Anda di halaman 1dari 51

HUBUNGAN DIAPERS DISPOSABLE DENGAN KEBERHASILAN

TOILET TRAINING PADA BALITA USIA (1-4 TAHUN) DI


PAUD MAWAR KECAMATAN MEDAN
AREA KOTA MEDAN
TAHUN 2021

PROPOSAL

OLEH:
DANTI AUFA WILADAH
17.11.030

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELITUA
TAHUN 2021
HUBUNGAN DIAPERS DISPOSABLE DENGAN KEBERHASILAN
TOILET TRAINING PADA BALITA (1-4 TAHUN) DI
PAUD MAWAR KECAMATAN MEDAN
AREA KOTA MEDAN
TAHUN 2021

PROPOSAL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan
Institut Kesehatan Deli Husada Delitua

OLEH:
DANTI AUFA WILADAH
17.11.030

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELITUA
TAHUN 2021 HUBUNGAN DIAPERS DISPOSABLE DENGAN
KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA BALITA (1-4 TAHUN) DI
PAUD MAWAR KECAMATAN MEDAN
AREA KOTA MEDAN
TAHUN 2021

PROPOSAL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan
Institut Kesehatan Deli Husada Delitua

OLEH:
DANTI AUFA WILADAH
17.11.030

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELITUA
TAHUN 2021
LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL

HUBUNGAN DIAPERS DISPOSABLE DENGAN KEBERHASILAN


TOILET TRAINING PADA BALITA (1-4 TAHUN) DI
PAUD MAWAR KECAMATAN MEDAN
AREA KOTA MEDAN
TAHUN 2021

Yang dipersiapkan dan diseminarkan oleh:

DANTI AUFA WILADAH


NPM. 17.11.030

Proposal Ini Telah Dipersiapkan dan Disetujui untuk Diseminarkan di Hadapan


Peserta Seminar Proposal Program Studi Ilmu Keperawatan Program Sarjana
Institut Kesehatan Deli Husada Delitua

Oleh
Dosen Pembimbing

(Ns. Nur Mala Sari, SST., M.Kes.)


NPP.19761226.200008.2.002

Diketahui,
Dekan Fakultas Keperawatan

(Ns. Megawati Sinambela, S.Kep., M.Kes)


NPP. 19621116.199304.2.001

i
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Proposal: Hubungan Diapers Disposible dengan Keberhasilan Toilet

Training pada Balita (1-4 Tahun) di PAUD Mawar Kecamatan Medan Area

Kota Medan Tahun 2021.

Dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana

Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Program Sarjana dan disetujui

untuk diajukan dalam presentasi seminar proposal.

Delitua, 25 Maret 2021

Dosen Penguji I

(Ns. Nur Mala Sari, SST., M.Kes)


NPP.19761226.200008.2.002

Dosen Penguji II Dosen Penguji III

(Ns. Meta Rosaulina, S.Kep., M.Kep) (Bd. Peny Ariani, SST., M.Keb)
NPP. 19800426.201411.2.002 NPP. 19890614.200108.2.002

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal yang berjudul :

“Hubungan Diapers Disposible dengan Keberhasilan Toilet Training pada

Balita di PAUD Mawar Kecamatan Medan Area Kota Medan Tahun 2021”.

Proposal ini disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program sarjana

keperawatan di Institut Kesehatan DELI HUSADA Delitua.

Penulis menyadari penyelesaian Proposal ini tidak terlepas dari bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena

itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Terulin Sembiring Meliala, Am.Keb, SKM, M.Kes selaku Ketua Yayasan

Rumah Sakit Umum Sembiring Delitua.

2. Drs. Johannes Sembiring, M.Pd, M.Kes selaku Rektor Institut Kesehatan

Deli Husada Delitua.

3. Ns. Megawati Sinambela, S.Kep., M.Kes selaku Dekan Fakultas

Keperawatan Institut Kesehatan Deli Husada Delitua.

4. Ns. Meta Rosaulina, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Jurusan Program Studi

Ilmu Keperawatan Program Sarjana Fakultas Keperawatan Institut

Kesehatan Deli Husada Delitua yang telah banyak memberikan bimbingan

dan arahan kepada saya.

5. Ns. Nur Mala Sari, SST., M.Kes selaku Dosen Pembimbing saya yang telah

banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan proposal

ini.

iii
6. Ns. Meta Rosaulina, S.Kep., M.Kep dosen penguji 2 dan Bd. Peny Ariani,

SST., M.Keb dosen penguji 3 yang sudah banyak memberikan arahan dan

saran selama penyusunan skripsi ini.

