerah (X2)
Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang sumbernya dari daerah
tersebut. Penelitian ini menggunkan Log n karena data terlalu besar sehingga
dijadikan data desimal.
Perhitungan rumusnya yaitu:
PAD = PD + RD + HPKD + LPADS
5

Keterangan :
PAD = Pendapatan Asli Daerah
PD = Pajak Daerah
RD = Retribusi Daerah
HPKD = Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan
LPADS = Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
c. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (X3)
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) merupakan selisih lebih
realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran.
Penelitian ini menggunkan Log n karena data terlalu besar sehingga dijadikan
data desimal. Perhitungan rumusnya yaitu:
SILPA = Surplus/Defisit Realisasi Anggaran + Pembiayaan Neto
3.5. Metode Analisis Data
Analisis data yang dilakukan adalah analisis kuantitatif yang dinyatakan dengan
angka-angka dan perhitungannya menggunakan metode statistik. Analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian asumsi klasik, analisis statistik
deskriptif, analisis regresi berganda, uji hipotesis dan koefisien determinasi.

4. Hasil dan Pembahasan


4.1. Hasil Penelitian
1. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2018:161) uji normalitas adalah pengujian yang bertujuan
untuk mengetahui apakah variabel independen maupun dependen mempunyai
distribusi yang normal atau tidak.

Gambar 2. Hasil Uji Normalitas


Berdasarkan gambar 2 diatas, dapat dilihat bahwa data menyebar disekitar
garis diagonal pada grafik histogram, hal ini menunjukan bahwa pola berdistribusi
normal. Jadi dapat disimpulkan bahwa berdasarkan grafik P-P Plot, model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2018:107). Model
regresi yang baik sebenarnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen.

Tabel 2. Hasil Uji Multikolinearitas


Model Tolerance VIF
6

Log n Dana Alokasi Umum (DAU) 0,660 1,515


Log n Pendapatan Asli Daerah (PAD) 0,669 1,496
Log n Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 0,879 1,138
(SILPA)
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat hasil Tolerance dan VIF sebagai berikut:
a. Nilai Tolerance Log n DAU sebesar 0,660 > 0,1 dan VIF sebesar 1,515 < 10
b. Nilai Tolerance Log n PAD sebesar 0,669 > 0,1 dan VIF sebesar 1,469 < 10
c. Nilai Tolerance Log n SILPA sebesar 0,879 > 0,1 dan VIF sebesar 1,138 < 10
Berdasarkan nilai Tolerance dari masing-masing variable menunjukan angka
> 0,1 dan nilai VIF masing-masing variable menunjukan angka < 10. Hal ini
menunjukan tidak multikolinearitas antar variabel.

3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2018:111).
Tabel 3. Hasil Uji Autokorelasi
Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-
Square the Estimate Watson
1 0,962a 0,926 0,924 3,35344 1,063
Sumber: Data yang diolah
Hasil output SPSS menunjukan bahwa nilai DW sebesar 1,063. Angka ini
lebih besar dari 1 dan lebih kecil dari 3. Secara ringkas: 1 < 1,063 < 3 karena
nilai DW berada di antara dua angka Batasan autokorelasi, kesimpulannya yaitu
tidak terjadi autokorelasi pada model regresi.

4. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2018:137) uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual
suatu pengamatan ke pengamatan lain. Apabila varians dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan apabila
berbeda disebut heteroskedastisitas.

Gambar 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas


Berdasarkan Gambar 3, grafik scatterplots terlihat titik-titik mengumpul
hanya di atas dan di bawah, maka dapat disimpulkan terjadi heteroskedastisitas
yang berarti bahwa variasi variabel tidak sama untuk semua pengamatan.

