Anda di halaman 1dari 6

CEPHALGIA (NYERI KEPALA)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


GMS/FirstAid/001/2020 00 1/2

Gereja Mawar
Sharon Surabaya
Barat
Ditetapkan oleh:
SPO Tanggal terbit:
(Standar Prosedur
Operasional)

Pengertian Penanganan pasien dengan keluhan nyeri kepala

Tujuan Sebagai acuan untuk menangani pasien nyeri kepala, untuk mengurangi
keluhan, mengurangi mortalitas dan morbiditas bila ada tanda kegawat
daruratan, serta merujuk pasien ke fasilitas kesehatan terdekat.

Prosedur Pengobatan 1. Hubungi dokter yang bertugas saat ibadah.


2. Pasien di antarkan ke ruang medis oleh usher/SM/FA/security
3. Lakukan anamnesis, pengukuran vital signs (Pengukuran tekanan
darah, nadi, suhu, dan saturasi)
4. Mencari tanda bahaya (red flag) nyeri kepala, meliputi:
Nyeri kepala awitan baru dengan intensitas berat dan/atau progresif,
disertai defisit neurologis fokal (pupil anisokor bicara pelo, bibir
mencong, lemah separuh tubuh, kaku kuduk) dan/atau global
(penurunan kesadaran), gejala sistemik (demam, muntah, hipertensi,
nadi melambat), telinga mendenging (tinitus).
5. Dilakukan Penanganan di ruang medis:
a. Stabilisasi airway, breathing, circulation.
b. Pemberian Parasetamol (Panadol) 1000 mg tab po/ibuprofen
2x400 mg tab po/celecoxib 200 mg tab po bila pasien sadar dan
masih bisa menelan dan tidak ada kontraindikasi.
c. Pemberian Oksigen bila gejala nyeri kepala tampak sangat berat
terutama di area salah satu mata hingga menyebabkan mata
merah dan mengeluarkan air mata
d. Segera rujuk pasien ke rumah sakit terdekat bila nyeri kepala
tidak membaik setelah minum obat atau bila ditemukan tanda
red flag.
Referensi Panduan Praktek Klinis Neurologi. 2016. Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf (PERDOSSI) Indonesia.

VERTIGO DAN DIZZINESS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


GMS/FirstAid/009/2020 00 1/3

Gereja Mawar
Sharon Surabaya
Barat
Ditetapkan oleh:
SPO Tanggal terbit:
(Standar Prosedur
Operasional)

Pengertian Vertigo adalah persepsi abnormal dari gerakan seseorang atau


lingkungan sekitarnya yang dapat menimbulkan sensasi berputar
terhadap sekeliling. Sementara dizziness adalah perasaan tidak seimbang
seperti bergoyang, melayang, atau mengambang.

Tujuan Sebagai sumber acuan bagi dokter yang bertugas dalam menegakkan
diagnosis dan memberikan rencana pengobatan vertigo dan dizziness.
Prosedur Pengobatan 1. Hubungi dokter yang bertugas saat ibadah.
2. Pasien dipindahkan ke ruang medis dengan menggunakan kursi roda
oleh usher/dokter/SM/security
3. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik tanda vital (kesadaran,
tekanan darah, nadi, temperatur, saturasi oksigen).
4. Stabilisasi airway, breathing, circulation.
5. Baringkan pasien dalam posisi terlentang di brankar.
6. Evaluasi tanda bahaya (red flag) vertigo dan dizziness, meliputi:
Muncul mendadak atau berkepanjangan (>3 hari), disertai gejala
penyerta (penurunan kesadaran, nyeri kepala, muntah, pandangan
kabur/ganda, bicara pelo, bibir mencong, kesemutan/rasa tebal pada
wajah atau separuh tubuh, hilang pendengaran mendadak, sulit
berjalan), umur>40 tahun dengan faktor risiko kardiovaskular
(hipertensi, DM, obesitas, riwayat stroke atau serangan jantung).
7. Dilakukan Pemberian obat-obatan di ruang medis:
a. Pemberian Betahistin (Mertigo/Merislon/Betaserc) 24 mg tab po
atau dimenhidrinat 50 mg tab po bila pasien sadar dan dapat
menelan dan tidak ada kontraindikasi.
b. Segera rujuk pasien ke rumah sakit terdekat bila vertigo atau
dizziness tidak membaik setelah minum obat atau bila ditemukan
tanda red flag.
Referensi Panduan Praktek Klinis Neurologi. 2016. Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf (PERDOSSI) Indonesia.

