Anda di halaman 1dari 5

Nama : Sharyan Hamiid

Nim : 2008203085
Kelas : Perbankan Syariah
Mata kuliah : Pengantar Filsafat

SUMBER-SUMBER MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR

A. Mengenali Sumber Pengetahuan


Aristoteles mengawali metafisikanya dengan pernyataan”setiap manusia dari kodratnya ingin
tahu.” Aristoteles meyakini hal tersebut.Keyakinan tersebut tidak hanya untuk orang lain saja,
tetapi juga untuk dirinya sendiri. Berbeda dengan Socrates, Socrates telah meniti karirnya sendiri
dengan berdasarkan suatu pondasi yang berbeda, ia meyakini bahwa tidak seorang manusia pun
mempunyai pengetahuan. Ada kemungkinan manusia tidak mempunyai pengetahuan karena
tidak menggunakan inderanya untuk mengenali alam ini manusia akan mengetahui ketika ada
rasa kagum. Ketika manusia tidak kagum , maka ia tidak akan pernah mengenal filsaafgat,karena
pada dasarnya dari rasa kagumlah filsafat bermula. Rasa kagum sebenarnya bukan muncul dari
sesuatu yang sulit, tetapi kekaguman muncul, sering muncul dan tampak sederhana dalam
kehidupan manusia.

Manusia sering menganggap bahwa sesuatu yang kelihatan adalah dapat dipahami dengan benar
dan seolah-olah ia telah mengetahui keberadaan benda dan materi tersebut secara mendalam.
Anggapan manusia bahwa apa yang terlihat dan dilihatnya serta dikenalnya, belum tentau dapat
dipahami hakekatanya, belum pasti manusia telah sampai kepada pengetahuan yang ia kenal.
Dari sinilah nantinya ada peluang bagi epistemologi untuk menjelaskan kenapa manusia
mengetahui, kenapa sesuatu itu menjadi seperti itu.

Walau masih terus terjadi perdebatan banyak orang dari dahulu hingga sekarang, manakah
sumber pengetahuan yang benar-benar mengungkap kebenaran sejati, setiap pengikutnya
mengklaim kebenaran sumber pengetahuannya. Serta tidak sedikit juga yang menggabungkan
atau memakai semua sumber pengetahuan yang akan kita kenali ini.
B. Sumber-Sumber Pengetahuan

Dalam kajian filsafat dijelaskan dengan jelas pengetahuan yang dimiliki oleh manusia memiliki
sumber. Dengan kata lain pengetahuan itu tidak timbul dengan sendirinya. Ada empat sumber
pengetahuan yang dimaksud yaitu:

1. Rasio
2. Empiris
3. Intuisi dan
4. Wahyu.

Rasio, Empiris, Intuisi, dan Wahyu. Keempat sumber ini memiliki pengertian yang berbeda-beda
dalam menafsirkan sumber dari pengetahuan manusia tersebut.

Rasio

merupakan pengetahuan yang bersumber dari penalaran manusia. Pada sumber


pengetahuan ini diketahui bahwa pengetahuan adalah hasil pemikiran manusia.

Jujun S. Suriasumantri (1984) menjelaskan bahwa, kaum rasionalis mempergunakan


metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis yang dipakai dalam
penalarannya didapatkan dari ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima.
Ide ini menurut kaum rasionalis bukanlah ciptaan pikiran manusia. Prinsip itu sendiri
telah lama ada sebelum manusia berusaha memikirkannya. Paham ini pulalah yang
dikenal dengan nama idealisme.

Empiris

merupakan pengetahuan yang bersumber dari pengalaman yang dialami manusia.


Sumber pengetahuan ini dirumuskan berdasarkan kegiatan manusia yang suka
memperhatikan gejala-gejala yang terjadi disekitarnya. Misalnya peristiwa terjadinya
hujan di bumi. Peristiwa ini terus terulang-ulang dan dengan proses kejadian yang sama.
Hal ini menjadi daya tarik bagi manusia, muncul pertanyaan mengapa selalu turun hujan.
Dari pengalaman itulah manusia tergerak untuk bernalar hingga melakukan penelitian
penyebab terjadinya hujan.

Empiris ini menjelaskan bahwa, kaum empiris berpendapat pengetahuan manusia itu
bukan didapatkan dari penalaran rasional yang abstrak namun lewat pengalaman
(empiris) yang kongkret. Gejala-gejala menurut kaum empiris adalah bersifat kongkret
dan dapat dinyatakan lewat tangkapan pancaindera manusia. Kaum empiris menggunakan
metode induktif. Dengan mempergunakan metode ini maka dapat disusun sebuah
pengetahuan yang berlaku secara umum lewat pengamatan terhadap gejala-gejala fisik
yang bersifat individual.

Intuisi

merupakan sumber pengetahuan yang tidak menentu dan didapatkan secara tiba-tiba.
Terkadang kita sebagai manusia ketika dihadapkan dengan suatu permasalahan, otak akan
berpikir sangat keras untuk menemukan solusi dari permasalahan tersebut. Tingkat
berpikir otak berbanding lurus dengan masalah yang akan diselesaikan. Semakin sulit
tingkat permaslahan yang akan dipecahkan semakin keras juga kinerja otak dalam
berpikir menyelesaikan masalah tersebut. Dalam kondisi tertentu, terkadang semakin kita
berusaha untuk memecahkan masalah, semakin sulit menemukan solusinya. Tapi dalam
kondisi yang berlawanan ketika kita tidak sedang berpikir untuk menyelesaikan masalah
dan melakukan aktivitas-aktivitas, kita seakan terpikirkan solusi untuk permasalahan.
Solusi itu muncul tiba-tiba dalam benak kita, tanpa sedikitpun kita menjadwalkan atau
berusaha mencarinya. Hal yang demikian bisa dikatakan sebagai intuisi.

Hal ini dapat kita contohkan seperti; ketika seseorang sedang memikirkan permasalahan
yang ia geluti kemudian pikirannya mengalami kebuntuan. Kemudian, tiba-tiba secara
tidak sadar dalam benaknya muncul jawaban atau solusi atas sebuah permasalahan walau
sangat sulit untuk sampai ke apa yang muncul secara tiba-tiba itu. Hal itu sangat ia yakini
benar walau sangat sulit untuk dijelaskan karena ia datang secara tiba-tiba.
Wahyu

atau bisa dikatakan dengan sumber pengetahuan yang non-analiktik karena tidak ada
proses berpikir dari manusia tersebut. Wahyu merupakan sumber pengetahuan yang
berasal dari yang Maha kuasa. Biasanya yang dapat menerima sumber pengetahuan yang
seperti ini adalah manusia-manusia pilihan. Contoh yang paling dekat adalah para
nabiallah, yang menerima pengetahuan dari Allah. Kisah-kisah merekapun banyak
mengispirasi banyak orang.

Dari keepat sumber pengetahuan diatas dapat disimpulkan bahwa cara berpikir itu ada
dua yaitu analatik; Rasio, dan Empiris. Dikatakan sebagai cara berpikir yang analitik
karena ada proses berpikir yang rincih yang dilakukan manusia. Adapula cara berpikir
yang non-analitik; intuisi, dan wahyu yang tidak memiliki proses berpikir secara rincih
yang dilakukan oleh manusia.

Dalam menggali pengetahuan dari sumber yang telah kita bicarakan di atas, metode
sangatlah kita perlukan. Metode sangat membantu kita dalam melakukan kajian ilmiah
atau atas permasalahan yang kita hadapi. Ahmad Wahib pernah berkata dalam bukunya
“Pergolakan Pemikiran Islam” bahwa, memahami suatu ilmu pengetahuan atau
melakukan penelitian akan lebih mudah jika mengetahui metodenya dan kemudian
menggunakannya.

http://blogmuhamadramli.blogspot.com/2016/10/filsafat-ilmu.html

https://medanheadlines.com/2020/01/08/memahami-sumber-pengetahuan/

https://sites.google.com/site/auroranight0912/filsafat-ilmu/sumber-pengetahuan

Anda mungkin juga menyukai