Anda di halaman 1dari 13

Kepercayaan dan Perilaku Masyarakat Banjar dalam

Hubungan Kekerabatan dengan Buaya Jelmaan di


Banjarmasin dan Banjarbaru
Basrian
Maimanah
Arni

Fakultas Ushuludin dan Humaniora IAIN Antasari

Some Banjar people believe in and eshtablish familiarity with crocodile incarnation. Such
crocodiles are believed can help or even disrupt the keepers family. One of the rituals of
the belief is that the family make offerings that is put into the river, so that the crocodile
will not tempt to annoy and otherwise help the keepers family. The kinship with animals
is called totemism which is a hereditary belief.

Keywords: belief, behavior, incarnated crocodile.

Sebagian masyarakat Banjar mempercayai dan menjalin keakraban dengan buaya


jelmaan. Buaya jelmaan dipercaya dapat membantu, dan mengganggu keluarga
pemeliharanya. Dari kepercayaan itu, mereka memberi sesajen yang dimasukan ke
dalam air sungai, agar buaya jelmaan tidak mengganggu dan dapat membantu mereka.
Hubungan kekerabatan dengan binatang adalah paham totem yang merupakan
kepercayaan turun temurun yang diwariskan.

Kata kunci: kepercayaan, perilaku, buaya jelmaan

Islam adalah agama suci, turun dari dari hubungan kekeluargaan atau
Allah, melalui Nabi Muhammad saw. keakraban dengan buaya jelmaan ini
Akan tetapi Islam yang murni sesuai adalah adanya kepercayaan dan
dengan ajaran Alquran dan hadis Nabi perilaku kepadanya yakni member
tersebut dalam perkembangannya sesajen untuk buaya tersebut ke
mengalami dinamika praktis di dalam sungai, sebagai wujud dari rasa hormat,
diri manusia dan masyarakat. Kita takut serta adanya rasa optimis
dapat menyaksikan aneka ragam cara terhadap buaya jelmaan tersebut.
pengalaman agama Islam dalam Berbagai gangguan terkadang
kehidupan sehari-hari yang telah ditimpakan kepada mereka yang enggan
bercampurbaur dengan adat-istiadat memberi sesajen atau tidak mau
setempat, yang terkadang berbenturan. memeliharanya. Apabila tidak disuguhi
Salah satu adat-istiadat yang sangat sesajen dalam satu tahun biasanya
dipegang teguh oleh sebagian tidak jarang adanya gangguan dari
masyarakat Banjar adalah menjalin buaya jelmaan tersebut. Bentuk
hubungan kekerabatan atau gangguan ini bermacam-macam, seperti
kekeluargaan dengan binatang buaya ganguan jiwa, maupun penyakit fisik
jelmaan. yang tak teratasi melalui pengobatan
Biasanya hubungan kekerabatan medis. Di samping bisa mengganggu,
dengan buaya jelmaan ini dilakukan terkadang buaya tersebut bisa dimintai
secara turun temurun. Bentuk nyata bantuannya, ketika sang pemelihara

Tashwir Vol. 1 No.2, Juli – Desember 2013 47


Kepercayaan dan Perilaku

menghadapi masalah yang berat, Banjar pada khususnya dan bangsa


misalnya menghadapi musuh yang akan Indonesia pada umumnya.
menyakitinya, maka bantuan dari 2. Sebagai bahan renungan para
buaya jelmaan akan terwujud dalam ulama dan dapat menyampaikan
upaya melindungi juriat pemeliharanya. dakwahnya kepada masyarakat,
Kepercayaan dan perilaku terhadap khususnya mereka yang menjalin
buaya jelmaan ini terdapat di berbagai hubungan kekerabatan dengan buaya
daerah di Kalimantan Selatan. Keadaan jelmaan agar tidak terjerumus kepada
ini membuat penulis merasa tertarik syirik.
untuk meneliti lebih mendalam masalah 3. Sebagai renungan bagi
ini, sehingga penelitian ini diberi judul mahasiswa, sarjana dan ilmuan lainnya,
“Kepercayaan dan Perilaku Masyarakat bahwa kepercayaan primitif seperti
dalam Hubungan kepercayaan dalam totemisme masih
kekerabatan/Kekeluargaan dengan bertahan sampai sekarang, walaupun
Buaya jelmaan di Banjarmasin dan mereka sudah beragama Islam.
Banjarbaru”. Daerah ini dipilih karena 1. Jenis dan Lokasi Penelitian
masyarakatnya umumnya pendatang, Penelitian ini adalah penelitian
lebih maju, lebih berpendidikan, namun lapangan, yang bersifat kualitatif dalam
masih sangat kuat memegang tradisi bentuk studi kasus, yang berlokasi di
dengan paham totemisme dan Banjarmasin dan Banjarbaru.
animisme, serta dipilih daerah ini 2. Objek dan Subjek Penelitian
karena sangat luasnya daerah a. Objek Penelitian.
Kalimantan Selatan serta melihat Objek penelitian ini adalah
keterbatasan dana dan waktu yang kepercayaan atau keyakinan serta
tersedia. perilaku atau perbuatan sebagian orang
1. Bagaimana kepercayaan sebagian Banjar yang menjalin hubungan
masyarakat Banjar dalam menjalin kekerabatan atau persahabatan dengan
hubungan kekerabatan dengan buaya buaya jelmaan.
jelmaan ? b. Subjek Penelitian
2. Bagaimana perilaku sebagian Orang Banjar yang telah
masyarakat Banjar dalam melakukan mempercayai serta memelihara
hubungan persahabatan dengan buaya hubungan kekerabatan dengan buaya
jelmaan tersbut ? jelmaan, dengan mereka memberi
Adapun yang menjadi tujuan dalam sesajen.
penelitian ini adalah: 3. Data dan Sumber Data.
1. Untuk mengetahui kepercayaan a. Data.
sebagian masyarakat Banjar dalam Adapun data yang digali untuk
menjalin hubungan kekerabatan atau penelitian ini adalah:
persahabatan dengan buaya jelmaan. 1). Data mengenai kepercayaan
2. Untuk mengetahui perilaku terhadap buaya jelmaan dari mahluk
masyarakat sebagian Banjar dalam gaib.
melakukan hubungan kekerabatan 2). Data mengenai perbuatan atau
atau persahabatan dengan buaya kelakuan mereka yang menjalin
jelmaan tersebut. hubungan
Signifikansi dari penelitian ini kekerabatan terhadap buaya
diharapkan : jelmaan.
1. Sebagai informasi dan pembuka 3). Data mengenai aneka sesajen
wawasan keilmuan serta memperluas yang dipersembahkan kepada buaya
cakrawala pemikiran bagi masyarakat tersebut

