Anda di halaman 1dari 3

A.

Teori tentang ayat Makiyah dan Madaniyah Teori dalam mengklasifikasi


ayat/surat Makiyah dan Madaniyah, yakni :

1. Teori mulāhadzatu makānin nuzuli (tempat turun ayat/ teori geografis. Menurut
teori ini al-Qur’an makki ialah yang turun di Makah dan sekitarnya baik sebelum
atau sesudah nabi hijrah ke Madinah, termasuk ayat yang turun ketika beliau
berada di Mina, Arafah, Hudaibiyah dan sebagainya. Madaniyah adalah ayat/surat
yang turun di Madinah dan sekitarnya termasuk sewaktu beliau di Badar, Qubq,
Madinah, Uhud dan sebagainya.

2. Teori mulāhadzatul mukhātabiina fin nuzul ( teori s ubjektif) yaitu teori yang
berorientasi pada subyek siapa yg dikhitab/ dipanggil dalam ayat. Jika subyeknya
orang Makkah, maka disebut ayat Makiyah dan jika subyeknya orang Madinah
disebut ayat Madaniyah.

3. Teori mulāhadzatu zamānin nuzūli (teori historis) yaitu teori yang berorientasi
pada sejarah waktu turunnya, yaitu menjadikan hijrah nabi ke Madinah sebagai
tolak ukurnya.

4. Teori mulaahadzatu ma tadhammanat as sūratu (teori kontens analisis), yaitu


satu teori yang mendasarkan kriterianya dalam membedakan Makiyah dan
Madaniyah kepada isi dari ayat/ surah yang bersangkutan. Surah/ayat makiyah
adalah yang isinya bercerita tentang umat dan para nabi/rasul dahulu, sedangkan
madaniyah adalah surah/ayat berisi hukum hudud, faraid dan sebagainya.

(HALAMAN 86-88) BUKU ULUMUL QUR’AN PENYUSUN AJAHARI

B. Klasifikasi Surat/Ayat Makkiyah dan Madaniyah Dalam mengetahui al-


Makkiy dan al-Madaniy maka ulamaulama berpedoman kepada dua metode yang
menjadi asas yaitu metode sam’i naqli (mendengar saja apa yang dikatakan oleh
Rasulullah SAW) dan metode al-qiasi al-ijtima’i (qias dan ijtihad).

1. Metode sima’i naqli itu dikaitkan kepada riwayat yang sah dari sahabat-sahabat
yang hidup di masa turunya wahyu itu. Mereka ini menyaksikan sendiri turunya.
Atau dari tabi’in yang mendapatkanya dari sahabat. Mereka itu mendengar dari
sahabat bagaimana cara turunnya, tempat-tempat turunnya dan peristiwa-peristiwa
yang terjadi pada waktu itu.

2. Metode qias ijtihadiy itu dikaitkan kepada keistimewan almakkiy dan al-
madaniy. Apabila terdapat dalam surat al makkiy ayat yang mengandung tabiat
yang diturunkan di al-madaniy, atau mengandung dari suatu peristiwa-
peristiwanya itu maka dalam hal ini orang mengatakan bahwa dia adalah
madaniyah.
C. Perbedaan Makki dengan Madani Untuk membedakan Makki dengan Madani,
para ulama mempunyai tiga macam pandangan yang masing-masing mempunyai
dasarnya sendiri.

Pertama, dari segi waktu turunnya. Makki adalah yang diturunkan sebelum hijrah
meskipun bukan di Makkah. Madani adalah yang diturunkan sesudah hijrah
sekalipun bukan di Madinah.

Kedua, dari segi tempat turunnya. Makki adalah yang turun di Mekkah dan
sekitarnya seperti di Mina, Arafah dan Hudaibiyah. Dan Madani adalah yang
turun di Madinah dan sekitarnya seperti Uhud, Quba dan Sil’.