STROKE DAN TRANSIENT ISCHEMIC ATTACK (TIA)

No. Dokumen No. Revisi Halaman


GMS/FirstAid/001/2020 00 1/2

Gereja Mawar
Sharon Surabaya
Barat
Ditetapkan oleh:
SPO Tanggal terbit:
(Standar Prosedur
Operasional)

Stroke menurut WHO didefinisikan sebagai defisit neurologis fokal atau


global progresif yang berlangsung selama lebih dari 24 jam atau
menyebabkan kematian yang disebabkan oleh masalah pada pembuluh
Pengertian
darah (vaskular).

TIA menurut Ad Hoc Committee on Cerebrovascular Disease (1975)


didefinisikan sebagai episode disfungsi neurologis fokal dan sementara
yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah, dengan durasi yang
bervariasi, umumnya berlangsung 2-15 menit, namun dapat berlangsung
hingga 24 jam, tanpa defisit neurologis yang persisten.
Sebagai acuan untuk menangani pasien stroke dan TIA, untuk
Tujuan
mengurangi keluhan, mengurangi mortalitas dan morbiditas bila ada
tanda kegawat daruratan, serta merujuk pasien ke fasilitas kesehatan
terdekat.

Prosedur Pengobatan 1. Hubungi dokter yang bertugas saat ibadah.


2. Pasien diantarkan ke ruang medis oleh usher/SM/FA/security
3. Lakukan anamnesis dan pengukuran tanda vital (pengukuran
tekanan darah, nadi, temperatur, dan saturasi oksigen)
4. Mencari gejala defisit neurologis fokal dan/atau global, meliputi:
Bibir mencong, bicara pelo, kelemahan/rasa tebal/kesemutan pada
separuh wajah dan/atau separuh sisi tubuh, pandangan kabur/ganda
mendadak, nyeri kepala berat, gangguan keseimbangan dan/atau
koordinasi/pusing berputar mendadak, kebingungan/kesulitan
berbicara mendadak, muntah, penurunan kesadaran, hipertensi, pupil
anisokor (beda diameter pupil kiri dan kanan 2 mm).
5. Dilakukan penanganan di ruang medis:
a. Baringkan pasien dalam posisi terlentang di brankar.
b. Stabilisasi airway, breathing, circulation.
c. Cek kadar glukosa darah menggunakan blood stick (bila ada).
Bila kadar glukosa darah < 70 mg/dL, berikan asupan
makanan/minuman bergula dengan “15-15 rule” (15 gram
karbohidrat, glukosa darah dievaluasi ulang setelah 15 menit). 15
gram karbohidrat ekuivalen dengan ½ gelas jus atau minuman
soda bergula (bukan diet). Minuman hanya diberikan bila pasien
sadar dan dapat menelan dengan baik.
d. Berikan terapi oksigen (nasal kanul 3-4 L/menit; face mask 6-10
L/menit) sesuai indikasi.
e. Hubungi layanan emergensi rumah sakit (aktivasi penjemputan
ambulans) atau segera rujuk pasien ke rumah sakit terdekat.
Referensi Panduan Praktek Klinis Neurologi. 2016. Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf (PERDOSSI) Indonesia.

Sacco RL, Kasner SE, Broderick JP, dkk. An updated definition of


stroke for the 21st century. A statement for healthcare professionals from
the American Heart Association/American Stroke Association 2013;
44(7): 2064-89.
KEJANG DAN EPILEPSI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


GMS/FirstAid/001/2020 00 1/2

Gereja Mawar
Sharon Surabaya
Barat
Ditetapkan oleh:
SPO Tanggal terbit:
(Standar Prosedur
Operasional)