48 Tashwir Vol. 1 No.2, Juli – Desember 2013


Kepercayaan dan Perilaku

4. Data tentang keuntungan dan melainkan keinginan dan ditentukan


kerugian dalam berhubungan oleh buaya jelmaan itu sendiri. Apabila
dengannya. terjadi penolakan ketika buaya jelmaan
4. Sumber data: responden dan menjatuhkan pilihannya, maka selalu
informan. terjadi hal yang tidak diinginkan oleh
5. Teknik Pengumpulan Data: pihak keluarga. Sekarang disepakati
melalui obsesvasi dan interviu. pewaris yang memelihara hubungan
6. Analisis Data dengan buaya jelmaan itu adalah
Dalam analisis data ini digunakan Abdullah bin H. Ibur (keponakan H.
adalah pendekatan antropologis. Dalam Ahmad). Abdullah ini orang yang sering
pembahasan ruang lingkup antropologi ditemuai atau melihat buaya jelmaan
selalu juga dibicarakan masalah ini. Abdullah ini biasa menghilang ke
manusia, hubungannya dengan alam gaib dalam waktu yang cukup
kebudayaan/adat istiadat, bentuk- lama. Keluarganya mempercayai dia
bentuk religi. Sehingga dipandang tepat telah di bawa oleh buaya jelmaan. Dia
masalah yang dibahas bila dianalisis ditemukan pada jam dua malam di
dengan pendekatan antropologis. bawah meja dan dia mengaku asyik
bermain dengan teman-temannya di
Hasil Penelitian alam gaib itu. Setelah itu dia semakin
sering melihat buaya tersebut muncul di
Kasus-kasus hubungan kekerabatan sungai. Keadaan inilah diakui oleh
antara manusia dengan buaya jelmaan keluarganya bahwa Abdullah adalah
ini ditemukan di Banjarmsin dan pewaris yang harus pemelihara
Banjarbaru. Berikut dilaporkan bentuk hubungan dengan buaya tersebut. Dan
kepercayaan dan perilaku sebagian mereka mengakui buaya jelmaan itu
masyarakat terhadap buaya jelmaan bisa berubah bentuk menjadi ular dan
tersebut. lainnya.
Buaya jelmaan dipercaya dapat
Bentuk Kepercayaan Sebagian memberi bantuan sebagaimana
Masyrakat terhadap Buaya Jelmaan pengalaman Kartini, ketika peralatan
Kasus I (Latifah) mesin mobil truk suaminya dicuri
Latifah menuturkan bahwa sejarah orang, Kemudian Kartini turun ke parit
awal mengenai hubungan kekerabatan yang bermuara ke sungai, sambil
dengan buaya jelmaan ini tidak jelas. mencelupkan tangan ke air dan
Orang yang pertama memiliki hubungan berkata:‖datu-datu tolongi kami dalam
kekerabatan dengan buaya ini bernama kesusahan alat mesin truk kami diambil
Saniyah di Kelua Kabupaten Tabalong. orang siapa malingnya”. Kemudian
H. Ahmad adalah sepupu Saniyah munculah buaya di sepanjang sungai,
pemelihara berikutnya setelah Saniyah yang tidak terhitung banyaknya
meninggal dunia. H. Ahmad memiliki kejadian ini disaksikan banyak orang
empat orang anak yaitu: H. Bahran, H. termasuk pencurinya, namun Karitini
Ibur, Hj. Mariah dan Kartini (orang tua sendiri tidak melihat buaya yang
Latifah). H. Bahran merupakan pewaris dipanggilnya itu. Buaya ini selalu
yang memelihara hubungan menakuti pencuri itu sehingga pencuri
kekerabatan dengan buaya tersebut mengakui bahwa dialah yang
setelah ayahnya yang bernama H. mencurinya. Dengan adanya pengakuan
Ahmad meninggal dunia. Sebenarnya ini Kartini langsung ke parit/sungai
yang menentukan pemelihara buaya lagi mohon kepada datu agar jangan lagi
itu bukan kehendak manusia mengganggu pencuri itu, sebab

