Kepercayaan Dan Perilaku Mas Banjar DLM Hub Kekerabatan DG Buaya Jelamaan
Kepercayaan Dan Perilaku Mas Banjar DLM Hub Kekerabatan DG Buaya Jelamaan
Some Banjar people believe in and eshtablish familiarity with crocodile incarnation. Such
crocodiles are believed can help or even disrupt the keepers family. One of the rituals of
the belief is that the family make offerings that is put into the river, so that the crocodile
will not tempt to annoy and otherwise help the keepers family. The kinship with animals
is called totemism which is a hereditary belief.
Islam adalah agama suci, turun dari dari hubungan kekeluargaan atau
Allah, melalui Nabi Muhammad saw. keakraban dengan buaya jelmaan ini
Akan tetapi Islam yang murni sesuai adalah adanya kepercayaan dan
dengan ajaran Alquran dan hadis Nabi perilaku kepadanya yakni member
tersebut dalam perkembangannya sesajen untuk buaya tersebut ke
mengalami dinamika praktis di dalam sungai, sebagai wujud dari rasa hormat,
diri manusia dan masyarakat. Kita takut serta adanya rasa optimis
dapat menyaksikan aneka ragam cara terhadap buaya jelmaan tersebut.
pengalaman agama Islam dalam Berbagai gangguan terkadang
kehidupan sehari-hari yang telah ditimpakan kepada mereka yang enggan
bercampurbaur dengan adat-istiadat memberi sesajen atau tidak mau
setempat, yang terkadang berbenturan. memeliharanya. Apabila tidak disuguhi
Salah satu adat-istiadat yang sangat sesajen dalam satu tahun biasanya
dipegang teguh oleh sebagian tidak jarang adanya gangguan dari
masyarakat Banjar adalah menjalin buaya jelmaan tersebut. Bentuk
hubungan kekerabatan atau gangguan ini bermacam-macam, seperti
kekeluargaan dengan binatang buaya ganguan jiwa, maupun penyakit fisik
jelmaan. yang tak teratasi melalui pengobatan
Biasanya hubungan kekerabatan medis. Di samping bisa mengganggu,
dengan buaya jelmaan ini dilakukan terkadang buaya tersebut bisa dimintai
secara turun temurun. Bentuk nyata bantuannya, ketika sang pemelihara
Ardi yang punya keahlian pandai sekarang Ardi mengaku sering diajak
memijat, melihat makluk-makhluk gaib, kelahi oleh makhluk gaib yang
mengobati orang sakit dan membantu berbentuk laki-laki dengan pakai
orang yang bermasalah, misalnya mahkota kerajaan (seperti pangeran
menolong orang bermasalah, dan dia atau patih dari kerajaan dulu),dan
juga mengaku sering memberi makan terkadang berbentuk kucing, namun
buaya jelmaan yang merupakan warisan Ardi selalu tidak meladaninya. Kejadian
dari leluhurnya yang bernama datu ini hanya dalam pengalaman batin tidak
Hasyim di Barabai, dan tidak diketahui bisa disaksikan orang lain. (wawancara:
asal usul kekerabatan dengan buaya Ardi, Banjarmasin 05 September 2013)
jelmaan itu. Datu Hasyim memiliki
anak bernama Siti Salasiah yang kawin
dengan Sutra Ali. Dari hasil perkawinan
ini melahirkan anak yang bernama
Surya Ilhamsyah. Kemudian Surya Perilaku Sebagian Masyarakat
Ilhamsyah kawin dengan Qamariyah terhadap Buaya Jelmaan.
dan melihirkan empat orang anak yaitu: Kasus I (Latifah)
Ardi, M. Arifin, Nurjannah, M. Nurdin, Sebagai pewaris atau pemelihara
M. Nafis yang sekarang berusia sebelas hubungan kekerbatan dengan datu atau
tahun yang sering kesurupan yang buaya jelmaan, maka selalu
perilakunya seperti buaya dan macan, memberikan piduduk atau sesajen
keras hati, pemarah dan dipercaya kepadanya, sebab kalau tidak datu
diganggu buaya jelmaan . Ardi mengaku atau buaya jelmaan bisa mengganggu
sering melihat makhluk gaib hitam dan dalam berbagai bentuk. Sepupu Latifah
terkadang berbentuk buaya, macan, yang bernama Khdijah mau
wanita berpakaian seperti ratu, dan mengadakan acara perkawinan di siang
terkadang laki-laki seperti pendekar hari, namun pada malam perkawinan
sakti. Semua makhluk gaib tersebut itu muncul seekor ular jelmaan dalam
tidak berkomunikasi kecuali hanya kamarnya, mereka menyadari, bahwa
buaya yang sering berdialog dengan Ardi lupa menyediakan piduduk, sehingga
ini. Setelah Hasyim meninggal dunia, mereka menyiapkan sesajen berupa
pemelihara berikutnya langsung kepada beras ketan, kelapa, gula merah dan
cicitnya yakni Ardi. Pengakuan Ardi telor di bawah ranjang pengantin, untuk
dapat memerintah buaya jelmaan itu, buaya jelmaan (datu). Merekapun
seperti bila adiknya yang bernama Nafis menyadari bahwa ular itu sebenarnya
sedang kesurupan macan, kemudian adalah jelmaan dari datu juga.