7. Ns. Zuliawati, S.Kep, M.Kep selaku wali tingkat yang telah banyak

memberi dukungan bimbingan disaat pembelajaran di kelas.

8. Seluruh staf dosen Institut Kesehatan Deli Husada Delitua yang telah

membimbing dan mendidik penulis dalam upaya pencapaian pendidikan

dari awal hingga akhir. Terimakasih untuk semua motivasi dan dukungan

segala cinta dan kasih yang telah diberikan selama proses pendidikan

9. Teristimewa kepada kedua orang tua saya yang sangat saya cintai,

Ayahanda M. Hamdani, Ibu Sri Supianti, dan Adik saya M. Fahri Raisya

yang sudah mendoakan dan mendukung saya selama pendidikan sampai

selesai.

10. Terkhusus untuk Nugraha Pratama yang telah membantu doa dan

memberikan dukungan kepada saya untuk menyelesaikan proposal ini.

11. Sahabat saya Dipya, Desmita, Putri, Sulis, Wiwik, dan Tiwi yang telah

memberikan dukungan, masukan dan motivasi kepada saya.

12. Seluruh teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan

Angkatan XVI yang tidak dapat diucapkan satu per satu yang telah banyak

membantu, banyak berbagi ilmu sehingga skripsi ini terselesaikan.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih banyak terdapat

kekurangan, oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang

sangat membangun demi kesempurnaan dimasa yang akan datang akhir kata

peneliti mengucapkan terimakasih dan peneliti berharap semoga proposal ini

iv
dapat bermanfaat nantinya bagi profesi keperawatan khususnya dan masyarakat

luas umumnya. Semoga Allah SWT melimpahkan kesejahteraan kepada kita

semua.

Delitua, Maret 2021


Penulis,

Danti Aufa Wiladah


17.11.030

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

Nama : Danti Aufa Wiladah

Tempat / tanggal lahir : Medan, 05 November 1999

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 1 dari 2 bersaudara

Nama Ayah : M. Hamdani

Nama Ibu : Sri Supianti

Alamat : Komp. TNI-AU Jl. Polonia, Medan

II. PENDIDIKAN

1. Tahun 2004-2005 : TK AL-ANSHAR MEDAN

2. Tahun 2005- 2011: SD NEGERI 2 PELUTAN PEMALANG

3. Tahun 2011- 2014: SMP NEGERI 4 TEBING TINGGI

4. Tahun 2014- 2017: SMA ANGKASA 1 LANUD MEDAN

5. Tahun 2017-2021 : INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA

DELITUA

Demikian daftar riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenarnya.

Deli Tua, Maret 2021


Penulis

Danti Aufa Wiladah


NPM: 17.11.030

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................vi
DAFTAR ISI........................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1.    Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................6
1.3.    Tujuan Penelitian.........................................................................................6
1.3.1.    Tujuan Umum......................................................................................6
1.3.2. Tujuan Khusus.....................................................................................6
1.4.    Manfaat Penelitian.......................................................................................6
1.4.1.    Bagi Peneliti.........................................................................................6
1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan...............................................7
1.4.3.    Bagi Orang Tua....................................................................................7
1.4.4. Bagi Pendidik PAUD...........................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................8


2.1.    Diapers Disposable......................................................................................8
2.1.1. Pengertian Diapers Disposable............................................................8
2.1.2.    Jenis-jenis Popok (Diapers).................................................................8
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Diapers Disposable. 10
2.1.4.    Dampak Penggunaan Diapers Disposable...........................................12
2.1.5. Kriteria Pemakaian Diapers Disposable..............................................13
2.2.    Konsep Toilet Training................................................................................14
2.2.1.    Pengertian Toilet Training...................................................................14
2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Toilet Training............................15
2.2.3.    Teknik Toilet Training.........................................................................16

vii
2.2.4. Keuntungan Toilet Training................................................................18
2.2.5.    Manfaat Toilet Training.......................................................................18
2.2.6. Dampak Kegagalan Toilet Training....................................................20
2.3.    Konsep Balita..............................................................................................20
2.3.1.    Pengertian Balita..................................................................................20
2.3.2. Karakteristik Balita..............................................................................20
2.3.3.    Tahap Kemampuan Toilet Training pada Balita.................................21
2.4.    Kerangka Teori............................................................................................23
2.5. Kerangka Konsep........................................................................................24
2.6.    Hipotesis Penelitian.....................................................................................24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................................25


