KANKER PARU
OLEH :
Andrial
(1941312048)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
A. LANDASAN TEORITIR
1. Defenisi
Kanker paru merupakan kanker yang berada pada lapisan epitel saluran nafas
(karsinoma bronkogenik). Sebagian tumor ganas primer sistem pernafasan bagian bawah
bersifat epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkus (Price & Wilson, 2009).
Menurut Bararah & Jauhar (2013) karsinoma bronkogenik adalah kanker yang sebagian
besar berasal dari sel-sel di dalam paru dan merupakan tumor berbahaya yang bisa juga
berasal dari bagian tubuh lainnya yang terkena kanker.
Menurut Caia (2011), karsinoma bronkogenik merupakan kanker yang sering
menyerang sistem pernafasan, timbul pada lapisan erphitelial bronki dan merupakan
bentuk kanker yang umum terjadi hingga mencapai sekitar 90% kasus. Menurut Muttaqin
(2012), karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas primer pada sistem pernafasan yang
bersifat epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkus, biasanya penyakit ini
sering terjadi di daerah industri.
2. Etiologi
Kanker paru atau karsinoma bronkogenik penyebab pastinya belum diketahui, tetapi
diperkirakan karena inhalasi jangka panjang dari bahan-bahan karsiogenik merupakan
faktor utama terjadinya penyakit karsinoma bronkogenik dan penyebab lainnya bisa seperti
polusi udara, diet yang kurang mengandung vitamin A, infeksi saluran pernafasan kronik,
serta keturunan atau genetik. Menurut Muttaqin (2012) ada beberapa faktor resiko dari
karsinoma bronkogenik diantaranya adalah :
a. Rokok
Kanker paru beresiko 10 kali lebih tinggi dialami perokok berat dibandingkan
dengan bukan perokok. Peningkatan faktor risiko ini berkaitan dengan riwayat jumlah
merokok dalam tahun (jumlah bungkus rokok yang digunakan setiap hari dikali jumlah
tahun merokok) serta faktor saat mulai merokok (semakin muda individu memulai
merokok, semakin besar risiko terjadinya karsinoma bronkogenik). Faktor lain yang
juga dipertimbangkan termasuk di dalamnya jenis rokok yang dihisap (kandungan tar,
rokok filter, dan kretek). Perokok pasif juga berisiko tinggi untuk mengalami karsinoma
bronkogenik. Dengan kata lain, individu yang secara tidak sengaja terpajan asap rokok
(di dalam mobil, gedung, atau tempat lainnya) juga berisiko tinggi mengalami
karsinoma bronkogenik.
b. Polusi udara
Ada bermacam-macam karsinogen telah diidentifikasi, dan zat-zat dari polusi
udara ditemukan didalamnya, zat tersebut seperti sulfur, emisi kendaraan bermotor, dan
polutan dari pengolahan dan pabrik. Bukti-bukti menunjukkan bahwa insiden karsinoma
bronkogenik lebih besar di daerah perkotaan sebagai akibat penumpukkan polutan dan
emisi kendaraan bermotor.
c. Polusi lingkungan kerja
Kanker paru atau karsinoma bronkogenik pada keadaan tertentu, tampaknya
merupakan suatu penyakit akibat polusi di lingkungan kerja, dari berbagai bahaya
industry, yang paling berbahaya adalah asbes yang kini banyak sekali diproduksi dan
digunakan pada bangunan. Risiko karsinoma bronkogenik di antara para pekerja yang
berhubungan atau lingkungannya mengandung asbes ± 10 kali lebih besar daripada
masyarakat umum. Peningkatan risiko ini juga dialami oleh masyarakat umum.
Peningkatan risiko ini juga dialami oleh mereka yang bekerja dengan uranium, kromat,
arsen (misalnya insektisida yang digunakan untuk pertanian), besi, dan oksida besi.
Risiko karsinoma bronkogenik baik akibat kontak dengnan asbes maupun uranium akan
menjadi lebih besar lagi jika orang itu juga perokok.
d. Asupan vitamin A rendah
Penelitian-penelitian telah menunjukkan bahwa perokok yang dietnya rendah
vitamin A dapat memperbesar risiko terjadinya karsinoma bronkogenik. Hipotesis ini
didapatkan dari beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa vitamin A dapat
menurunkan risiko peningkatan jumlah sel-sel karsinoma. Hal ini berkaitan dengan
fungsi utama vitamin A yang turut berperan dalam pengaturan deferensiasi sel.
e. Faktor herediter
Beberapa bukti juga ditemukan bahwa anggota keluarga dari penderita karsinoma
bronkogenik memiliki risiko yang lebih besar mengalami penyakit yang sama.
Walaupun demikian masih belum diketahui dengan pasti apakah hal ini benar-benar
herediter.
f. Zat karsinogen
Zat-zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel,
polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru. Risiko kanker
paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada
masyarakat umum
g. Metastase organ lain
Kanker paru yang dikarenakan metastase dari organ lain merupakan kanker paru
sekunder, paru menjadi tempat berakhirnya sel kanker yang ganas dan meskipun
stadium penyakitnya masih awal, seolah-olah pasien menderita penyakit kanker paru
stadium akhir. Sel kanker di paru terus berkembang dan bisa mematikan sel imunologi,
yang artinya sel kanker bersifat imortal dan dapat menghancurkan sel yang sehat supaya
tidak berfungsi.
6. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang terjadi pada pasien dengan kanker paru tergantung dari
keparahannya, letaknya dll.
a. Rasa Sakit
Rasa sakit atau nyeri bisa terjadi pada daerah tulang rusuk atau otot dada atau bagian
lain tubuh di mana kanker paru-paru telah menyebar. Kondisi ini biasanya terjadi pada
tahap penyakit yang lebih lanjut.
b. Efusi Pleura
Pasien dengan kanker paru bisa terkena Efusi pleura dikarenakan kanker paru memicu
penyumbatan di saluran udara utama, sehingga menyebabkan penumpukan cairan di
sekitar paru-paru yang disebut efusi pleura, kondisi ini ditandai dengan rasa nyeri saat
bernapas, batuk, demam, dan sesak napas.
c. Pneumonia
Jika kondisi efusi pleura dibiarkan, maka akan berpotensi menekan paru-paru,
menurunkan fungsi paru-paru, dan meningkatkan risiko pneumonia. Gejala pneumonia
termasuk batuk, nyeri dada, dan demam. Jika tidak diobati, kasus pneumonia memiliki
konsekuensi yang mengancam jiwa.
d. Batuk Berdarah
Pada pasien yang mengalami kanker paru dapat mengalami hemoptisis atau batuk
berdarah, dikarenakan pendarahan di saluran udara. Ciri-ciri batuk darah bisa
bermacam-macam, ada yang berwarna merah muda atau merah terang, tapi ada juga
yang memiliki tekstur berbusa atau bahkan bercampur dengan lendir.
e. Neuropati
Pasien dengan kanker paru bisa mengalami neuropati, yaitu kelainan yang
memengaruhi saraf, terutama di tangan atau kaki, dikarenakan kanker paru tumbuh di
dekat saraf lengan atau bahu yang berpotensi menekan saraf, menyebabkan rasa sakit
dan kelemahan. Biasanya gejalanya berupa mati rasa, kelemahan, rasa sakit, dan rasa
geli.
f. Komplikasi pada Jantung
Jika knker paru tumbuh di dekat jantung bisa menekan atau menyumbat pembuluh
darah dan arteri, sehingga memicu pembengkakan di bagian atas tubuh, seperti dada,
leher, dan wajah. Kondisi ini rentan mengganggu irama jantung normal dan
menyebabkan penumpukan cairan di sekitar jantung. Jika tidak segera mendapat
penanganan, komplikasi ini memicu masalah penglihatan, sakit kepala, pusing, dan
kelelahan.
g. Komplikasi pada Esofagus
Dapat terjadi dikarenakan kanker tumbuh di dekat kerongkongan dan akan
menimbulkan gejalanya berupa kesulitan menelan dan nyeri ketika makanan melewati
kerongkongan menuju perut.
h. Metastasis atau penyebaran kanker ke bagian ubuh Lain
Kanker paru dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh, khususnya otak, hati, tulang,
dan kelenjar, dikenal sebagai fase metastasis dan gejala yang muncul berbeda-beda,
tergantung pada lokasi penyebarannya.
7. WOC
B. LANDASAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Berisi pertanyaan mengenai nama pasien, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku,
bangsa, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, nomor
registrasi.
b. Keluhan utama
Keluhan pasien, biasanya mengeluh sesak nafas, batuk, batuk produktif, batuk darah,
nyeri dada dan badan terasa lemas.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan pasien biasanya mengeluh masih sesak nafas, masih terasa nyeri dada, batuk-
batuk dan secret kadang-kadang banyak.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien dengan kanker paru biasanya mempunyai riwayat merokok dan pegawai industri,
pernah tinggal di daerah industry atau pasien cenderung berada di lingkungan perokok,
lingkungan dengan polusi yang cukup tinggi.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien biasanya mempunyai riwayat penyakit karsinoma bronkogenik atau
bisa juga karena karsinoma lainnya.
f. Pola Fungsional Gordon
1) Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien dengan Ca paru sebagian besar akan merasakan sesak dan menganggap
sesak tersebut adalah sesak biasa karena pada klien Ca paru pada fase awal akan
jarang menimbulkan gejala. Gejala akan timbul biasanya jika Ca paru sudah
semakin meluas. Sehingga klien tidak terlalu perhatian dengan gejala yang
dirasakannya pada gejala awal
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada pasien dengan Ca Paru apabila terjadi pada tipe adenokarsinoma biasanya
akan mengalami penurunan nafsu makan yang berakibat pada penurunan berat
badan
3) Pola Eliminasi
Biasanya BAK pasien jumlah dan frekuensi meningkat, warna normal, bau
amoniak dan obat, biasanya tidak menggunakan kateter, untuk BAB biasanya
mengalami sembelit, satu kali sehari, dan biasanya dibantu.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Pada pasien kanker paru pola aktifitas mengalami penurunan seperti makan/minum,
toileting, berpakaian, berpindah, masuk dalam level 2 yaitu membutuhkan supervisi
/ pengawasan orang lain sedangkan untuk mobilitas di tempat tidur biasanya berada
pada level 4 yaitu ketergantungan / tidak berpartisipasi.
5) Pola Istirahat dan Tidur
Biasanya pola istirahat & tidur pasien berkurang, terdapat gangguan tidur karna
menahan nyeri dan sesak nafas, ketika bangun tidur lemas.
6) Pola Kognitif dan Persepsi
Mampu berhitung dan mengingat apa yang telah dilakukan oleh perawat saat
dilakukan pengkajian dan keadaan indera pasien baik
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Biasanya gambaran diri pasien mengkhawatirkan jika dia tidak bisa bekerja seperti
biasanya, pasien biasanya merasa malu memiliki penyakit kanker dan khawatir jika
setelah kemoterapi rambutnya akan rontok.
8) Pola Peran dan Hubungan
Biasanya pasien dengan Ca paru akan lebih menjauh dari orang-orang sekitarnya
karena khawatir penyakitnya akan menular seperti TBC dan penyakit paru lainnya.
9) Pola Seksualitas dan Reproduksi
Biasanya tidak terdapat hubungan pola seksualitas dengan terjadinya Ca paru dan
fungsi reproduksi pasien baik
10) Pola Koping dan Toleransi Stress
Tergantung kepada seberapa besar optimism pasien dalam menghadapi penyakit
tersebut, dan juga dukungan keluarga.