Kejang adalah gangguan aktivitas listrik di otak yang dapat


menimbulkan gejala motorik (gerakan kaku/menghentak-hentak/hilang
tenaga), sensorik (halusinasi visual/auditorik/gustatorik, kesemutan/rasa
tebal, perasaan mengambang atau berputar), atau otonom (gangguan
irama jantung, sensasi epigastrium, kulit pucat, gangguan respirasi,
hasrat urinasi/defekasi, lakrimasi, dilatasi/konstriksi pupil).
Pengertian
Epilepsi secara operasional didefinisikan sebagai:
1. Setidaknya ada dua kejang tanpa provokasi atau dua bangkitan
refleks yang berselang lebih dari 24 jam, bersifat stereotipik
(pola kejang yang serupa dengan kejang sebelumnya), atau satu
bangkitan tanpa provokasi dengan kecenderungan kejang dalam
10 tahun ke depan yang relatif tinggi (bangkitan refleks adalah
bangkitan yang muncul akibat induksi oleh faktor pencetus
tertentu seperti stimulasi visual, auditorik, somatosensitif, dan
somatomotorik).
2. Dapat ditegakkannya diagnosis sindrom epilepsi.
Sebagai acuan untuk menangani pasien kejang dan epilepsi, untuk
Tujuan
mengurangi keluhan, mengurangi mortalitas dan morbiditas bila ada
tanda kegawat daruratan, serta merujuk pasien ke fasilitas kesehatan
terdekat.

Prosedur Pengobatan 1. Hubungi dokter yang bertugas saat ibadah.


2. Pasien diantarkan ke ruang medis oleh usher/SM/FA/security
3. Lakukan pengukuran tanda vital (pengukuran tekanan darah, nadi,
temperatur, dan saturasi oksigen)
4. Anamnesis singkat meliputi: riwayat kejang sebelumnya, kondisi
fisik dan psikis yang mengindikasikan akan terjadinya bangkitan,
misal perubahan perilaku, perasaan lapar, berkeringat, hipotermi,
mengantuk.
5. Mencari gejala defisit neurologis fokal dan/atau global, meliputi:
Bibir mencong, bicara pelo, kelemahan/rasa tebal/kesemutan pada
separuh wajah dan/atau separuh sisi tubuh, pandangan kabur/ganda
mendadak, nyeri kepala berat, gangguan keseimbangan dan/atau
koordinasi/pusing berputar mendadak, kebingungan/kesulitan
berbicara mendadak, muntah, penurunan kesadaran, hipertensi, pupil
anisokor (beda diameter pupil kiri dan kanan 2 mm).
6. Dilakukan penanganan di ruang medis:
a. Baringkan pasien dalam posisi terlentang di brankar.
b. Stabilisasi airway, breathing, circulation.
c. Cari tanda-tanda penyerta akibat kejang, meliputi: dilatasi pupil
saat kejang, lidah luka/lecet bekas tergigit, mengompol, pucat,
berkeringat, pasca kejang (napas cepat dan dalam, mengorok,
desaturasi oksigen, gaduh gelisah, tidur, kelemahan ekstremitas).
d. Cek kadar glukosa darah menggunakan blood stick (bila ada).
Bila kadar glukosa darah < 70 mg/dL, berikan asupan
makanan/minuman bergula dengan “15-15 rule” (15 gram
karbohidrat, glukosa darah dievaluasi ulang setelah 15 menit). 15
gram karbohidrat ekuivalen dengan ½ gelas jus atau minuman
soda bergula (bukan diet). Minuman hanya diberikan bila pasien
sadar dan dapat menelan dengan baik.
e. Berikan terapi oksigen (nasal kanul 3-4 L/menit; face mask 6-10
L/menit) sesuai indikasi.
f. Bila pasien sedang kejang atau terjadi kejang berulang, berikan
diazepam (stesolid) per rektal dengan dosis 0,3 mg/kgBB
(estimasi 5-10 mg) dapat diulang 4-12 jam kemudian.
g. Bila kejang tidak berhenti, kejang berulang, kesadaran tidak
pulih setelah kejang, atau disertai tanda defisit neurologis fokal
dan/atau glonal, hubungi layanan emergensi rumah sakit
(aktivasi penjemputan ambulans) atau segera rujuk pasien ke
rumah sakit terdekat.
Referensi Panduan Praktek Klinis Neurologi. 2016. Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf (PERDOSSI) Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai