LP Hipertensi - Dimas Baskara S. 1920050
LP Hipertensi - Dimas Baskara S. 1920050
Dosen Pembimbing :
YOGA KERTAPATI , M.Kep., SP.Kep.Kom.
Disusun oleh :
Dimas Baskara Saputra
(1920050)
1. Definisi lansia
Menua adalah proses menghilangnya secara perlahan aktifitas jaringan untuk
memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas dan memperbaiki
kerusakan yang di derita (Darmojo,2010).
2. Batasan Umur Lansia
Batasan umur menurut organisasi WHO ada 4 tahap lansia meliputi : usia
pertengahan (Middle age ) = kelompok usia 45-59 tahun, usia lanjut (Elderly)
= antara 60-74 tahun, usia lanjut tua (Old) = antara 75-90 tahun, dan usia
sangat tua (Very Old) =diatas 90 tahun.
Di indonesia batasan mengenai lansia adalah 60 tahun ke atas, terdapat dalam
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahtereraan lanjut usia
pada Bab 1 pasal 1 ayat 2 .Menurut undang-undang tersebut diatas lanjut
adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun
wanita (Kurhariyadi,2011).
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram
(kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya
membedakan warna menurun.
4. Sistem Pendengaran
5. Sistem Cardiovaskuler
8. Sistem Gastrointestinal
9. Sistem urinaria
b. Perubahan psikososial
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali
berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti : Gangguan
jantung, gangguan metabolisme, misal diabetes millitus, vaginitis,
baru selesai operasi : misalnya prostatektomi, kekurangan gizi, karena
pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang.
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :
Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang
merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-
olah acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut
sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu, baik positif
maupun negatif. Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan
dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar
pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan
pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk
mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau
tidak dengan memperoleh gaji penuh.
Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan
terarah bagi masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu
dilakukan assessment untuk menentukan arah minatnya agar tetap
memiliki kegiatan yang jelas dan positif. Untuk merencanakan
kegiatan setelah pensiun dan memasuki masa lansia dapat dilakukan
pelatihan yang sifatnya memantapkan arah minatnya masing-masing.
Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang sangat
banyak jenis dan macamnya.
1. DEFINISI
2. ETIOLOGI
Dari seluruh kasus hipertensi 90% adalah hipertensi primer. Beberapa faktor
yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer seperti berikut
ini (Udjianti, 2013).
1) Genetik individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
2) Jenis kelamin dan usia
Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause tinggi untuk
mengalami hipertensi.
3) Diet
Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
4) Berat badan (obesitas).
5) Berat badan
> 25% diatas ideal dikaitkan dengan berkembang nya hipertensi.
6) Gaya hidup
Merokok dan konsumsi alkohol,stress dapat meningkatkan tekanan
darah.
Berikut ni beberapa kondisi yang menjadi penyebab hipertensi sekunder
(Udjianti, 2013):
a. Penggunaan kontrasepsi hormonal
Obat kontrasepsi yang berisi esterogen dapat menyebabkan hipertensi
melalui mekanisme renin-aldosteron-mediated volume expansion.
Dengan penghentian obat kontrasepsi, tekanan darah normal kembali
secara beberapa bulan.
b. Penyakit parenkim dan vaskuler ginjal
Ini merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi
renovaskuler berhubungan dengan penyempitan atu atau lebih arteri
renal pada klien dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklorosis atau
fibrous displasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrus). Penyakit
parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi dan perubahan
struktur serta fungsi ginjal.
c. Gangguan endokrin
Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan
hipertensi sekunder. Adrenal-medited hypertention di sebabkan
kelebihan primer aldosteron, koristol dan katekolamin. Pada
aldosteronisme primer
d. Coaretation aorta (penyempitan pembuluh darah aorta)
Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi
beberapa tingkat pada aorta torasik atau abdominal. Penyempitan
penghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan mengakibatkan
peningkatan darah diatas area kontriksi.
e. Kehamilan
Naiknya tekanan darah saat hamil ternyata dipengaruhi oleh hormon
estrogen pada tubuh. Saat hamil kadar hormon estrogen di dalam
tubuh memang akan menurun dengan signifikan. Hal ini ternyata
biasa menyebabkan sel-sel endotel rusak dan akhirnya menyebabkan
munculnya plak pada pembuluh darah. Adanya plak ini akan
menghambat sirkulasi darah dan pada akhirnya memicu tekanan darah
tinggi.
f. Merokok
Merokok dapat menyebakan kenaikan tekanan darah karena membuat
tekanan darah langsung meningkat setelah isapan pertama,
meningkatkan kadar tekanan darah sistolik 4 milimeter air raksa
(mmHg). Kandungan nikotin pada rokok memicu syaraf untuk
melepaskan zat kimia yang dapat menyempitkan pembuluh darah
sekaligus meningkatkan tekanan darah.