3.1. Desain Penelitian.........................................................................................25
3.2.     Waktu dan Lokasi Penelitian......................................................................25
3.3.    Populasi dan Sampel....................................................................................25
3.4.    Variabel, Definisi Operasional, dan Aspek pengukuran.............................26
3.4.1.   Variabel Penelitian................................................................................26
3.4.2.   Defenisi Operational.............................................................................27
3.4.3.   Aspek Pengukuran................................................................................29
3.5.    Instrumen Penelitian....................................................................................29
3.6. Metode Pengumpulan Data.........................................................................30
3.7.    Prosedur Penelitian......................................................................................30
3.8.    Kode Etik Penelitian....................................................................................31
3.9. Pengolahan Data..........................................................................................31
3.10.   Metode Analisa Data..................................................................................32
3.10.1.   Data Unvariat......................................................................................32
3.10.2. Data Bivariat......................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................34

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar

mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar. Pada

toilet training selain melatih anak dalam mengontrol buang air kecil dan buang air

besar juga dapat bermanfaat dalam pendidikan seks sebab saat anak melakukan

kegiatan tersebut disitu anak akan mempelajari anatomi tubuhnya sendiri serta

fungsinya. (Rasyada, 2019)

Mengajarkan toilet training pada anak tidak mudah. Namun di butuhkan

peran orang tua sedemikian rupa untuk mengajarkan toilet training yang di mulai

sejak usia 1-5 tahun. Pada saat usia tersebut, anak harus mampu melakukan toilet

training. Jika anak tidak mampu melakukan toilet training anak akan mengalami

hambatan. Pada usia balita anak merasa sudah mampu mengatur keperluannya

untuk mengatur keperluannya untuk buang air kecil (BAK) dan buang air besar

(BAB) bila anak diajarkan lebih dari usia 5 tahun di khawatirkan akan susah

mengubah perilaku anak. Bila usia anak sudah lebih dari 5 tahun belum mampu

untuk melakukan toilet training anak dapat mengalami kemunduran, kebiasaan

mengompol yang sulit hilang, tidak dapat mengendalikan buang air kecil dan

buang air besar sehingga kondisi psikologis anak merasa malu dengan teman-

teman yang lain (Abror, 2018).

Lebih dari 50 juta anak-anak di seluruh dunia berusia 5–15 tahun masih

mengompol. Satu dari empat anak tetap mengompol saat usia mereka 3,5 tahun.

Sedangkan pada usia 5 tahun, satu dari lima anak masih ngompol di tempat tidur

dan pada usia 6 tahun turun menjadi satu dari 10 anak. Biasanya enuresis akan

1
2

berhenti ketika anak mencapai usia pubertas. Anak laki-laki lebih banyak yang

mengompol dibanding anak perempuan. “Ini merupakan masalah tersembunyi

masa kanak-kanak karena orang cenderung untuk tidak berbicara tentang hal itu di

luar rumah. (Yusuf, 2017)

Kejadian Enuresis (mengompol) lebih besar pada anak laki-laki yaitu 60%

dan anak perempuan 40%. Penelitian pada anak 10.960 anak di Amerika ,

prevalensi Enuresis (mengompol) pada anak laki-laki yang berusia 7 sampai 10

tahun adalah 6% dan 3%. Statistik menunjukkan 25% anak Enuresis

(mengompol) pada usia 5 tahun akan menurun menjadi 5% sampai pada usia 10

tahun, dan tinggal 2% pada usia 10-15 tahun (Purwatih, 2017).

Tren keterlambatan keberhasilan toilet training tersebut disertai dengan

perubahan kebiasaan pemakaian popok (diapering habits) yang saat ini cenderung

lebih banyak pemakaian popok sekali pakai (diapers disposable) dengan daya

serap yang tinggi (disposable absorbent diapers) daripada popok kain (cloth

diapers) (Irmayanti, Wahyuni and Dewi, 2020)

Sharhanis, et al, (2015) mengemukakan bahwa bayi di Amerika

menghabiskan sekitar 2,5 tahun menggunakan diapers dan rata-rata menggunakan

4 buah diapers per hari, 1500 diapers per tahun, dan 3796 diapers sepanjang

hidupnya. (Lita, 2017)

Menurut data WHO (World Health Organization) menyebutkan setiap

tahunnya seorang bayi menghabiskan sekitar 1.500 diapers (Amallia et al., 2020).

Casnuri dan Indrawati (2017) mengungkapkan bahwa di Inggris masih

memiliki kebiasaan BAB (Buang Air Besar) sembarangan pada usia 7 tahun

dimana hal ini disebabkan karena kegagalan toilet training. Selain itu di
3

Singapura didapatkan bahwa 15 % anak tetap mengompol diusia 5 tahun dan

sekitar 1,3% anak laki-laki serta 0,3% untuk anak perempuan. Berdasarkan hal

tersebut menggambarkan bahwa toilet training pada anak balita menjadi hal yang

penting dilakukan.

