Anda di halaman 1dari 24

PENANGANAN PASIEN

KERACUNAN INSEKTISIDA

No. Dokumen : 445/ /PKM-


MD/2017.
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbi :
Halaman : 1/2
PUSKESMAS dr.H.Soetrisno Handojo
MUARA DELANG Nip.19590930199931001
1. Pengertian Keracunan adalah masuknya zat kedalam tubuh yang dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan bahkan dapat menyebabkan
kematian..

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam penanganan


pasien keracunan insektisida.

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. 445/03.51/PKM-MD/2017 tentang


pelayanan klinis.

4. Referensi  https://www.scribd.com/doc/120232323/Standar-Operational-
Procedure-Penatalaksanaan-Kegawatdaruratan-Keracunan-
Insektisida
 http://beimmasaputra.blogspot.co.id/2015/07/contoh-sop-
penatalaksanaan-keracunan.html
 Purwandianto Agus , ( 1981 ). Kedaruratan Medik,Pedoman
Penatalaksanaan Praktis. Jakarta : Binarupa Aksara,PT,

5. Alat dan Bahan  Tabung oksigen ( lengkap dan siap pakai )


 Cairan infus ( RL, NaCL 0,9 % )
 Infus set
 Abbocath no 24, no 18, no 20
 Spuit 3 cc
 Kapas alkohol
 Plester
 Sulfas Atropin injeksi

6. Langkah-Langkah 1.Dokter menegakkan diagnosa berdasarkan anamnesa dan atau


gejala klinis yang karakteristik :
 Adanya bau pestisida
 Mual/muntah
 Diare
 Pusing/nyeri kepala
 Hipersalivasi
 Otot mengalami vasiculasi ( kedutan otot dibawah kulit yang
tidak teratur dan tampak dari luar) biasanya menunjukkan
kelainan saraf
 Berkeringat banyak
 Pupil miosi ( menyempit )
 Gangguan pernafasan
 Penurunan kesadaran

 2. Petugas melakukan tindakan primary survey ABC, yaitu :


 Petugas memakai APD ( masker dan handscound )
 Airway ( jalan nafas ) :
 Bebaskan jalan napas dari sumbatan
 Breathing ( pernapasan ) :
 Jaga agar pasien dapat bernapas dengan baik
 Berikan oksigen
 Circulation ( peredaran darah ) :
 Petugas memasang infus cairan sesuai instruksi dokter
3. Jika pasien sadar petugas melakukan pengenceran racun
dengan mengosongkan lambung menggunakan susu kental
manis yang sudah diencerkan dengan air minum putih biasa,
berikan sebanyak mungkin sampai pasien muntah
4. Dokter memberikan sulfas atropin secara SC/IM dengan dosis 2
mg tiap 15 menit sampai atropinisasi ( muka merah,
hipertsalivasi berhenti/terkendali ) atau dapat diulangi tiap 15
menit
5. Dokter melakukan rujukan ke Rumah Sakit jika pasien
mengalami penurunan kesadaran
6. Petugas mencuci tangan
7. Petugas mencatat di rekam medis pasien

7. Hal-hal yang perlu -


diperhatikan
8. Unit terkait  Unit Gawat Darurat
 Ruang Rawat Inap

2/2
PENANGANAN PASIEN
DIGIGIT ULAR

No. Dokumen : 445/ /PKM-


MD/2017..
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbi :
Halaman : 1/1
PUSKESMAS dr.H.Soetrisno Handojo
MUARA DELANG Nip.19590930199931001
1. Pengertian Tata cara mengatasi pasien dengan gigitan ular

2. Tujuan  Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam penanganan


pasien digigit ular.
 Secara garis besar bertujuan untuk menghentikan penyebaran
efek racun atau bisa dari gigitan ular.

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. 445/03.51/PKM-MD/2017 tentang


pelayanan klinis.

