Anda di halaman 1dari 20

JURNAL GEOGRAFI

Geografi dan Pengajarannya


ISSN 1412 - 6982
e-ISSN : 2443-3977
Volume XVIII Nomor 2, Desember 2020

BENTANG LAHAN JAWA BAGIAN TENGAH


Sebuah Catatan Lapangan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Inayah Hidayati
Pusat Penelitian Kependudukan LIPI
Abstrak : Bentang lahan mencakup bentang alami dan bentang budaya yang
menekankan keterkaitan antara komponen biogeofisik dengan manusia dan
segala aktivitasnya. Objek yang dikaji dalam tulisan ini terdiri dari dua
kelompok besar yaitu geografi dan geografi sosial. Metode yang digunakan
dalam tulisan ini adalah pengamatan lapangan dengan menyusuri jalur
perjalanan yang telah ditentukan, melakukan pengamatan, identifikasi, dan
pengukuran setiap parameter pada setiap fenomena penyusun bentang lahan.
Kondisi bentang lahan Jawa bagian tengah sisi selatan didominasi oleh batuan
batugamping di bagian atas dan dialasi oleh batuan vulkanik tersier, berupa
breksi dan aliran lava yang muncul di tepi laut. Kondisi ini mengakibatkan
potensi sumber daya alam terbatas sehingga berpengaruh terhadap
penghidupan penduduknya. Kemudian wilayah tengah hingga Gunung
Merapi dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan zona tengah
relatif lebih sempit dari bagian yang lain. Morfologi zona ini terbentuk oleh
pegunungan Serayu selatan dan utara serta kompleks gunungapi. Zona ini
relatif lebih subur dan memiliki sumber daya alam yang melimpah. Hasil
pengamatan di lapangan menegaskan bahwa terbentuknya bentang alam tidak
bisa terlepas dari unsur alam dan aktivitas manusia yang saling mempengaruhi
satu sama lain.
Kata kunci : bentang lahan, Jawa bagian tengah, morfologi, penghidupan
masyarakat
Abstract: Landscapes include natural landscapes and cultural landscapes
that emphasize the relationship between the biogeophysical components and
humans and all their activities. The objects studied in this paper consist of two
major groups, namely geography and social geography. The method used in
this paper is field observations by following a predetermined travel path,
observing, identifying and measuring each parameter in each of the landscape
constituent phenomena. The landscape of Java in the central part of the south
side is dominated by limestone rocks at the top and covered by tertiary
volcanic rocks, in the form of breccias and lava flows that appear on the edge
of the sea. This condition results in limited natural resource potential which
affects the livelihoods of its inhabitants. Then the central area to Mount
Merapi from the Yogyakarta Special Region Province is the middle zone
which is relatively narrower than the other parts. The morphology of this zone
is formed by the mountains of southern and northern Serayu and the volcanic
complex. This zone is relatively more fertile and has abundant natural
resources. The results of observations in the field confirm that the formation
of landscapes cannot be separated from natural elements and human activities
that influence one another.
Keywords: landscape, central Java, morphology, community livelihoods

Alamat korespondensi:
inayah.hidayati@gmail.com; inayah.hidayati@lipi.go.id 145
A. PENDAHULUAN permukaan bumi yang mempunyai
bentuk topografi yang khas dan unik
Bentang lahan mencakup bentang
yang disebabkan oleh proses alam dan
alami (natural landscape) dan bentang
geologi pada material batuan dalam skala
budaya (cultural landscape) yang
ruang dan waktu kronologis tertentu
menekankan keterkaitan antara
(Verstappen, 2011). Verstappen (1983)
komponen biogeofisik dengan manusia
mengklasifikasikan bentuk lahan
di dalamnya dan segala aktivitasnya
menjadi 10 macam berdasarkan asal
untuk memenuhi kebutuhan hidup
prosesnya yaitu: vulkanik, struktural,
(Conzen, 2001). Pendekatan yang
fluvial, solusional, denudasional, eolian,
digunakan untuk mengetahui hubungan
marine, glasial, organik dan
keterkaitan tersebut merupakan ciri
antropogenik.
kajian geografi yaitu pendekatan
Kemudian bentang budaya
keruangan (spatial approach),
merupakan kenampakan dari suatu
kelingkungan (ecological approach), dan
masyarakat yang mempunyai pengertian
kompleks wilayah (regional approach)
sebagai sekumpulan penduduk dengan
(Forman, 2014; Turner, 1989; Chorley
seluruh karakteristik sosialnya dan
dan Kennedy, 1971). Untuk mempelajari
lingkungan sosialnya yang meliputi
bentang lahan perlu dikenalkan
faktor-faktor kebiasaan, tradisi, adat
komponen biogeofisik dan sebarannya di
istiadat, hukum, kepercayaan, agama,
lapangan beserta pemetaannya,
ideologi, dan sebagainya (Mitchell,
hubungan antara biogeofisik, dan
2002). Bentang budaya timbul sebagai
hubungan antara komponen biogeofisik
hasil interaksi dan adaptasi antara
dengan manusia.
manusia dengan alam dan dalam
Menurut Tuttle (1975), bentang
prosesnya terjadi hubungan timbal balik.
lahan merupakan gabungan dari
Dari hubungan tersebut maka akan
bentukan lahan atau landform dan
membentuk suatu perwujudan bentang
kombinasi dari kenampakan tersebut
budaya dengan jenis tertentu dan
akan membentuk suatu bentang lahan.
tentunya juga akan mengakibatkan
Berdasarkan definisi tersebut maka dapat
munculnya gejala sosial seperti
dimengerti bahwa unit analisis yang
kemiskinan, kepadatan penduduk, jenis
sesuai adalah unit bentuklahan. Maka
mata pencaharian, dan sebagainya.
untuk menganalisis dan mengklasifikasi
Untuk mengklasifikasikan bentang
bentang lahan harus selalu berdasar pada
budaya maka dapat dilakukan dengan
kerangka kerja bentuklahan (landform).
menggunakan pendekatan lokasi (site &
Bentuklahan adalah bagian dari

