Anda di halaman 1dari 21

PERSPEKTIF ISLAM TERHADAP KEWIRAUSAHAAN

Makalah

Diajukan untuk Melengkapi Tugas Kelompok


Dalam Mata Kuliah Kewirausahaan
Semester IV Jurusan MD-A
Tahun Akademik 2019/2020

Disusun
Oleh Kelompok XIII

Roki Putra Dobas : 11812030053

DosenPembimbing:
KristianBurhan, S.Pd, M.Pd.

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1442H/ 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua, sehingga pemakalah dapat menyelesaikan tugas makalah tentang
“Perspektif Islam Terhadap Kewirausahaan”. Shalawat beserta salam kita hadiahkan
kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW. Akhirnya ucapan terima kasih kami
kepada dosen pemimbing mata kuliah “Kewirausahaan” yaitu Bapak Kristian Burhan,
S.Pd, M.Pd.. yang telah memberi bimbingannya. Permintaan maaf kami tuturkan kepada
pembaca terutama ibuk dosen pemimbing apabila ditemukan kesalahan-kesalahan pada
penyusunan makalah ini.
Pemakalah menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari kesalahan.
Namun pemakalah berharap agar makalah ini dapat bermanfaat untuk siapa saja yang
membacanya.

Padang, 06 Juni 2021

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1


B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Terminologi Kekayaan..........................................................................3
B. Berusaha Dalam Ajaran Islam..............................................................4
C. Ketentuan Dalam Berusaha...................................................................8
D. Karakteristik Kewirausahaan Perspektif Islam.....................................12
E. Cara Beretika dalam Bisnis...................................................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................17
B. Saran.....................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ajaran Islam mencakup seluruh aspek kehidupan manusia sebagaimana
firman Allah Swt (artinya) : Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam
sebagai agama bagimu. (QS. Al-Maidah 5 : 3). Oleh karenanya Islam adalah sebuah
aturan, norma, pola hidup yang melingkupi kehidupan manusia dan menjadi pedoman
dalam mengarungi kehidupannya yang selanjutnya pedoman itu dijabarkan dalam
fiqih Islam. Sedang fiqih itu sendiri adalah suatu pola hidup yang ditawarkan Islam
dalam bentuk pemahaman secara mendalam terhadap hukum dan ketentuan Allah
untuk diaplikasikan dalam kehidupan manusia.
Adapun kewirausahaan dalam disiplin ilmu fiqh merupakan bagian
pembahasan mu'amalah. Sedangkan perdagangan adalah bahagian dari kegiatan
kewirausahaan. Bila kita berbicara tentang kewirausahaan menurut pandangan Islam,
maka rambu-rambu yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini adalah teori-teori
yang telah di gambarkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah sebagai norma dan etika
dalam berwirausaha khususnya dalam perdagangan. Islam juga mengajarkan
bagaimana manusia itu giat dalam menjalani aktifitas dan semangat bekerja keras
untuk mencari nafkah dan menjawab kebutuhan sehari-hari. Allah SWT, menyeru
manusia untuk bertebaran di muka bumi untuk menuntut karunia Allah, dalam hal ini
maksudnya adalah rezki Allah. Bahkan Rasulullah pun sangat menganjurkan kepada
ummatnya untuk giat dalam bekerja. Tidak sedikit hadits Rasulullah yang
menegaskan tentang hal itu.

B. Tujuan Penulisan
Dari latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang akan di bahas
dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa itu kekayaan?
2. Bagaimana Bekerja dan Berusaha dalam ajaran Islam?
3. Bagaimana Ketentuannya Berwirausaha dalam Islam?
4. Bagaimana karakteristik kewirausahaan Dalam Islam?
5. Bagaimana Etika Bisnis Dalam Islam?