Menurut Child Development Institute Toilet training pada penelitian

American Psychiatric Association, dilaporkan bahwa 10-20% anak usia 5 tahun,

5% anak usia10 tahun, hampir 2% anak usia 12-14 tahun, dan 1% anak usia 18

tahun masih mengompol. Pada umumnya anak berhenti mengompol sejak usia 2,5

tahun. Pada anak usia 3 tahun, 75% anak telah bebas mengompol siang dan

malam hari. Pada usia 5 tahun, sekitar 10-15% anak masih mengompol paling

tidak satu kali dalam seminggu. Pada usia 10 tahun masih ada sekitar 7%, sedang

pada usia 15 tahun hanya sekitar 1% anak yang masih mengompol (Ratnaningsih

and Putri, 2020)

Anak Usia Balita di Indonesia diperkirakan mencapai 30% dari 250 juta

jiwa penduduk. Menurut survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) nasional

diperkirakan jumlah balita yang susah mengontrol BAB dan BAK di usia sampai

balita mencapai 75 juta anak. Fenomena ini dipicu karena banyak hal, infisalah

satunya adalah pemakaian popok sekali pakai, pengetahuan ibu yang kurang

tentang melatih anak BAB dan BAK, hadirnya saudara baru dan masih banyak

lainnya. (Depkes RI, 2016).

Anak yang menggunakan diapers, biasanya akan mengalami keterlambatan

toilet training. Keterlambatan tersebut disebabkan anak merasa bahwa tidak perlu

pergi ke toilet karena ketika menggunakan diapers masih merasa nyaman

walaupun telah melakukan BAK. Umumnya anak yang menggunakan diapers


4

mulai tertarik untuk melakukan toilet training pada usia 3 tahun, bahkan pada

beberapa kasus anak mulai belajar toilet training pada usia 7 tahun (Uyun, Arifah

and W, 2016).

Menurut Hidayat (2016), dampak yang mungkin timbul apabila anak gagal

dalam toilet training adalah rasa iri, dimana perasaan ini timbul bila seorang anak

merasa takut akan kehilangan suesuatu dan anak akan berusaha menarik perhatian

orang tua (Hidayat (2016).

Menurut penelitian Richer (2017) Indonesia adalah negara konsumen

popok terbesar nomor tiga setelah India dan China. Pada bayi dengan rentang umr

0-2 tahun, sekitar 12 juta buah popok dipakai setiap tahunnya di Indonesia.

(Richer, 2017)

Berdasarkan survey cepat di Jawa Timur pada tahun 2018 peran orang tua

dalam mengajarkan anak toilet training pada balita masih kurang hal ini di

tunjukkan dengan angka 20% orang tua yang mengajarkan toilet training pada

balita yang tepat dan sesuai dengan usia dan juga didapatkan data jumlah anak

usia toddler (1-3 tahun) sebanyak 134 anak. Anak yang berhasil menjalankan

toilet training 15% dan 85% gagal dalam menjalankan toilet training, sedangkan

anak usia pra sekolah (4-5 tahun) anak yang berhasil menjalankan toilet training

25% dan 75% anak gagal dalam menjalankan toilet training. (Purwatih, 2017)

Pada tahun 2017 anak usia toddler (1-3 tahun) sebanyak 123 anak. Anak

yang berhasil menjalankan toilet training 25% dan 75% gagal dalam menjalankan

toilet training. pada anak usia pra sekolah (4-5 tahun) anak yang berhasil

menjalankan toilet training 40% dan 60% gagal menjalankan toilet training

(Suara Forikes, 2017).


5

Angka penggunaan popok sekali pakai di Jawa Timur tahun 2015 dari

jumlah balita 2.473.615 sekitar 1.657.322 balita (66,99%) menggunakan popok

sekali pakai dan sisanya yang tidak memakai 816.293 (33,01%) ini karena alasan

pekerjaan orang tua (Kabarbisnis,2016). Insiden penggunaan popok sekali pakai

mengalami peningkatan tahun 2017 sebanyak (7,1%) dari jumlah balita kurang

lebih 3,2 juta jiwa (Depkes RI, 2017).