Tashwir Vol. 1 No.2, Juli – Desember 2013 49


Kepercayaan dan Perilaku

pencurinya sudah mengakui dia tidak lagi mendayung pertahu


kesalahannya. kecilnya (jukung), melainkan hanya
Bantuan lain dirasakan oleh saudara diam dan melabuh tali perahu kecil
bapak Kartini, dia sakit hati melihat ada (jukung) ke air dan buaya yang menarik
orang yang selalu memancing ikan atau membawa perahu kecil itu hingga
dikolamnya, lalu dia minta bantuan ke tujuan. Terkadang juga orang lain
datu (buaya jelmaan) agar menguris minta tolong karena jaring ikan mereka
orang yang memancing itu. Seketika itu dimasuki buaya, dan H. Masran dengan
muncullah buaya besar warna hitam di mudah mengusirnya hanya dengan
hadapan tukang pancing ikan tersebut, menyentuh air tiga kali dan minta agar
sehingga dia lari meningggalkan buaya itu ke luar dari jaring itu, maka
pancing dan ikan yang diperolehnya, seketika itu buaya lari tanpa memberi
dan tidak lagi memancing di tempat itu. bekas. Selain iu H. Masran dapat
(wawancara: Latifah dan Kartini membantu menemukan barang orang
Banjarmasin, 8 Agustus 2013) yang hilang, dan memandikan anaknya
yang bernama H. Masjani ketika mau
Kasus II. (Hamnah dan Husni) diserang orang bersenjata (kelahi)
H. Masran penduduk Kecamatan ternyata dia kebal terhadap senjata
Alabio, memiliki saudara angkat di tajam. Juga ketika H. Masran
daerah Kelua Kabupaten Tabalong yang menyuruh orang-orang berhenti main
bernama H. Jakfar. H. Jakfar ini domnino, karena dirasakannya sangat
dikenal punya hubungan kekerabatan mengusek ketenangan keluarga, dan
dengan buaya jelmaan. Dengan adanya pemuda-pmuda yang bermain domino
keakraban dengan saudara angkat ini tersebut tidak menghiraukan. sehingga
sehingga H. Jakfar mempercayakan dia (H. Masran) ikut main domino, dan
kepada H. Masran untuk memelihara ada kesepakatan, siapa yang kalah
buaya jelmaannya. Sejak itulah H. digantungi belik berisi air dan H.
Masran ini menjalin hubungan Masran mengalah sehingga digantungi
kekerabatan dengan buaya jelmaan belik berisi air di telinganya, dan
yang berlanjut kepada anak cucunya ternyata dia mampu menahannya,
hingga sekarang. Adapun anak H. melihat keanehan ini sehingga orang-
Masran hasil perkawinan dengan Hj. orang yang ikut bermain domino takut
Masnah, adalah Hj. Mastan, Hj. dan berjanji tidak akan main domino
Antaniyah, Hj. Hamnah, Hj.Nawiyah, H. lagi di tempat tersebut.
Masdar, Hj. Mardiyah, H. Masjani dan Pengamalan lain ketika anaknya
H. Subeli. Buaya jelmaan yang yang bernama H. Masjani yang
dipelihara H. Masran tersebut kapalnya kandas kena batu karang di
sebanyak tiga ekor, yang berwarna sungai, kemudian dia minta bantuan
putih, kuning dan berwarna hitam dengan mengucap ―Datu bantu kami ―
badannya sedang kepalanya berwarna seketika itu kapalnya terbebas dari
putih. kandas. Pengalaman lain lagi ketika
Selama mengadakan hubungan cucunya yang nama Husni (anak Hj.
kekeraban dengan buaya jelmaan itu, Hamnah) waktu kecil tenggelam dalam
banyak pengalaman yang dirasakan air di antara batang kayu yang besar
baik yang menguntungkan maupun dan dia merasa berjalan dalam air di
sebaliknya. Keuntungan yang bawah batang besar itu, pahal tidak
dirasakan H. Masran bermacam-macam pandai berenang, ternyata dia tidak
seperti ketika mau pulang setelah lemas (tidak kemasukan air) dan
mencari ikan di sungai Negara, maka merasa bisa bernafas sebagaimana

50 Tashwir Vol. 1 No.2, Juli – Desember 2013


Kepercayaan dan Perilaku

biasa, kemudian muncul kepermukaan ini merupakan warisan dari nenek


air dengan selamat. moyang, tanpa diketahui secara rinci,
Adapun gangguan dari buaya
sehingga tidak banyak diketahui asal
jelmaan ini adalah apabila terjadi
usulnya. Diduga zaman penjajahan
sesuatu musibah yang tidak
dulu nenek moyangnya melakukan
diinginkan. Hal ini terjadi karena buaya
pertapaan/semedi (balampah) untuk
jelmaan tidak diperhatikan atau tidak mendapatkan ilmu kadijayaan, untuk
diberi makan. Bentuk gangguan ini melawan penjajah. Mawarni sendiri
seperti yang dialami anak Hj. Nawiyah mengaku punya hubungan itu lewat
yang bernama Hj. Idah, yang depresi
nenek yang berasal dari Kelua.
yang perilakunya terkadang seperti Sementara pihak ayah berasal dari
buaya. Anak Hj. Idah ini sudah orang orang Amuntai. Dia menghubungkan
yang meninggal dunia yang terjun ke kepada Datu Kelua, yang memiliki
dalam air sungai di daerah Kuin kekerabatan dengan buaya tersebut.
Banjarmasin Utara. Dan dua anaknya Kemudian kekerabatan ini berlanjut
yang lain juga pernah mengalami hal pada generasi berikutnya, namun tidak
yang sama seperti ibunya, yakni semua garis keturunan yang harus
gangguan kejiwaan. Dan cucu H. memelihara hubungan kekerabatan itu,
Masran yang yang lain juga mengalami tetapi yang kena pingit (pengaruh buruk
depresi beberapa orang, yakni anak H. yang tidak diinginkan) saja yang lebih
Masdar yang bernama Abdul Khair, memperhatikan. Sementara anggota
Cucu Hj. Mastan yang bernama keluarga lainnya tidak mesti
Darmadi, dan anak anak. Hj. Antaniyah merasakannya. Pengakuan seperti ini
yang bernama H. Amberan juga punya dialami oleh Mawarrni yang dulunya
penyakit yang sama. Walau mereka pernah merasakan pingitan tersebut,
masih memelihara dan memberi sesajen dan kini dirasakan oleh adik
berupa nasi ketan, telor masak, pisangkandungnya, sehingga yang terakhir
dan kopi manis dan pahit serta kue- inilah yang memelihara kekerabatan ini
kue, namun gangguan itu masih tetap dan memberikan sesajen setiap kali
terjadi, sehingga mereka tidak lagi merasakan tanda-tanda adanya
memelihara dan tidak lagi memberi pingitan. Mawarni mengaku sudah
makan kepada buaya jelmaan itu. beberapa kali membantu orang lain
Walaupun buaya jelmaan tersebut malabuh (meletakkan sesajen) di sungai
tetap datang menemui anak cucunya untuk memberi makan buaya, karena
seperti yang disaksikan H. Tinah, Hj. yang bersangkutan tidak berani
Imar dan Saniyah yang melihat buaya melakukan sendiri.
itu ada di atas rumah H. Masdar. Hubungan kekerabatan dengan
Buaya tersebut berjalan-jalan dan buaya ini tidak terjadi begitu saja,
terkadang di halaman rumah Hj. melainkan terjalin karena adanya
Mariani yang besarnya seperti batang hubungan atau pertalian keturunan.
kelapa, bahkan bisa mengetuk kaca Responden yang peneliti wawancarai ini
pintu rumah Hj. Mariani. (Wawancara menyebutkan bahwa terkadang generasi
:Hj. Hamnah dan Husni, 10 Agustus belakangan tidak mengetahui adanya
2013) hubungan kekerabatan dengan buaya
tersebut disebabkan tidak ada dari
Kasus III. (Mawarni di Banjarbaru) pihak orang tua atau kakek yang
Hasil wawancara dengan ibu memberi tahu. Sehingga adanya
Mawarni ditemukan data bahwa hubungan kekerabatan diketahui
hubungan kekerabatan dengan buaya setelah melihat fenomena dalam