1
C. ujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang tersebut di atas, maka tujuan penulisan
makalah ini yaitu:
1. Untuk menjelaskan Defenisi Kekayaan
2. Untuk mengetahui etos kerja dalam ajaran Islam.
3. Untuk menjelaskan berwirausaha dalam Islam.
4. Untuk mengidentifikasi karakteristik kewirausahaan Dalam Islam
5. Untuk Menjelaskan Etika Bisnis Dalam Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Terminologi Kekayaan
Al-Qur’an menggunakan kata “ghaniy” atau “aghniya” untuk menyebut orang kaya
atau orang-orang kaya. Kata “ghaniy” merupakan salah satu dari asmaul husna yang
menunjukkan bahwa Allah Swt tidak butuh kepada siapapun, sedangkan yang lain amat
membutuhkanNya.
Ibn Ibrahim mengutip beberapa terminologi terkait dengan kekayaan “al-ghina”
sebagai berikut:
1. Ibnu Faris berkata : al-ghina yang terdiri dari huruf ghain, nun dan huruf mu’tal
bermakna kecukupan.
2. Abu Hilal al-Asykari dalam kitabnya al-Furuq, kata al-ghina secara bahasa dipakai
untuk harta, dan lainnya dalam bentuk kekuatan, bantuan dan segala hal yang
meniadakan kebutuhan. Selanjutnya Ibn Ibrahim menjelaskan kekayaan secara
bahasa bermakna kemudahan, kecukupan, dan berlimpahnya harta yang banyak,
serta orang tidak membutuhkan kepada selain harta yang ada ditangannya.
Sedangkan menurut istilah bermakna orang yang memiliki harta benda yang banyak,
lebih dari kebutuhan-kebutuhan pokoknya, dan anggapan orang di sekitarnya
terhadap status kekayaan. Hal ini sangat relatif, tergantung situasi, kondisi dan kultur
di suatu daerah. Dalam perspektif Islam, kata-kata”ghaniy” memiliki tiga konotasi
makna sebagai berikut:
1. Kaya dalam arti kepemilikan harta, shahib al-mal al-kasir (orang-orang yang
mempunyai banyak harta). Dalam lintas sejarah dapat dilihat bahwa Khadijah
sebelum menjadi istri Rasulullah Saw adalah seorang entrepreneur yang memiliki
usaha perdagangan.
2. Kaya dalam arti kepemilikan ilmu dan amal, seperti tergambar dari bunyi syair
berikut: “seseorang belum tentu disebut kaya, kalah hanya karena hartanya, tetapi
yang disebut kaya adalah orang yang kaya ilmu dan amal (laisa al-ghina al-mal
walakinna al-ghin a gina al-ilmu wa al-amal).
3. Kaya dalam konteks kemampuan menjaga harga diri dan marwah, sebagaimana
tergambar dalam surah al-Baqarah ayat 273

3
‫سبُ ُه ُم‬ ِ ‫ض ْربًا فِى ااْل َ ْر‬
َ ‫ض ۖ  يَ ْح‬ َ َ‫ست َِط ْي ُع ْون‬ْ َ‫سبِ ْي ِل هّٰللا ِ اَل ي‬َ ‫ص ُر ْوا فِ ْي‬ ِ ‫الَّ ِذيْنَ اُ ْح‬ ‫لِ ْلفُقَ َرٓا ِء‬
‫س اِ ْل َحــافًا ۗ  َو َما‬ َ ‫ســئَلُ ْونَ النَّا‬ ْ َ‫سيْمٰ ُه ْم ۚ  اَل ي‬ ِ ُّ‫اَ ْغنِيَٓا َء ِمنَ التَّ َعف‬
ِ ِ‫ف ۚ  تَ ْع ِرفُ ُه ْم ب‬ ‫ا ْل َجا ِه ُل‬
‫تُ ْنفِقُ ْوا ِمنْ َخ ْي ٍر فَا ِ نَّ هّٰللا َ بِ ٖه َعلِ ْي ٌم‬
artinya: “(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan
Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka
mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka
dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak.
Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka
sesungguhnya Allah Maha Mengatahui”1

B. Bekerja dan Berusaha

Kerja adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang baik sendiri atau bersama
orang lain, untuk memproduksi suatu komoditi atau memberikan jasa. Sedangkan
menurut Toto Tasmara Kerja adalah segala aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan
untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani) dan di dalam mencapai
tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi
yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya kepada Allah SWT. 2 Dapat disimpulkan
bahwa bekerja adalah kegiatan yang dilakukan seseorang baik individu maupun
kelompok untuk mendapatkan sesuatu salah satunya adalah mendapatkan materi untuk
kehidupanya.

Bekerja dan berusaha dalam perspektif manusia adalah dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Bahkan menurut Islam keadaan dan keberadaan manusia ditentukan oleh
aktivitas kerjanya. Sebagaimana terlihat pada firman Allah Swt yang artinya sebagai
berikut: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah
tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu
kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi

1
Wegati, Sri. 2016, Kewirausahaan Islam (Aplikasi dan Teori), Surabaya: UIN Sunan Ampel.halm 86

2
Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja yang Islami, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), halm. 27

4
mereka selain Dia” (surah ar-Rad ayat 11). “Dan bahwasanya seorang manusia tiada
memperoleh selain apa yang telah diusahakannya” (surah an-Najm aayat 39).

Menurut al-Faruqiy, manusia memang diciptakan untuk bekerja. Kerjanya adalah


ibadahnya. Terhadap mereka yang enggan bekerja al-Faruqiy menyatakan, mereka tidak
mungkin menjadi muslim yang baik. Apalagi kalau dikaitkan dengan iman, perbuatan
atau kerja islami justru merupakan manifestasi dan bagian daripadanya. Dengan
ungkapan lain, iman adalah landasan, sedangkan perbuatan atau kerja merupakan
konsekuensi dan cara melakukannya.3

Prinsip Bekerja

Prinsip-prinsip bekerja dalam rangka mengelola keuangan antara lain:

1. Niat bekerja adalah untu beribadah kepada Allah. Dalil yang menunjukan hal
tersebut adalah ( Adzariat: 56-57)

َ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ا ْل ِجنَّ َوا اْل ِ ْن‬


‫س اِاَّل لِيَ ْعبُد ُْو ِن‬
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku."

‫ق َّو َم ۤا اُ ِر ْي ُد اَنْ يُّ ْط ِع ُم ْو ِن‬


ٍ ‫َم ۤا اُ ِر ْي ُد ِم ْن ُه ْم ِّمنْ ِّر ْز‬
"Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak
menghendaki agar mereka memberi makan kepada-Ku.

“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung
yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan
periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur
(kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba Ku yang berterima kasih.” (QS
Saba’ (34): 13)

Ayat tersebut menjelaskan tentang perintah bekerja sebagai tanda syukur kepada Allah.4

3
Musa Asy’ari, Islam, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Yogyakarta: Lesfi dan IL, 1997) halm
87

4
Choiruddin Hadhiri SP, Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an Julid I, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hlm. 196

5
2. Kerja adalah untuk memakmurkan alam semesta, dalil yang menunjukan hal
tersebut adalah

ْ ۤ ‫ض َخلِ ْيفَـةً ۗ قَــا لُـ‬ ٓ


ِ ‫ـوا اَت َْج َعـ ُل فِ ْي َهــا َمنْ يُّ ْف‬
‫سـ ُد فِ ْي َهــا‬ ِ ‫َواِ ْذ قَا َل َربُّ َك لِ ْل َم ٰلئِ َك ِة اِنِّ ْي َجـ ا ِعـ ٌل فِى ااْل َ ْر‬
َ‫ِّس لَـ َك ۗ قَا َل اِنِّ ۤ ْي اَ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُم ْون‬ ُ ‫سبِّ ُح بِ َح ْم ِدكَ َونُقَد‬
َ ُ‫ۚ ونَ ْحنُ ن‬
َ  ‫سفِ ُك ال ِّد َمٓا َء‬
ْ َ‫َوي‬
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Aku hendak menjadikan
khalifah di bumi. Mereka berkata, Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak
dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan
nama-Mu? Dia berfirman, Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 30)

َ ‫شـا َ ُك ْم ِّمنَ ااْل‬َ ‫صلِ ًحا ۘ قَا َل ٰيقَ ْو ِم ا ْعبُدُوا هّٰللا َ َمــا لَــ ُك ْم ِّمنْ اِلٰ ٍه َغ ْيـ ُر ٗه ۗ  ُهـ َو اَ ْن‬ٰ ‫َواِ ٰلى ثَ ُم ْو َد اَ َخا ُه ْم‬
‫ب‬
ٌ ‫ب ُّم ِج ْي‬ٌ ‫ستَ ْغفِ ُر ْوهُ ثُ َّم ت ُْوبُ ۤ ْوا اِلَ ْي ِه ۗ اِنَّ َربِّ ْي قَ ِر ْي‬
ْ ‫ستَ ْع َم َر ُك ْم فِ ْي َها فَا‬
ْ ‫ض َوا‬
ِ ‫ْر‬
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka shaleh. shaleh berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah
menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu
mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku
amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)." (Hud: 61)

Firman Allah yang menyebutkan bahwa barangsiapa yang bercocok tanam disini, maka ia
akan menikmati hasilnya disana, apa saja yang ia kerjakan di sana akan diberi imbalan.
Dengan demikian manusia dituntut untuk tahu tujuan hidupnya dan rahasia dibalik
penciptaannya. Manusia diciptakan Allah untuk menjadi hamba Allah yang memimpin
alam bukan untuk menjadi hamba dari yang diciptakan-Nya.5

3. Tujuan dan orientasi bekerja adalah sebagai investasi amal shaleh untuk
kebahagiaan hidup di akherat sekaligus kebahagian hidup di dunia terpenuhi
keseimbangan kebutuhan jasmani dan rohani

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akherat dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan

5
Yusuf al-Qaradlawi, Al Sunnah, Mashdaran li al-Ma’rifah al-Hadlarah, (Surabaya: Dunia Ilmu, 1997), hlm.
312

6
janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan” (Al –Qashas: 77)

“Sesungguhnya untuk dirimu atasmu ada hak, untuk badanmu atas dirimu ada hak, dan
untuk istrimu atas dirimu ada hak, maka berikanlah semua hak kepada yang memilikinya”
(HR Bukhari)

4. Mencari penghasilan yang halal adalah Fardhu (Wajib) Dalil yang menunjukkan hal
ini : Sabda Rasulullah SAW: “Mencari penghasilan halal adalah sesuatu yang fardhu
setelah fardhu lainnya” (HR Al-Baihaqi) Sabda beliau yang lain: Ditanyakan kepada
Rasulullah SAW, “ Usaha apakah yang paling baik” beliau menjawab; “Kerja seorang
lelaki dengan tangannya, dan semua jual beli yang mabrur (baik)”. Dalam riwayat lain,
“Usaha apakah yang paling utama ? (HR.Al-Bazzar dan Ahmad)

5. Bekerja pada bidang-bidang yang baik serta menghindari segala yang diharamkan
kotor (keji). Dalil yang menunjukkan hal ini adalah firman Allah : “Katakanlah tidak
sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik
hatimu.” (Al-Maidah 100) Katakanlah “siapakah yang mengharamkan perhiasan dari
Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang
mengharamkan ) rizki yang baik ”Katakanlah : semuanya itu disediakan bagi orang-orang
yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat.” (Al-
a’raf : 32)

Telah sampai kepada kita dari Muhammad SAW bahwa beliau bersabda: “Sungguh,
seorang hamba memasukkan satu suap makanan haram ke perutnya, Allah SWT tidak
menerima amalnya selama empat puluh hari, dan siapapun seorang hamba yang
dagingnya tumbuh dari sesuatu yang haram, maka neraka lebih baik baginya “ (HR Ath –
Thabrani )

6. Mengangkat dan mendelegasikan pekerjaan pada ahlinya (cakap) Allah SWT


berfirman: Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna
akalnya, harta (mereka yang dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok
kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakain (dari harta itu) dan ucapkanlah kepada
mereka kata-kata yang baik “ (Annisa’:5) Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi
seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami”, berkata Yusuf:

7
Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir) , sesungguhnya aku adalah orang yang
pandai menjaga, lagi berpengetahuan”. (Yusuf: 54-55) “Sesungguhnya orang yang paling
baik yang kami ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya” (Al-Qashas: 26) Berkenaan dengan hal ini Rasulullah SAW bersabda: “Siapa
yang mengangkat seseorang sebagai pegawai (pekerja) dari suatu kaum, padahal pada
kaum itu terdapat seseorang yang diridlai (cakap,saleh dan beriman) oleh Allah dari
padanya, maka ia telah berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya dan orang dan orang-orang
yang beriman (HR.Al-Hakim, ia berkata:”shahihul isnad”)

7. Membayar zakat Perintah demikian berdasar firman Allah SWT “Ambillah zakat
dari sebagian harta mereka dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka, dan mendo’alah untuk mereka, sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi)
ketentraman jiwa bagi mereka (At-Taubah 103)

C. Ketentuan Dalam Berwirausaha

Dalam etika berwirausaha perlu ada ketentuan-ketentuan yang mengaturnya, yaitu:6

1. Sikap dan perilaku seorang pengusaha harus mengikuti norma yang berlaku dalam
suatu negara atau masyarakat.

2. Penampilan yang ditunjukan seorang pengusaha harus selalu apik, sopan, terutama
dalam menghadapi situasi atau acara-acara tertentu.

3. Cara berpakaian pengusaha juga harus sopan dan sesuai dengan tempat dan waktu
yang berlaku.

4. Cara berbicara seorang pengusaha juga mencerminkan usahanya, sopan, penuh tata
karma, tidak menyinggung atau mencela orang lain.

5. Gerak-gerik seorang pengusaha juga dapat menyenangkan orang lain, hindarkan


gerak-gerik yang dapat mencurigakan.

Etika atau norma yang harus ada dalam benak dan jiwa setiap pengusa adalah sebagai
berikut:

6
http://sumber-ilmu-bengkulu.blogspot.co.id/2013/08/makalah-kewirausahaan-etika-
bisnis.html shellaryana di 07.35

8
1. Kejujuran

Seorang pengusaha harus selalu bersikap jujur baik dalam berbicara maupun
bertindak. Jujur perlu agar berbagai pihak percaya terhadap apa yang akan dilakukan.
Tanpa kejujuran usaha tidak akan maju dan tidak dipercaya konsumen atau mitra
kerjanya.