146 JURNAL GEOGRAFI, VOLUME 18, NOMOR 2, DESEMBER 2020: 145-164


situational) yaitu dibagi menjadi dua Kajian bentuklahan sebagai dasar
yaitu bentang desa dan kota yang analisis dan kerangka umum dalam
mempunyai kenampakan budaya, sosial, kajian bentang lahan pengelompokannya
ekonomi, dan fisik yang berbeda-beda berdasarkan pada proses utama yang
(Rowntree, 1996). meliputi bentukan asal vulkanis,
Melalui interpretasi dan analisis struktural, fluvial, solusional,
peta, foto udara, atau citra penginderaan denudasional, eolian, marin, organik, dan
jauh yang didukung dengan data dan antropogenik. Aspek bentang budaya
observasi lapangan maka akan diperoleh Jawa bagian tengah juga memiliki
karakteristik dari masing-masing karakteristik yang kompleks pula yaitu
komponen bentang lahan baik komponen meliputi bentang desa dan bentang kota
fisik maupun komponen sosial ekonomi yang memiliki karakteristik sosial dan
dan budayanya. Analisis komponen ekonomi serta budaya yang khas dan
bentang alam pada umumnya didasarkan spesifik seperti bentang pertanian,
atas relief, struktur, dan proses yang perikanan, hutan, industri, dan
dinamakan bentuk lahan (landform). perdagangan.
Bentuk lahan digunakan sebagai satuan
analisis yang menggunakan pendekatan
B. METODE
keruangan, kelingkungan, dan kompleks
Pendekatan yang digunakan dalam
wilayah yang selanjutnya dapat
penelitian ini adalah adalah pendekatan
digunakan untuk menentukan kebijakan
deskriptif. Metode yang digunakan
dalam perencanaan pemanfaatan lahan
dalam tulisan ini adalah pengamatan
baik dalam skala lokal, regional, maupun
lapangan dengan menyusuri jalur
nasional. Komponen bentang budaya
perjalanan yang telah ditentukan,
dapat dikenali dengan mudah
melakukan pengamatan, identifikasi, dan
mendasarkan pada aktivitas manusia
pengukuran setiap parameter pada setiap
dalam memanfaatkan lahan yang
fenomena penyusun bentang lahan.
tercermin pada pemanfaatan ruang
Lokasi penelitian di Provinsi Daerah
seperti yang dapat terlihat pada bentang
Istimewa yang mewakili jenis bentuk
pertanian, industri, pemukiman, dan
lahan. Hasil observasi diharapkan dapat
sebagainya. Selain itu secara garis besar
menggambarkan objek dan fenomena
bentang budaya juga dapat
yang ada.
dikelompokkan menjadi bentang desa
dan kota yang masing-masing
mempunyai karakteristik yang khas.

Hidayati, Bentang Lahan Jawa Bagian Tengah…. 147


C. HASIL PENELITIAN terjadi gaya endogen pengangkatan dan
C.1. Pembentukan Pulau Jawa dapat memunculkan busur-busur gunung
Pulau Jawa merupakan bagian dari api (Verstappen, 2000).
Lempeng Tektonik Pasifik, dimana Menurut klasifikasi Bemmelen
berada pada jalur pertemuan lempeng (1970), Provinsi Daerah Istimewa
Indo-Australia dengan Pasifik Yogyakarta masuk dalam wilayah Jawa
(Bemmelen, 1949; Wessel & Kroenke, bagian tengah secara penampang
2000; Verstappen, 2000). Gerakan geologisnya. Bagian tengah wilayah ini
lempeng di Indonesia pada umumnya merupakan depresi dan muncul
adalah saling bertemu, yaitu lempeng kelompok gunung api. Jenis endapan di
benua dan samudra saling bertumbukan wilayah ini adalah vulkanik muda.
yang ditandai dengan penunjaman ke Kemudian semakin ke selatan berupa
bawah dimana lempeng samudera plato, berlereng (miring) ke arah selatan
dengan massa berat yang lebih besar menuju Laut Hindia dan di sebelah utara
menunjam lempeng benua, yang berbentuk tebing patahan. Kadang zona
menunjam adalah massa penyusun ini begitu terkikis sehingga kehilangan
material daratan (Strahler, 1987; Irwon, bentuk platonya. Di Jawa tengah bagian
1990; Hall, 2009). Akibat penunjaman dari zona ini telah ditempati oleh dataran
tersebut menyebabkan terbentuknya aluvial.
palung dan terjadi formasi batuan yang Di zona selatan ini lapisan yang
tidak selaras sehingga terjadi pergerakan lebih tua terdiri dari endapan vulkanis
yang mempengaruhi magma dalam bumi. yang tebal (breksi tua) dan bahan-bahan
Pada saat penunjaman, semakin ke endapan (seperti tanah anulatus) yang
bawah suhu semakin tinggi, sehingga terlipat pada waktu periode miosen
tekanan tinggi. Pada kedalaman tertentu tengah (Pannekoek, 1949; Nossin &
penunjaman tersebut dapat Voute, 1986). Di bagian selatan zona ini
menghancurkan litosfer dan sedikit mengalami lipatan tetapi lipatan
menguraikan astenosfer sehingga ini menjadi lebih kuat dekat batas sebelah
menyebabkan jalur dalam bersifat utara. Daerah ini merupakan daerah
vulkanik (Thouret, 1999; Kurnianto, peralihan ke zona tengah. Bagian ini
2019). Pergerakan lempeng tektonik ditutupi secara tidak selaras (unconform)
tersebut membentuk kepulauan di oleh bahan-bahan yang tidak terlepas dari
Indonesia, termasuk Pulau Jawa yang miosen atas (Nossin & Voute, 1986).

148 JURNAL GEOGRAFI, VOLUME 18, NOMOR 2, DESEMBER 2020: 145-164


Gambar 2. Pembentukan Pulau Jawa (Ilustrasi oleh Hidayati, 2004 & 2018)

C.2. Kondisi Bentang Lahan Lokasi Kelurusan vulkanik Ungaran -


Penelitian Merapi tersebut merupakan sesar
Untuk memahami bentang lahan mendatar yang berbentuk konkaf hingga
digunakan batasa satuan geologis dan sampai ke barat, dan berangsur-angsur
fisiografisnya. Secara garis besar kondisi berkembang kegiatan vulkanisnya
geomorfologi Provinsi Daerah Istimewa sepanjang sesar mendatar dari arah utara
Yogyakarta dibagi menjadi empat ke selatan (Santosa, 2006). Dapat diurut
kelompok besar dengan kekhasan fisik dari utara yaitu Ungaran yang berumur
dan sosial kemasyarakatannya yaitu: Pleistosen dan berakhir di selatan yaitu
1. Satuan Gunung Merapi Gunung Merapi yang sangat aktif hingga
Merupakan bentang lahan saat ini. Kadang disebutkan bahwa
vulkanik yang terdiri dari kerucut gunung Gunung Merapi terletak pada
api hingga dataran fluvial gunung api perpotongan dua sesar kuarter yaitu Sesar
yang tersebar di Sleman, Kota Semarang yang berorientasi utara-selatan
Yogyakarta hingga sebagian daerah dan Sesar Single yang berorientasi barat-
Bantul. Bentang lahan ini terbentuk timur (Santosa, 2006; Hartini &
sebagai akibat dari letusan Gunung Sartohadi, 2010).
Merapi. Gunung Merapi tumbuh pada Secara morfologi tubuh gunung
titik potong antara kelurusan vulkanik Merapi dapat dibagi menjadi empat
Ungaran - Telomoyo - Merbabu - Merapi bagian yaitu Kerucut Puncak, Lereng
dan kelurusan vulkanik Lawu - Merapi - Tengah dan Lereng Kaki dan Dataran
Sumbing - Sindoro - Slamet (Suyanto, Kaki (Santosa, 2006; Hartini &
2012). Sartohadi, 2010). Kerucut puncak