Tashwir Vol. 1 No.2, Juli – Desember 2013 51


Kepercayaan dan Perilaku

kehidupan seperti sakit yang tak untuk memperoleh kesembuhan dari


kunjung sembuh walaupun sudah sakit yang dialami.
berobat kemana-mana. Dalam kondisi Menurut responden, gangguan yang
seperti itu terkadang yang bersangkutan dialami bisa bermacam-macam. Hal ini
mencoba mengingat adanya peninggalan muncul bila tidak malabuh1 akan
benda-benda pusaka (semisal keris dan mengalami sesuatu yang dikawatirkan
lain-lain) milik orang tua dahulu yang misalnya berupa gangguan saat acara
seyogianya dirawat dengan baik. Tetapi perkawinan seperti mempelainya jatuh
ada pula orang tua atau kakek/nenek pingsan tanpa sebab yang diketahui,
yang memberi tahu anak atau perut seperti orang hamil, lemah pisik
keturunan generasi berikutnya tentang bahkan bisa mengalami kelumpuhan,
hubungan kekerabatan ini, sehingga gatal-gatal, yang tidak kunjung sembuh
dilakukan pemberian sesajen setiap walaupun ada upaya berobat secara
tahun. Bisa juga memahami adanya medis, namun setelah dilakukan
fenomena kekerabatan ini dengan pemberian sesajen, berbagai keluhan
bertanya atau bercerita mengenai dapat teratasi. (dalam logat Banjar
pengalaman hidup selama ini kepada diistilahkan dengan seperti membuang
orang yang mengerti tentang kalimpanan). Pengalaman seperti ini
persoalannya, sehingga ia bisa melahirkan kepercayaan kuat bagi
memberikan solusi dari masalah yang responden tentang adanya kekerabatan
sedang dihadapi. Sebagai tanda antara manusia dan buaya. Selanjutnya
hubungan kekerabatan itu ialah bermacam gangguan tersebut tidak
memberikan sesajen kepada buaya akan terulang bilamana pemberian
manakala sampai waktunya kurang sesajen diperhatikan setiap tahun.
lebih setahun atau bilamana ada tanda- (wawancara: Mawarni, Banjarbaru, 30
tanda pingitan. Agustus 2013)
Pada zaman penjajah, dengan
adanya hubungan kekerabatan dengan Kasus IV. (Ervina Banjarbaru)
buaya ini dirasakan adanya bantuan Menurut ibu Ervina, hubungan
secara gaib sebagai penjagaan diri, kekerabatan dengan buaya ini
keluarga, tempat tinggal dan lainnya. berlangsung secara turun temurun dari
Misalnya pencuri/perampok tidak leluhurnya di Kelua Kabupaten
berani masuk ke rumah karena melihat Tabalong. Ketika berusia lima tahun
seuatu. Menurut penuturan ibu Mawarn sudah diperkenalkan oleh orang tua
pada waktu itu rumah kakeknya di kepada buaya, yakni saat memberi
Kelua mau disatruni para pencuri makan buaya jelmaan tersebut. Tidak
untuk mengambil harta dan perabot diketahui bagaimana asal-muasal
yang ada dalam rumah, namun ketika proses terbentuknya hubungan
mereka mendekat tiba-tiba berpaling kekerabatan ini. Namun orang tuanya
arah sambil lari seperti ketakutan, selalu mengingatkan bahwa telah
karena melihat seorang tanpa tangan menjalin kekerabatan dengan buaya
menggelinding mendekati pencuri jelmaan dan menmgharapa Ervina
tersebut. meneruskan kekerabatan ini. Setelah
Manfaat lainnya adalah para ayah dari Ervina meninggal dunia,
penjahat tidak punya minat berbuat maka yang memberi makan/sesajen
sesuatu yang merugikan. Disisi lain diteruskan oleh ibunya. Pernah ibunya
dengan memberikan sesajen kepada
buaya tersebut sebagai suatu upaya
1
Menaruh, melepas atau meletakkan
sesajen di air.
52 Tashwir Vol. 1 No.2, Juli – Desember 2013
Kepercayaan dan Perilaku