3. KLASIFIKASI
4. WOC
stress
obesita Jenis
merokok Konsumsi Konsumsi
umur kelamin
garam alkohol
berlebihan
Hormo
Darah
n p.pem Elastisita Pria lebih
yang
endofri b uluh s dinding rentan
berlebih Keasama
darah Garam
beredar di n darah aorta
Aldoste dapat
beresiko r on menyera
Menghala p.pembul Umur keatas
p air Jantung
Frekuensi n gi arus u h darah
60 denyut darah scr Volume dipaksa
normal darah memomp
jantung a
hipertensi
Pembuluh Vasokontriksi
darah otak Vasokontriksi fatique
pembuluh darah
Suplai O2
Rangsang
Afterload
aldosteron Intoleransi
meningkat
aktivitas
Kelebihan volume
cairan
5. MENIFESTASI KLINIS
1. Tidak Bergejala
Tidak ada gejala spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah,
selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa, jika kelainan arteri tidak
diukur, maka hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa.
2. Gejala yang lazim
Gejala yang lazim menyertai hipertensi adalah nyeri kepala, kelelahan. Namun hal ini
menjadi gejala yang terlazim pula pada kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis. Menurut Rokhlaeni (2001), manifestasi klinis pasien hipertensi diantaranya:
mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, gelisah, mual dan muntah,
epistaksis, kesadaran menurun. Gejala lainnya yang sering ditemukan: marah, telinga
berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang.
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Triyatno (2014) penanganan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu secara
nonfarmakologis dan farmakologi.
1.Terapi non farmakologi
Terapi farmakologi yaitu yang menggunakan senyawa obat obatan yang dalam
kerjanya dalam mempengaruhi tekanan darah pada pasien hipertensi seperti :
angiotensin receptor blocker (ARBs), beta blocker, calcium chanel dan lainnya.
Penanganan hipertensi dan lamanya pengobatan dianggap kompleks karena
tekanan darah cenderung tidak stabil.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemerikaan Laboratorium
5. Photo dada : menujukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran jantung
8. KOMPLIKASI HIPERTENSI
1. Penyakit jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung
2. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler - kapiler ginjal glomelurus. Rusaknya membran glomelurus, protein akan
keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan
menyebabkan edema
3. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi pada hipertensi
kronik apabila arteri - arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
menebal sehingga aliran darah ke daerah yang diperdarahi berkurang.
4. Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan,hingga kebutaan.
5. kerusakan pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan penyempitan arteri atau
yang sering disebut dengan ateroklorosis dan arterosklerosis (pengerasan pembuluh
darah).
1. Identitas
Nama, umur, agama, jenis kelamin, tanggal masuk dan penanggung jawab.
2. Riwayat kesehatan
Beberapa hal yang harus diungkapkan pada setiap gejala yaitu sakit
kepala,kelelahan,pundak terasa berat.
4. Aktivitas / istirahat
1. Gejala: kelelahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton atau tidak sehat.
1. Gejala : adanya gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal pada masa lalu.
8. Makanan/cairan
12. Keamanan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
5. EVALUASI
Menurut (Tartowo & Wartonah , 2015) Adalah proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak dan
perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi untuk melihat
kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan. Untuk mempermudah mengevaluasi/memantau perkembangan pasien
digunakan komponen SOAP adalah sebagai berikut:
S : Data subjektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan
keperawatan : Data objektif Data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat
secara langsung kepada pasien dan yang dirasakan pasien setelah dilakukan tindakan
keperawatan
A : Analisa
Merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi, atau juga dapat
dituliskan suatu masalah/ diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan
pasien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif
P : Planning
Perencanaan keperawatan yang dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi atau ditambahkan dari
rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya, tindakan yang telah
menunjukkan hasil yang memuaskan data tidak memerlukan tindakan ulang pada umumnya
dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA
Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan gawat
Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little Brown and
Company. Boston
Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT Gramedia,
Jakarta.
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman. EGC. Jakarta
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.