Hidayati, Bentang Lahan Jawa Bagian Tengah…. 149


dibangun oleh endapan paling muda Beberapa area dataran puncak Merapi di
berupa washes dan piroklastik. Satuan luar kawah utama mengeluarkan banyak
lereng tengah dibangun oleh endapan uap vulkanik yaitu di area Gendol dan
washes, piroklastik dan lahar. Lereng Woro, bagian tenggara dataran puncak.
kaki dan Dataran Kaki tersusun dari Bagian lereng barat Merapi merupakan
endapan piroklastik, lahar dan aluvial. daerah aliran guguran dan piroklastik
Dari bentuknya, dibandingkan dengan (Islamiyah, Minarto & Santoso, 2019;
gunung api di sebelahnya yaitu Gunung Hardjono, 2015; Voight, Constantine,
Merbabu, Gunung Merapi nampak jauh Siswowidjoyo & Torley, 2000). Daerah
lebih runcing. Hal ini menunjukkan ini merupakan daerah terbuka karena
bahwa pertumbuhan bagian puncaknya sering dilanda awan panas. Daerah lereng
relatif lebih cepat. timur sebagai bagian dari struktur Merapi
Hal ini didukung pula oleh jarang terkena dampak aktivitas Merapi.
kenyataan bahwa pada saat ini produk Lereng ini lebih banyak tertutup dengan
aktivitas Merapi hanya tersebar pada vegetasi. Morfologinya nampak
jarak yang dekat dari puncak Merapi. dipisahkan dari kerucut-Merapi dengan
Kerucut puncak Merapi yang sering sesar yang berbentuk tapal kuda yang
disebut sebagai Gunung Anyar melalui bawah Gunung ljo (Islamiyah,
merupakan bagian Merapi yang paling Minarto & Santoso, 2019).
muda (Islamiyah, Minarto & Santoso, Lereng kaki Merapi tersusun dari
2019; Hardjono, 2015; Wismaya, 2016). punggung-punggung radial yang
Semua aktivitas Merapi terpusat pada diselingi dengan hulu-hulu sungai.
puncak kerucut ini. Kawah utama Merapi Beberapa sungai penting yang berada di
saat ini berupa bukaan berbentuk tapal lereng barat yaitu Batang, Bebeng, Putih,
kuda yang mengarah ke barat-barat daya. Blongkeng, Sat, Lamat dan Senowo.
Morfologi kawah ini terbentuk sesudah Alur-alur pada hulu sungai tersebut yang
letusan tahun 1961 (Tjia, 1961; Thouret, sering mendapat tambahan material
Lavigne & Bronto, 2000). Secara umum, produk letusan (Bourdier, &
dataran puncak Merapi tersusun dari Abdurachman, 2001).
kubah-kubah washes yang tidak longsor.

150 JURNAL GEOGRAFI, VOLUME 18, NOMOR 2, DESEMBER 2020: 145-164


Gambar 3. Penampang Melintang Geologis Jawa Bagian Tengah
(Ilustrasi oleh Hidayati, 2004 & 2018)

Gunung Merapi merupakan ekonomis. Dieksploitasi dalam selang


gunung api tipe basalt-andesitik dengan beberapa minggu setelah suhunya
komposisi SiO2 berkisar antara 50-58 % mendingin endapan tersebut dapat
(Sarkowi, 2010). Beberapa washes yang dimanfaatkan.
bersifat lebih basa mempunyai SiO2 yang Dari sudut pengembangan wisata,
lebih rendah sampai sekitar 48%. Batuan aktivitas Merapi terutama pada saat
Merapi tersusun dari plagioklas, olivin, terjadi aliran-aliran washes pijar
piroksen, magnetit dan amphibole merupakan pemandangan yang khas.
Setiahadiwibowo, Nugroho & Pratama, Awan Panas memang merupakan
2020). Plagioklas merupakan mineral kejadian yang sangat berbahaya untuk
utama pada batuan Merapi dengan daerah-daerah atau alur-alur yang
komposisi sekitar 34% (Sarkowi, 2010). terancam. Namun demikian tetap ada
Oleh karena aktivitasnya yang lokasi-lokasi aman untuk menikmati dan
terus-menerus, Merapi merupakan melihat proses aktivitas Merapi. Pada
sumber bahan galian pasir, kerikil dan malam hari aliran awan panas dan
batu yang tidak ada habisnya. Aktivitas washes pijar akan nampak membara dan
tersebut juga merupakan ciri khas Merapi menjadi daya tarik sendiri bagi orang
yang lain daripada gunungapi. Tanpa yang tinggal jauh dari gunung api atau di
mengurangi kewaspadaan akan adanya dekat suatu gunung api yang tidak pernah
resiko bahaya, suatu letusan merupakan meletus. Bagi pelajar, pemantauan proses
setoran material baru bagi eksploitasi letusan secara langsung memberikan
bahan galian pasir dan batu. Diantara contoh riil dari proses alam yang terjadi
produk letusan, endapan awan panas di bumi. Dari sudut pandang ini kejadian
merupakan produk yang bernilai letusan dan proses aktivitas vulkanik of

Hidayati, Bentang Lahan Jawa Bagian Tengah…. 151


Merapi dapat ditawarkan sebagai suatu dua formasi yaitu formasi Sentolo dan
obyek kunjungan semi ilmiah. formasi Wonosari.
Di penghujung bagian tengah Menurut proses geomorfologinya,
satuan Gunung Merapi terdapat Graben pembentukan Graben Bantul sangat erat
Bantul yang memiliki karakteristik khas kaitannya dengan aktivitas Gunungapi
sebagai daerah yang terbentuk oleh sesar Merapi. Terutama pada pengisian
yang melintang ke utara di sisi timur sedimen pembentuk Graben Bantul.
Parangtritis hingga Prambanan dan sisi Dilihat rangkaiannya dengan keberadaan
barat pada arah utara selatan Palbapang Gunungapi Merapi Graben Bantul
yang merupakan sisi timur perbukitan merupakan bagian dari fluvio vulkanik
Sentolo di daerah Bantul. Jika dilihat dari plain dari Merapi yang mempunyai ciri
ketinggian maka akan terlihat secara datarannya sudah rata dan tanahnya
jelas bahwa Graben Bantul diapit oleh memiliki perlapisan (Daryono, 2012).

Gambar 3. Pembentukan Graben Bantul


(Ilustrasi oleh Hidayati, 2004 & 2018)
Hasil pengamatan menunjukkan atau persawahan (Rudiyanto, 2012).
jenis tanah yang ada di Bantul Selain itu tanah di Bantul juga
merupakan jenis tanah aluvial yang mempunyai horison-horison tanah yaitu
mempunyai ciri bertekstur lempung horison A (elevasi / tanah asal), horison
berpasir yang halus dengan warna lapisan B (iluviasi /karena proses pencucian dan
tanah bagian atasnya lebih gelap daripada akumulasi), dan horison C (pelapukan
lapisan yang ada di bawahnya dan dan akumulasi) (Rayes, 2017).
keberadaan air yang menggenang dan Selain itu memasuki wilayah
dangkal serta infiltrasinya kecil sehingga Bantul juga bisa mulai dirasakan
sangat cocok untuk lahan pertanian basah perubahan ekspresi topografi yang