berupaya untuk mengakhiri hubungan untuk dihapus, maka tibul sesuatu


kekerabatan itu dengan harapan agar yang tidak dinginkan seperti
buaya tersebut tidak lagi mengganggu koreng/gatal-gatal, atau sakit pada
anak cucu dan keturunannya. Upaya ini bagian tangan dan tidak bisa
tidak berhasil dilakukan, karena akibat digerakkan yang dialami oleh ibu
itu ibunya mengalami sakit dan kandungnya sendiri. Pengalaman
tangannya tidak bisa digerakkan, dan tersebut seakan-akan membuat
ketika disetujui keakraban itu (dihakuni keluarga ini tidak berani melalaikannya.
bagampiran), sehingga terrbebas dari Konsekuensi hubungan kekerabatan
sakit itu. Atas pengalaman tersebut dengan buaya dalam keluarga Ervina
sehingga kekerabatan dengan buaya dirasakan terutama bila lalai
tetap berlangsung sampai sekarang. memberikan sesajen kalau sudah
Setiap tahunnya diberikan sesajen sampai waktunya. Beberapa
sebagaimana dulunya pernah dilakukan pengalamannya masa lalu dapat
oleh kedua orangnya. disebutkan, antara lain:
Menurut Ervina, orang tuanya 1. Ayahnya pernah minta makan
apabila meninggalkan rumahnya ketika dalam kondisi merangkak
pulang kampung selalu tidak kuatir, layaknya seekor buaya. Maka
karena merasa ada yang teringat bahwa keluarga ini
menjagakannya (buaya jelmaan). Dalam belum memberikan sesajen
pengalaman hidupnya, anaknya kepada buaya. Setelah diberikan
bercerita pernah melihat seperti ada sesajen, maka orang tuanya
orang masuk (melintas) ke dalam kembali seperti biasa.
rumah, setelah dicari tidak ada orang 2. Sering memicu kemarahan dalam
yang masuk. Beberapa tetangga dekat keluarga (laksana kemasukan
pernah pula melihat ada orang di setan) tanpa diketahui sebab-
rumah itu dengan perawakan tinggi musabab yang jelas.
dan hitam. Suatu ketika ayah Ervina 3. Ketika Ervina menjelang
pernah membawa senjata tajam yang melahirkan anak, sempat marah-
diselipkan di dalam kaus kaki. Saat marah, ingin menendang suami
digeledah oleh petugas kepolisian dalam dan mau pergi ke sungai.
razia senjata tajam ternyata tidak Teringatlah saat itu belum
menemukan sesuatu. memberikan sesajen. Begitu
Selain hal di atas, Ervina mengaku diberikan maka persalinan
bahwa rumahnya sering mendapat berjalan lancar.
pujian dari kawan-kawannya, bahwa 4. Pernah mengalami sakit kulit
rumah ini adem, sejuk dan nyaman; dipersendian kedua belah kaki
padahal dalam pengamatan penulis di seperti koreng dan terasa gatal.
sekitar rumah ini tidak ada pohon Sudah diobati secara medis,
ataupun tanaman lainnya. Ibu ini namun tidak hasilnya.. Namun
mengakui bahwa pengalaman- setelah memberikan sesajen
pengalaman di atas merupakan bagian kepada buaya gaduhan,
dari pengaruh adanya kekerabatan kondisinya membaik dan secara
dengan buaya tersebut. Selain itu bila berangsur-angsur sembuh.
dalam keadaan terdesak bisa minta (Wawancara : Ervina, Banjarbaru,
bantuan buaya ini untuk menakut- 02 September 2013).
nakuti musuh.
Dalam keluarga Ervina, beranggapan Kasus V. (Ardi)
hubungan kekerabatan itu dicuba

Tashwir Vol. 1 No.2, Juli – Desember 2013 53


Kepercayaan dan Perilaku

Ardi yang punya keahlian pandai sekarang Ardi mengaku sering diajak
memijat, melihat makluk-makhluk gaib, kelahi oleh makhluk gaib yang
mengobati orang sakit dan membantu berbentuk laki-laki dengan pakai
orang yang bermasalah, misalnya mahkota kerajaan (seperti pangeran
menolong orang bermasalah, dan dia atau patih dari kerajaan dulu),dan
juga mengaku sering memberi makan terkadang berbentuk kucing, namun
buaya jelmaan yang merupakan warisan Ardi selalu tidak meladaninya. Kejadian
dari leluhurnya yang bernama datu ini hanya dalam pengalaman batin tidak
Hasyim di Barabai, dan tidak diketahui bisa disaksikan orang lain. (wawancara:
asal usul kekerabatan dengan buaya Ardi, Banjarmasin 05 September 2013)
jelmaan itu. Datu Hasyim memiliki
anak bernama Siti Salasiah yang kawin
dengan Sutra Ali. Dari hasil perkawinan
ini melahirkan anak yang bernama
Surya Ilhamsyah. Kemudian Surya Perilaku Sebagian Masyarakat
Ilhamsyah kawin dengan Qamariyah terhadap Buaya Jelmaan.
dan melihirkan empat orang anak yaitu: Kasus I (Latifah)
Ardi, M. Arifin, Nurjannah, M. Nurdin, Sebagai pewaris atau pemelihara
M. Nafis yang sekarang berusia sebelas hubungan kekerbatan dengan datu atau
tahun yang sering kesurupan yang buaya jelmaan, maka selalu
perilakunya seperti buaya dan macan, memberikan piduduk atau sesajen
keras hati, pemarah dan dipercaya kepadanya, sebab kalau tidak datu
diganggu buaya jelmaan . Ardi mengaku atau buaya jelmaan bisa mengganggu
sering melihat makhluk gaib hitam dan dalam berbagai bentuk. Sepupu Latifah
terkadang berbentuk buaya, macan, yang bernama Khdijah mau
wanita berpakaian seperti ratu, dan mengadakan acara perkawinan di siang
terkadang laki-laki seperti pendekar hari, namun pada malam perkawinan
sakti. Semua makhluk gaib tersebut itu muncul seekor ular jelmaan dalam
tidak berkomunikasi kecuali hanya kamarnya, mereka menyadari, bahwa
buaya yang sering berdialog dengan Ardi lupa menyediakan piduduk, sehingga
ini. Setelah Hasyim meninggal dunia, mereka menyiapkan sesajen berupa
pemelihara berikutnya langsung kepada beras ketan, kelapa, gula merah dan
cicitnya yakni Ardi. Pengakuan Ardi telor di bawah ranjang pengantin, untuk
dapat memerintah buaya jelmaan itu, buaya jelmaan (datu). Merekapun
seperti bila adiknya yang bernama Nafis menyadari bahwa ular itu sebenarnya
sedang kesurupan macan, kemudian adalah jelmaan dari datu juga.
Ardi memerintahkan kepada buaya (wawancara: Latifah, Banjarmasin, 10
jelmaan untuk mengigit macan yang Agustus 2013)
ada dalam tubuh adiknya itu. Kemudian
buaya mengigit ekor macan dan Kasus II (Hj. Hamnah dan
menariknya keluar, anehnya setelah HusniBanjarmasin)
macan keluar dari tubuh itu, ternyata Menurut Hj. Hamnah, ayahnya
buaya lagi yang merasuk ke dalam yang bernama H. Masran, selama
tubuh Nafis itu, setelah buaya dapat hidup hingga meninggal dunia selalu
dikeluarkan masuk laki-laki yang menjalin hubungan persahabatan
berpakaian kerajaan hal yang sama dengan buaya jelmaan dan selalu
selalu terjadi pada diri Nafis. Sejak memberi makanan untuk buaya
saat itu Ardi berjanji tidak akan lagi tersebut setahun sekali berupa nasi
memberi makan kepada buaya itu. Dan ketan, telor ayam, pisang yang