11) Pola Nilai dan Kepercayaan
Biasanya kegiatan beribadah masih bisa dilakukan, dan biasanya pasien akan lebih
mendekatkan diri lagi pada sang pencipta.
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Keadaan pasien biasanya tampak lemah dan sesak nafas disertai dengan nyeri dada
2) Kepala
Keadaan kepala pasien biasanya tampak normal, simetris, rambut tampak hitam,
tidak ada lesi di kulit kepala
3) Mata
Mata pasien biasanya simetris kiri dan kanan, sklera tidak ikterik, konjungtiva
anemis, biasanya pada pasien tampak lingkar mata akibat kurang tidur atau istirahat
4) Hidung
Hidung pasien biasanya simetris, tidak ada udema, menggunakan alat bantu nafas
(terapi oksigen).
5) Mulut dan gigi
Keadaan mulut pasien biasanya berbau, gigi pasien terdapat karies gigi, mukosa
bibir kering, sputum (+).
6) Telinga
Telinga pasien biasanya tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen
7) Leher
Keadaan leher pasien biasanya terdapat defiasi trakea
8) Thorak
a) Inspeksi
Pada pasien kanker paru biasanya didapatkan pergerakkan dada bisa asimetris
apabila terjadi komplikasi efusi pleura dengan hemoragi
b) Palpasi
Pada pasien kanker paru biasanya didapatkan ekspansi terbatas dan taktil
fremitus biasanya menurun
c) Perkusi
Didapatkan suara redup
d) Auskultasi
Didapatkan bunyi stridor local, wheezing unilateral didapatkan apabila
karsinoma melibatkan penyempitan bronkus dan ini merupakan tanda khas
tumor bronkus.
9) Jantung
a) Inspeksi
Didapatkan ictus kordis terlihat
b) Palpasi
Didapatkan ictus kordis teraba
d) Auskultasi
Irama beraturan
10) Abdomen
a) Inspeksi
Tidak terdapat adanya asites, tidak ada pembengkakan
b) Palpasi
Biasanya tidak terdapat nyeri tekan
c) Perkusi
Bunyi tympani
d) Auskultasi
Bising usus terdengar
11) Ekstremitas
a) Atas
crt < 2 dtk, akral dingin, tidak ada edema
b) Bawah
crt <2 dtk, akral dingin, tidak ada edema
2. Perumusan diagnosa
Ada beberapa diagnosa keperawatan yang biasanya muncul pada pasien dengan kanker
paru, diantaranya adalah :
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke dalam
tubuh.
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan jumlah secret.
c. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan saraf oleh kanker paru.
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran udara ke alveoli atau ke
bagian utama paru.
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
asupan.
4. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan fase kelima dan fase terakhir dalam proses
keperawatan, didalam fase ke lima ini perawat dapat mengevaluasi seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan implementasi keperawatan sudah berhasil dicapai.
Perawat dapat memantau apa saja yang terlewatkan atau yg belum tercapai dalam tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi dan pelaksanaan tindakan keperawatan. Serta
dapat menentukan apakah intervensi tetap harus delanjutkan atau dihentikan tergantung
perkembangan kondisi masalah klien.
DAFTAR PUSTAKA
Bararah, T. & Jauhar, M. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat
Profesional. Jakarta : Prestasi Pustakaraya
Caia, F. (2011). Respiratory Care. Diterjemahkan oleh Tini Stella. Jakarta : Erlangga
Muttaqin, A. (2012). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem respirasi. Jakarta :
Salemba Medika.
NANDA NIC NOC. 2018. Aplikasi Asuahan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.
Yogyakarta: Mediaction Publishing.
Price, S., A. & Wilson,L.,M. (2009). Patofisiologi. Konsep Klinik Proses-proses Penyakit.
Jakarta : EGC.