Ketiga, dari segi sasarannya. Makki adalah yang seruannya ditujukan kepada
penduduk Makkah dan Madani adalah yang seruannya ditujukan kepada
penduduk Madinah. Berdasarkan pendapat ini, para pendukungnya menyatakan
bahwa ayat al-Qur’an yang mengandung seruan “yā ayyuhan-nās”(wahai
manusia) adalah Makki. Sedangkan ayat yang mengandung seruan “ ya
ayyuhalladzina āmanu”(wahai orang-orang yang beriman) adalah Madani.

(HALAMAN 91-93) BUKU ULUMUL QUR’AN PENYUSUN AJAHARI

F. Fungsi Mengetahui Makkiyah dan Madaniyah Mengetahui Makkiyah dan


Madaniyah, akan diperoleh beberapa faidah atau fungsi, di antaranya adalah
sebagai berikut:

1. Untuk dijadikan alat bantu dalam menafsirkan al-Qur’an. Mengetahui tempat


turun ayat yang dapat membantu memahami ayat tersebut dan menafsirkannya
dengan tafsiran yang benar, meskipun yang menjadi pegangan adalah pengertian
generalitas lafal, bukan spesifikasi sebab. Berdasarkan hal itu, mufassir dapat
membedakan antara ayat yang nasikh dan mansukh bila di antara kedua ayat
terdapat makna yang kontradiktif.

2. Meresapi gaya bahasa al-Qur’an dan memanfaatkannya dalam metode


berdakwah, karena setiap situasi mempunyai bahasa sendiri.Memperhatikan
situasi merupakan arti paling spesifik dalam ilmu retorika. Karakteristik gaya
bahasa Makkiyah dalam al-Qur’an dapat dijadikan metode dalam penyampaian
dakwah sesuai dengan kejiwaan lawan berbicara, pikiran, dan perasaan mereka
sehingga dapat dilakukan dengan pendekatan yang bijaksana

3. Mengetengahkan sejarah Nabi dengan cara mengikuti jejak beliau di Mekah,


serta sikap-sikap dalam berdakwah. Kondisi beliau di Madinah dan sejarah
dakwah beliau dijadikan acuan para dai dengan metode Nabi yang sangat bijak
dalam berdakwah. 4.Pengetahuan terhadap sejarah pembentukan hukum (tarikh
al-Tasyri‘) dan fase-fase pembebanan, yang diiringi oleh keyakinan terhadap
kenyataan bahwa fase-fase tersebut berasal dari Allah.

5. Menjelaskan tugas dan perhatian kaum muslimin terhadap al-Qur’an, sehingga


mereka merasa belum cukup jika hanya sampai pada dataran menghafal teks al-
Qur’an, bahkan mereka mengikuti runtutan tempat turunnya ayat, mencari
pengetahuan tentang ayat yang turun sebelum dan sesudah hijrah, ayat yang turun
pada siang dan malam hari, dan ayat yang turun pada musim dingin dan musim
panas.

6. Mengetahui sejarah pensyariatan hukum Islam. Dengan Makkiyah dan Madaniyah,


akan diketahui realitas pembentukan hukum yang terjadi pada saat ayat turun sehingga
dapat diterjemahkan dalam konteks kekinian yang kondisinya berbeda dengan kondisi
masa lampau.

7. Mengetahui hikmah disyariatkannya hukum. Dengan mengetahui Makkiyah


dan Madaniyah, akan diketahui diundangkannya hukum secara bertahap dan dapat
diketahui kenapa hukum itu disyariatkan.

8. Mengetahui perbedaan dan tahap-tahap Islamiyah. Tahaptahap dakwah


Islamiyah yang diterangkan dalam ayat-ayat Makkiyah adalah berbeda dengan isi
dan ajaran dari ayatayat Madaniyah.

9. Mengetahui perbedaan bentuk bahasa al-Qur’an. Ayat-ayat yang ada dalam


surat Makkiyah berbeda dengan ayat-ayat yang ada dalam surat Madaniyah

10. Dengan mengetahui Makkiyah dan Madaniyah, situasi dan kondisi masyarakat
kota Mekah dan Madinah dapat diketahui, khususnya pada waktu turunnya ayat-
ayat al-Qur’an

(HALAMAN 177-179) BUKU ULUM AL-QURAN PENULIS H. SAHID

Anda mungkin juga menyukai