Tahun 2016 jumlah anak usia balita Sumatera Utara yaitu 1.244.256 jiwa

(Profil Kesehatan, 2016) dan selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya,

dimana pada tahun 2019 jumla balita di sumatera utara menjadi 1.501.845 jiwa

(Profil Kesehatan, 2019)

Rata-rata sehari setiap bayi penggunaan 4 buah diapers, sehingga

kebutuhannya dalam setahun mencapai sekitar 1500 diapers setahun. Dalam usia

dua tahun setengah seorang bayi membutuhkan 3796 diapers yang siap dilepas ke

lingkungan. Penggunaan popok disposable (sekali pakai) di Indonesia saat ini

mencapai 85%, dan diperkirakan penggunaan popok bayi di Indonesia akan terus

meningkat seiring dengan angka kelahiran bayi yang juga terus bertambah.

(Amallia et al., 2020)

Dari hasil survey awal di PAUD Mawar Kecamatan Medan Area Kota

Medan, didapatkan jumlah anak-anak dengan usia 1-5 tahun (balita) yakni

sebanyak 50 anak. Berdasarkan informasi dan data dari guru serta kepala sekolah

ada 37 anak yang masih mengompol dan menggunakan diapers disposable.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik melakukan penelitian

yang berjudul “Hubungan Diapers Disposible dengan Keberhasilan Toilet


6

Training pada Balita di PAUD Mawar Kecamatan Medan Area Kota Medan

Tahun 2021.”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dirumuskan masalah penelitian “Apakah

Ada Hubungan Diapers Disposable dengan Keberhasilan Toilet Training Pada

Balita di PAUD Mawar Kecamatan Medan Area Kota Medan?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada hubungan diapers disposable dengan

keberhasilan toilet training pada balita di PAUD Mawar Kecamatan Medan Area

Kota Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi diapers disposable pada balita di PAUD Mawar

Kecamatan Medan Area Kota Medan.

2. Untuk mengidentifikasi keberhasilan toilet training pada balita di PAUD

Mawar Kecamatan Medan Area Kota Medan.

3. Untuk menganalisis hubungan diapers disposable dengan keberhasilan

toilet training pada balita di PAUD Mawar Kecamatan Medan Area Kota

Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan dalam

melakukan proses penelitian mengenai pengaruh diapers disposable

dengan keberhasilan toilet training.


7

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Untuk mengembangkan teori-teori keperawatan dibidang anak yang

berhubungan dengan toilet training, serta membantu pelaksanaan proses

belajar mengajar tentang pembelajaran toilet training.

1.4.3. Bagi Orang Tua

Dengan adanya penelitian ini dapat menambah informasi bagi orang tua

khususnya ibu mengenai pengaruh diapers disposable dengan keberhasilan

toilet training pada anak.

1.4.4. Bagi Pendidik PAUD

Dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan

untuk meningkatkan kesiapan toilet training pada balita dengan

memberikan bimbingan pada orang tua.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diapers Disposable

2.1.1. Pengertian diapers disposable

Diapers disposable ialah popok sekali pakai yang berdaya serap besar yang

dibuat dari plastik serta kombinasi bahan kimia yang berfungsi untuk menampung

sisa-sisa metabolisme seperti air seni serta feses (Amallia et al., 2020)

Dalam perkembangan anak orang tua mempunyai peran penting yang

membantu menentukan bagaimana kepribadian anaknya akan terbentuk dan

membawa kehidupan mereka selanjutnya. Diapers ternyata mempunyai efek yang

berbahaya dalam jangka panjang dan akan menghambat perkembangan anak.

Anak-anak yang terbiasa dari bayi hingga agak besar menggunakan diapers, akan

mengalami beberapa perbedaan dari anak-anak lainnya, tentu saja jika diapers itu

di pakai setiap saat, bukan pada saat-saat tidak berdekatan dengan toilet saja atau

dalam berpergian. (Lase, 2018)

Diapers merupakan alat yang berupa popok sekali pakai berdaya serap

tinggi yang terbuat dari plastik dan campuran bahan kimia untuk menampung

sisa-sisa metabolisme seperti air seni dan feses (Purwatih, 2017).

2.1.2. Jenis – Jenis Popok (Diapers)

Menurut (Irmayanti, et al, 2020), secara umum ada 2 jenis popok, antara lain :

1. Popok Sekali Pakai (Disposable Diapers)

Popok sekali pakai memiliki produk absorbent yang dapat menyerap

dan menahan cairan dalam rentang waktu tertentu sehingga anak dapat

terhindar dari kontak langsung dengan kotorannya dan membuat anak

aman, nyaman dan bebas iritasi.