152 JURNAL GEOGRAFI, VOLUME 18, NOMOR 2, DESEMBER 2020: 145-164


semakin ke arah selatan akan semakin sebagai daerah pertanian terutama
melandai. Melandainya ekspresi persawahan.
topografi tersebut disebabkan karena Namun karena perkembangan,
terjadinya proses sortasi atau pemilihan pertumbuhan, dan kepadatan penduduk
ukuran butiran batuan atau tanah dari semakin hari semakin meningkat, maka
yang semula kasar yang berasal dari pada daerah Bantul terutama yang
material Merapi menjadi semakin halus berbatasan dengan kota Yogyakarta
yang disebabkan karena tenaga yang menjadi urban sprawl dari dinamika
membawa batuan tersebut menjadi Kota Yogyakarta. Hal ini dapat dilihat
semakin lemah pada daerah landai dari dari perkembangan pembangunan
yang semula kuat pada daerah lereng perumahan di wilayah Bantul dan
miring. perpindahan fasilitas pendukung kota
Berdasarkan bentang budayanya, seperti universitas, pusat kegiatan
kawasan selatan Provinsi Daerah ekonomi, dan sebagainya dari pusat kota
Istimewa Yogyakarta ini merupakan ke daerah pinggiran. Fenomena urban
daerah kompleks yang mempunyai ciri sprawl ini akan menyebabkan harga
perkotaan dan pada sebagian wilayah tanah yang ada di Bantul semakin
lainnya masih bercirikan pedesaan. melonjak tinggi dan memicu terjadinya
Namun secara umum, di Bantul bisa land use change berbagai bentang lahan
dilihat dan dirasakan atmosfer perubahan yang ada. Apalagi di daerah Bantul jika
pola wilayah dari yang bercirikan dilihat dari segi aksesibilitas, daya
pedesaan menjadi perkotaan menurut dukung lingkungan, dan fasilitas
penggunaan lahannya. pendukung lainnya termasuk cukup
Perubahan tersebut mulai bisa lengkap sehingga akan menarik
diamati dari daerah Bantul yang pertumbuhan urban ke arah rural.
berbatasan dengan kota Yogyakarta yang Kemudian di penghujung selatan
penggunaan lahannya masih bercirikan yang berbatasan dengan lautan terdapat
perkotaan dan bersifat heterogen yang bentuk lahan pantai yang memiliki ciri
dalam artiannya masih banyak sekali bergumuk pasir baik yang aktif maupun
ditemui lahan yang digunakan sebagai yang tidak aktif dan adanya pantai
pemukiman, perkantoran, maupun sarana berbatu dengan tebing yang terjal atau
kegiatan perekonomian dan mulai bisa disebut cliff. Terbentuknya Gumuk
memasuki Jalan Bantul mulai dirasakan Pasir di Pantai Parangtritis sangat erat
transformasi daerah perkotaan menjadi kaitannya dengan aktivitas Gunungapi
daerah pedesaan dengan homogennya Merapi (Nurkholis, Jayanto & Jurnawan,
penggunaan lahan yaitu digunakan 2018; Dibyosaputro & Haryono, 2020).

Hidayati, Bentang Lahan Jawa Bagian Tengah…. 153


Saat Merapi meletus maka Merapi daerah yang terbuka dari penghalang
mengeluarkan piroklastis yang berupa (vegetasi ), ada perbedaan musim yang
bom, pasir, lapili, debu, dan sebagainya. tegas, dan angin yang kuat. Gumuk pasir
Materi yang berupa pasir dan lapili menurut sifatnya dibagi menjadi dua
setelah diangkut sungai hanya akan yaitu gumuk pasir aktif dan gumuk pasir
mengendap di lereng Gunungapi Merapi. yang tidak aktif. Gumuk pasir tidak aktif
Sedangkan pasir yang berukuran lebih adalah gumuk pasir yang telah ditumbuhi
besar diangkut oleh sungai Opak dan vegetasi sehingga ada penghalang bagi
Progo hingga ke laut dan setelah masuk angin untuk merubah bentuk pasir yang
ke laut oleh longshore current atau arus ada. Sedangkan gumuk pasir yang aktif
susur saat musim kemarau diangkut dan adalah gumuk pasir yang tidak
disebarkan di sekitar pantai dan oleh bervegetasi dan permukaan pasirnya
gelombang pasir tersebut dihempaskan terjamah angin sehingga setiap saat
ke darat (Dibyosaputro & Haryono, bentuknya selalu berubah-ubah. Gumuk
2020). Pertemuan arus datang dan arus pasir yang aktif ini sangat dipengaruhi
balik menyebabkan terjadinya beting oleh aktivitas proses eolian. Jenis gumuk
gisik yang mempunyai ledok pasir yang aktif dapat dibedakan menjadi
diantaranya. Setelah itu maka terjadilah tiga macam yaitu gumuk pasir normal
endapan pasir di pantai (membentuk yaitu gumuk pasir yang berbentuk bukit
daratan). Saat ada angin muson tenggara kecil-kecil sekitar 5 hingga 20 meter
yang terpengaruh Pegunungan Sewu ke dengan kemiringan yang terjal sekitar
arah hinterland, angin sedikit berbelok ke 150, gumuk pasir longitudinal yang
arah barat dan dipercepat sehingga bentuknya memanjang searah arah angin,
kemampuan angin untuk mengangkut dan gumuk pasir barchan yang pola
pasir menjadi lebih besar dan semakin ke penyebarannya berpola jarang-jarang
barat kemampuannya semakin berkurang dan bentuknya seperti wiru atau yang
yang menyebabkan gumuk pasir di disebut dengan ripple mark (Verstappen,
Pantai Parangtritis lebih tinggi dibanding 1957; Maulana & Wulan, 2015; Santosa,
dengan sebelah baratnya (Verstappen, 2016). Punggung yang ada di barchan ini
1988). Endapan yang dijatuhkan oleh bentuknya selalu berubah-ubah karena
angin tersebut akan membentuk suatu pengaruh angin. Uniknya, pola gumuk
gundukan pasir atau populernya disebut pasir barchan ini hanya akan ditemui di
gumuk pasir (Verstappen, 1957). Parangtritis. Pasir yang dapat ditemui di
Adapun syarat pembentukan daerah Parangtritis adalah pasir yang
gumuk pasir adalah jika ada banyak berwarna hitam. Warna ini terjadi karena
suplai material berukuran pasir, termasuk material pasir yang berat dan pada