5. Analisis Statistik Deskriptif


7

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi tentang


data setiap variabel-variabel penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini.
Data yang dilihat adalah jumlah data, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-
rata (mean), dan standar deviasi. (Ghozali, 2018:19).
Tabel 4. Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif
Model N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Log n DAU 105 26,81 27,99 27,5626 0,30035
Log n PAD 105 25,91 28,36 26,5988 0,39842
Log n SILPA 105 24,42 26,87 25,8497 0,49829
RASIO 105 10,60 82,69 22,7999 12,16311
KEMANDIRIAN
Valid N (listwise) 105
Sumber: Data yang diolah
Analisis statistik deskriptif dengan variabel Rasio Kemandirian yang
menghasilkan rata-rata sebesar 22,7999. Nilai terendah sebesar 10,60. Nilai
tertinggi sebesar 82,69 dan nilai standar deviasi sebesar 12,16311.
Nilai rata-rata Log n Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar 27,5626. Nilai
terendah sebesar 26,81. Nilai tertinggi sebesar 27,99 dengan standar deviasi sebesar
0,30035.
Nilai rata-rata Log n Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 26,5988. Nilai
terendah sebesar 25,91. Nilai tertinggi sebesar 28,36 dengan standar deviasi sebesar
0,39842.
Nilai rata-rata Log n Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) 25,8497.
Nilai terendah sebesar 24,42. Nilai tertinggi sebesar 26,87 dengan standar deviasi
sebesar 0,49829.

6. Analisis Regresi Berganda


Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Model Koefisien Regresi t. Sig.
hitung
Konstanta 59,702 1,890 0,062
Log n DAU -34,459 -25,575 0,000
Log n PAD 34,662 34,339 0,000
Log n SILPA -0,352 -0,500 0,618
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan tabel 5, dapat dibuat persamaan regresi linier berganda sebagai
berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
KKPD = 59,702 - 34,459 DAU + 34,662 PAD - 0,352 SILPA
Keterangan:
KKPD = Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
DAU = Dana Alokasi Umum
PAD = Pendapatan Asli Daerah
SILPA = Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran

7. Uji Signifikan Parsial (Uji t)


Uji statistik t dilakukan untuk dapat mengetahui pengaruh masing-masing
variabel independen pada variabel dependen. Apabila nilai probabilitas
signifikansinya (sig) lebih kecil dari 0,05 maka variabel independen tersebut secara
parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis akan diterima jika taraf
sig < 0,05 dan hipotesis ditolak jika taraf sig > 0,05.
8

Tabel 6. Hasil Uji Parsial (Uji t)


Model Unstandaedized Standarid t. Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
Konstanta 59,702 31,584 1,890 0,062
Log n DAU -34,459 1,347 -0,851 -25,575 0,000
Log n PAD 34,662 1,009 1,135 34,339 0,000
Log n SILPA -0,352 0,704 -0,014 -0,500 0,618
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan Tabel 6, maka dapat dijelaskan masing-masing hipotesis sebagai
berikut:
a. Hipotesis (H1)
Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh nilai signifikansi dari Dana
Alokasi Umum (DAU) sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari taraf
signifikansi 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah.
b. Hipotesis (H2)
Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh nilai signifikansi dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari taraf
signifikansi 0,05 maka H0 ditolak dan H2 diterima. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah.
c. Hipotesis (H3)
Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh nilai signifikansi dari Sisa
Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) sebesar 0,618 yang berarti lebih kecil dari
taraf signifikansi 0,05 maka H0 diterima dan H3 ditolak. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) tidak
berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.

8. Uji Signifikan Simultan (Uji F)


Uji statistik F dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan semua variabel
bebas dimasukkan dalam model yang memiliki pengaruh secara Bersama terhadap
variabel terikat. Apabila nilai probabilitas signifikansinya (sig) lebih kecil dari taraf
signifikansi 0,05 maka variabel independen tersebut secara parsial berpengaruh
terhadap variabel dependen. Hipotesis akan diterima jika taraf sig < 0,05 dan
hipotesis ditolak jika taraf sig > 0,05.
Tabel 7. Hasil Uji Simultan (Uji F)
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
1 Regression 14250,091 3 4750,030 422,391 0,000a
Residual 1135,803 101 11,246
Total 15385,894 104
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diperoleh nilai signifikansi sebesar
0,000 yang berarti lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05, maka H0 ditolak dan H4
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Dana Alokasi Umum (DAU),
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
secara simultan berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.
9. Koefisiensi determinasi (R2)
9

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan


modal dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai koefisien determinasi
adalah antara 0 sampai 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan-kemampuan
variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel depanden amat terbatas.