8
9

Popok sekali pakai terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan pertama atau

lapisan atas (top layer) yang terbuat dari material polymer yaitu

polypropylene berfungsi untuk penampungan awal cairan yang akan

dilanjutkan ke bagian lapisan inti dan untuk mencegah kulit bayi agar

tidak basah. Lapisan kedua adalah lapisan inti (diaper core layer) yang

mengandung bubur kertas yang terbuat dari material cellulose dan super

absorbent polymer atau Sodium Polyacrylate (SAP) untuk menyerap dan

menahan cairan. Lapisan bawah (bottom layer) yang terbuat dari

polyethylene untuk mencegah terjadinya kebocoran cairan karena lapisan

ini tahan air. Sejak tahun 2011, berat dari popok sekali pakai menjadi lebih

ringan yaitu dari 64,2 gram menjadi 36,3 gram. Meskipun terdapat

berbagai jenis merk dagang popok sekali pakai, secara umum

komposisinya adalah sama.

Menurut Pudjiadi (2016) ada 2 jenis popok sekali pakai, yaitu :

a. Menggunakan weist band (perekat pinggang)

b. Berbentuk celana (pull-up diaper)

2. Popok Kain (Cloth/Reusable Diaper)

Popok kain adalah popok yang dapat digunakan kembali setelah

dicuci. Bahan dasar dari popok kain dapat berupa kain katun, namun saat

ini popok kain juga dibuat dengan kain microfilament seperti microfleece

dan microfiber. Berat rata-rata popok kain adalah 139,3 gram

Berdasarkan hasil penelitian irmayanti, et al, (2020) menunjukkan

bahwa popok sekali pakai memiliki pengaruh negatif dengan keberhasilan

toilet training sedangkan popok kain memiliki pengaruh positif dengan


10

keberhasilan toilet training. Hal tersebut semakin dikuatkan dengan hasil

analisis multivariat yang menunjukkan anak balita yang memiliki riwayat

pemakaian popok kain memiliki kecenderungan untuk mencapai

keberhasilan toilet training sebesar 4,6 kali daripada anak balita yang

memakai popok sekali pakai (Irmayanti, et al, 2020)

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Diapers Disposable

Hidayat (2019) menyebutkan beberapa faktor yang menyebutkan bahwa

terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan diapers

disposable pada anak, antara lain :

1. Faktor prediposisi

a. Pengetahuan

Pengetahuan ibu tentang penggunaan diapers pada anak sangat

berhubungan erat dengan pengetahuan ibu tentang toilet training pada anak.

Pengetahuan ibu yang rendah mengenai dampak dari penggunaan diapers pada

anak ini akan berpengaruh pada perkembangan anak dalam toilet training.

Semakin tinggi pengetahuan ibu tentang dampak dari penggunaan diapers pada

anaknya semakin baik pula pengetahuan ibu tentang toilet training pada anaknya,

dimana apabila anak tidak memakai diapers maka anak akan melalui masa toilet

training nya.

b. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu serta pengalaman sangat

berpengaruh dalam hal penggunaan diapers pada anak usia balita. Pendidikan

akan memberikan dampak pada pola pikir dan poandangan ibu dalam penggunaan

diapers pada anaknya.


11

c. Pekerjaan

Status pekerjaan ibu mempunyai pengaruh besar dalam penggunaan diapers

pada anak. Pekerjaan ibu yang menyita waktu untuk anak dalam melakukan

pelatihan toilet training pada anak.

d. Tingkat sosial ekonomi

Tingkat sosial ekonomi akan mempengaruhi penggunaan diapers pada anak.

Rata-rata masyarakat atau keluarga dengan tingkat sosial ekonomi yang cukup

baik akan lebih memilih menggunakan diapers pada anaknya karena kelebihan

dari diapers seperti kenyamanan, kepraktisan dan lain-lain.

2. Faktor pendukung

Ketersediaan sarana dan fasilitas dalam hal ini seperti:

a. Banyaknya toko yang menjual diapers disposable

Diapers disposable bukan lagi suatu hal yang sulit didapat karena sudah

banyak dijual misyalnya toko, pasar swalayan, atau supermarket yang menjual

diapers disposable, jadi diapers disposable bisa didapat dimana saja dan kapan

saja terutama di kota-kota besar sehingga ini menjadi alasan ibu menggunakan

diapers disposable untuk anaknya.

b. Iklan diapers disposable

Banyak iklan yang menawarkan kelebihan dari diapers disposable dengan

harga yang relatif murah. Ini menjadi salah satu alasan ibu menggunakan diapers

disposable untuk anaknya.

3. Faktor pendorong

a. Sikap dan kebiasaan Ibu


12

Sikap adalah cara seseorang menerima atau menolak sesuatu yang

didasarkan pada cara dia memberikan penilaian terhadap objek tertentu yang

berguna ataupun tidak bagi dirinya. Sikap dan kebiasaan ibu yang hidup penuh

dengan serba praktis dan tidak mau repot ini akan berpengaruh dengan

penggunaan diapers disposable pada anak.

b. Pengaruh lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat mempunyai peranan penting dalam penggunaan

diapers disposable pada anak, dimana ibu akan memperhatikan lingkungan sekitar

apakah anak usia balita di sekitarnya masih menggunakan diapers disposable atau

tidak seperti anak ibu yang masih menggunakan diapers disposable.