54 Tashwir Vol. 1 No.2, Juli – Desember 2013


Kepercayaan dan Perilaku

dimasukan ke dalam air dan Adapun sesajen itu terdiri dari 1 biji
menyediakan kopi manis dan pahit telor ayam masak, nasi ketan (dimasak
dalam rumah pada malam hari. dari beras ketan 0,5 liter atau sampai 1
Generasi selanjutnya juga melakukan liter) dimasukkan dalam piring, pisang
hal yang sama, terutama apabila datang dan kembang; semuanya dimasukan
gangguan seperti kesurupan, atau dalam kantungan plastik; nama yang
gangguan kejiwaan yang perilakunya bersangkutan ditulis di kertas bersama
merayap seperti buaya. Hal ini yang nama orang tuanya. Kemudian waktu
dialami Hj. Idah anak Hj. Mardiyah, malabuh (meletakkan, melepas) sesajen
sehingga selalu didampingi ibunya dan itu biasanya dilakukan pada senja hari
Hj. Hamnah, dengan selalu memberi (malam Jum’at) atau bisa juga senja
sesajen berupa kopi manis dan pahit malam Senin. Pada senja hari lain tidak
yang diletakan ditempat tertentu. Selain dianjurkan, sebab buaya-buaya itu
itu anak. H. Masran yang bernama H. diyakini tidak ada ditempat yang kita
Masdar, selalu menjaga dan memelihara inginkan. Kemudian sesajen itu
tombak buaya yang merupakan warisan biasanya diletakkan di tengah arus air
dari ayahnya. Walaupun tombak ini sungai; atau bisa pula di laut bila
sudah dipelihara, namun anaknya yang kebetulan tidak ada sungai. Peletakkan
berpendidikan S1 yang bernama Abdul sesajen bisa dilakukan oleh kita sendiri
Khair tetap tidak tersembuhkan dari atau dipercayakan kepada orang lain,
gangguan kejiwaan hingga sekarang, yang penting dia punya keberanian dan
kedatipun sudah diobati secara medis mengerti tata caranya.
dan non medis. (wawancara: Husni, Adapun tempat menaruh atau
Banjarmasin, 05 September 2013) meletakkan sesajen itu tidak sembarang
tempat, tidak boleh di darat melainkan
Kasus III. ( Mawarni Banjarbaru) harus di air seperti sungai kecil atau
Pemberian sesajen kepada buaya besar; dan sesajen itu sebaiknya
sebagai tanda adanya kekerabatan dilabuh (dilepas, ditaruh) di tengah arus
biasanya dilakukan sekali dalam sungai. Pemilihan tempat untuk
setahun. Bila ada indikasi yang melepas sesajen tersebut di sungai
dirasakan oleh yang bersangkutan sebagai pertanda bahwa kehidupan
seperti sakit yang tak kunjung sembuh, buaya itu pada umumnya adalah di air
maka hal ini dipahami sebagai isyarat bukan di darat.
tiba saatnya untuk malabuh. Meski Sebelum malabuh (melepas) sesajen,
demikian, bisa pula pemberian sesajen terlebih dahulu memberi salam kepada
itu dilakukan tanpa harus didahului datu buaya kemudian disebutkan nama
oleh isyarat tersebut, tetapi diberikan dan bin siapa yang memberikan sesajen
bila diperkirakan sudah tiba waktunya. itu. Pengalaman ibu Mawarni saat
Selain itu, buaya itu sendiri bisa pula malabuh ada terasa sesuatu kekuatan
datang ke rumah bila mana terlambat yang menarik seperti magnit ke dalam
memberikan sesajin dan berada di air. Ini sebagai pertanda kehadiran
depan pintu seolah-olah mau masuk. buaya tersebut, dan pada saat itu
Kehadiran buaya ini tidak bisa dilihat sesajen segera dilepas sebab kalau tidak
oleh orang lain, kecuali bagi yang kena dapat berakibat ikut tercebur ke dalam
pingit karena dia bukan buaya air seperti yang pernah di alami oleh ibu
sebenarnya, melainkan buaya gaib Mawarni ketika melabuh sesajen di
(siluman, jelmaan). Keadaan ini menjadi teluk Sungai Lulut, tapi untung katanya
isyarat supaya segera diberikan sesajen. tidak ikut tercebur ke dalam air, karena
sempat berpegang kuat pada sampan

Tashwir Vol. 1 No.2, Juli – Desember 2013 55


Kepercayaan dan Perilaku

(perahu, jukung). Kekuatan itu berasal sebelumnya. Kemudian yang


dari buaya yang tidak tampak oleh kita; memberikan sesajen itu adalah yang
seandainya kita bernasib baik bisa saja bersangkutan (yang kena pingit)
melihat wujud buaya tersebut. langsung, kecuali bagi yang tidak
Pengalaman berikutnya sdah tidak mengerti tata caranya atau tidak berani
menjadi masalah lagi, karena kasus melakukannya sendiri. Dalam kondisi
sebelumnya menjadi pengalaman yang seperti ini boleh saja dipercayakan
sangat berharga. Untuk kali yang kepada orang lain yang mengerti tata
keberikutnya mengambil tempat sungai caranya.
yang agak besar di sekitar Trisakti. Pada Dalam keluarga ibu Ervina—selagi
perinsipnya—menurut responden— kedua orang tuanya masih hidup—
pemilihan sungai boleh yang mana saja mereka berdualah yang memberikan
sesuai dengan keinginan kita. sesajin itu. Setelah ayahnya wafat,
Sesajen yang dilabuh (dilepas) itu dilanjutkan oleh ibunya, kemudian
dibiarkan begitu saja dibawa arus dan kakaknya. Beberapa tahun belakangan
secara perlahan ia tenggelam ke dalam ini, ibu Ervina pindah ke Banjarbaru
air, dan dengan demikian sudah selesai sehingga berjauhan dari kakaknya.
pemberian sesajin tersebut. Berhubung ibu Ervina ini tidak mengerti
(wawancara: Mawarni, Banjarbaru, 02 dan juga tidak berani melakukannya
September 2013). sendiri, maka ia meminta bantuan
kepada orang yang mengerti tata
Kasus IV. (Ervina Banjarbaru) caranya.
Sesajen yang disiapkan untuk buaya Selain pemberian sesajen secara
gaduhan terdiri atas rendaman air berkala setiap tahunnya, dalam acara-
kembang, nasi ketan kuning, lamang, acara lain seperti selamatan
pisang, telor ayam masak dimasukkan perkawinan, kenduri ataupun acara
dalam cubit yang terbuat dari tanah selamatan lainnya, juga disiapkan
merah. Tempat memberikan sesajen itu sesajen untuk buaya gaduhan ini.
di sungai dan dilakukan setiap tanggal Sesajennya berupa makanan yang
1 Muharram diwaktu senja hari. diambil sekedarnya dari setiap jenis
Pada waktu masih kecil, ibu Ervina menu makanan yang akan disuguhkan
pernah menyaksikan sendiri ayahnya kepada tamu undangan dalam cara
memberikan sesajen kepada buaya. tersebut sebelum makanan itu dicicipi.
Mula-mula ayahnya terlihat komat- Tujuannya adalah agar acara itu tidak
kamit seperti ada sesuatu yang dibaca, terganggu dan berjalan dengan lancar
sejenak kemudian air sungai sesuai dengan yang diharapkan.
bergelombang pertanda datangnya (wawancara: Ervia, Banjarbaru, 02
buaya tersebut. Sejurus kemudian September 2013)
muncullah seekor buaya besar dari
dalam air sambil menganga. Sesajen Kasus V. ( Ardi)
yang sudah disiapkan tadi satu persatu Ardi mengaku yang selalu memberi
dimasukkan ayahnya ke dalam mulut makan buaya jelmaan itu, berupa sajian
buaya dan setelah habis, buaya itu yang terdiri dari, nasi ketan berwarna
kembali ke dalam air. kuning, telor itik, pisang mahuli, air
Pemberian sesajen itu dilakukan kelapa, kopi manis dan kopi pahit.
setahun sekali tepatnya setiap tanggal 1 Semua sajian itu dimasukan ke dalam
Muharram, tidak boleh terlewat karena air di sungai Rantau Badau yang
dikawatirkan dapat berakibat yang tidak tembusannya ke sungai Barito. Sesajen
baik sebagaimana pengalaman dimasukan dalam tempurung kelapa,