2. Bertanggung jawab

Pengusaha harus bertanggung jawab terhadap segala kegiatan yang dilakukan


dalam bidang usahnya. Kawajiban terhadap berbagai pihak harus segera diselesaikan.
Tanggung jawab tidak hanya terbatas pada kewajiban, tetapi juga kepada seluruh
karyawannya, masyarakat, dan pemerintah.

3. Menepati janji

Pengusaha dituntut untuk selalu menepati janji, misalnya dalam hal pembayaran,
pengiriman barang atau penggantian. Sekali saja seorang pengusaha ingkar janji,
hilanglah kepercayaan pihak lain terhadapnya. Pengusaha juga harus konsisten terhadap
apa yang telah dibuat dan disepakati sebelumnya.

4. Disiplin

Pengusaha dituntut untuk selalu disiplin dalam berbagai kegiatan yang berkaitan
dengan usahnya, misalnya dalam hal waktu pembayaran atau pelaporan kegiatan
usahanya.

5. Taat hukum

Pengusaha harus selalu patuh dan menaati hokum yang berlaku, baik yang
berkaitan dengan masyarakat ataupun pemerintah. Pelanggaran terhadap hokum dan
peraturan yang telah dibuatkan berakibat fatal dikemudian hari. Bahkan, hal itu akan
menjadi beban moral bagi penguasaha apabila tidak diselesaikan.

6. Suka membantu

Pengusaha secara moral harus sanggup membantu berbagai pihak yang


memerlukan bantuan. Sikap ringan tangan ini dapat ditunjukkan kepada masyarakat
dalam berbagai cara. Pengusaha yang terkesan pelit akan dimusuhi banyak orang.

7. Komitmen dan menghormati

9
Pengusaha harus komitmen dengan apa yang mereka jalankan dan menghargai
komitmen dengan pihak-pihak lain. Pengusaha yang menjunjung tinggi komitmen
terhadap apa yang telah diucapkan atau disepakati akan dihargai oleh berbagai pihak.

8. Mengejar prestasi

Pengusaha yang sukses harus selalu berusaha mengejar prestasi setinggi


mungkin. Tujuannya agar perusaaan dapat terus bertahan dari waktu kewaktu. Prestasi
yang berhasil dicapai perlu terus ditingkatkan. Disamping itu, pengusaha juga harus
tahan mental dan tidak mudah putus asa terhadap berbagai kondisi dan situasi yang
dihadapinya.7

Islam menegaskan beberapa ketentuan terkait dengan ketentuan dalam berwirausaha


dalam rangka mencari harta kekayaan yang harus diperhatikan oleh seorang muslim.
Ketentuan-ketentuan yang dimaksud adalah:
1. Harta dan Kekayaan yang diusahakan harus halal.
Harta dan kekayaan yang diusahakan adalah harta dan kekayaan yang
dihalalkan oleh syariah melalui berbagai macam usaha yang baik. Seorang muslim
boleh berusaha untuk memperoleh harta dan kekayaan yang baik dan memilikinya,
sebanyak apapun yang dikehendakinya.
Islam membolehkan umatnya untuk memiliki harta dan kekayaan yang baik
yaitu dihalalkan oleh Swt berupa makanan, minuman, pakaian, perabotan, segala
perhiasan dan rezeki yang halal dan baik untuk diusahakan dan dikonsumsi
sebagaimana terlihat dalam ayat al-Qur’an yang artinya: “Hai anak Adam, pakailah
pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan
janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan. Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah
yang telah dikeluarkanNya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang
mengharamkan) rezki yang baik?” Katakanlah: “Semuanya itu (disediakan) bagi
orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di
hari kiamat.” Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang
mengetahui” (surah al-A’raf ayat 31-32)
2. Cara mendapatkan harta dan kekayaan harus sesuai dengan syariah.
Ketika Islam membolehkan setiap umatnya memiliki harta dan kekayaan yang
halal, baik dan diinginkannya, Islam juga menegaskan bahwa untuk mendapatkan
7
http://rifqiazhar.blogspot.co.id/2012/04/kewirausahaan-dan-etika-bisnis.html