Tabel 8. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)


Model R R Square Adjusted R Std, Error of
Square The Estimate
1 0,962a 0,926 0,924 3,35344
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan tabel 8 diatas, nilai Adjusted R Square menunjukan angka 0,924,
hal ini berarti bahwa variabel independen dalam penelitian ini yaitu Dana Alokasi
Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran (SILPA) mempengaruhi variabel dependen 92,4% sedangkan 7,6%
dijelaskan oleh faktor lain.
4.2. Pembahasan
1. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Kinerja Keuangan
Pemerintah Derah
Dana Alokasi Uumum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Terdapat keterikatan yang sangat erat antara transfer dari Pemerintah Pusat dengan
kinerja keuangan pemerintah daerah yaitu kecenderungan dimana daerah lebih
mengandalkan penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU) daripada Pendapatan Asli
Daerah (PAD) untuk kepentingan pembiayaan daerah menunjukkan bahwa tingkat
kinerja Keuangan Pemerintah tersebut dipengaruhi oleh Dana Alokasi Umum
(DAU). Hasil perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU) yaitu 0,000 yang berarti
lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh terhadap
Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.
2. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah
Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber pendapatan yang bersih yang berhak
diakui pemerintah daerah yang mana pemerintah daerah berwenang dan memiliki
kebebasan dalam hal mengelola sumber pendapatan yang berasal dari daerahnya
sendiri. Semakin tinggi penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari Pajak
Daerah, Retribudi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan,
dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah maka menunjukkan kemampuan
suatu daerah dalam mengelola dan optimalisasi potensi dan sumber pendapatan
suatu daerah tersebut sehingga akan memaksimalkan penerimaan pemerintahan
daerah yang nantinya akan berdampak pada Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
yang semakin baik.
Hasil perhitungan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu 0,00 yang berarti
lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 maka H0 ditolak dan H2 diterima. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh
terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.
3. Pengaruh Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) Terhadap Kinerja
Pemerintah Daerah
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) merupakan sisa lebih pembiayaan
anggaran tahun berkenan yaitu selisih antara surplus/defisit anggaran dengan
pembiayaan netto. Dalam APBD angka Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
10

ini harusnya sama dengan nol. Yang artinya bahwa penerimaan pembiayaan harus
dapat menutup defisit anggaran yang terjadi, sehingga seluruh anggaran terserap
dengan baik dan dapat meningkatkan kinerja pemerintah daerah.
Hasil perhitungan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) yaitu 0,618
yang berarti lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 maka H0 diterima dan H3
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
(SILPA) tidak berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.
4. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) secara simultan terhadap Kinerja
Keuangan Pemerintah Daerah
Berdasarkan hasil perhitungan tabel 7, diperoleh nilai sebesar 0,000 yang
berarti lebih kecil dari taraf signifikansi sebesar 0,05 maka H0 ditolak dan H4
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Dana Alokasi Umum (DAU),
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
secara simultan berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah.
Penelitian ini menunjukan bahwa Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
dipengaruhi oleh Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Sisa Lebih
Pembiayaan Anggaran (SILPA). Berdasarkan hasil koefisien determinasi
menunjukan angka 0,924, hal ini berarti bahwa variabel independent dalam
penelitian ini yaitu Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) memiliki kontribusi sebesar 92,4%.

5. Kesimpulan dan Saran


5.1. Kesimpulan
1. Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah
Kabupaten Se-Provinsi Jawa Tengah Periode 2017-2019.
2. Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan
Pemerintah Kabupaten Se-Provinsi Jawa Tengah Periode 2017-2019.
3. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) tidak berpengaruh terhadap Kinerja
Keuangan Pemerintah Kabupaten Se-Provinsi Jawa Tengah Periode 2017-2019.
4. Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Sisa Lebih
Pembiayaan Anggaran (SILPA) secara simultan berpengaruh terhadap Kinerja
Keuangan Pemerintah Kabupaten Se-Provinsi Jawa Tengah Periode 2017-2019.

5.2. Saran
1. Bagi Instansi
Pemerintah daerah selaku yang berwenang dalam mengelola keuangan daerah
diharapkan dapat mempertahankan dan lebih meningkatkan penerimaan Pendapatan
Asli Daerah melalui intensifikasi yaitu dengan pembinaan, dan ekstensifikasi yaitu
dengan penggalian potensi, karena Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penentu
kemandirian daerah.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan rasio lain selain Rasio
Kemandirian Keuangan Daerah dalam mengukur Kinerja Keuangan Pemerintah
Daerah.