56 Tashwir Vol. 1 No.2, Juli – Desember 2013


Kepercayaan dan Perilaku

atau dibongkos dalam daun pisang. Banjar adalah sejarah panjang


Terkadang Ardi memberi makan buaya perjalanan agama-agama. Animisme,
itu di sungai kecil (parit) di daerah Dinamisme, Hindu, Budha dan
Kebun Bunga yang tembusannya ke beberapa kepercayaan lokal pernah
sungai kecil di Pasar Betuah di Kuripan. berkembang masih meninggalkan bekas
Ardi mengaku dapat memerintah buaya kepada orang Banjar yang notabene
jelmaan itu, dan menyimpan buaya adalah muslim.
kecil yang ada dalam botol. Buaya itu Kepercayaan dan perilaku terhadap
dapat diperintah ketika adiknya yang hubungan kekerabatan dengan buaya
bernama Nafis sedang kesurupan adalah refleksi dari sejarah panjang
macan, kemudian Ardi memerintahkan agama-agama tersebut. Masyarakat
kepada buaya jelmaan untuk mengigit Banjar adalah masyarakat tradisionalis
macan yang ada dalam tubuh adiknya yang cenderung menerima tradisi dan
itu. Kemudian buaya mengigit ekor budaya yang diwariskan turun
macan dan menariknya keluar, anehnya temurun.
setelah macan keluar dari tubuh itu, Adanya kepercayaan, perilaku dan
ternyata buaya itu lagi yang merasuk ke hubungan kekerabatan sebagian
dalam tubuh Nafis itu, setelah buaya masyarakat Banjar terhadap binatang
dapat dikeluarkan masuk laki-laki yang buaya di Banjarmasin dan Banjarbaru
berpakaian kerajaan hal yang sama sesuai dengan teori totemisme. Namun
selalu terjadi pada diri Nafis. Sejak yang membedakan tidak ada
saat itu Ardi berjanji tidak akan lagi pengakuan mereka menyebutkan
memberi makan kepada buaya itu. Dan bahwa binatang buaya itu merupakan
sekarang Ardi mengaku sering diajak leluhur atau nenek moyang mereka.
kelahi oleh makhluk gaib yang Sementara teori totemisme
berbentuk laki-laki dengan pakai menerangkan sebagaimana
mahkuta kerajaan (seperti pangeran dikemukakan Taylor yang mengutip dari
atau patih dari kerajaan dulu),dan Wilken tentang masalah buaya-buaya
terkadang berbentuk kucing, namun yang dianggap baik dan bersahabat
Ardi selalu tidak meladaninya. Kejadian dengan manusia yang baik, dan menjadi
hanya dalam pengalaman batin tidak pelindung mereka. Buaya-buaya ini
bisa disaksikan orang lain. (wawancara: dapat membunuh siapa saja yang
Ari, Banjarmasin, 07 September 2013) dianggap sebagai musuhnya.
Persembahan korban selalu dilakukan
Analisis terhadap buaya itu dan orang berusaha
Masyarakat Banjar adalah mencari berkah.
masyarakat religious yang menjadikan Hubungan kekerabatan dan
agama sebagai sumber nilai dalam kekeluargaan dengan binatang seperti
kehidupan sehari-hari. Meskipun buaya, merupakan paham totemisme.
masyarakat Banjar religious dan identik Penganut paham ini memperlihatkan
dengan Islam, namun dalam kehidupan adanya sikap-sikap khusus terhadap
sehari-hari masih ditemukan binatang tersebut seperti sikap kagum,
kepercayaan dan perilaku yang bukan tertarik, dan rasa takut serta cemas.,
bersumber dari Islam, seperti karena binatang itu diakui memiliki
kepercayaan dan perilaku mereka hubungan yang erat dengan kehidupan
terhadap hubungan kekerabat dengan manusia. Malah sering meningkat
buaya. kepada pengakuan bahwa binatang
Adalah sebuah realitas bahwa tersebut nenek moyang atau
sejarah panjang kehidupan orang