10
harta dan kekayaan tersebut harus diperoleh atau dilakukan dengan cara yang
disyariatkan dan agar menghindarikan diri dari cara-cara yang haram walaupun cara
itu bisa menghasilkan harta yang halal. Banyak nash-nash yang menunjukkan
ketentuan untuk mencari harta dan kekayaan dengan sesuai tuntutan Islam bukan
dengan cara yang haram atau batil diantaranya:
َّ ‫َواَل تَأْ ُكلُ ۤ ْوا اَ ْم َوا لَـ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِا ْلبَا ِط ِل َوتُـ ْدلُ ْوا بِ َهـ ۤـا اِلَى ا ْل ُحــ‬
ْ‫ک ِام لِتَــأْ ُکلُ ْوا فَ ِر ْيقًــا ِّمن‬
َ‫س بِا اْل ِ ْث ِم َواَ ْنـتُ ْم تَ ْعلَ ُم ْون‬ِ ‫اَ ْم َوا ِل النَّا‬
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di
antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan)
harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta
benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”
(surah al-Baqarah ayat 188).
3. Berusaha mencari kekayaan harus mengetahui hukum-hukum syariah yang
berkenaan dengannya.
Seorang muslim yang mencari harta dan kekayaan harus belajar tentang hukum-
hukum yang berkenaan dengan harta dan kekayaan yaitu tentang usaha dan
konsumsi ketika ia membutuhkannya, sehingga dia mendapatkan penjelasan yang
sempurna dalam segala urusan yang berkenaan dengannya. Apabila tidak jelas, maka
dia harus bertanya kepada yang ahli dibidangnya. Karena sesunnguhnya seorang
muslim tidak boleh melakukan sesuatu hingga mengetahui hukum Allah Swt tentang
masalah tersebut. Termasuk ilmu tentang hukum-hukum kekayaan ini adalah tentang
cara-cara mengembangkan dan menumbuhkan kekayaan. Dalam hal ini al-Qur’an
menjelaskan yang artinya: “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang
yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang
dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian
(dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik” (surah
an-Nisa ayat 5).
Ayat di atas menunjukkan tentang tidak bolehnya orang yang tidak sempurna
akalnya dan orang bodoh mengelola harta benda, yaitu orang-orang yang tidak tahu
tentang hukum-hukum kekayaan dan orang-orang yang tidak baik mengelola. Hal ini
menunjukkan tentang kewajiban belajar tentang hukum-hukum syariah yang
berkenaan dengan harta dan kekayaan.
4. Berusaha mencari harta dan kekayaan tidak boleh melalaikan ibadah.

11
Di antara kriteria yang harus diperhatikan dalam mencari harta dan kekayaan
adalah jangan sampai mencari kekayaan itu menjadi penghalang seseorang dari
beribadah. Hal ini dikarenakan harta dan kekayaan bukanlah tujuan pokok,
melainkan hanyalah sebagai saranaz yang membantu seseorang dalam beribadah.
Oleh karena itu mencari kekayaan itu tidak boleh sama sekali melalaikan orang dari
beribadah. Terdapat beberapa ayat al-Qur’an yang mengingatkan masalah ini di
antaranya: “Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh
jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari)
membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan
penglihatan menjadi goncang. (Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya
Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari
apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya ALlah menambah karunia-Nya kepada
mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa
batas” (surah an-Nuur ayat 37-38).
D. Karakteristik Wirausahawan
Karakteristik entrepreneur dalam konsep Islam dijelaskan Alma (2009:270) sebagai
berikut:
1. Sifat Takwa, Tawakal, Zikir dan Syukur.
Dunia usaha/bisnis memiliki dinamika tersendiri, persaingan dari kompetitor
hari demi hari semakin kuat, untuk itu seorang entrepreneur muslim haruslah
memiliki sifat takwa dan tawakkal dalam menjalankan usahanya. Dalam hal ini
Rasul berpesan: “Allah akan memberi rezeki, seperti burung-burung yang keluar
sangkar di pagi hari dan pulan petang dengan perut kenyang” (HR. Turmudzi).
2. Jujur.
Jujur dalam segala hal kehidupan dituntut dalam setiap pribadi muslim termasuk
di dalam menjalankan usaha. Dalam sebuah hadits Rasulullah dinyatakan:
“Kejujuran itu akan membawa ketenangan dan ketidakjujuran akan menimbulkan
keragu-raguan” (HR. Turmudzi).
3. Niat Suci dan Ibadah.
Bagi entrepreneur muslim menjalankan usaha adalah niat suci dalam rangka
ibadah kepada Allah, Swt demikian pula hasil yang diperoleh dari hasil usaha
tersebut akan dipergunakan kembali di jalan Allah Swt.
4. Bangun Subuh dan Bekerja.

