Komkes Buk Evi Kel 3
Komkes Buk Evi Kel 3
Komkes Buk Evi Kel 3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi
pada pasien lanjut usia, atau selanjutnya penulis sebut sebagai lansia tidak hanya
perbaikan yang cukup signifikan pada pasien lansia, namun mereka pada
akhirnya tetap memerlukan komunikasi yang baik dan empati juga perhatian
yang “cukup” dari berbagai pihak, terutama dari keluarganya sebagai bagian
1
perawat. Komunikasi terapeutik sangat penting dan berguna bagi pasien, karena
komunikasi yang baik dapat memberikan pengertian tingkah laku pasien dan
B. Rumusan Masalah
dan Keluarga?
Penyakit Kronik?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Karakteristik Lansia
tersebut misalnya :
3
tidak percaya terhadap diagnosa, gejala, perkembangan serta
diterima keliru
1. Pendekatan fisik
mudah di observasi.
2. Pendekatan psikologis
4
sesuatu yang asing atau sebagai penampung masalah-masalah
rahsia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
3. Pendekatan social
4. Pendekatan spiritual
yang baik.
5
Beberapa tehnik komunikasi yang dapat diterapkan anatara lain :
1. Tehnik Asertif
2. Responsif
saat ini ? Apa yang bisa saya bantu ?". Berespon berarti bersikap
aktif, tidak menunggu bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas
klien.
3. Fokus
6
mengungkapkan pernyataan-pernyataan diluar materi yang
4. Supportif
7
Bapak/Ibu mampu melaksanakan....dan bila diperlukan kami siap
membantu".
5. Klarifikasi
kesehatan.
8
Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia
akan terganggu apabila ada sikap agresif dan sikap non asertif
1. Agresif
2. Non Asertif
9
Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupakan hal yang
mengatasi keadaan tersebut, untuk itu perlu adanya tehnik atai tips-
10
Serasikan bahasa tubuh anda dengan pembicaraan anda, misalnya
pertanyaan anda.
mendengarkannya
11
komunikasi yang efektif, tidak menyinggung perasaan lansia yang
relatif sensitif.
sendiri
memandirikan klien.
tepat.
12
dengan pengetahuan baru sehingga kepada orang lansia, tidak dapat
terbuka.
dinamis.
Kondisi Pasien Pasien ibu Sofi umur 68 tahun masuk rumah sakit
13
mual dan muntah. Palpasi teraba hepar membesar. Pasien mengatakan
saya sakit yang demikian karena saya selalu menjaga kesehatan”, Pasien
menolak pengobatan dan tidak mau dirawat. Pasien yakin bahwa dia
Rencana Keperawatan:
mengalami rasa berduka dan kehilangan. Sebagai seorang perawat kita harus
mampu memahami hal tersebut. Komunikasi dengan klien penyakit terminal dan
14
Seseorang dengan penyakit kronis atau dengan penyakit terminal akan
mengalami rasa berduka dan kehilangan. Sebagai seorang perawat kita harus
mampu memahami hal tersebut. Komunikasi dengan klien penyakit terminal dan
seperti itu bisa jadi akan timbul penolakan dari klien. Dalam menghadapi
intervensi pelayanan paliatif (Mok dan Chiu, 2004 dikutip dari Potter dan Perry
rasa empati. Dengarkan dengan baik, tetap berpikiran terbuka, serta amati respon
verbal an nonverbal klien dan keluarga. Saat berkomunikasi mungkin saja klien
akan menghindari topic pembicaraan, diam, atau mungkin saja menolak untuk
berbicara.
Hal tersebut adalah respon umum yang mungkin terjadi. Respon berduka
penyakitnya saat ini, perawat harus mengizinkan dan katakana bahwa klien bisa
15
Beberapa klien tidak akan mendiskusikan emosi karena alasan pribadi
atau budaya, dan klien lain ragu – ragu untuk mengungkapkan emosi mereka
karena orang lain akan meninggalkan mereka (Buckley dan Herth, 2004 dikutip
lain. Ketika klien ingin membicarakan tentang sesuatu, susun kontrak waktu dan
a. Kehilangan kesehatan
terbatas
c. Kehilangan kemandirian
ketergantungan
e. Kehilangan situasi
16
f. Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama
keluarga kelompoknya
dan berpikir efisien sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional
berpikir secara rasional (body image) peran serta identitasnya. Hal ini
Kronik
17
Tiap fase yang dialami oleh klien kronis memiliki karakteristik yang
sesuai.
sedang dihadapi klien sehingga mudah bagi perawat menyesuaikan diri dengan
Reaksi pertama yang dialami individu saat kehilangan adalah syok, tidak
mengatakan, “Tidak,saya tidak percaya itu terjadi”. Bagi klien atau keluarga
tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengingkaran adalah letih, lemah,
gelisah, tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi tersebut dapat berlangsung
18
Fase ini dimulai dari timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya
diproyeksikan kepada orang yang ada di sekitanya atau pada diri sendiri. Tidak
Respon fisik yang sering terjadi seperti muka merah,nadi cepat, gelisah,
2) Mendengarkan aktif
kemurahan hati Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata: “Kalau
saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya akan selalu berdoa”. Apabila proses
ini dialami oleh keluarga, maka pernyataan yang sering dijumpai seperti, “Kalau
19
d) Fase Depression
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri,
tidak mau berbicara, kadang bersikap sebagai pasien yang baik dan penurut atau
menerima biasanya dinyatakan dengan kata-kata, “Apa yang dapat saya lakukan
sebelumnya dan sampai pada fase damai atau penerimaan, maka akan dapat
Akan tetapi, bila individu tetap berada pada salah satu fase, akan sulit baginya
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
kelompok usia antara 60-70 tahun,usia lanjut usia (old), kelompok usia antara
75-90 tahun usia tua (very old), kelompok usia diatas 90 tahun. Pendekatan
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari banyaknya sumber penulis akan memperbaiki makalah tersebut. Oleh sebab
21
DAFTAR PUSTAKA
Graha Ilmu
22