2.1.4. Dampak Penggunaan Diapers disposable

Menurut Purwatih (2017), dampak dari penggunaan diapers disposable

pada anak meliputi :

1. Dari aspek fisik

Aspek fisik yang paling berpengaruh adalah di bagian pinggul bawah,

yang terkait langsung dengan penggunaan diapers disposable tersebut adalah cara

berjalan anak sedikit mengangkang atau kakinya tidak bisa merapat. Pada kulit

anak juga akan mengalami iritasi karena terbiasa menggunakan Diapers

disposable setiap saat.

2. Dari Aspek Psikologis

Anak yang memakai diapers disposable akan mengalami beberapa

hambatan dari segi sebab-akibat yaitu apabila anak buang air kecil dicelana

akibatnya celananya basah ini merupakan pelajaran logika hidup yang pertama

dan kemampuan berlogika akan digunakan sampai anak dewasa. Dari segi
13

tanggung jawab apabila anak mengotori celananya maka seharusnya anak

mengganti celananya (Pudjiadi, 2016).

Anak-anak yang terbiasa menggunakan diapers disposable akan

mengalami kesulitan yang levelnya setingkat diatas anak-anak lainnya yang tidak

terbiasa menggunakan diapers disposable ketika di hadapkan pada lingkungan

yang mengharuskan anak mengeluarkan sisa-sisa sari makanan dan minuman di

tempat yang semestinya. Anak akan mengalami keterlambatan dalam beradaptasi

dengan tuntutan lingkungan, dan dampaknya akan panjang sampai anak dewasa.

Anak menjadi kurang sensitif dengan lingkungan sekitar dan percaya diriyang

kurang terhadap lingkungan. Jika penggunaan diapers disposable berlangsung

dalam jangka panjang pada usia balita maka anak akan kehilangan masa untuk

toilet training, dimana anak dapat belajar cara menggunakan toilet. Sehingga

dikhawatirkan pada usia selanjutnya anak akan gagal toilet training atau sering

ngompol dan malas ke kamar mandi, dan sedikit banyak akan mempengaruhi

perkembangan kreativitas anak karena sudah terbiasa dengan hidup yang praktis.

2.1.5. Kriteria pemakaian diapers disposable

Kriteria pemakaian diapers disposable yang benar menurut (Purwatih,

2017)

1. Tiga jam sekali diapers disposable harus diganti.

2. Apabila diapers disposable sudah penuh diharuskan untuk diganti.

3. Diapers disposable digunakan saat berpergian saja atau saat jauh dari

toilet.

4. Sering sering di tengok. Kalau-kalau bayi anda tidak sekedar buang

air kecil tetapi buang air besar. Pasalnya diapers hanya mempunyai
14

kemampuan menyerap air dan bukan benda padat. Terlalu lama kulit

bayi terpapar feses, maka kemungkinan terjadinya iritasi semakin

besar. Selain itu, jangan terus-terusan selama 24 jam bayi

menggunaakan diapers, karena sirkulasi udara di area selangkangan

sangat penting.

2.2. Konsep Toilet Training

2.2.1. Pengertian Toilet Training

Toilet training adalah salah satu tahap perkembangan yang menantang

pada kehidupan awal anak dan salah satu tugas yang semua anak diharuskan dapat

berhasil menyelesaikannya untuk memenuhi tuntutan masyarakat berdasarkan

nilai dan norma yang berlaku, serta untuk mencapai kemandirian dan penghargaan

diri (Irmayanti, et al, 2020)

Toilet training dapat dimulai pada usia anak 18-24 bulan. Pelaksanaan

toilet training harus disesuaikan dengan kematangan perkembangan anak karena

toilet training membutuhkan persiapan dari berbagai aspek mulai dari fisik aitu

motorik, kognitif dan mental (Irmayanti, et al, 2020)

Toilet training adalah latihan menanamkan kebiasaan pada anak dalam

aktivitas buang air kecil dan buang air besar pada tempatnya (toilet) secara benar

dan teratur. Latihan ini dimulai pada saat anak berusia 15 bulan dan apabila

kurang dari 15 bulan anak dilatih melakukan toilet training maka akan

menimbulkan pengalaman traumatik pada anak. (Lase, 2018)


15

2.2.2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Kemampuan

Toilet Training

Ada beberapa kesiapan anak yang perlu dikaji baik kesiapan fisiologis

maupun kesiapan psikologis sebelum anak memulai Toilet training (Purwatih,

2017). Adapun kesiapan yang perlu dikaji adalah sebagai berikut :

1. Kesiapan Fisik meliputi kemampuan kontrol volunteer sfingter anal dan

uretral pada usia 18 sampai 24 bulan, mampu tidak mengompol selama 2 jam,

jumlah popok yang basah berkurang, tidak mengompol selama tidur siang,

ketrampilan motorik kasar (seperti duduk, berjalan, jongkok), kemampuan

motorik halus (membuka pakaian).