154 JURNAL GEOGRAFI, VOLUME 18, NOMOR 2, DESEMBER 2020: 145-164


umumnya berwarna hitam tertinggal di yang bermata pencaharian rangkap, yaitu
pantai dan material yang berwarna lebih mereka mengerjakan pertanian terpadu
terang dan ringan terbawa angin dan yang berdasarkan keadaan alamnya dan
terbang ke daerah hinterland. merangkap sebagai nelayan saat keadaan
Daratan sekitar pantai Parangtritis alam tidak memungkinkan untuk
karena dulunya merupakan daerah yang melakukan kegiatan pertanian dan saat
terpengaruhi aktivitas fluvial Sungai itu kegiatan perikanan sangat
Opak maka datarannya relatif subur dan menjanjikan hasil. Namun sebagai
cocok untuk daerah pertanian nelayan, penduduk juga mendapatkan
(Wardhana, 2015). Dataran yang ada di tantangan yang sangat besar dari alam.
sini dahulunya merupakan bekas laguna Yaitu kendala gelombang dan arus laut
yang mengalami deposisional sehingga yang sangat besar sehingga sangat
membentuk dataran yang tinggi. menyulitkan nelayan untuk melaut dan
Sedangkan bekas backswamp yang ada di mendarat. Di daerah laut ada pembagian
sekitar daerah pantai Depok-Parangtritis zona penangkapan ikan yang bertujuan
banyak yang dimanfaatkan sebagai lahan melindungi nasib nelayan kecil. Zonanya
pertanian. Sedangkan permukiman adalah: daerah sempadan pantai, jalur
penduduk banyak ditemui di tanggul penangkapan 1A (1-2) yang
sungai. diperuntukkan bagi nelayan tradisional,
Menurut tata ruangnya daerah ini dan zone 1B (3-4) yang diperuntukkan
merupakan pantai berpasir yang sangat bagi nelayan dengan peralatan modern.
cocok dikembangkan menjadi daerah Selain masalah dalam perikanan,
wisata karena keunikannya. Namun di masyarakat pesisir juga mengalami
daerah ini juga mengalami permasalahan kesulitan pada masalah pertanian yaitu
yang cukup pelik, yaitu pada daerah dengan masalah sulitnya sumber air dan
sempadan pantainya. Karena termasuk pola drainase yang tidak tertata. Pola
daerah wisata maka pembangunan permukiman di pesisir ini mayoritas
semakin menuju ke arah daerah berpola memanjang searah dengan
sempadan pantai. Padahal daerah pantai.
sempadan pantai seharusnya dibiarkan Pada sisi bagian barat Pegunungan
terbebas dari pembangunan agar dapat Sewu terjadi sesar bertingkat dan di
melindungi pantai. Daerah sempadan bagian selatannya terbentuk cliff yang
pantai diukur berdasarkan pasang bagian bawahnya mengalami abrasi yang
tertinggi dan terendahnya. berakibat batuan yang diatasnya akan
Gejala sosial ekonomi di Pantai berguguran dan menumpuk di pelataran
Parangtritis adalah banyak penduduknya laut (Marfai, Cahyadi & Anggraini,

Hidayati, Bentang Lahan Jawa Bagian Tengah…. 155


2013; Setyawan, Apriyanto & Astutik, mengangkat bagian selatan Jawa,
2019). Pelataran ini akan timbul sedangkan sebagian lagi tidak terangkat,
tenggelam sesuai dengan pasang surut air sehingga terbentuk Plato Selatan
laut. Pada pelataran ini sering sekali (Santosa, 2016). Sesar melintang
terjadi dan terbentuk alur yang sangat menyebabkan tidak semua bagian selatan
berbahaya karena bisa terjadi arus balik Jawa membentuk plato, namun ada
yang berkecepatan tinggi yang banyak sebagian yang tenggelam dan sekarang
menelan korban jiwa. Kondisi yang tertutup oleh endapan, fluvial, marin dan
demikian itu juga terjadi pada garis eolin, membentuk daratan (Verstappen,
pantai yang cekung. Pada garis pantai ini 2000). Sesar yang terjadi pada Plato
arus balik menjadi sangat cepat karena Selatan ternyata bukan hanya yang
terjadi konsentrasi arus balik atau yang melintang Jawa, namun masih banyak
disebut dengan rip current (Retnowati, sesar sekunder dengan arah sejajar
Marfai, & Sumantyo, 2012). Pada pantai membentuk sesar tangga atau memotong
yang berpasir, letak rip current Perbukitan Baturagung. Dengan
berpindah-pindah (Deskaranti, terbentuknya plato ini maka terbentuk
Prasetyawan & Kunarso, K. 2017). Rip pula gawir atau escarpment, dan dalam
current dapat dikenali dari morfologi perkembangan selanjutnya dapat
pantai yang cekung dan gelombangnya terbentuk trapezoidal facet, triangle
tidak pecah (Retnowati, 2012). Rip facet, lembah menggantung, kerucut
current ini termasuk arus yang sangat aluvial dan kipas aluvial (Strahler, 1987;
mematikan karena yang sudah terbawa Irwon, 1990; Hall, 2009)..
oleh arus ini kemungkinan untuk selamat Pada kipas aluvial ini tanah lembab
sangat rendah. dan lebih subur, dan kemungkinan
Di daerah Nambangan, perbatasan terdapat mata air atau rembesan,
Bantul dan Gunung Kidul, terdapat sehingga vegetasi lebih rapat dan banyak
penampakan perbatasan yang terlihat digunakan untuk lahan pertanian atau
tegas antara zona satuan Gunung Merapi pemukiman penduduk. Munculnya air di
dengan Pegunungan Selatan. Pembatas wilayah ini secara hidrologi adalah
zona ini ditandai dengan adanya karena saat air hujan turun maka akan ada
escarpment atau gawir, intrusi diorit, dan singkapan batuan yang mengalir
bentuk perbukitan yang kompleks seperti kebawah dan mengerosi. Dari proses
patahan (lihat gambar 5). Pengangkatan tersebut maka akan terbentuk suatu
bagian selatan Jawa, menyebabkan lembah yang mengandung banyak air
terjadinya sesar memanjang dan dengan bentuk memanjang (garis) dan
melintang Jawa. Sesar memanjang vegetasi penutupnya rimbun. Kemudian

156 JURNAL GEOGRAFI, VOLUME 18, NOMOR 2, DESEMBER 2020: 145-164


air yang mengalir ke bawah tersebut banyak bermunculan air dari tanah dan
muncul di celah kecil dengan kecepatan mengakibatkan daerah ini subur dan kaya
besar di daerah fluvio vulkanik fan. Pada air sehingga cocok untuk dikembangkan
daerah fluvio vulkanik fan tersebut menjadi daerah pertanian lahan basah.

Gambar 5. Triangle Facet, Kipas Aluvial, Escarpment, dan Meandering Sungai Opak
(Ilustrasi oleh Hidayati, 2004 & 2018)

Pada dataran terbentuk dataran kembang kerut, sedangkan dataran


aluvial dengan materi berasal dari Merapi aluvial Baturagung bertekstur lempung
terletak di sebelah utara sungai dan mengalami kembang kerut. Di daerah
dataran visual yang terletak di sebelah ini juga terdapat batuan vulkanik beku
selatan sungai dengan materi berasal dari (breksi) seperti yang ada di Parang
Perbukitan Baturagung. Batuan pada Kusumo dan masih merupakan satu
dataran aluvial Merapi tersusun oleh rangkaian.
geluh, pasir dan kerikil, sedangkan Dari segi sosial budayanya, di
batuan pada dataran aluvial Baturagung wilayah Nambangan ini hanya cocok
tersusun oleh lempung sebagai hasil untuk dikembangkan jenis tanaman
pelapukan vulkanik Tersier dan tahunan dan jenis tanaman musiman
batugamping (Muryowihardjo, 1988; tidaklah cocok untuk dikembangkan di
Sarkowi, 2010; Hidayat dkk, 2013; sini. Karena daerahnya sudah mulai
Mulyasari, Brahmantyo & Supartoyo, beralih menjadi perbukitan patahan,
2020). Oleh karena itu maka sifat dan maka dalam penggunaan lahannya pun
watak kedua dataran aluvial sangat mulai dilakukan penyesuaian. Lahan
berbeda. Dataran aluvial Merapi yang ada di lereng atas dan topografinya
bertekstur pasir, tidak mengalami kasar dan berteras-teras cenderung

Hidayati, Bentang Lahan Jawa Bagian Tengah…. 157


dimanfaatkan untuk penanaman tanaman tengah terdapat dataran (Wonosari
tegalan. Sedangkan pada daerah bagian Basin).
bawah yang topografinya halus dan Kawasan batu gamping yang
banyak mengandung air karena berada berkembang di bagian paling selatan dari
pada fluvio vulkanik fan di kembangkan Pegunungan Selatan, khususnya di
pertanian lahan basah atau persawahan. wilayah Gunungkidul, Wonogiri, dan
Untuk pola pemukimannya, di Pacitan, berkembang menjadi topografi
wilayah ini polanya cenderung menyebar karst dengan sistem drainase bawah
tergantung pada keberadaan sumber mata tanahnya (subterranean drainage).
air dan ada juga yang linear searah Sementara itu, kenampakan platonya pun
dengan aliran kali Opak. Kali Opak yang pada akhirnya berubah menjadi bukit-
ada di sini berfungsi sebagai pengendali bukit kecil berbentuk kerucut (conical
banjir maupun irigasi. Untuk menjaga hillocks) yang dikenal dengan Gunung
alur sungai maka ditetapkan daerah Sewu.
sepadan sungai yang luasnya di kanan- Di sisi selatannya, hantaman
kiri sungai berkisar antara 50 sampai 100 gelombang Samudera Hindia terus-
meter. Di Kali Opak ini juga ada aktivitas menerus membentuk lereng-lereng terjal
penambangan pasir dan batu. Namun (cliff), yang di beberapa tempat diselingi
dalam penambangannya seharusnya para oleh teluk-teluk yang sebagian terhubung
penambang lebih memperhatikan pola dengan wilayah pedalaman melalui
penambangannya dan harus lembah-lembah kering. Di sisi utaranya,
mengendalikan aktivitas penambangan perbukitan kerucut Gunung Sewu
agar tidak merusak daerah alur sungai. berbatasan dengan dua buah ledok
(basins), yaitu Ledok Wonosari di bagian
2. Satuan Pegunungan Selatan barat dan Ledok Baturetno di bagian
Merupakan bentang lahan timur. Ledok Wonosari hingga kini
solusional dengan bahan batuan induk masih mempertahankan pola drainase
batu gamping, mempunyai karakteristik aslinya di aliran Sungai Oyo, yang
lapisan tanahnya dangkal dan vegetasi mengalir menembus tebing-tebing tinggi
penutupnya relatif jarang. Bentang lahan di ujung barat. Ledok Baturetno di daerah
ini terbentuk sebagai akibat proses Wonogiri, yang semula merupakan
pengangkatan dan terletak di Gunung daerah hulu dari sebuah sungai yang
Kidul yang dikenal sebagai Pegunungan mengalir ke selatan, sebagaimana
Seribu yang merupakan perbukitan batu ditunjukkan melalui Lembah Giritontro
gamping (limestone) yang kritis, tandus yang membelah Gunung Sewu ke arah
dan selalu kekurangan air dengan bagian Samudera Hindia, akhirnya berubah

158 JURNAL GEOGRAFI, VOLUME 18, NOMOR 2, DESEMBER 2020: 145-164


menjadi anak sungai bagi Bengawan O2 dan mengikat H2O dengan warna
Solo yang hingga saat ini mengalir ke tanah yang semakin menghitam karena
utara. termasuk tanah grumusol atau margalit
Ledok Wonosari merupakan yang didominasi oleh materi lempung
bagian dari wilayah karst yang kaya air berat. Karena didominasi oleh material
karena bentukan lahannya terjadi secara lempung berat maka saat musim kemarau
deposisional, yaitu materi dari gunung tanahnya menjadi retak-retak yang
api yang berupa materi piroklastik lumayan lebar. Selain itu juga
tersusun selang-seling dengan materi menyebabkan akar tumbuhan mudah
karst. Jenis tanah yang ada di basin ini putus karena tanahnya juga labil dan
termasuk tanah intensif yang berwarna selalu kembang kempis. Sebenarnya
merah dan didominasi oleh proses tanah di daerah ini subur namun karena
reduksi gleisasi yang tanahnya terjal maka akar sulit untuk menerima
mempunyai kemampuan untuk melepas dan melepas air.

Gambar 6. Ilustrasi Basin Wonosari (Ilustrasi oleh Hidayati, 2004 & 2018)
Penyebab kayanya akan sumber air Di sisi utara kedua ledok terdapat
pada basin Wonosari tak lain karena pada punggungan-punggungan tinggi dengan
saat pembentukannya yaitu pada saat sisa-sisa planasinya yang tetap
Perbukitan Baturagung terangkat keatas, dipertahankan. Batas utara dari
struktur yang ada menjadi miring ke punggungan tersebut berupa tebing
selatan. Akibatnya di struktur ini akan curam (steep escarpment), memanjang
muncul banyak sekali retakan yang akan mulai daerah Parangtritis ke utara, di
memicu munculnya dan mengalirnya air selatan Prambanan berbelok ke arah
menuju basin yang letaknya jauh lebih timur hingga Wonogiri. Di sebelah
rendah dan ekspresi topografinya datar. utaranya membentang dataran rendah, di
mana lipatan batuan yang lebih tua turun

Hidayati, Bentang Lahan Jawa Bagian Tengah…. 159


cukup dalam, tertutup oleh kipas-kipas Nanggulan merupakan formasi yang
fluvio-volkanik muda dari beberapa paling tua di daerah pegunungan Kulon
gunung api. Progo, penyusun batuan dari formasi ini
Karena daerahnya ketersediaan menurut Raharjo (1977) terdiri dari
airnya terbatas maka pola permukiman di Batupasir dengan sisipan Lignit, Napal
daerah ini cenderung menyebar pasiran, Batulempung dengan konkresi
tergantung dengan keberadaan mata air Limonit, sisipan Napal dan
dan doline serta di sekitar mata air Batugamping, Batupasir dan Tuf serta
tersebut pola permukimannya kaya akan fosil foraminifera dan
mengelompok. Komposisi penduduk di Moluska. Litologi dari Formasi
daerah ini didominasi oleh kelompok Jonggrangan ini tersingkap baik di
penduduk usia tua dan usia muda yang sekitar desa Jonggrangan, bagian bawah
tidak produktif. Hal ini bisa terjadi dari formasi ini terdiri dari Konglomerat
karena banyak penduduk usia produktif yang ditumpangi oleh Napal tufan dan
yang merantau ke kota-kota besar untuk Batupasir gampingan dengan sisipan
bekerja. Aspek pendapatan penduduk Lignit. Batuan ini semakin ke atas
selain dari hasil pertanian dan tegalan, berubah menjadi Batugamping koral
penduduk sangatlah tergantung pada (Rahardjo, dkk, 1977). Litologi
remitan dari anggota keluarganya yang penyusun Formasi Sentolo ini di bagian
bekerja di luar kota. bawah, terdiri dari Aglomerat dan Napal,
3. Satuan Pegunungan Kulon Progo semakin ke atas berubah menjadi
Satuan Pegunungan Kulon Progo, Batugamping berlapis dengan fasies
yang terletak di Kabupaten Kulon Progo neritik. Batugamping koral dijumpai
bagian utara merupakan bentang lahan secara lokal, menunjukkan umur yang
struktural denudasional dengan topografi sama dengan formasi Jonggrangan, tetapi
berbukit yang mempunyai kendala lereng di beberapa tempat umur Formasi
yang curam dan potensi air tanahnya Sentolo adalah lebih muda
kecil. Stratigrafis yang paling tua di (Purnaminingsih dan Harsono, 1981).
daerah Pegunungan Kulon Progo dikenal Pada zona ini potensi sumber daya
dengan Formasi Nanggulan, kemudian alam terbatas. hal ini mengakibatkan
secara tidak selaras diatasnya diendapkan banyak penduduk yang bertempat tinggal
batuan-batuan dari Formasi Jonggaran di daerah ini relatif lebih sedikit
dan Formasi Sentolo, yang menurut Van dibandingkan dengan daerah lainnya,
Bemmelen (1949), kedua formasi kepadatan rendah dan persebarannya
terakhir ini mempunyai umur yang sama, mengelompok yang berasosiasi pada
keduanya hanya berbeda faises. Formasi ketersediaan air karena di daerah ini air

160 JURNAL GEOGRAFI, VOLUME 18, NOMOR 2, DESEMBER 2020: 145-164


memang sangat terbatas. Struktur dengan Pegunungan Seribu. Wilayah ini
penduduk di daerah ini didominasi oleh merupakan daerah yang subur. Bentang
usia tua dan muda yang tidak produktif. Lahan lainnya yang belum
gejala ini terjadi karena penduduk usia didayagunakan secara optimal adalah
produktif banyak yang memilih merantau bentang lahan marin dan eolin yang
ke daerah lain untuk memperoleh merupakan satuan wilayah pantai.
pekerjaan dan penghasilan yang lebih Karena daerah ini merupakan
baik. Fenomena ini menyebabkan daerah yang subur maka daerah ini
kualitas SDM yang ada di daerah ini merupakan daerah lahan pertanian yang
sangatlah rendah karena penduduk yang menjanjikan serta menjadi daerah tujuan
berpengetahuan tinggi lebih senang pendatang. Daerah ini pada umumnya
untuk merantau ke daerah lain yang lebih berupa kota-kota yang penduduknya
menjanjikan. sangat banyak dan padat dan pola
Dari segi ekonomi, penduduk di mengelompok pada bagian kota atau
daerah ini lebih mengandalkan pada daerah yang lebih datar dan pada daerah
sektor pertanian lahan kering yang lereng pola persebarannya cenderung
didominasi tegalan dan sawah tadah random. Kualitas pendidikan penduduk
hujan sebagai mata pencahariannya. di daerah ini juga cukup tinggi karena
Selain itu di daerah ini juga lengkapnya fasilitas pendukung dan
dikembangkan peternakan sapi dan karena pendidikan telah menjadi suatu
kambing pada saat musim penghujan kebutuhan.
karena pada saat musim kemarau
D. KESIMPULAN
ketersediaan air dan pakan sangatlah
Kondisi bentang lahan Jawa
terbatas bahkan banyak peternak yang
bagian tengah sisi selatan didominasi
menjual ternaknya hanya untuk membeli
oleh batuan batugamping di bagian atas
pakan. sektor pertambangan di daerah ini
dan dialasi oleh batuan vulkanik tersier,
juga berkembang terutama pada sektor
berupa breksi dan aliran lava yang
bahan galian golongan C.
muncul di tepi laut. Kondisi ini
4. Satuan Dataran Rendah mengakibatkan potensi sumber daya
Satuan Dataran Rendah alam terbatas sehingga berpengaruh
merupakan bentang lahan fluvial yang terhadap penghidupan penduduknya.
didominasi oleh dataran aluvial, Kemudian wilayah tengah hingga
membentang di bagian selatan Daerah Gunung Merapi merupakan zona relatif
Istimewa Yogyakarta mulai dari lebih sempit dari bagian yang lain.
Kabupaten Kulon Progo sampai dengan Morfologi zona ini terbentuk oleh
Kabupaten Bantul yang berbatasan pegunungan Serayu selatan dan utara

Hidayati, Bentang Lahan Jawa Bagian Tengah…. 161


serta kompleks gunungapi yang relatif Hall, R. (2009). Indonesia, geology.
lebih subur dan memiliki sumber daya Encyclopedia of Islands, Univ.
California Press, Berkeley,
alam yang melimpah. Terbentuknya
California, 454-460.
bentang alam tidak bisa terlepas dari Hardjono, I. (2015). Vulkanologi dan
unsur alam dan aktivitas manusia yang Mineralogi Petrografi.
saling mempengaruhi satu sama lain. Muhammadiyah University Press.
Hartini, S. K., & Sartohadi, J. (2010).
DAFTAR PUSTAKA Morphological analysis of Merapi
Bemmelen, R. W. (1949). The geology of edifice in studying merapi-type
Indonesia (Vol. 1, No. 2). US eruption, to improve volcanic hazard
Government Printing Office. map (Doctoral dissertation,
Bemmelen, R. W. (1970). The geology of [Yogyakarta]: Universitas Gadjah
Indonesia (Vol. 1). Martinus Nijhoff. Mada).
Bourdier, J. L., & Abdurachman, E. Hidayat, I., Sunaryo, S., Dawwas, K. F.,
(2001). Decoupling of small-volume Rahayu, F. E., Dewanti, E. A.,
pyroclastic flows and related hazards Handoko, E., & Soegijono, B. (2013).
at Merapi volcano, Indonesia. Bulletin OBSERVASI LINGKUNGAN:
of Volcanology, 63(5), 309-325. KOMPOSISI DAN STRUKTUR
Chorley, R. J., & Kennedy, B. A. (1971). MATERIAL BATUAN GUNUNG
Physical geography: a systems MERAPI DI DI YOGYAKARTA.
approach. Prentice Hall. Jurnal Riset Sains dan Kimia
Conzen, M. P. (2001). Cultural landscape Terapan, 3(2), 322-325.
in geography. Irwin, W. P. (1990). Geology and plate-
Daryono, S. S. (2012). Indeks tectonic development. The San
Kerentanan Seismik Berdasarkan Andreas Fault System, California,
Mikrotremor Pada Setiap Satuan 1515, 61-80.
Bentuklahan di Zona Graben Bantul Islamiyah, O. R. A., Minarto, E., &
Daerah Istimewa Yogyakarta Santoso, A. B. (2019). Estimasi
(Doctoral dissertation, Universitas Kedalaman dan Perubahan Volume
Gadjah Mada). Sumber Tekanan Gunung Merapi
Deskaranti, R., Prasetyawan, I. B., & Berdasarkan Pengamatan Data
Kunarso, K. (2017). Pemodelan Rip Tiltmeter. Jurnal Sains dan Seni ITS,
Current Menggunakan Model 7(2), 70-74.
Gelombang Tipe Boussinesq Kurnianto, F. A. (2019). Proses-Proses
(Wilayah Kajian: Pantai Klayar Jawa Geomorfologi pada Bentuk Lahan
Timur). Journal of Oceanography, Lipatan. Majalah Pembelajaran
6(1), 213-220. Geografi, 2(2), 194-196.
Dibyosaputro, S., & Haryono, E. (2020). Maulana, E., & Wulan, T. R. (2015).
Geomorfologi dasar. UGM PRESS. Identifikasi agihan barkhan pada zona
Forman, R. T. (2014). Land Mosaics: inti gumuk pasir Parangtritis dengan
The ecology of landscapes and menggunakan data UAV. Simposium
regions (1995) (p. 217). Island Press. Nasional Sains Geoinformasi IV
2015: Penguatan Peran Sains

162 JURNAL GEOGRAFI, VOLUME 18, NOMOR 2, DESEMBER 2020: 145-164


Informasi Geografi dalam Nanggulan Formation, central Java.
Mendukung Penanganan Isyu-Isyu Publ Geol Res Devel Centre Paleont
Strategis Nasional. Series, 1, 9-28.
Marfai, M. A., Cahyadi, A., & Anggraini, Rayes, M. L. (2017). Morfologi dan
D. F. (2013). Tipologi, Dinamika, dan Klasifikasi Tanah. Universitas
Potensi Bencana Di Pesisir Kawasan Brawijaya Press.
Karst Kabupaten Gunungkidul. RETNOWATI, A. (2011). Rip currents
Mitchell, D. (2002). Cultural signatures zone detection on alos
landscapes: the dialectical palsar image at Parangtritis Beach
landscape–recent landscape research (Doctoral dissertation, [Yogyakarta]:
in human geography. Progress in Universitas Gadjah Mada).
human geography, 26(3), 381-389. Rowntree, L. B. (1996). The cultural
Mulyasari, R., Brahmantyo, B., & landscape concept in American
Supartoyo, S. (2020). ANALISIS human geography. Concepts in
KUANTITATIF AKTIVITAS human geography, 70(4), 459-474.
TEKTONIK R ELATIF DI Rudiyanto, A. (2017). SISTEM
PEGUNUNGAN BATURAGUNG INFORMASI GEOGRAFIS
JAWA TENGAH. Bulletin of PERTANIAN PADI DI
Geology, 1(1), 40-53. KABUPATEN BANTUL, DI
Muryowihardjo, S. (1988). Jenis Erupsi YOGYAKARTA. SELODANG
Gunungapi yang Menghasilkan MAYANG, 3(1).
Batuan Volkanik di Daerah Gunung Sarkowi, M. (2010). Interpretasi Struktur
Baturagung Kabupaten Gunungkidul Bawah Permukaan Daerah Gunung
Yogyakarta. Merbabu–Merapi Berdasarkan
Nossin, J. J., & Voute, C. (1986). Notes Pemodelan 3d Anomali Bouguer.
on the geomorphology of the BERKALA FISIKA, 13(2), 11-18.
Borobudur plain (Central Java, Santosa, L. W. (2006).
Indonesia) in an archaeological and Geomorphological approach for
historical context. In Remote sensing regional zoning in the Merapi
for ressources development and volcanic area. Indonesian Journal of
environmental management. Geography, 38(1).
International symposium. 7 (pp. 857- Santosa, L. W. (2016). Keistimewaan
864). Yogyakarta dari sudut pandang
Nurkholis, A., Jayanto, G. D., & geomorfologi. UGM PRESS.
Jurnawan, N. Y. (2018). ANALISIS Setiahadiwibowo, A. P., Nugroho, O. B.,
BENTUKLAHAN SEBAGAI & Pratama, Y. A. (2020). Penentuan
LANDASAN TERWUJUDNYA Nilai Resistivitas Unconsolidate Sand
SUSTAINABLE COASTAL AREA pada Low Moisture Content
DI INDONESIA. Menggunakan Mikroamperemeter
Pannekoek, A. J. (1949). Outline of the pada Aliran Sungai Krasak Sleman,
geomorphology of Java. Daerah Istimewa Yogyakarta.
Purnamaningsih, S., & Harsono, P. JURNAL GEOCELEBES, 4(1), 46-52.
(1981). Stratigraphy and planktonic Setyawan, M. A., Apriyanto, B., &
foraminifera of the Eocene-Oligocene Astutik, S. (2019). ANALISIS

Hidayati, Bentang Lahan Jawa Bagian Tengah…. 163


KARAKTERISTIK ENDAPAN Publishing Co., New York, N.Y.
MARINE DAN PENGARUHNYA 437pp
BAGI SEKTOR PERTANIAN DAN Verstappen, H. T. (1988).
PERAIRAN DI PESISIR SELATAN Geomorphological surveys and
PANTAI PANCER KECAMATAN natural hazard zoning, with special
PUGER KABUPATEN JEMBER reference to volcanic hazards in
JAWA TIMUR. MAJALAH central Java. Zeitschrift für
PEMBELAJARAN GEOGRAFI, 2(1), Geomorphologie. Supplementband,
141-154. 68, 81-101.
Strahler (1987). Modern Physical Verstappen, H. T. (2000). Outline of the
Geography.New York : John Willey Geomorphology of Indonesia: A Case
& Sons. Study on Tropical Geomorphology of
Suyanto, I. (2012). Pemodelan Bawah a Techtogene Region. ITC
Permukaan Gunung Merapi Dari Publication, (79).
Analisis Data Magnetik Dengan Verstappen, H. T. (2011). Old and new
Menggunakan Software Geosoft. trends in geomorphological and
Laporan Penelitian. landform mapping. In Developments
Thouret, J. C. (1999). Volcanic in earth surface processes (Vol. 15,
geomorphology—an overview. pp. 13-38). Elsevier.
Earth-science reviews, 47(1-2), 95- Voight, B., Constantine, E. K.,
131. Siswowidjoyo, S., & Torley, R.
Thouret, J. C., Lavigne, F., Kelfoun, K., (2000). Historical eruptions of Merapi
& Bronto, S. (2000). Toward a revised volcano, central Java, Indonesia,
hazard assessment at Merapi volcano, 1768–1998. Journal of Volcanology
Central Java. Journal of Volcanology and Geothermal Research, 100(1-4),
and Geothermal Research, 100(1-4), 69-138.
479-502. Wardhana, P. N. (2015). Analisis
Tjia, H. D. (1961). Aerial Observation of transpor sedimen Sungai Opak
Gunung Merapi Central Djava. dengan menggunakan program HEC-
Journal of Mathematical and RAS 4.1. 0. Jurnal Teknisia, 20(1),
Fundamental Sciences, 1(4), 2-7. 22-31.
Turner, M. G. (1989). Landscape Wessel, P., & Kroenke, L. W. (2000).
ecology: the effect of pattern on Ontong Java Plateau and late Neogene
process. Annual review of ecology changes in Pacific plate motion.
and systematics, 20(1), 171-197. Journal of Geophysical Research:
Tuttle, S. D. (1975). Landforms and Solid Earth, 105(B12), dd28255-
landscapes (No. 04; GB401, T8 28277.
1975.). Wismaya, Y. G. (2016). Pemodelan
Verstappen, H. T. (1957). Short note on Deformasi Gunung Merapi Dengan
the dunes near Parangtritis (Java). Model Yokoyama Menggunakan Data
Verstappen, H. T. (1983). Applied GPS (Doctoral dissertation, Institut
geomorphology. Elsevier Science Teknologi Sepuluh Nopember).

164 JURNAL GEOGRAFI, VOLUME 18, NOMOR 2, DESEMBER 2020: 145-164

Anda mungkin juga menyukai