4. Referensi https://www.scribd.com/document/328466043/Sop-Gigitan-Ular

5. Alat dan Bahan -

6. Langkah-Langkah  Dokter menegakkan diagnosa berdasarkan anamnesa dan


pemeriksaan fisik
 Petugas memakai APD ( masker dan handscound )
 Dokter/petugas melakukan observasi terhadap pasien, apakah
ada indikasi pemberian Anti Bisa Ular, yaitu bila ditemukan
gejala sistemik yang berat berupa :
-Gangguan hemostatis :
- Perdarahan spontan
-Gangguan neurotoksis : ptosis, paralisis
-Gangguan kardiovaskular : Hipotensi, syok
-Pembengkakan tungkai lebih dari setengah
-Pembengkakan segera setelah pagutan ular pada jari-jari
kaki atau tangan
-Pembengkakan yang progresif atau pembengkakan
kelenjar getah bening diarea extremitas yang digigit
 Jika ditemukan gejala diatas, diberikan serum anti bisa ular
dosis pertama sebanyak 2 vial @ 5 ml dalam larutan NaCL
dengan kecepatan 40-60 tetes permenit.
Kemudian diulang setelah 6 jam. Apabila diperlukan
( misalnya gejala – gejala tidak berkurang atau bertambah )
anti serum dapat terus diberikan satiap 24 jam sampai
maksimum 80 – 100 ml.
 Ular yang tidak berbisa tidak memerlukan pertolongan khusus,
kecuali pencegahan infeksi
 Petugas mencuci tangan
 Petugas mencatat di rekam medis pasien

7. Hal-hal yang perlu -


diperhatikan

8. Unit terkait Unit Gawat Darurat


PEMASANGAN OKSIGEN

No. Dokumen : 445/ /PKM-


MD/2017..
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbi :
Halaman : 1/1

PUSKESMAS dr.H.Soetrisno Handojo


MUARA DELANG Nip.19590930199931001
1. Pengertian Merupakan tindakan pemasangan alat sederhana yang dimasukkan
kedalam lubang hidung untuk memberikan trherapy oksigen yang
memungkinkan pasien untuk bernafas melalui mulut dan hidung .

2. Tujuan 1. Mengatasi hipoksemia/hipoksia


2. Sebagai tindakan pengobatan
3. Untuk mempertahankan metabolisme

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. 445/03.51/PKM-MD/2017 tentang


pelayanan klinis.

4. Referensi http://askep33.com/2016/02/23/sop-pemasangan-oksigen

5. Alat dan Bahan 1. Tabung oksigen yang berisi oksigen lengkap dengan flowmeter
dan humidifier yang berisi air hingga batas pengisian.
2. Kanulbinasal
3. Bengkok
4. Plester

6. Langkah-Langkah 1. Petugas menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan


dilakukan
2. Petugas memakai sarung tangan dan masker
3. Petugas menghubungkan antara kanul binasal dengan flowmeter
pada tabung oksigen
4. Petugas mengecek fungsi dari flowmeter dengan memutar
pengatur konsentrasi oksigen dan mengamati adanya
gelembung udara dalam humidifier
5. Petugas mengecek aliran oksigen dengan cara mengalirkan
oksigen lewat kanulbinasal ke punggung tangan petugas
6. Petugas memasang kanul binasal kelubang hidung pasien
dengan tepat/sesuai
7. Petugas mengatur pengikat kanul binasal dengan benar, jangan
terlalu kencang dan jangan sampai terlalu kendur, pastikan kanul
binasal terpasang dengan aman
8. Petugas mengatur aliran oksigen sesuai degan program yang
telah ditentukan
9. Petugas merapihkan/mengembalikan alat-alat ketempatnya
semula
10. Petugas melepaskan sarung tangan
11. Petugas mencuci tangan.
12. Petugas mencatat di rekam medis pasien

7. Hal-hal yang perlu Respon pasien selama 15 menit setelah dilakukan tindakan
diperhatikan pemasangan oksigen

8. Unit terkait  Unit Gawat Darurat


 Ruang Rawat Inap
TRIASE

No. Dokumen : 445/ /PKM-


MD/2017.
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbi :
Halaman : 1/2

PUSKESMAS dr.H.Soetrisno Handojo


MUARA DELANG Nip.19590930199931001
1. Pengertian Triase (Triage) adalah tindakan untuk memilah/mengelompokkan
pasien/korban berdasar beratnya cidera, kemungkinan untuk hidup,
dan keberhasilan tindakan berdasar sumberdaya dan sarana yang
tersedia pada penanganan pasien darurat non bencana dan
bencana

2. Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk melakukan triase pada


pasien/korban lebih dari satu pada pasien darurat non bencana dan
bencana.

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. 445/03.51/PKM-MD/2017 tentang


pelayanan klinis.