Ardi memerintahkan kepada buaya (wawancara: Latifah, Banjarmasin, 10
jelmaan untuk mengigit macan yang Agustus 2013)
ada dalam tubuh adiknya itu. Kemudian
buaya mengigit ekor macan dan Kasus II (Hj. Hamnah dan
menariknya keluar, anehnya setelah HusniBanjarmasin)
macan keluar dari tubuh itu, ternyata Menurut Hj. Hamnah, ayahnya
buaya lagi yang merasuk ke dalam yang bernama H. Masran, selama
tubuh Nafis itu, setelah buaya dapat hidup hingga meninggal dunia selalu
dikeluarkan masuk laki-laki yang menjalin hubungan persahabatan
berpakaian kerajaan hal yang sama dengan buaya jelmaan dan selalu
selalu terjadi pada diri Nafis. Sejak memberi makanan untuk buaya
saat itu Ardi berjanji tidak akan lagi tersebut setahun sekali berupa nasi
memberi makan kepada buaya itu. Dan ketan, telor ayam, pisang yang
dimasukan ke dalam air dan Adapun sesajen itu terdiri dari 1 biji
menyediakan kopi manis dan pahit telor ayam masak, nasi ketan (dimasak
dalam rumah pada malam hari. dari beras ketan 0,5 liter atau sampai 1
Generasi selanjutnya juga melakukan liter) dimasukkan dalam piring, pisang
hal yang sama, terutama apabila datang dan kembang; semuanya dimasukan
gangguan seperti kesurupan, atau dalam kantungan plastik; nama yang
gangguan kejiwaan yang perilakunya bersangkutan ditulis di kertas bersama
merayap seperti buaya. Hal ini yang nama orang tuanya. Kemudian waktu
dialami Hj. Idah anak Hj. Mardiyah, malabuh (meletakkan, melepas) sesajen
sehingga selalu didampingi ibunya dan itu biasanya dilakukan pada senja hari
Hj. Hamnah, dengan selalu memberi (malam Jum’at) atau bisa juga senja
sesajen berupa kopi manis dan pahit malam Senin. Pada senja hari lain tidak
yang diletakan ditempat tertentu. Selain dianjurkan, sebab buaya-buaya itu
itu anak. H. Masran yang bernama H. diyakini tidak ada ditempat yang kita
Masdar, selalu menjaga dan memelihara inginkan. Kemudian sesajen itu
tombak buaya yang merupakan warisan biasanya diletakkan di tengah arus air
dari ayahnya. Walaupun tombak ini sungai; atau bisa pula di laut bila
sudah dipelihara, namun anaknya yang kebetulan tidak ada sungai. Peletakkan
berpendidikan S1 yang bernama Abdul sesajen bisa dilakukan oleh kita sendiri
Khair tetap tidak tersembuhkan dari atau dipercayakan kepada orang lain,
gangguan kejiwaan hingga sekarang, yang penting dia punya keberanian dan
kedatipun sudah diobati secara medis mengerti tata caranya.
dan non medis. (wawancara: Husni, Adapun tempat menaruh atau
Banjarmasin, 05 September 2013) meletakkan sesajen itu tidak sembarang
tempat, tidak boleh di darat melainkan
Kasus III. ( Mawarni Banjarbaru) harus di air seperti sungai kecil atau
Pemberian sesajen kepada buaya besar; dan sesajen itu sebaiknya
sebagai tanda adanya kekerabatan dilabuh (dilepas, ditaruh) di tengah arus
biasanya dilakukan sekali dalam sungai. Pemilihan tempat untuk
setahun. Bila ada indikasi yang melepas sesajen tersebut di sungai
dirasakan oleh yang bersangkutan sebagai pertanda bahwa kehidupan
seperti sakit yang tak kunjung sembuh, buaya itu pada umumnya adalah di air
maka hal ini dipahami sebagai isyarat bukan di darat.