Tashwir Vol. 1 No.2, Juli – Desember 2013 57


Kepercayaan dan Perilaku

leluhurnya. (PPPTIA, Perbandingan memperlihatkan adanya sikap-sikap


Agama I, Jakarta 1982, h. 51) khusus terhadap binatang tersebut,
seperti sikap kagum, tertarik dan rasa
Penutup takut serta cemas, karena binatang itu
1. Kesimpulan diakui memiliki buhungan yang erat
Berdasarkan dari uraian dalam dengan kehidupan manusia. Semua
pembahasan sebelumnya, yakni responden beragama Islam, sehingga
mengenai kepercayaan dan perilaku tidak ada pengakuan mereka bahwa
sebagian masyarakat Banjar dalam buaya itu merupakan leluhur atau
menjalin hubungan kekerabatan nenek moyang mereka sebagaimana
dengan buaya jelmaan, maka dapat teori totemisme.
disimpulkan sebagai berikut:
Sebagian masyarakat Banjar 2. Rekomendasi
mempercayai dan meyakini bahwa Tradisi mempercayai dan
mereka telah telah menjalin hubungan mengadakan hubungan kekerabatan
keakraban dengan makhluk gaib yang dengan buaya jelmaan merupakan
menjelma kepada buaya. Hubungan tradisi yang tidak layak dipertahankan,
tersebut dilestarikan merupakan hasil sebab mengganggu kemurnian akidah.
warisan dari nenek moyangnya yang Penelitian ini dapat dilanjutkan pada
harus diterima. Sebab bila terjadi aspek yang belum tersentuh pada
penolakan, maka buaya akan marah penelitian ini seperti, pada pendekatan
dan menganggu juriat anak cucu kuantitatif dan analisis secara
pemeliharanya. Bentuk gangguan ini psikologis.
bermacam-macam diantara gangguan
kejiwaan yang gerak geriknya Referensi
menyerupai buaya. Namun bila warisan Alpani Daud. Islam dan Buadaya
leluhur ini diterima dan telah terjalin Banjar. Jakarta: PT RajaGrafindo
keakraban dengan buayau tersebut, Persada 1997.
maka tidak jarak sang makhluk gaib Bassam Salamah, Penampakan dari
yang menyerupai buaya ini akan Dunia Lain: Membongkar Rahasia
membantunya saat diperlukan. Bentuk Dunia Gaib dan Praktik Perdukunan,
bantuan ini bermacam-macam, Bandung : Hikmah, 2004.
tergantung kebutuhan penjalin Bustanuddin Agus, Agama dalam
hubungan kekerabatan tersebut. Kehidupan Manusia. Jakarta: PT.
Dengan adanya anggapan atau Raja Grafindo Persada, 2006.
kepercayaan dan keyakinan terhadap Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyayi
makhluk gaib yang menjelma kepada dalam Masyarakat Jawa, Jakarta :
buaya, sehingga sebagian masyarakat Pustaka Jaya,1983
Banjar memberi sesajen berupa nasi Dadang Kahmad, Metode Penelitian
ketan, telor, pisang dan lain-lain yang di Agama Perspektif Perbandingan
masukan ke dalam air sungai. Perilaku Agama, Bandung : CV PUSTAKA
sebagian masyarakat ini secara tutun- SETIA, 2000
temurun. Hal ini dilakukan dengan Depatemen P & K. Kamus Besar Bahasa
harapan buaya tidak mengganggu dan Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
membantu juriat atau anak cucu 2003
pemeliharanya. H.TH. Fischer, Pengantar Anthropologi
Hubungan kekerabatan dengan Kebudayaan Indonesia, Jakarta :
binatang buaya, merupakan paham Pustaka sarjana, …..
totem (totemisme). Penganut paham ini

58 Tashwir Vol. 1 No.2, Juli – Desember 2013


Kepercayaan dan Perilaku

Khadziq, Islam dan Budaya Lokal : T. Sianipar dkk., Dukun, Mantra, dan
Belajar Memahami Realitas Agama kepercayaan Masyarakat, PT.
dalam Masyarakat, Yogyakarta : Grafikatama Jaya 1992
Teras, 2009. Wahid Abdussamad Baly, Terapi dan
Imran A. Manan, Pelbagai Tauhid menangkal Kejahatan Ilmu Sihir,
Populer, Surabaya : PT Bina Jakarta: Gaung Persada Press, 2008
Ilmu1982. Wajidi, Akulturasi Budaya Banjar di
Koentjaraningkrat, Sejarah Teori Banua Halat, Yogyakarta : PUSTAKA
Antropologi I, Jakarta : Universitas BOOK PUBLISER, 2011
Indonesia Press, 1987. www.id.wikipedia.org/wiki/Totem=Tote
............................., Sejarah Teori misme
Antropologi II, Jakarta : Universitas http://id.m.wikipedia.org,
Indonesia Press, 1987. http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Banj
………………….., Pengantar Ilmu arbaru#Geografi,
Antropologi I, Cet. Ketiga, Jakarta : http://banjarbarukota.bps.go.id/index.
PT. Rineka Cipta 2005. php?full=2012-dda,
.............................., Beberapa Pokok Ajiraksa.blogspot.com/2011/05/agama-
Antropologi Sosial, Jakarta : DIAN agama-primitif-totemisme.html
RAKYAT, 1990
Maurice Bucaille, Asal-usul Manusia,
Jakarta : Mizan,1986.
Musdar Bustaman Tambusai, Buku
Pintar Jin, Sihir dan Ruqyah
Syar’iyyah. Jakarta Timur : Pustaka
al Kautsar, 2010.
Mochrani. Agama dan Kemasyarakatan.
Banjarmasin : PPPTAI/IAIN, 1982.
M. Suriansyah Ideham, et.al. Urang
Banjar dan Kebudayaannya,
Banjarmasin : Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah Provinsi
Kalimantan Selatan, 2005.
Nordiansyah. Sinkretisme. Banjarmasin:
Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari,
1982.
Sjarifuddin, et.al. Sejarah Banjar.
Banjarmasin: Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah Provinsi
Kalimantan Selatan, 2004.
Imran A. Manan, Pelbagai Tauhid
Populer, Surabaya: PT Bina
Ilmu1982.
Muhammad Luthfi Ghozali, Menguak
Dunia Jin: Ruqyah Dampak dan
Bahayanya, Semarang : Gunung
Jati Ofset, 2006.
Umar Sulaiman al-Asyqar, Alam
Makhluk Supernatural, Jakarta: CV.
Virdaus, 1992.

Tashwir Vol. 1 No.2, Juli – Desember 2013 59

Anda mungkin juga menyukai