4. Referensi 1. DepartemenKesehatanRepublik Indonesia.


PelayananKeperawatanGawatDarurat di Rumah Sakit.2005
2.DepartemenKesehatanRepublik Indonesia.
PedomanTeknisPenanggulanganKrisisKesehatanAkibat
Bencana.2009

5. Alat dan Bahan -

6. Langkah-Langkah 1. Petugas menerima pasien.


2. Petugas melakukan penilaian kesadaran, ventilasi dan perfusi
selama kurang dari 60 detik.
3. Petugas memberikan tanda sesuai dengan pengelompokan
triase :
a. Prioritas Nol (Hitam)/P0
Pasien meninggal atau kondisi yang parah yang jelas tidak
mungkin untuk diselamatkan.
b. Prioritas Pertama (Merah)/P1
Penderita sakit berat atau cedera berat dan memerlukan
penilaian cepat dan tindakan medik atau transport segera
untuk menyelamatkan hidupnya. Misalnya : gagal ginjal,
henti jantung, luka bakar berat, perdarahan parah dan
cedera kepala berat.
c. Prioritas Kedua (Kuning)/P2
Pasien memerlukan bantuan, namun dengan sakit atau
cedera dengan tingkat yang kurang berat dan dipastikan
tidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat.
Misalnya :cedera abdomen tanpa syok, lukabakar ringan,
fraktur atau patah tulang tanpa syok.
d. Prioritas Ketiga (Hijau)/P3
Pasien dengan cedera minor atau tingkat penyakit yang
tidak membutuhkan pertolongan segera serta tidak
mengancam nyawa dan tidak menimbulkan kecacatan.
4. Petugas memprioritaskan pelayanan sesuai dengan urutan
prioritas : P1, P2, P3.
5. Petugas langsung memberikan penanganan tindakan pada
pasien P1 (merah).
6. Petugas merujuk ke Rumah Sakit apabila pasien P1 (merah)
memerlukan rujukan.
7. Petugas memberikan tindakan medis pada pasien P2 (kuning)
apabila memerlukan tindakan medis, apabila petugas terbatas
menunggu pasien P! (merah) ditangani.
Petugas memindahkan pasien katagori P3 (hijau) keperiksa rawat
jalan

7. Hal-hal yang perlu -


diperhatikan

8. Unit terkait Unit Gawat Darurat

2/2
PENANGANAN KEJANG/
STATUS EPILEPTIKUS

No. Dokumen : 445/ /PKM-


MD/2017.
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbi :
Halaman : 1/1
PUSKESMAS dr.H.Soetrisno Handojo
MUARA DELANG Nip.19590930199931001
1. Pengertian Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang mengalami
kejang. Kejang epilepsi merupakan manifestasi ketidakseimbangan
aliran dan sirkuit listrik di otak. Ketidakseimbangan ini ditentukan
oleh sel saraf yang berfungsi sebagai inhibitory (sel-sel pengontrol)
dan excitatory (sel-sel saraf yang menimbulkan loncatan arus
listrik).
Status epileptikus sendiri didefinisikan sebagai kondisi bangkitan
yang berlangsung lebih dari 30 menit, atau adanya dua bangkitan
atau lebih di mana di antara bangkitan-bangkitan tadi tidak terdapat
pemulihan kesadaran

2. Tujuan  Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam penanganan


pasien kejang/status epileptikus
 Untuk mengatasi serangan kejang
 Untuk mencegah atau meminimumkan cidera akibat kejang

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. 445/03.51/PKM-MD/2017 tentang


pelayanan klinis.

4. Referensi  https://www.scribd.com/doc/99575925/Sop-Penatalaksanaan-
Kejang
 http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/neurosains-
kedokteran-klinis/penanganan-kegawatdaruratan-kejang-status-
epileptikus

5. Alat dan Bahan  Tabung oksigen ( lengkap dan siap pakai )


 Diazepam injeksi
 Spuit
 Cairan NaCL 0,9 %
 Infus set
 Abbocath no 20

6. Langkah-Langkah  Petugas melakukan primary survey ( ABC )


 Petugas memakai APD ( masker dan handscound )
 Petugas memberikan oksigen
 Petugas melakukan pemasangan infuse dengan cairan NaCL
0,9 %
 Petugas memberikan diazepam dengan dosis 0,2 mg/kg BB
( 10-20 mg ) secara IV selama 2-5 menit. Atau jika kejang sudah
berhenti, hentikan pemberian diazepam walaupun obat masih
tersisa dispuit.
Jika masih kejang dapat diulangi pemberian diazepam dengan
dosis yang sama 5 menit kemudian ( maksimal 2 kali )
 Jika kejang masih berlanjut segera rujuk ke Rumah Sakit
 Petugas mencuci tangan
 Petugas mencatat di rekam medis pasien