12
Rasul mengajarkan kepada ummat agar mulai bekerja sejak pagi hari, selesai
shalat subuh jangan tidur lagi, bergeraklah, carilah rezeki dari Allah. Ada nilai
keberkahan dari bangun subuh tersebut yang terkadang tidak disangkasangka
datangnya. Rasulullah Saw bersabda: “Berpagi-pagi kamu di dalam mencari rezeki
dan kebutuhan kamu, karena pergi pada pagi hari adalah suatu berkah dan
kemenangan” (HR.Thabrani dan Bazzar).
5. Toleransi.
Seorang entrepreneur muslim dalam menjalankan usahanya haruslah memiliki
sifat-sifat toleransi, supel, mudah bergaul, komunikatif, praktis, fleksibel.
6. Berzakat dan Berinfaq.
Harta atau laba yang diperoleh dalam bidang bisnis, haruslah disisihkan
sebagian kepada orang lain yang pmembutuhkan. Entrepreneur muslim dalam
berbisnis atau berusaha tidak dilalaikan oleh persoalan bisnisnya saja tetapi selalu
ingat untuk mengeluarkan zakat dan infaq dari bisnis yang dilakukannya.8
7. Silaturahmi.
Entrepreneur muslim harus melakukan silaturahmi dengan mitra usahanya
ataupun dengan pelanggan. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang menganjurkan
untuk selalu mempererat silaturahmi, karena silaturahmi mendatangkan keberkahan
sebagaimana hadits Rasulullah Saw menyatakan: “Siapa yang ingin murah
rezekinya dan panjang umurnya, maka hendaklah ia mempererat hubungan
silaturahmi” (HR. Bukhari).9
E. Etika Bisnis Islam

Etika adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana berperilaku jujur, benar dan
adil. Etika merupakan cabang ilmu filsafat, mempelajari perilaku moral dan immoral,
membuat pertimbangan matang yang patut dilakukan oleh seseorang kepada orang lain atau
kelompok tertentu.10

8
Syamsu Yusuf, Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, cetakan pertama,
2007.halm 49

9
Muhammad as-Sayyid Yusuf, Ahmad Durrah, Manhaj al-Quran al-Karim fi Islah al-Mujtama’, Qasas al-Ilm fi
al-Quran, Mesir : Dar as-Salam Maktabah al-Usrah, t.t., terj : Abu Akbar Ahmad, Pustaka Pengetahuan Al-
Quran, Edisi Indonesia : PT. Rehal Publika.halm 341

13
Etika dikategorikan sebagai filsafat moral atau etika normatif. Etika adalah suatu
perilaku normatif. Etika normatif mengajarkan segala sesuatu yang sebenarnya benar
menurut hukum dan moralitas. Etika mengajarkan sesuatu yang salah adalah salah yang benar
adalah benar. Sesuatu yang benar tidak dapat dikatakan salah dan sebaliknya.

Sedangkan bisnis sendiri yaitu sebuah aktivitas yang mengarah pada peningkatan nilai
tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau pengolahan barang (produksi).

Menurut Richard De George etika bisnis merupakan alat bagi para pelaku bisnis untuk
menjalankan bisnis mereka dengan lebih bertanggung jawab secara moral. Para pemilik
perusahaan mengharapkan bahkan menuntut para karyawannya bekerja dengan baik sesuai
dengan perjanjian kerja yang telah disepakati, agar tidak merugikan perusahaan. Para pemilik
perusahaan juga mengharapkan agar relasi bisnis mereka tidak menipu dan bekerja sesuai
dengan perjanjian kerjasama yang telah disepakati.

Dengan demikian etika bisnis adalah norma norma atau kaidah etik yang dianut oleh
bisnis, baik sebagai institusi atau organisasi, maupun dalam interaksi bisnisnya dengan
“stakeholders”nya.

Etika bisnis merupakan etika terapan, etika bisnis juga merupakan aplikasi
pemahaman kita tentang apa yang baik dan benar yang beragam institusi, teknologi,
transaksi, aktivitas dan usaha yang kita sebut bisnis. Bisnis dalam islam memposisikan
pengertian bisnis yang pada hakikatnya merupakan usaha manusia untuk mencari keridhaan
Allah SWT.

Fungsi Etika Dalam Bisnis:

1. Dapat mengurangi dana yang diakibatkan dari pencegahan yang


kemungkinan terjadi friksi atau perpecahan, baik dari intern perusahaan itu sendiri
maupun ekstern

2. Membangkitkan motivasi pekerja agar terus meningkat, melindungi


prinsip dalam kebebasan berdagang atau berniaga, serta dapat menciptakan
keunggulan dalam bersaing.

10
Majid Fakhri ,Etika dalam Islam , penerjemah Zakiyuddin B (Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Pusat Studi
Islam –UMS, 1996,hlm.40.