Refrensi
11

[1] Abdullah, Dri Asmawanti dan Febriansyah. 2015. Pengaruh Pendapatan Asli
Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Se-Sumatera Bagian Selatan. Jurnal Akuntansi,
Vol.3, No. 1. Universitas Bengkulu.
[2] Al-Latief, M. Abduh. 2018. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi
Umum(DAU), Dana Bagi Hasil (DBH) dan Fiscal Stress terhadap Kinerja
Keuangan pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Wilayah Sumatera Bagian Utara.
Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
[3] Antari, Ni Putu Gina Sukma dan Ida Bagus Panji Sedana. 2018. Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah
Daerah. E-Jurnal Manajemen, Vol. 7, No. 2. Universitas Udayana.
[4] Bastian, Indra, 2006. Sistem Akuntansi Sektor Publik, Edisi Pertama, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.
[5] Budianto dan Stanly W. Alexander. 2016. Pengaruh PAD dan Dana Perimbangan
terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sulawesi Utara.
Jurnal, Vol.4 No.4 : 2303-1174. Universitas Sam Ratulangi, Manado.
[6] Djuniar, Lis. 2018. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Belanja Modal dan
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) terhadap Kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten / Kota Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal, Vol. 3, No. 2. Universitas
Muhammadiyah Palembang.
[7] Farida, Dessy Noor, dkk. 2019. “The Effect of Regional Original Income and
Balance Funding on Regional Government Financial Performance.” Journal of
Islamic Accounting and Finance Research. 1 (1): 25-45.
[8] Iqbal, Muhammad dan Nina Mulyani. 2016. Pengaruh Dana Bagi Hasil (DBH)
Pajak dan Belanja Operasi terhadap Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) di
DPPK Kabupaten Bandung. Jurnal Ilmiah Akuntansi, Vol. 7, No. 1. Universitas
Bale Bandung.
[9] Lazyra. 2016. “Analisis Rasio Keuangan Daerah dalam Menilai Kinerja Keuangan
Pemerintah Kota Medan”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
[10] Liantino, Wita. 2018. “Analisis Rasio Keuangan Daerah dalam Menilai Kinerja
Keuangan pada Kantor Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan
Aset Daerah (BPPKAD) Di Kota Surakarta. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
[11] Pratiwi, Tri Yuni. 2018. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan
Belanja Modal terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota
Di Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2012-2016. Skripsi. Universitas Negeri
Yogyakarta.
[12] Purwasih. 2017. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Belanja
Modal terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Kasus pada
Pemerintah Daerah” Kabupaten/Kota DIY Tahun 2011— 2016). Skripsi. Universitas
PGRI Yogyakarta.
[13] Putri, Ni Kadek Novia Indrawati dan Ni Putu Ayu Darmayanti. 2019. Pengaruh
PAD dan Dana Perimbangan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Di
Wilayah Sarbagita Provinsi Bali. E-Jurnal Manajemen, Vol. 8, No. 5 : 2302-8912.
Universitas Udayana Bali.
[14] Saraswati, Dwi dan Yunita Sari Rioni. 2019. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah,
Ukuran Pemerintah Daerah, Leverage terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah
Daerah. Jurnal Akuntansi Bisnis dan Publik, Vol. 9, No.2. Universitas Pembangunan
Panca Budi.
[15] Sartika, Novira. 2019. Analisis Rasio Keuangan Daerah untuk Menilai Kinerja
12

Keuangan Pemerintah Daerah Kepulauan Meranti. Jurnal Inovasi Bisnis.


Politeknik Negeri Bengkalis.
[16] Susanti, Refi dan Asri Eka Ratih. 2018. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Belanja Modal terhadap
Kinerja Keuangan pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Kepulauan Riau
Periode 2011-2016. Jurnal. Universitas Maritim Raja Ali Haji Kepulauan Riau.
[17] Simatupang, M. Syarif Hafizh. 2018. Pengaruh Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran,
Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk
terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal pada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai