Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

KEPERAWATAN AGRETAT KOMUNITAS


ASUHAN KEPERAWATAN AGRETAT KOMUNITAS PADA KELOMPOK ANAK

Dosen Pembimbing :
Ibu Sylvia Dwi Wahyuni,.S.kep.,Ns., M.kep

Disusun Oleh :
132111123001 Eka Putri Arditama
132111123002 Singgih Prasetiyo
132111123021 Maria Patrisia Lau
132111123022 Maria Yenilodia Nahak
132111123033 Hindun Milawati
132111123034 Silvia Sisilia Onasi

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Agretat Komunitas Pada
Kelompok Anak” dengan baik. Dan kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Sylvia Dwi
Wahyuni,.S.kep.,Ns., M.kep yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan
makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan serta
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, kami yakin masih memiliki
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 18 September
2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER
Kata Pengantar ..........................................................................................................ii
Daftar Isi ....................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................1
1.2 Tujuan .................................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum ........................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus .......................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................4

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus
dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah
melembaga. Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok
ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia dan lain sebagainya. Salah
satu kelompok khusus dalam keperawatan komunitas adalah kelompok balita.
Periode tiga tahun pertama pada masa Balita merupakan periode emas pertumbuhan
fisik, intelektual, mental dan emosional anak. Gizi yang baik, kebersihan, imunisasi,
vitamin A dan pelayanan kesehatan yang bermutu, serta kasih sayang dan stimulasi
yang memadai pada usia Balita akan meningkatkan kelangsungan hidup dan
mengoptimalkan kualitas hidup anak.

Menurut WHO definisi anak adalah dihitung sejak seseorang di dalam kandungan
sampai dengan usia 19 tahun. Menurut Undang - Undang Republik Indonesia nomor
23 tahun 2002 pasal 1 ayat 1 tentang perlindungan anak, anak adalah seseorang yang
belum berusia 18 tahun, termasuk juga yang masih di dalam kandungan. Anak
merupakan aset bangsa yang akan meneruskan perjuangan suatu bangsa, sehingga
harus diperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya (Depkes RI, 2014).

Masa paling penting dari tumbuh kembang anak adalah masa balita. Pada masa
balita terjadi pertumbuhan dasar yang akan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Perkembangan pada periode ini terjadi sangat cepat seperti
perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas dan intelegensi yang akan menjadi
landasan sangat penting untuk perkembangan anak selanjutnya (Susanto, 2011).

Balita (bawah lima tahun) adalah generasi penerus bangsa yang diharapkan menjadi
sumber daya manusia yang berkualitas di masa depan memerlukan perhatian

4
khusus. Usia dibawah lima tahun merupakan “Usia Emas” dalam pembentukan
sumber daya manusia baik dari segi pertumbuhan fisik maupun kecerdasan, dimana
hal tersebut harus didukung oleh status gizi yang baik karena status gizi berperan
dalam menentukan sukses tidaknya peningkatan sumber daya manusia (Putri et al.,
2015).

Masa balita adalah masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan tidak dapat
diulang kembali. Masa balita juga sebagai periode kritis dan periode emas
(Kusbiantoro, 2015). Periode sensitif atau peka pada anak berbeda beda, ini sejalan
dengan laju pertumbuhan dan perkembangan anak sendiri (Uce, 2017). Jadi harus di
pastikan balita mengalami perkembangan yang sesuai agar tercipta generasi yang
berkualitas apalagi jumlah balita di Indonesia sangat besar (Kusbiantoro, 2015).

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh menjadi lebih


kompleks dan kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara, bahasa serta sosialisasi
dan kemandirian, ini sesuai dengan isi peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 66 tahun 2014 pasal 1 ayat 6 (Permenkes, 2014). Perkembangan
anak merupakan bagian mendasar dari perkembangan manusia, proses yang aktif
dan unik untuk setiap anak, terjadi secara berkelanjutan dan terjadi perubahan
kemampuan motorik, psikososial, kognitif dan bahasa yang semakin kompleks
dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Pertambahan kemampuan dalam struktur dan
fungsi ini terjadi dalam pola yang teratur dan dapat diprediksi. Perkembangan
bersifat kualitatif, progresif dan berkesinambungan. Para ahli yang banyak
membahas tentang teori perkembangan anak, seperti Sigmund Freud, Erik Erikson
dan Jean Piaget menjelaskan perkembangan anak terjadi secara bertahap sesuai
dengan perkiraan usia, yang menggambarkan karakteristik perilaku atau
kemampuan berbagai bidang, seperti motorik, kognitif, dan emosional (Latino et al,
2015).

Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan anak diantaranya faktor biologis


seperti gizi, faktor lingkungan fisik seperti sanitasi, faktor psikososial seperti

5
stimulasi, kelompok sebaya, sekolah, serta faktor keluarga dan adat istiadat seperti
pekerjaan/pendapatan keluarga, pendidikan ayah/ibu, pola asuh dan lain-lain
(Soetjiningsih, 2013). Salah satu faktor yang penting adalah pemberian stimulasi
dini (IDAI, 2012). Ini sejalan dengan pendapat seorang tokoh pendidikan anak yang
juga menyatakan bahwa masa keemasan pada manusia terjadi pada rentang usia
lahir sampai seseorang anak berusia enam tahun, pada masa ini anak mulai sensitif
dalam menerima rangsangan, sehingga mudah menerima stimulus-stimulus dari
lingkungan dan berbagai upaya pendidikan, sehingga stimulasi sangat penting untuk
perkembangan pada masa ini (Uce, 2017).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Asuhan Keperawatan Kesehatan Komunitas Pada Kelompok Anak?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum:
Mengetahui dan memahami mengenai asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok anak.

1.3.2 Tujuan khusus


1) Untuk memahami konsep dan pengertian anak.
2) Untuk mengetahui asuhan keperawatan komunitas khusus usia anak

6
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Anak Usia Balita


2.1.1 Konsep Balita
Balita yaitu anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular
dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun. Balita adalah istilah umum
bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia
balita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan
penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan
berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas. Masa
balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia.
Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan
pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh
kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan
pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.
(Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, 2010).
Pada masa toddler (1 s.d. 3 tahun), pertumbuhan fisik anak lebih lambat
dibandingkan dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih
cepat. Anak sering mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak 
sehingga tampak  langsing dan berotot, dan anak mulai berjalan jalan. Anak n.
Anak perlu diawasi dalam beraktivitas karena anak tidak memperhatikan bahaya
(Nursalam, 2010).
2.1.2 Tumbuh Kembang Balita
Menurut Sigmun Freud tahap Freud tahap perkembangan manusia terdiri dari
lima dari lima fase, yaitu fase oral, fase anal, fase phallic, fase laten, dan fase
genital. Dari kelima fase ini, tiga fase awal yaitu fase oral, anal dan laten dilalui
saat masa  balita. (W  balita. (Wong, 2009) ong, 2009)
1) Fase Oral
Fase oral Fase oral dimulai dari lai dari saat dilahirk saat dilahirkan sampai
dengan 1-2 tahun. Pada sampai dengan 1-2 tahun. Pada fase ini bayi merasa

7
dipuaskan dengan makan dan menyusui dan terjadi kelekatan dan hubungan
yang emosional antara anak dan ibu. Beberapa mengatakan bahwa pada saat
anak yang mengalami gangguan pada fase ini akan sering mengalami stres
akan sering mengalami stres dengan gejala gangguan dengan gejala
gangguan pada lambung seperti pada lambung seperti maag atau gastritis.
2) Fase Anal
Fase anal berkembang pada saat balita menginjak umur 15 bulan sampai
denga pai dengan umur 3 tahun. Pada un. Pada fase ini fase ini balita merasa
puas dapat melakukan aktivitas buang air besar dan buang air kecil. Fase ini
dikenal  pula sebagai sebagai periode periode "toilet "toilet training".
training". Kegagalan Kegagalan pada fase ini akan menciptakan orang
dengan kepribadian agresif dan kompulsif, beberapa mengatakan kelainan
sado-masokis disebabkan oleh kegagalan pada fase ini.
3) Fase Phallic
Fase phallic disebut juga sebagai fase erotik, fase ini berkembang  pada anak
umur 3 sampai 6 tahun. Y  pada anak umur 3 sampai 6 tahun. Yang paling
menonjol adalah pada anak  laki-laki dimana anak ini suka memegangi
penisnya, dan ini seringkali membuat marah orangtuan marah orangtuanya.
Kegagalan pada alan pada fase ini fase ini akan menciptak akan menciptakan
kepribadian yang imoral dan tidak tahu aturan. Teori perkembangan menurut
Erick Erikson terdiri dari fase Kepercayaan vs ketidak-percayaan(0-1 tahun),
Otonomi vs rasa malu dan ragu ragu (1-3 tahun), Inisiatif vs rasa vs rasa
bersalah (3-5 tahun), Industri vs (3-5 tahun), Industri vs inferioritas (6-11
oritas (6-11 tahun), Identitas vs difusi (12-18 tahun), Keintiman vs absorpsi
diri atau isolasi (19-25 tahun), Generativitas vs stagnasi, 25-45 tahun dan
Integritas vs keputus asaan dan isolasi(45-meninggal). Dari beberapa fase
ini, fase yang dialami oleh balita adalah fase Kepercayaan vs ketidak-
percayaan, Otonomi vs rasa malu dan ragu ragu dan Inisiatif vs rasa
bersalah. (Wong, 2009).

2.1.3 Masalah Kesehatan Balita Prioritas di Indonesia

8
Anak bawah lima tahun atau sering disingkat sebagai anak balita adalah anak
yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan
pengertian usia anak di bawah lima tahun atau biasa digunakan perhitungan
bulan yaitu usia 12-59 bulan. Para ahli menggolongkan usia balita sebagai
tahapan perkembangan ana yang cukup rentan terhadap berbagai serangan
penyakit, termasuk penyakit yang disebabkan oleh kekurangan atau kelebihan
asupan nutrisi jenis tertentu. Setiap tahun lebih dari sepertiga kematianan di
dunia berkaitan dengan masalah kurang gizi. Berikut adalah beberapa masalah
kesehatan termasuk penyakit yang sering terjadi pada anak.
1) Kurang Energi Protein (KEP)
Peran protein bagi anak yang sedang dalam masa pertumbuhan amat penting.
Jika asupan protein mereka di bawah angka kecukupan gizinya, maka balita
beresiko mengalami kondisi kurang energi protein. Para ahli
mengelompokkan KEP dalam tipe-tipe utama yaitu :
a. Marasmus
Salah satu bentuk kekurangan gizi yang buruk paling sering ditemui pada
balita berusia 0-2 tahun yang tidak mendapatkan cukup air susu ibu (ASI).
Penyebabnya antara lain karena masukan makanan yang sangat kurang,
infeksi, pembawaan lahir, prematuritas, penyakit pada masa neonatus
serta kesehatan lingkungan. Si anak yang mengalami marasmus biasanya
memiliki berat badan sangat rendah kurang dari 60% berat badan sesuai
dengan usianya, ukuran kepala tidak sebanding dengan ukuran tubuh,
mudah terkena infeksi penyakit, rambut tipis dan mudah rontok, anak
menjadi berwajah lonjong dan tampak lebih tua, kulit kering dan berlipat
bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan, tingkat kesadaran menurun
dan bentuk perut cekung sering disertai diare kronik atau malah susah
buang air kecil.

b. Kwashiorkor
Kondisi ini banyak ditemukan pada anak usia 1-3 tahun yang kurang
mendapatkan asupan protein. Si anak yang mengalami kwashiorkor sering

9
mengalami pembengkakan (edema) pada di seluruh tubuh hingga tampak
gemuk wajah anak membulat dan sembab (moon face), bengkak pada
bagian punggung kaki bila bagian punggung kakinya ditekan akan
meninggalkan bekas seperti lubang, otot mengecil dan menyebabkan
lengan atas kurus sehingga ukuran lingkar lengan atas (LLA)-nya kurang
dari 14 cm, serta munculnya ruam yang berwarna merah muda pada kulit
kemudian berubah menjadi coklat kehitaman dan mengelupas, tidak
bernafsu makan, rambutnya menipis berwarna merah seperti rambut
jagung dan mudah dicabut tanpa menimbulkan rasa sakit, sering disertai
infeksi, anemia dan diare, anak menjadi rewel dan apatis perut yang
membesar juga sering ditemukan akibat dari timbunan cairan pada rongga
perut salah gejala kemungkinan menderita busung lapar.

c. Kwashiorkor marasmus
Hanger oedema disebabkan cara bersama atau salah satu dari simtoma
marasmus dan kwashiorkor adalah sebuah fenomena penyakit di
Indonesia bisa diakibatkan karena kekurangan protein kronis pada anak-
anak yang sering disebabkan beberapa hal, antara lain anak tidak cukup
mendapat makanan bergizi (terutama tida mengandung cukup energi dan
protein), anak tidak mendapat asupan gizi yang memadai dan anak
mungkin menderita infeksi penyakit. Kondisi ini sering dikenal dengan
istilah busung lapar.

2) Kurang Asupan Vitamin A


Masalah kekurangan vitamin A yang diibaratkan sebagai fenomena “gunung
es” yaitu masalah yang hanya sedikit tampak di permukaan. Padahal,
kekurangan vitamin A subklinis yang ditandai dengan rendahnya kadar
vitamin A di dalam darah masih merupakan masalah besar yang perlu
mendapat perhatian, kekurangan vitamin A tingkat subklinis ini hanya dapat
diketahui dengan memeriksa kadar vitamin A dalam darah di laboraturium.

10
Sedangkan masalah vitamin A pada balita secara klinis bukan lagi masalah
kesehatan masyarakat.
Kurang asupan vitamin A dapat berdampak pada terganggunya
perkembangan organ penglihatan si anak. Penyakit mata yang sering muncul
akibat kurang vitamin jenis ini disebut dengan Xeroptalmia. Penyakit ini
merupakan penyebab kebutaan paling sering terjadi pada ana usia 2-3 tahun.

3) Obesitas
Kegemukan ini terjadi karena ketidakseimbangan antara energi yang masuk
dan energi yang keluar. Pada gangguan gizi sebelumnya disebabkan oleh
defisiensi atau kekurangan nutrisi tertentu, obesitas atau berat badan terlebih
dapat terjadi ketika si anak mendapatkan asupan kalori melebihi batas
kebutuhan disertai dengan kurangnya aktifitas gerak. Anak yang mengalami
obesitas dapat juga mengalami gangguan pernafasan dan komplikasi
ortopedik (tulang). Resiko balita gemuk menimbulkan banyak penyakit,
antara lain :
- Gangguan penyakit hati
- Penyumbatan atau gangguan saluran pernapasan ketika tidur dengan
gejala mengompol samai mengorok
- Usia yang lebih pendek daripada generasi orang tuanya
- Penyakit jantung dan pembuluh darah seperti pembesaran jantung
atau peningkatan tekanan darah
- Gangguan metabolisme glukosa. Misalnya, intoleransi glukosa.
- Gangguan kedudukan tulang, berupa kaki pengkor atau tergelincirnya
bagian sambungan tulang paha (terutama pada ana lai-laki)
- Gangguan kulit khususnya di daerah lipatan, akibat sering bergesekan.

4) ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus atau bakteri. Penyakit
ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala; tenggorokan
sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak. Berdasarkan

11
Riskesdas 2013 karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi
pada kelompok umur 1-4 tahun. Salah satu penyakit yang tergolong ISPA
adalah Pneumonia. Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh
bakteri dengan gejala panas tinggi disertai batuk berdahak, napas cepat,
sesak dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang).
Berdasarkan data Riskesdas 2013, kelompok umur penduduk, period
prevalence pneumonia yang tinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun,
kemudian mulai meningkat pada umur 45-54 tahun dan terus meninggi pada
kelompok umur berikutnya.

5) GAKY
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) adalah sekumpulan gejala
atau kelainan yang ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan Yodium
secara terus – menerus dalam waktu yang lama yang berdampak pada
pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup (manusia dan hewan)
sedangkan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) atau Iodine
Deficiency Disorders (IDD) merupakan istilah yang digunakan untuk
menunjukkan berbagai akibat dari kekurangan yodium pada suatu penduduk
dan gangguan ini bisa dicegah dengan mengatasi kekurangan yodium.
Kekurangan yodium terjadi pada saat konsumsi yodium kurang dari yang
direkomendasikan dan mengakibatkan kelenjar tiroid tidak mampu
mensekresi hormon tiroid dalam jumlah yang cukup. Jumlah hormon tiroid
yang rendah di dalam darah mengakibatkan kerusakan perkembangan otak
dan beberapa efek yang bersifat merusak secara kumulatif. Keadaan ini
sering disebut dengan nama yodium Deficiency Disorder (IDD).

2.1.4 Program dan kebijakan pemerintah untuk kesehatan balita


Pemerintah telah membuat berbagai kebijakan untuk mengatasi persoalan
kesehatan anak, khususnya untuk menurunkan angka kematian anak, di
antaranya sebagai berikut:

12
1) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan pemerataan pelayanan
kesehatan

2) Meningkatkan status gizi masyarakat


3) Meningkatkan peran serta masyarakat
4) Meningkatkan manajemen kesehatan (Efendi, 2009)

Kegiatan-kegiatan yang menunjang dalam Program Peningkatan Pelayanan


Kesehatan Anak Balita adalah sebagai berikut :
1) Deteksi dini tumbuh kembang
Deteksi Dini Tumbuh Kembang ( DDTK ) pada usia balita dan anak usia pra
sekolah merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup anak
agar mencapai tumbuh kembang baik fisik, mental, emosional maupun sosial
serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya. Dan
mendeteksi adanya masalah tumbuh kembang pada balita sedini mungkin.
(Purwandari, 2008)
2) Imunisasi bagi anak balita
Sesuai dengan program organisasi kesehatan dunia WHO (Badan Kesehatan
Dunia), pemerintah mewajibkan lima jenis imunisasi bagi anak-anak, yang
disebut Program Pengembangan Imunisasi (PPI). Sedangkan tujuh jenis
lainnya dianjurkan untuk menambah daya tahan tubuh terhadap beberapa
jenis penyakit. Imunisasi wajib tersebut adalah BCG, hepatitis B, polio,
DTP, dan campak,. Ketika bayi berusia balita, imunisasi wajib dilakukan
kembali diantaranya imunisasi DPT, polio dan campak.
3) Pelatihan dan pendidikan perawatan anak balita
Pelatihan dan pendidikan perawatan pada balita bertujuan agar para ibu
memberikan perawatan pada anak balita dengan baik. Sehingga para balita
mendapatka perawatan yang benar dan baik. (http://portal.endekab.go.id)
4) Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)
Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dan petugas
Puskesmas. Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat yang merupakan

13
salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan,
tempat mayarakat memperoleh pelayanan KB, Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan diare pada waktu dan tempat
yang sama. Kegiatan di posyandu merupakan kegiatan nyata yang
melibatkan partisipasi masyarakat dan untuk masyarakat, yang dlaksanakan
oleh kader-kader kesehatan, yang telah mendapatkan pendidikan dan
pelatihan dari Puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar dengan
tujuan tertentu. (Efendi, 2009)
5) BKB (Bina Keluarga Balita)
Bina keluarga balita adalah kegiatan yang khusus mengelola tentang
pembinaan tumbuh kembang anak melalui pola asuh yang benar berdasarkan
kelompok umurm yang dilaksanakan oleh sejumlah kader dan berada di
tingkat RW. (Pedoman Pembinaan Kelompok Bina Keluarga Balita Tahun
2006). Program ini merupakan suatu program yang melengkapi program-
program pengembangan sumber daya menusia yang telah dilaksanakan seerti
program-program perbaikan kesehatan dan gizi ibu dan anak. (Efendi, 2009)
6) Program PAUD
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum
jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang
ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan
pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan anak usia dini
merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya
pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional
(sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan
keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
(Efendi, 2009).

14
2.2 Konsep Anak Pra Sekolah
2.2.1 Definisi Anak Pra Sekolah
Wong (2000) dalam buku Adriana tahun 2016 menyatakan bahwa Anak usia pra
sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun, dimana memiliki karateristik
tersendiri dalam segi pertumbuhan dan perkembangannya.

2.2.2 Pertumbuhan dan pekembangan anak usia pra sekolah


Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak sangat dipengaruhi oleh beberapa
aspek yaitu : 1) Keturunan 2) keadaan sebelum lahir 3) Gizi dan penyakit 4)
Kondisi setelah lahir. Pada anak usia 4-6 tahun atau biasanya disebut dengan
anak usia pra sekolah pertumbuhan dan perkembangannya sangat penting untuk
diperhatikan. Dalam masalah pertumbuhan dan perkembangan anak, ada
beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak antara lain : 1) Faktor
genetik / bawaan 2) faktor lingkungan dan 3) Faktor Psikologis (Rita,2017)
Dari ketiga faktor diatas,penjelasannya adalah sebagai berikut :
1) Faktor Genetik/bawaan
Faktor genetik/bawaan adalah faktor yang diturunkan oleh kedua
orangtuanya. Faktor tersebut identik dengan pembawaan sel yang dimulai
dari pembuahan sel telur oleh sel jantan. Unsur-unsur di dalam struktur
genetik inilah yang memprogamkan tumbuhnya sel tersebut di tubuh
manusia. Gen inilah yang nantinya akan menentukan warna rambut, kulit,
ukuran tubuh, jenis kelamin, kemampuan intelektual serta emosi
(Rita,2017).
Pada masa pembentukan sel ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh
pada proses pembentukan sel tersebut. Faktor tersebut adalah faktor
penyimpangan yaitu ada tidaknya penyakit keturunan dari kedua orang
tuanya. Faktor yang kedua adalah kondisi fisik dan psikologis ibu saat
hamil. Dari dua faktor inilah yang nantinya akan mempengaruhi
pembentukan sel.Jika ada faktor penyimpangan dan kondisi fisik dan

15
psikologis ibu saat hamil tidak baik maka akan menggangu proses
pertumbuhan dan perkembangan anak saat setelah lahir nanti (Rita,2017).
2) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan disini akan terbagi menjadi tiga bagian yaitu : 1) Faktor
kesehatan anak 2) faktor lingkungan fisik 3) faktor lingkungan psikologis.
Ketiga faktor tersebut akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak.Penjelasan dari ketiga faktor tersebut sebagai berikut
a) Faktor Kesehatan Anak Kesehatan anak sangat tergantung pada pemberian
gizi seimbang. Asupan pada masa ini merupakan faktor yang penting dalam
mendukung proses perkembangan anak. Dalam pemberian makanan gizi
seimbang harus terpenuhi kandungan lengkap mulai dari
karbohidrat,protein,lemak,vitamin,air dan mineral (Rita,2017)
b) Faktor lingkungan
Fisik Lingkungan fisik mencakup kondisi keamanan, cuaca, keadaan
geografi, sanitasi, serta keberihan rumah. Semuan kondisi lingkungan fisik
ini sangat berpengaruh pada proses perkembangan anak pra sekolah.
Adanya kondisi lingkungan yang aman, kondusif dan nyaman akan
membuat anak didik belajar dengan secara optimal, sehingga anak didik
akan memperoleh prestasi dan berkembang dengan baik
c) Faktor Psikologis
Ada beberapa hal yang termasuk faktor psikologis yaitu : stimulasi, motivasi
dalam mempelajari sesuatu, pola asuh dan kasih sayang dari kedua orang
tua. Berikut adalah penjelasan dari masing – masing faktor psikologis :
1) Stimulasi Anak yang mendapatkan stimulasi atau rangsangan yang terarah
dan teratur, maka anak didik akan berkembang dengan baik. Bukan hanya
perkembangan yang meningkat, tetapi anak didik akan cepat dalam
mempelajari sesuatu dengan baik dan cepat. Stimulasi atau rangsangan itu
bisa berupa ajaran baik yang diarahkan oleh seorang guru. (Rita,2017)
2) Motivasi Anak yang mendapatkan motivasi atau dorongan yang baik dari
orang tua maupun guru, akan memberikan hasil yang baik pada anak. Anak
akan mempunyai semangat untuk mempelajari sesuatu di luar

16
kenyamanannya dan akan membuat anak menjadi lebih berani mencoba hal
baru, yang nantiya akan menghasilkan prestasi yang baik (Rita,2017)
3) Pola Asuh dan Kasih sayang kedua orang tua Adanya pola asuh yang sesuai
dengan usia anak dan kedua orang tua memberikan kasih sayang yang tidak
berlebihan, maka nantiya akan menimbulkan perkembangan anak yang baik
dan secara wajar. Jika Ada salah pola asuh dan tidak adanya pemberian
kasih sayang kepada anak ( melakukan kekerasan pada anak), maka akan
membuat anak menjadi trauma dan bisa menyebabkan tumbuh kembang
anak menjadi terganggu (Rita,2017).

2.2.3 Peran perawat terhadap kesehatan anak pra sekolah


Perawat adalah seorang tenaga kesehatan yang sudah berkompeten dalam hal
dunia kesehatan khususnya didunia keperawatan. Perawat juga mempunyai
peran penting dalam kesehatan anak. Peran perawat disini meliputi peran secara
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Empat peran tersebut sangatlah
peting untuk dilakukan oleh seoarang perawat khusunya dibidang komunitas
(James dan Robert,2014).
Perawat yang berada di puskesmas wajib menjalankan progam kesehatan yang
ditujukan kepada anak didik pra sekolah maupun sekolah. Di dalam
melaksanakan progam tersebut, perawat bisa melakukan penjaringan kesehatan
dan pengkajian kesehatan untuk mencari masalah kesehatan pada anak didik pra
sekolah dan sekolah. Setelah perawat mengkaji hasil dari pemeriksaan kesehatan
maka disitulah peran perawat dalam hal pendidikan kesehatan untuk melakukan
promosi kesehatan yang bersangkutan dengan masalah kesehatan anak didik pra
sekolah dan seklah tersebut. Hal ini jika dilakukan secara optimal maka
kesehatan anak akan terpantau secara berkala dan derajat kesehatan anak akan
selalu meningkat (James dan Robert,2014).

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas Agretat Pada Anak


2.3.1 Pengkajian
Asuhan Keperawatan komunitas adalah suatu kerangka kerja untuk 

17
memecahkan masalah kesehatan yang ada di masyarakat secara sistematis dan
rasional yang didasarkan pada kebutuhan dan masalah masyarakat. Model
community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda  pengkajian
komunitas  pengkajian komunitas dan proses dan proses keperawatan.
keperawatan. Roda pengkajian Roda pengkajian komunitas komunitas terdiri(1)
inti komunitas (the community core), (2) subsistem komunitas (the community
subsystems), dan (3) persepsi (perception). Model ini lebih  berfokus  berfokus
pada perawatan perawatan kesehatan kesehatan masyarakat masyarakat yang
merupakan merupakan praktek, praktek, keilmuan, dan metodenya melibatkan
masyarakat untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan kesehatannya.
1) Data inti
a. Demografi Variabel yang dapat dikaji adalah jumlah balita baik laki-laki
maupun  perempuan. Data diperoleh  perempuan. Data diperoleh
melalui. Puskesmas melalui. Puskesmas atau kelurahan atau kelurahan
berupa laporan tahunan atau rekapitulasi jumlah kunjungan pasien yang
berobat.
b. Statistik vital Statistik vital Data statistik vital yang dapat dikaji adalah
jumlah angka kesakitan dan angka kematian balita. Angka kesakitan dan
kematian tersebut diperoleh dari penelusuran data sekunder baik dari
Puskesmas atau Kelurahan.
c. Karakteristik pend stik penduduk  Variabel ariabel karakteristik
penduduk meliputi karakteristik penduduk meliputi :
a) Fisik : jenis keluhan yang dialami oleh warga terkait anaknya. Peraw
nya. Perawat mengobservasi ketika ada program posyandu.  
b) Psikologis Psikologis : efek psikologis psikologis terhadap terhadap
anak maupun orang tua yaitu  berupa  berupa kesedihan kesedihan
karena anaknya beris anaknya berisiko tidak bisa bermain bermain
dengan anak-anak sebaya lainnya dan pertumbuhan anak pun akan
terhambat atau sulit untuk berkembang.
c) Sosial : sikap masyarakat terhadap adanya kasus penyakit masih acuh
dan tidak memberikan tanggapan berupa bantuan untuk mendapatkan

18
pelayanan  pelayanan kesehatan, kesehatan, namun orang tua
membawa membawa anak ke posyandu posyandu rutin untuk
ditimbang.
d) Perilaku : seperti pola makan yang kurang baik mungkin
mempengaruhi penyebab anak mengalami gizi kurang, diare dan
penyakit  penyakit lainnya, lainnya, terlebih terlebih banyak orang
tua yang kurang mampu dalam hal ekonomi

2) Sub sistem
a) Lingkungan fisik 
Lingkungan fisik yang kurang bersih akan menambah dampak buruk 
terhadap penurunan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena  penyakit,
penyakit, selain faktor untuk menjamin menjamin mendapatkan
mendapatkan makanan makanan yang sehat akan sulit didapat, selain itu
kerentanan terhadap vektor penyakit menjadi salah satu tingginya risiko
peningkatan kejadian sakit diwilayah tersebut.  
b) Sistem kesehatan
Sistem kesehatan Jarak antara desa dengan puskesmas tidak terlalu jauh
yaitu hanya 1 km, desa tersebut memiliki 1 posyandu dalam 1 RW dan
aktif  melaksanakan program kerja yang dilaksanakan 1 bulan sekali,
namun untuk ketersedian posbindu belum ada.
c) Ekonomi Pekerjaan yang dominan diwilayah tersebut yaitu buruh,
petani,dan lainnya yang berpenghasilan bervariasi untuk setiap keluarga.
d) Keamanan dan transportasi Wilayah tersebut memiliki mobil yang
disediakan oleh pemberi  bantuan  bantuan untuk dimaanfaatkan oleh
masyarakat dalam hal memfasilitasi masyarakat untuk mempermudah
akses mendapatkan layanan kesehatan.

Variabel keamanan meliputi jenis dan tipe pelayanan keamanan yang ada,
pelayanan keamanan yang ada, tingkat kenyamanan dan keamanan
penduduk serta jenis dan tipe gangguan keamanan yang ada.

19
a) Kebijakan dan pemerintahan
Jenis kebijakan yang sedang diberlakukan, kegiatan promosi kesehatan
yang sudah dilakukan, kebijakan terhadap kemudahan mendapatkan
pelayanan kesehatan, serta adanya partisipasi masyarakat dalam.
b) Komunikasi
Komunikasi meliputi jenis dan tipe komunikasi yang digunakan
penduduk,   khususnya komunikasi dan informal yang digunakan dalam
keluarga. Jenis bahasa yang digunakan terutama dalam penyampaian
informasi kesehatan gizi, daya dukung keluarga terhadap balita yang
sakit.
c) Pendidikan
Pendidikan sebagai sub sistem meliputi tingkat pengetahuan penduduk 
tentang pengertian penyakit balita yang dihadapi, bahaya dan
dampaknya, cara mengatasi, bagaimana cara perawatan ,serta cara
mencegahnya. Mayoritas penduduk berpendidikan rendah yaitu rendah
yaitu SD  bahkan tidak sekolah.
d) Rekreasi
Yang perlu dikaji adalah jenis dan tipe sarana rekreasi yang ada, tingkat
partisipasi atau kemanfaatan dari sarana rekreasi serta jaminan keamanan
dari sarana rekreasi yang ada.
3) Persepsi
Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu penyakit balita masih
acuh, mungkin dipengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat
ataupun kurangn ataupun kurangnya pengetahuan ya pengetahuan kesehatan
mengenai suatu kesehatan mengenai suatu penyakit.

2.3.2

20
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus
Di  kelurahan Mulyorejo RT 01/RW 07 Posyandu Wijaya Kusuma I terdapat 50
balita (30 orang perempuan dan 20 orang laki-laki) yang terdiri diri dari usia: 0-
12 bulan = 20 orang, 13- 36 bulan = 10 orang, 37- 60 bulan = 20 orang.
Berdasarkan informasi dari kader posyandu terdapat Balita yang gizi buruk
sebanyak 5 orang, Balita yang diare sebanyak 7 orang, Balita yang berat
badannya tidak sesuai dengan umur (Berat badan balita yang berada digaris
kuning  dan digaris merah) 5 orang. Sebagian besar ibunya bekerja sebagai ibu
rumah tangga dan kepala keluarganya sebagian bekerja di pabrik sebagai buruh
pabrik dan sebagian lagi di pemerintahan. Di RT 01/RW 07 Kelurahan
Mulyorejo, antar rumah berdekatan sehingga jika terjadi kebakaran sangat sulit
untuk petugas pemadam kebakaran dalam memadamkan api, mayoritas tidak
mempunyai halaman rumah, beberapa rumah dindingnya masih papan, dan
selokan di depan rumah warga banyak yang tersumbat, jalan di depan rumah
kotor, banyak kardus basah sisa sampah banjir yang di buang sembarangan.
Terdapat tempat pembuangan sampah sentral tetapi kurang dimanfaatkan oleh
masyarakat. Kebanyakan lebih senang membuang sampah disungai. Akibatnya
aliran sungai tidak lancar, keruh dan berbau busuk. Walaupun kondisi sungai
seperti itu, tetapi sebagian warga masih menggunakannya sebagai sumber air.
Warga RT 01/RW 07 mayoritas warga beragama islam. Di wilayah ini memiliki
1 masjid, 1 PAUD , 1 TK, 2 SD, untuk beraktivitas warga menggunakan sepeda 
motor untuk alat transportasi. Biasanya  ibu- ibu sering mengajak balitanya naik
mobil aneka warna yang diputarkan lagu-lagu anak untuk berkeliling di sekitar
kampung dengan biaya Rp.2000 untuk 1x putaran, serta setiap minggu pagi, ibu-
ibu yang memilki balita sering membawa balitanya jalan-jalan di sekitar danau
kampus C Unair.

3.2 Pengkajian
1. Data Inti

21
a. Data Umum
Luas Wilayah : 11,94 km2
Batas Wilayah :
- Utara : Kalijudan
- Selatan : Dharmahusada
- Barat : Kaliwaron
- Timur : Sutorejo
Sejarah Wilayah : Sebagian besar merupakan penduduk asli yang
sudah mendiami selama 56 tahun sejak awal berdirinya Kelurahan
Mulyorejo tetapi juga ada pendatang dari berbagai daerah yang baru
mendiami selama beberapa tahun.
b. Data Demografi
Di kelurahan Mulyorejo RT 01/RW 07 posyandu Wijaya Kusuma I
terdapat sebanyak 50 balita (30 orang perempuan dan 20 orang laki-laki).
Umur : 0-12 bulan = 20
13- 36 bulan = 10
37- 60 bulan = 20
Pekerjaan : Sebagian besar ibu yang memiliki balita bekerja sebagai
ibu rumah tangga sedangkan kepala keluarganya sebagian bekerja di
pabrik sebagai buruh pabrik dan sebagian lagi di pemerintahan
Agama : Sebagian besar penduduk RT 01/RW 07 beragama
Islam, yaitu sekitar 99% dan sisanya 1% beragama Nasrani.
Data statistik :   Berdasarkan informasi dari kader setempat
a) Balita yang gizi buruk 5 orang
b) Balita yang diare sebanyak 7 orang
Jumlah Balita yang
No
Umur mengalami Diare
.
(orang)
1. 0-12 bulan 0
2. 13-36 bulan 0
3. 37-60 bulan 7

22
c) Balita yang berat badannya tidak sesuai dengan umur (Berat badan
balita yang berada digaris kuning  dan digaris merah) 5 orang.
2. Data Subsistem
a. Lingkungan Fisik
1) Perumahan dan lingkungan: antar rumah berdekatan, beberapa
rumah dindingnya masih papan, selokan di depan rumah warga
banyak yang tersumbat, jalan di depan rumah kotor, banyak
kardus basah sisa sampah banjir yang di buang sembarangan.
Terdapat tempat pembuangan sampah sentral tetapi kurang
dimanfaatkan oleh masyarakat. Kebanyakan lebih senang
membuang sampah disungai. Akibatnya aliran sungai tidak
lancar, keruh dan berbau busuk.
2) Lingkungan terbuka: mayoritas tidak mempunyai halaman
rumah yang luas
3) Kebiasaan: balita yang berumur 37 – 60 bulan sering
mengkonsumsi makanan ringan  (snack) yang biasa di beli di
warung-warung terdekat. Serta sering mengkonsumsi mie
instan.
4) Tempat belanja: dipasar tradisional dan mini market
b. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Pelayanan kesehatan terdapat 1 posyandu dan 1 puskesmas. Posyandu
Wijaya Kusuma RT 01/RW 07 di kelurahan Mulyorejo memiliki kader
sebanyak 5 orang. Setiap satu bulan sekali dilakukan kegiatan posyandu
balita oleh kader posyandu. Di RT 01 dan RW 07 di kelurahan Mulyorejo
terdapat sebanyak 50 balita dan seluruhnya sudah memiliki KMS.
Sebanyak 50 balita ditimbang dan hasilnya terdapat 5 orang balita yang
gizi buruk, berat badan balita yang berada digaris kuning  dan digaris
merah) 5 orang, dan sisanya mengalami peningkatan BB. Terdapat 1
masjid yang digunakan sebagai tempat ibadah oleh warga RT 01/RW 07.

23
c. Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara, sebagian kepala keluarga bekerja di pabrik
sebagai buruh pabrik dan sebagian lagi di pemerintahan. Penghasilan rata-
rata kepala keluarga perbulan Rp. 700.000- 1.300.000.
d. Keamanan Dan Transportasi
Di RT 01 RW 07 Kelurahan Mulyorejo aman dari kejahatan balita maupun
kejahatan lainnya. Tetapi sebagian besar bapak-bapak masih suka
merokok di dalam rumah. Bila terjadi kebakaran, mobil pemadam
kebakaran kesulitan untuk masuk di pemukiman warga karena jarak antar
rumah berdekatan dan gangnya sangat sempit. Ibu-ibu mengantarkan
balita ke posyandu dengan jalan kaki. Mayoritas warga menggunakan alat
transportasi sepeda motor untuk pergi beraktivitas.
e. Politik dan Pemerintahan
Ketua RT dan Ketua RW sangat mendukung adanya kegiatan posyandu
balita. Puskesmas sudah memberikan pelatihan kepada kader, untuk
mengajarkan kepada ibu balita, agar segera memberikan oralit pada
balitanya yang terkena diare dan langsung di bawa ke puskesmas untuk
tindakan lebih lanjut.
f. Komunikasi
Komunikasi yang dilakukan oleh kader kepada ibu-ibu yang memiliki
balita adalah dengan komunikasi verbal serta menunjukkan poster-poster
tentang kesehatan balita. Dan jika akan diadakan kegiatan posyandu maka
kader-kader akan mengunjungi rumah-rumah utnuk menginformasikan
tempat dan waktu diadakannya posyandu balita. Informasi dari RT/RW
setempat dilakukan dengan menggunakan pengeras suara melalui siaran di
masjid atau menggunakan papan pengumuman.
g. Pendidikan
Terdapat 1 TK, 1 Paud, dan 2 SD di daerah tersebut. Anak balita di RT 01
RW 07 Kelurahan Mulyorejo sudah bersekolah di Paud sebanyak 7 orang.
Tingkat pendidikan orang tua balita 18 orang lulusan  SD, 13 orang SMP
dan selebihnya SMA/ SMK.

24
h. Rekreasi
Dari hasil wawancara, ibu balita sering mengajak balitanya naik mobil
aneka warna yang diputarkan lagu-lagu anak untuk berkeliling di sekitar
kampung dengan biaya Rp.2000 untuk 1x putaran, serta setiap minggu
pagi ibu yang memilki balita sering membawa balitanya jalan-jalan sekitar
danau Kampus C Unair.
3. Persepsi
a. Persepsi Masyarakat
Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu penyakit balita masih
acuh, mungkin dipengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat
ataupun kurangnya pengetahuan kesehatan mengenai suatu penyakit.
b. Persepsi Perawat
Masyarakat di RT 01/RW 07 kelurahan Mulyorejo belum memiliki
fasilitas kesehatan yang cukup dikarenakan masih sedikitnya puskesmas
ataupun fasilitas kesehatan yang lain. Selain itu jumlah tenaga kesehatan
yang ada pun masih jauh dari yang dibutuhkan. Tetapi Ketua RT 01/RW
07 kelurahan Mulyorejo telah mengkoordinasikan masyarakatnya untuk
mengadakan kegiatan posyandu untuk balita dan lansia yang
diselenggarakan tiap bulannya.

2.3.2 Analisa Data       


Masalah
No. Data Diagnosa Keperawatan
Keperawatan
1. Hasil wawancara: Diare pada balita Diare

1. Beberapa ibu Domain 3: Elimination and


mengatakan bahwa Exchange
umumnya mereka
Class 2: Gastrointestinal
memberikan makanan
Function
apa adanya untuk anak
mereka tanpa

25
memperhatikan
kehigienisan dari
makanan karena
keterbatasan ekonomi.

Hasil Observasi:
1. Data dari kader
terdapat 7 balita (usia
37-60 bulan) yang
diare akibat pemberian
makanan yang tidak
higienis.
2. Hasil wawancara: Gizi kurang pada Readiness for Enhanced
1. Beberapa ibu balita Nutrition
mengatakan bahwa
Domain 2: Nutrition
mereka tidak
mengetahui tentang Class 4: Metabolism
makanan yang bergizi
yang baik untuk
pertumbuhan dan
perkembangan balita.

Hasil observasi:

1. Berdasarkan data dari


kader sebanyak 50 balita
ditimbang dan hasilnya
terdapat 5 orang balita
yang gizi buruk, berat
badan balita yang berada
digaris kuning  dan
digaris merah) sebanyak

26
5 orang
2. Hasil wawancara: Resiko terjadinya 00188 Risk-prone health
peningkatan behavior
1. Beberapa ibu
penyakit akibat
mengatakan bahwa Domain 1: Health Promotion
lingkungan yang
umumnya mereka masih
kurang bersih Class 2: Health Management
menggunakan air sungai
(Diare) di
sebagai salah satu
kelurahan
sumber air mereka, dan
Mulyorejo.
mereka memberikan
makanan apa adanya
untuk anak mereka
tanpa memperhatikan
kehigienisan dari
makanan tersebut karena
keterbatasan ekonomi.

Hasil Observasi:
1. Data dari kader
terdapat 7 balita yang
diare akibat pemberian
makanan yang tidak
higienis.
2. Selokan di depan
rumah warga banyak
yang tersumbat, jalan di
depan rumah kotor,
banyak kardus basah
sisa sampah banjir yang
di buang sembarangan.
Terdapat tempat
pembuangan sampah
sentral tetapi kurang
dimanfaatkan oleh
masyarakat.
Kebanyakan warga lebih
senang membuang

27
sampah disungai.
Akibatnya aliran sungai
tidak lancar, keruh dan
berbau busuk.

28
2.3.3 Intervensi Keperawatan
Penangg
Diagnosa Sumbe
Tujuan Rencana Tindakan Sasaran Metode Waktu Tempat ungjawa Evaluasi
Keperawatan r Dana
b
00013 Setelah dilakukan 1. Lakukan Balita yang Pengkajia 7 Rumah Ners Dwi Puskes 1. 100% balita
Diarrhea tindakan pengkajian pada mengalami n Oktober masing- Ners mas yang
keperawatan, Ibu-
ibu yang memiliki balita yang diare langsung 2015 masing Indah mengalami
balita di mengalami diare balita yang diare
RT01/RW07 dapat:
mengalami mendapatkan
1. Mengetahui
diare perawatan
penanganan
2. Demonstrasikan optimal di
pada bailita
yang cara pembuatan dan Ibu-ibu yang Praktik 8 Balai Ners fasilitas

mengalami pemberian oralit pada memiliki langsung Oktober Posyandu Safira kesehatan

diare ibu-ibu yang balita 2015 Wijaya Ners (puskesmas)

memiliki balita yang Kusuma I Fitria 2. 80%


2. Mengetahui
mengalami diare undangan ibu
cara
yang memiliki
menanggulang
3. Anjurkan kepada balita datang
i gangguan
ibu-ibu untuk Ibu-ibu yang Ceramah, 8 Balai Ners Ika saat
keseimbangan

29
cairan dan membawa balitanya memiliki tanya Oktober Posyandu Ners penyuluhan
elektrolit pada ke puskesmas jika balita jawab, 2015 Wijaya Resti 3. 90% ibu-
balita yang terjadi gejala diare diskusi Kusuma I ibu yang
mengalami memiliki
diare 4. Evaluasi keluarga balita yang
atau kujungan ke Ibu-ibu yang Kunjunga 9 Rumah Ners hadir dalam
rumah balita yang memiliki n Oktober masing- Arsyita penyuluhan
mengalami diare balita langsung 2015 masing Ners dapat
untuk menilai balita yang Aldini mendemostras
bagaimana mengalami ikan cara
penganggulangan diare pembuatan
diare di keluarga oralit dengan
tersebut benar

30
00163 Setelah dilakukan 1. Melakukan Kader Komuni- 10 Kantor Ners Puskes 1. 50% warga
Readiness for tindakan pendekatan pada Kesehatan kasi dan Oktober Posyandu Arsyita mas RT01/RW07
keperawatan, Ibu-
Enhanced ibu yang memiliki kader-kader Posyandu informasi 2015 Wijaya terlibat aktif
Nutrition balita di kesehatan (Lobi) Kusuma I dalam
RT01/RW07 dapat:
kegiatan
1. Meningkatkan
2. Lakukan Balita yang Pengkajia 11 Balai Ners penyuluhan.
pengetahuan
pengkajian terhadap mengalami n lagsung Oktober Posyandu Indah 2. 80%
keluarga yang
balita yang gizi buruk 2015 Wijaya Ners undangan ibu
memiliki
mengalami gizi buruk Kusuma I Resti yang memiliki
balita tentang
balita datang
pentingnya 3. Lakukan konseling
Ibu-ibu yang Ceramah, 11 Balai Ners saat
nutrisi yang nutrisi
memiliki tanya Oktober Posyandu Fitria penyuluhan
baik untuk
balita jawab, 2015 Wijaya Ners
pertumbuhan
diskusi Kusuma I Aldini
balita. 4.Berikan penyuluhan
2. Merawat tentang pentingnya
Ibu-ibu yang Ceramah, 11 Balai Ners Ika
balita yang nutrisi, gangguan
memiliki tanya Oktober Posyandu Ners Dwi
mengalami nutrisi serta
balita jawab, 2015 Wijaya
gizi buruk dan pemilihan makanan
diskusi Kusuma I
yang berada di yang baik untuk
bawah garis pertumbuhan balita

31
kuning dan
merah. 5. Memotivasi ibu-ibu
untuk menimbang BB
anaknya secara Ibu-ibu yang Ceramah, 11 Balai Ners
berkala ke fasilitas memiliki tanya Oktober Posyandu Fitria
kesehatan terdekat balita jawab, 2015 Wijaya Ners
diskusi Kusuma I Indah
6.Skrining kesehatan
balita untuk melihat
apakah ada resiko
Seluruh Pengkajia 12 Balai Ners
peningkatan angka
balita yang n Oktober Posyandu Aldini
balita yang
ada di RT langsung 2015 Wijaya Ners
mengalami gizi buruk
01/RW 07 Kusuma I Arsyita
00188 Risk- Setelah dilakukan 1. Penyuluhan Warga Ceramah, 13 Balai Ners Puskes 4. 50% warga
prone health tindakan tentang food hygiene Kelurahan tanya Oktober Posyandu Safira mas RT01/RW07
keperawatan, ibu-
behavior ibu yang memiliki dan cara menyajikan Mulyorejo jawab, 2015 Wijaya Ners Dwi terlibat aktif
balita dan warga di makanan yang aman diskusi Kusuma I dalam
RT01/RW07 dapat:
(higienis) untuk balita kegiatan
1. Ibu-ibu dapat
penyuluhan
menyiapkan
2. Memberikan Warga Ceramah, 13 Balai Ners 5. 80%
makanan dan
penyuluhan tentang masyarakat tanya Oktober Posyandu Resti undangan ibu

32
menyimpan teknik pengelolaan RT 01, RW jawab, 2015 Wijaya Ners yang memiliki
makanan yang sanitasi lingkungan 07, diskusi Kusuma I Indah balita datang
higienis untuk Kelurahan saat
balita Mulyorejo penyuluhan
2. Masyarakat 6. 90% warga
dapat 3. Mengadakan Seluruh Praktik 13 Lingkunga Ners RT01/RW07
mengaplikasikan modifikasi warga langsung Oktober n RT 01, Fitria terlibat aktif
sanitasi yang baik lingkungan seperti masyarakat 2015 RW 07, Ners Ika dalam
di lingkungan kerja bakti, RT 01, RW Kelurahan Ners kegiatan kerja
untuk mencegah pembersihan selokan 07, Mulyorejo Safira bakti
penularan diare dan sampah Kelurahan pembersihan
Mulyorejo lingkungan

33
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih
popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H,
2006).Balita termasuk salah satu agregat / kelompok risiko tinggi. Hal ini
dikarenakan pada balita juga berpotensi muncul masalah yang kompleks,
terlebih yang berhubungan dengan konsep tumbuh kembang. Oleh karena itu,
konsep keperawatan yang diberikan pada agregat ini diaplikasikan dalam
bentuk pelayanan-pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang
memberikan layanan dalam upaya menjaga kesehatan balita adalah Posyandu
(Pos Pelayanan Terpadu), imunisasi, BKB (Bina Keluarga Balita), PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini), SDIDTK (Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang).

4.2 Saran
1) Bagi Perawat
Perawat sebagai care giver diharapkan mampu memberikan pelayanan
kesehatan kepada balita dan keluarga dalam bentuk promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitative.
2) Bagi Keluarga
Keluarga terutama ibu merupakan pemegang peran penting dalam
menentukan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan balita. Oleh
karena itu keluarga diharapkan mampu memahami konsep tumbuh
kembang pada balita dan mampu mendampingi pertumbuhan dan
perkembangan balita dengan baik sehingga bisa mengoptimalkan tumbuh
kembang balita.

34
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2007. Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi
(KADARZI). Direktorat Jenderal Bina Kesehatan

Departemen kesehatan RI. 2014. Kondisi Pencapaian Program Kesehatan Anak


Indonesia. Dalam Rangka Peringatan Hari Anak Nasional. Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Dwienda R, Octa, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita, dan
Anak Prasekolah untuk Para Bidan. Ed.1. Yogyakarta: Deepublish.

Efendi, Ferry & Makhfudi. 2013. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan
Praktik Keperawatan. Jakarta : Salemba medika
Elisabeth, T. Anderson dan Judith, Mc. Farlane. 2012. Community as a Partner, 6th Ed
+Introduction to Community Based Nursing, 5 th Ed: Theory and Practic in
Nursing. Lippincot Williams and Wilkins
Kusbiantoro, D. 2015. Pertumbuhan dan perkembangan anak usia prasekolah di taman
kanak kanak aba 1 lamongan. Vol. 7(1).

Proverawati, Atikah & Erna Kusuma Wati. 2010. Ilmu Gizi untuk Keperawatan & Gizi
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2015. Situasi Kesehatan Anak
Balita di Indonesia.
Putri, R.F., Sulastri, D., Lestari, Y., 2015. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan
Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas, 4(1), pp.254-261.

Susanto, A. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. PT Kharisma Putra Utama. Jakarta.

Sutomo, B & Anggraini, D. Y. 2010. Makanan Sehat Pendamping ASI. Jakarta:


Demedia.

35
Uce, L. 2017. The Golden Age: Masa Efektif Merancang Kualitas Anak. UIN ArRaniry. 21
februari 2018

36

Anda mungkin juga menyukai