7. Hal-hal yang perlu -


diperhatikan

8. Unit terkait  Unit Gawat Darurat


 Ruang Rawat Inap
PENANGANAN KEJANG DEMAM
PADA ANAK DAN BAYI

No. Dokumen : 445/ /PKM-


MD/2017..
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbi :
Halaman : 1/2
PUSKESMAS dr.H.Soetrisno Handojo
MUARA DELANG Nip.19590930199931001
1. Pengertian Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (> 38º C) akibat dari suatu proses ekstra
kranial. Kejang berhubungan dengan demam, tetapi tidak terbukti
adanya infeksi intrakranial atau penyebab lain.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam penanganan
pasien kejang/status epileptikus

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. 445/03.51/PKM-MD/2017 tentang


pelayanan klinis.
4. Referensi  https://www.scribd.com/doc/291371910/SOP-Kejang-Demam
 opkesehatan.blogspot.co.id/2015/08/contoh-sop-kejang-
demam.html

5. Alat dan Bahan  Tabung oksigen ( lengkap dan siap pakai )


 Cairan infus ( RL, NaCL 0,9 % )
 Infus set mikro
 Abbocath no 24
 Spuit 3 cc
 Kapas alkohol
 Plester
 Diazepam injeksi/fenobarbital injeksi

6. Langkah-Langkah  Dokter menegakkan diagnosa berdasarkan anamnesa dan


pemeriksaan fisik
 Petugas memakai APD ( masker dan handscound )
 Petugas membebaskan jalan napas
 Petugas melonggarkan pakaian
 Petugas memberikan oksigen
 Petugas memasang infuse
 Dokter/ petugas memberikan obat-obatan anti kejang :
 Diazepam :
 BB < 10 kg : 0,5 mg/kgBB minimal 2,5 mg atau
stesolit suppositoria 5 mg.
 BB > 10 kg : 0,5 mg/kgBB minimal 7,5 mg atau
stesolit suppositoria 10 mg.
 Bila dalam dalam 20 menit tidak berhenti dapat diulangi
dengan dosis yang sama dan bila dalam 20 menit tidak
juga berhenti, ulangi dengan dosis yang sama tetapi IM
 Jika tidak ada Diazepam dapat diberikan
fenobarbital ( luminal ) IM/IVdengan dosis :
 Usia < 1 thn : 50 mg, dalam 15 menit tidak berhenti
ulangi dengan dosis 30 mg
 Usia > 1 thn : 75 mg, dalam 15 menit tidak berhenti
ulangi dengan dosis 50 mg
 Jika kejang belum berhenti rujuk ke RS untuk
mendapatkan pelayanan yang intensif
 Petugas mencuci tangan
 Petugas mencatat di rekam medis pasien
7. Hal-hal yang perlu -
diperhatikan
8. Unit terkait  Unit Gawat Darurat
 Ruang Rawat Inap

2/2
RESUSITASI JANTUNG PARU

No. Dokumen : 445/ /PKM-


MD/2017..
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman : 1/2

PUSKESMAS dr.H.Soetrisno Handojo


MUARA DELANG Nip.19590930199931001
1. Pengertian Resusitasi jantung paru merupakan usaha yang dilakukan untuk
mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti
nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest)
pada orang dimana fungsi tersebut gagal total oleh suatu sebab
yang memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila kedua
fungsi tersebut bekerja kembali.

2. Tujuan 1. Sebagai acuan penerapan langkah-langkah bagi


petugas/perawat dalam resusitasi jantung paru.
2. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan
respirasi yang adekuat sampai keadaan henti jantung teratasi
atau sampai penderita dinyatakan meninggal.
3. Memberikan oksigenasi terhadap otak, jantung dan organ-
organ vital lain sampai datangnya sistem pengobatan yang
definitif

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. 445/03.51/PKM-MD/2017 tentang


pelayanan klinis.

4. Referensi https://www.scribd.com/doc/278464838/Spo-Resusitasi-Jantung-
Paru

5. Alat dan Bahan -

6. Langkah-Langkah 1. Pelaksanaan
-Petugas memakai APD ( masker dan handscound )
a. Petugas melakukan penilaian respon
- Segera setelah menemukan pasien tidak sadar lakukan
penilaian respon
- Penilaian respon di lakukan setelah petugas yakin dirinya
aman untuk melakukan pertolongan
- Penilaian dilakukan dengan cara menepuk-nepuk atau
menggoyangkan sambil memanggil pasien
- Jika tidak ada respon aktifkan system layanan gawat
darurat
b. Petugas mengaktifkan system layanan gawat darurat
dengan memanggil teman sejawat.
c. Petugas melakukan kompresi jantung
- Sebelum melakukan kompresi dada periksa nadi karotis
maksimal 10 detik. Jika nadi tidak teraba :
- Tentukan titik kompresi; bagian tengah sternum
- Lakukan kompresi dengan irama teratur dan kecepatan
minimal 100x/menit, dilanjutkan ventilasi dengan
perbandingan 30:2
- Berikan kompresi dada dengan kedalaman minimal 2 inchi
( 5 cm )
d. Petugas melakukan cek nadi setelah 5 siklus
e. Bila nadi tidak teraba segera lanjutkan RJP selama 5
siklus/2 menit kemudian lakukan cek nadi
f. Bila nadi sudah teraba, hentikan kompresi. Jika nafas sudah
spontan, hentikan ventilasi.
g. Lakukan pemeriksaan lebih lanjut
h. Petugas mencuci tangan
i. Petugas mencatat direkam medis pasien

7. Hal-hal yang perlu Apabila keluarga menolak dilakukan resusitasi, maka harus
diperhatikan menandatangani blangko penolakan tindakan medis.

8. Unit terkait 1. Unit Gawat Darurat


2. Ruang Rawat Inap
3. Rawat Jalan

2/2
PEMBERIAN MgSO4
PADA PREEKLAMSIA DAN
EKLAMSIA

No. Dokumen : 445/ /PKM-


MD/2017.
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbi :
Halaman : 1/2
PUSKESMAS dr.H.Soetrisno Handojo
MUARA DELANG Nip.19590930199931001
1. Pengertian Suatu standart atau kegiatan yang harus dilakukan dalam prosedur
pemberian obat mgso4 kepada pasien Preeklamsia dan Eklamsia

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah bagi petugas/perawat


dalam pemberian obat mgso4 kepada pasien Preeklamsia dan
Eklamsia

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. 445/03.51/PKM-MD/2017 tentang


pelayanan klinis.

4. Referensi https://www.scribd.com/document/318798878.SKP-56-SPO-
Pemberian-MGSO$-pdf

5. Alat dan Bahan  Cairan RL/NaCL 0,9 %


 Infus set
 MgSO4
 Glukonas calcium 10% 10 CC
 Spuit sesuai kebutuhan
 IV cateter no 18/20
 Aquabides pro injeksi

6. Langkah-Langkah  Petugas harus mengetahui jenis obat, indikasi, efek samping,


kontra indikasi obat, dosis obat, cara/rute pemberian obat MgSO4
 Petugas mengidentifikasi pasien sesuai dengan prosedur
sebelum memberikan obat
 Petugas menjelaskan kepada pasien/keluarga tentang prosedur
yang akan dilakukan dan tentang efek dari obat
 Petugas memakai APD ( masker dan handscound )
 Petugas mencuci tangan
 Petugas memasang infuse RL atau NaCL 0,9 %
 Petugas memasang cateter menetap untuk mengukur
keseimbangan cairan
 Petugas mengambil obat MgSO4 dimasukkan dalam cairan
RL/NaCL 0,9 % atau sesuai degan instruksi dokter

 Cara pemberian dosis awal MgSO4 :