14
3. Melakukan perubahan kesadaran masyarakat tentang bisnis dengan
memberikan suatu pemahaman atau cara pandang baru, yakni bahwa bisnis tidak
terpisah dari etika.

Peranan Etika Dalam Bisnis:

Etika bisnis dalam perusahaan mempunyai peran penting, yaitu untuk membentuk
suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai
kemampuan menciptakan nilai ( value-creation ) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang
kokoh.11

Peranan Etika dalam Bisnis menurut Richard De George, bila perusahaan ingin sukses atau
berhasil memerlukan 3 hal pokok yaitu :

1. Produk yang baik

2. Managemen yang baik

3. Memiliki Etika

Biasanya dimulai dari perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang
transparan didukung oleh budaya perusahaan yang handal serta etika perusahaan yang
dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.

Etika bisnis memang memiliki peranan penting dalam keberhasilan ataupun kegagalan
sebuah usaha. Etika bisnis sangat berpengaruh besar dalam hasil suatu usaha tingkah
wirausaha yang baik akan menentukan suatu usahanya tersebut dapat kearah yang berhasil
atau gagal.12

Abul Ala al-Maududi sebagaimana dikutip Hendra dan Riana (2008) menjelaskan
beberapa etika dalam berbisnis menurut pandangan al-Qur’an sebagai berikut:
1. Jangan memakan harta benda orang lain dengan cara yang batil.
2. Menjaga amanah yang diberikan kepadanya.
3. Jangan memakan harta anak yatim secara zalim.
4. Jangan curang dengan cara antara lain mengurangi takaran dalam timbangan.
11
M. Quraish Shihab, “Etika Bisnis dalam wawasan al-Qur’an , jurnal Ulumul Qur’an No.3/VII/1997, hlm. 4.

12
Buchari Alma, Pengantar Bisnis, Bandung: CV.Alfabeta, 1997.halm 32

15
5. Jangan (berdagang, memproduksi) minum-minuman khamar, berjudi, mengundi
nasib.
6. Tidak memakan riba.
7. Jika melakukan utang piutang, jika mengalami kesulitan, hendaklah diberikan waktu
sampai berkelapangan.
8. Memberikan sedekah atas harta yang dimiliki kepada orang lain

BAB III

PEBNUTUP

A. Kesimpulan

16
1. Kewirausahaan berasal dari kata dasar Wirausaha. Wirausaha dari segi etimologi
berasal dari kata wira dan usaha. Wira, berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan,
berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha, berarti perbuatan amal, berbuat
sesuatu. Sedangkan, Pengertian Kewirausahaan (Inggris: Entrepreneurship) atau Wirausaha
adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan.

2. Kewirausahaan dalam Islam merupakan suatu ibadah yang akan mendapatkan


pahala apabila dilaksanakan dan berwirausaha merupakan fardhu kifayaah. Ketrampilan
masing masing individu wajib dikembangkan tetapi tidak semua orang harus memiliki skill
yang sama.

3. Konsep Kewirausahaan Islam yaitu; siddiq, amanah tabligh dan fathanah.

B. Saran

Saran kami baik bagi para usahawan adalah agar selalu menanamkan nilai-nilai Islam
dalam setiap kegiatan usahanya. Dan sedangkan bagi civitas akademika kami menyarankan
untuk leih lagi melakukan penelitian-penelitian di bidang wirausaha syariah

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari Pengantar Bisnis, Bandung: CV.Alfabeta, 1997.

17
al-Qaradlawi, Yusuf Al Sunnah. Mashdaran li al-Ma’rifah al-Hadlarah. Surabaya:
Dunia Ilmu. 1997.
Asy’ari, Musa. Islam, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat. Yogyakarta:
Lesfi dan IL. 1997
Choiruddin Hadhiri SP, Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an Julid . Jakarta: Gema
Insani,.2005.
Sri,Wegati. Kewirausahaan Islam (Aplikasi dan Teori), Surabaya: UIN Sunan Ampel.
2016.
Tasmara, Toto. Membudayakan Etos Kerja yang Islami, Jakarta: Gema Insani Press
2002.
http://sumber-ilmu-bengkulu.blogspot.co.id/2013/08/makalah-kewirausahaan-etika-
bisnis.html shellaryana di 07.35
http://rifqiazhar.blogspot.co.id/2012/04/kewirausahaan-dan-etika-bisnis.html
Shihab, M. Quraish “Etika Bisnis dalam wawasan al-Qur’an .jurnal Ulumul Qur’an
No.3/VII/1997.

18

Anda mungkin juga menyukai