tiba saatnya untuk malabuh. Meski Sebelum malabuh (melepas) sesajen,
demikian, bisa pula pemberian sesajen terlebih dahulu memberi salam kepada
itu dilakukan tanpa harus didahului datu buaya kemudian disebutkan nama
oleh isyarat tersebut, tetapi diberikan dan bin siapa yang memberikan sesajen
bila diperkirakan sudah tiba waktunya. itu. Pengalaman ibu Mawarni saat
Selain itu, buaya itu sendiri bisa pula malabuh ada terasa sesuatu kekuatan
datang ke rumah bila mana terlambat yang menarik seperti magnit ke dalam
memberikan sesajin dan berada di air. Ini sebagai pertanda kehadiran
depan pintu seolah-olah mau masuk. buaya tersebut, dan pada saat itu
Kehadiran buaya ini tidak bisa dilihat sesajen segera dilepas sebab kalau tidak
oleh orang lain, kecuali bagi yang kena dapat berakibat ikut tercebur ke dalam
pingit karena dia bukan buaya air seperti yang pernah di alami oleh ibu
sebenarnya, melainkan buaya gaib Mawarni ketika melabuh sesajen di
(siluman, jelmaan). Keadaan ini menjadi teluk Sungai Lulut, tapi untung katanya
isyarat supaya segera diberikan sesajen. tidak ikut tercebur ke dalam air, karena
sempat berpegang kuat pada sampan
Khadziq, Islam dan Budaya Lokal : T. Sianipar dkk., Dukun, Mantra, dan
Belajar Memahami Realitas Agama kepercayaan Masyarakat, PT.
dalam Masyarakat, Yogyakarta : Grafikatama Jaya 1992
Teras, 2009. Wahid Abdussamad Baly, Terapi dan
Imran A. Manan, Pelbagai Tauhid menangkal Kejahatan Ilmu Sihir,
Populer, Surabaya : PT Bina Jakarta: Gaung Persada Press, 2008
Ilmu1982. Wajidi, Akulturasi Budaya Banjar di
Koentjaraningkrat, Sejarah Teori Banua Halat, Yogyakarta : PUSTAKA
Antropologi I, Jakarta : Universitas BOOK PUBLISER, 2011
Indonesia Press, 1987. www.id.wikipedia.org/wiki/Totem=Tote
............................., Sejarah Teori misme
Antropologi II, Jakarta : Universitas http://id.m.wikipedia.org,
Indonesia Press, 1987. http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Banj
………………….., Pengantar Ilmu arbaru#Geografi,
Antropologi I, Cet. Ketiga, Jakarta : http://banjarbarukota.bps.go.id/index.
PT. Rineka Cipta 2005. php?full=2012-dda,
.............................., Beberapa Pokok Ajiraksa.blogspot.com/2011/05/agama-
Antropologi Sosial, Jakarta : DIAN agama-primitif-totemisme.html
RAKYAT, 1990
Maurice Bucaille, Asal-usul Manusia,
Jakarta : Mizan,1986.
Musdar Bustaman Tambusai, Buku
Pintar Jin, Sihir dan Ruqyah
Syar’iyyah. Jakarta Timur : Pustaka
al Kautsar, 2010.
Mochrani. Agama dan Kemasyarakatan.
Banjarmasin : PPPTAI/IAIN, 1982.
M. Suriansyah Ideham, et.al. Urang
Banjar dan Kebudayaannya,
Banjarmasin : Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah Provinsi
Kalimantan Selatan, 2005.
Nordiansyah. Sinkretisme. Banjarmasin:
Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari,
1982.
Sjarifuddin, et.al. Sejarah Banjar.
Banjarmasin: Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah Provinsi
Kalimantan Selatan, 2004.
Imran A. Manan, Pelbagai Tauhid
Populer, Surabaya: PT Bina
Ilmu1982.
Muhammad Luthfi Ghozali, Menguak
Dunia Jin: Ruqyah Dampak dan
Bahayanya, Semarang : Gunung
Jati Ofset, 2006.
Umar Sulaiman al-Asyqar, Alam
Makhluk Supernatural, Jakarta: CV.
Virdaus, 1992.