 MgSO4 20 % 4 gram ( 20 CC ) IV diberikan selama 5 menit
dengan menggunakan spuit.
 Jika kejang berulang setelah 15 menit pemberian dosis awal,
berikan MgSO4 20 % 2 gram ( 10 CC ) IV diberikan selama 5
menit dengan menggunakan spuit.
 Cara pemberian dosis rumatan/pemeliharaan MgSO4 :
 MgSO4 20 % 6 gram ( 30 CC ) melaui infuse RL/NaCL 0,9 %
500 CC ( 28 tts/mnt ), yang diberikan sampai 24 jam post
partum atau kejang terakhir
 Petugas segera melapor ke dokter jika selama observasi
pemberian MgSO4 didapatkan :
 Pernafasan < 16x/mnt
 Reflek patella (-)
 Output urine < 25 CC/jam
 Petugas memasukkan obat lewat infuse atau spuit dan memberi
label pada cairan infuse atau spuit
Petugas merapikan dan membereskan alat-alat seperti semula
Petugas mencuci tangan
Petugas mencatat direkam medis pasien

7. Hal-hal yang perlu Observasi pasien selama pemberian MgSO4, jika ::


diperhatikan  Pernafasan < 16x/mnt
 Reflek patella ( - )
 Output urine < 25 CC/jam
Maka jika ketiga hal diatas terjadi, segera lapor dokter

8. Unit terkait Unit Gawat Darurat


Ruang Bersalin/VK
Ruang Rawat Inap

2/2
PENANGANAN SYOK ANAFILAKTIK

No. Dokumen : 445/ /PKM-


MD/2017.
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbi :
Halaman : 1/1

PUSKESMAS dr.H.Soetrisno Handojo


MUARA DELANG Nip.19590930199931001
1. Pengertian Syok anafilaktik adalah reaksi anafilaksis yang disertai hipotensi
dengan atau tanpa penurunan kesadaran

2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan syok anafilaktik di


Puskesmas Muara Delang

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. 445/03.51/PKM-MD/2017 tentang


pelayanan klinis

4. Referensi  https://www.scribd.com/doc/56980617/Syok-Anafilaktik-Edit
 https://www.scribd.com/doc/124467419/SOP-Penatalaksanaan-
Syok-Anafilaktik
 Purwandianto Agus , ( 1981 ). Kedaruratan Medik,Pedoman
Penatalaksanaan Praktis. Jakarta : Binarupa Aksara,PT,

5. Alat dan Bahan  Tabung oksigen ( lengkap dan siap pakai )


 Tensimeter
 Stetoscope
 Syok anafilaktik box

6. Langkah-Langkah  Petugas memakai APD ( masker dan handscound )


 Baringkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi
 Berikan Epinephrine inj. 0,3 CC secara SC /IM pada lengan
atas
 Bila perlu dapat diulang tiap 15 menit, umumnya diperlukan 1 – 4
kali pemberian
 Jaga sistem pernapasan dan sistem kardiovaskuler agar berjalan
baik
 Pemberian cairan bila diperlukan
 Bila perlu kortikosteroid dapat diberikan secara intravena
 Dosis Hidrocortison 100-250 mg IV lambat ( dalam 30 detik )
 Bila keadaan tidak membaik, persiapkan rujukan ke fasilitas
kesehatan yang lebih lengkap
 Petugas mencuci tangan
 Petugas mencatat direkam medis pasien

7. Hal-hal yang perlu -


diperhatikan

8. Unit terkait  Unit Gawat Darurat


 Ruang Rawat Inap
 Poli Gigi
 Poli Umum
 Poli KIA/KB
 Poli MTBS
 Imunisasai
OBSERVASI PASIEN UGD

No. Dokumen : 445/ /PKM-


MD/2017.
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbi :
Halaman : 1/1

PUSKESMAS dr.H.Soetrisno Handojo


MUARA DELANG Nip.19590930199931001
1. Pengertian Melakukan penilaian dan pengawasan kepada pasien yang sudah
diatasi kegawat daruratannya

2. Tujuan - Sebagai pedoman bagi petugas dalam melakukan penilaian dan


pengawasan( observasi ) kepada pasien yang sudah diatasi
kegawat daruratannya
- Mencegah terjadinya perburukan kondisi pasien
- Melakukan penilaian ulang kondisi pasien

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. 445/03.51/PKM-MD/2017 tentang


pelayanan klinis

4. Referensi https://www.scribd.com/upload-document?archive-
doc=266730821&escape=false&metadata=%7B”cotext”%3A”

5. Alat dan Bahan 1. Alat tulis


2. Lembar formulir catatan perkembangan pasien

6. Langkah-Langkah 1. Dokter jaga memutuskan bahwa pasien memerlukan observasi


2. Observasi dilakukan oleh petugas dan dokter jaga
3. Observasi dilakukan tiap 5 - 15 menit sesuai dengan tingkat
kegawat daruratannya
Hal-hal yang perlu diobservasi adalah :
 Keadaan umum pasien
 Kesadaran pasien
 Tanda-tanda vital ( TD, Nadi, Pernafasan, Suhu )
4. Apabila dalam masa observasi keadaan pasien memburuk maka
petugas yang melakukan observasi akan melaporkan kepada
dokter jaga
5. Observasi kepada pasien di ruang UGD dilakukan maksimal
dalam waktu 4 jam untuk kemudian diputuskan apakah pasien
boleh pulang atau dialihkan ke ruang perawatan atau harus
dirujuk
6. Perkembangan pasien selama observasi dicatat pada formulir
catatan perkembangan pasien ( observasi pasien UGD )

7. Hal-hal yang perlu -


diperhatikan

8. Unit terkait - UGD


- Ruang Rawat Inap
PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS MUARA DELANG
Jl. Beliak Mata Hp. 0813733084966, puskesmas.muaradelang@gmail.com

CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN


( OBSERVASI PASIEN UGD )

Nama Pasien : ........................................................................


Umur : ........................................................................
Alamat : ........................................................................

Tulis dg jelas perkembangan pasien saat


Tanggal Jam Profesi ini dengan : Nama Terang
S (Subjective), O (Objective), Tanda Tangan
A (Assesment) dan P (Planning
Tulis dg jelas perkembangan pasien saat
Tanggal Jam Profesi ini dengan : Nama Terang
S (Subjective), O (Objective), Tanda Tangan
A (Assesment) dan P (Planning
OBSERVASI PASIEN UGD

No. Dokumen : 445/ /PKM-


MD/2017.
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbi :
Halaman : 1/2

PUSKESMAS dr.H.Soetrisno Handojo


MUARA DELANG Nip.19590930199931001
1. Pengertian

2. Tujuan

3. Kebijakan

4. Referensi

5. Alat dan Bahan

6. Langkah-Langkah

7. Hal-hal yang perlu


diperhatikan

8. Unit terkait
OBSERVASI PASIEN UGD

No. Dokumen : 445/ /PKM-


MD/2017.
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbi :
Halaman : 1/2

PUSKESMAS dr.H.Soetrisno Handojo


MUARA DELANG Nip.19590930199931001
1. Pengertian

2. Tujuan

3. Kebijakan

4. Referensi

5. Alat dan Bahan

6. Langkah-Langkah

7. Hal-hal yang perlu


diperhatikan

8. Unit terkait
OBSERVASI PASIEN UGD

No. Dokumen : 445/ /PKM-


MD/2017.
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbi :
Halaman : 1/2

PUSKESMAS dr.H.Soetrisno Handojo


MUARA DELANG Nip.19590930199931001
1. Pengertian

2. Tujuan

3. Kebijakan

4. Referensi

5. Alat dan Bahan

6. Langkah-Langkah

7. Hal-hal yang perlu


diperhatikan

8. Unit terkait

PEMBERIAN DOSIS AWAL MGSO4


UNTUK PREEKLAMSI/EKLAMSI
 BERIKAN 4 gr MgSO4 ( 10 CC ) LARUTAN 40 % IV SELAMA 5 MENIT
 LANJUTKAN DENGAN MgSO4 40 % ( 15 CC ) DALAM LARUTAN RL
UNTUK 6 JAM ( 30 tts ) YANG DIBERIKAN SAMPAI 24 JAM POST
PARTUM
 JIKA KEJANG BERULANG SETELAH 15 MENIT, BERIKAN MgSO4
40 % 2 gr IV SELAMA 5 MENIT

SYARAT PEMBERIAN MgSO4

1. REFLEK PATELLA ka/ki ( + )


2. URINE MINIMAL 30 CC / JAM DALAM 4 JAM TERAKHIR
3. PERNAFASAN 16X/MENIT

JIKA TERJADI HENTI NAFAS :

BERIKAN PERNAFASAN DENGAN VENTILATOR DAN BERIKAN


SUNTIKAN KALSIUM GLUKONAS 1 gr ( 10 CC KALSIUM
GLUKONAS + LARUTAN NaCL 10CC ) IV PERLAHAN - LAHAN
SAMPAI PERNAFASAN MULAI LAGI

Anda mungkin juga menyukai