2. Kesiapan Mental meliputi mengenal rasa yang tiba-tiba datang untuk BAB

atau BAK, mampu berkomunikasi verbal atau nonverbal jika merasa ingin

berkemih dan defekasi, ketrampilan kognitif untuk menirukan perilaku yang

tepat dan mengikuti perintah.

3. Kesiapan Psikologis meliputi dapat duduk dan jongkok di toilet selama 5-10

menit tanpa berdiri dulu, mempunyai rasa penasaran dan rasa ingin tahu

terhadap kebiasaan orang dewasa dalam buang air, merasa tidak betah akibat

kondisi popok basah dan adanya benda padat di celana, dan ingin untuk

diganti segera.

4. Kesiapan orang tua meliputi mengenal tingkat kesiapan anak untuk berkemih

dan defekasi, tidak mengalami konflik atau stress keluarga yang berarti

(seperti perceraian), ada keinginan untuk meluangkan waktu yang di perlukan

untuk latihan, menstimulasi berkemih atau defekasi pada anaknya.


16

2.2.3. Teknik Toilet Training

Berikut ini beberapa tehnik yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam

melatih anak buang air kecil dan buang air besar setelah orang tua mengetahui

tanda-tanda kesiapan anak melakukan toilet training (Hidayat, 2019), yaitu :

1. Teknik Oral

Teknik oral merupakan usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan

instruksi pada anak dengan kata-kata sebelum dan sesudah buang air kecil

maupun besar. Cara ini kadang merupakan hal biasa yang di lakukan oleh orang

tua akan tetapi teknik lisan ini mempunyai nilai yang cukup besar dimana dengan

lisan ini persiapan psikologis pada anak akan semakin matang dan akhirnya anak

mampu dengan baik dalam melaksanakan buang air besar maupun kecil secara

mandiri.

2. Teknik Modeling

Teknik modeling merupakan suatu usaha untuk melatih anak dalam

melakukan buang air besar maupun kecil dengan cara memberi contoh untuk

buang air besar maupun kecil. Cara ini dilakukan dengan member contoh atau

membiasakan untuk buang air besar maupun kecil secara benar. Terdapat

beberapa hal yang harus dilakukan seperti melakukan observasi pada saat anak

ingin merasakan buang air besar maupun kecil, tempatkan anak diatas pispot atau

ajak anak ke kamar mandi. Biasakan anak ke toilet pada jam-jam tertentu

3. Teknik pemilihan tempat duduk

a. Tempat duduk berlubang (potty chair) untuk eliminasi yang tidak di

topang oleh benda lain memungkinkan anak merasa aman (Purwatih,

2017).
17

b. Tempat duduk portable yang di letakkan diatas toilet biasa, yang

memudahkan transisi dari kursi berlubang untuk eliminasi ke toilet biasa

dan menempatkan bangku panjang yang kecil di bawah kaki untuk

menstabilkan posisi anak (Purwatih, 2017).

c. Menempatkan kursi berlubang untuk eliminasi di kamar mandi dan

membiarkan anak mengamati ekskresinya ketika di bilas ke dalam toilet

untuk menghubungkan aktivitas ini dengan praktik yang biasanya

(Purwatih, 2017).

Menurut Penny (2018) dalam pengajaran toilet training memerlukan beberapa

tahapan :

1. Tahapan untuk BAK

a. Kenalkan istilah BAK (pis, pipis, dll) terutama saat anak selaesai

melakukan aktivitas tersebut.

b. Kenalkan si kecil dengan isi kamar mandi biarkan si kecil bereksplorasi.

c. Kenali tanda-tanda anak ingin BAK bisa di mulai dengan cara

membawanya ke toilet setiap 2-3 jam sekali.

2. Tahapan untuk BAB

a. Kenalkan istilah BAB (pup, eek, dll) terutama saat anak selesai melakukan

aktivitas tersebut.

b. Pastikan anak sudah bisa duduk dengan baik tetapi tetap di pegang selama

proses berlangsung.

c. Peluk anak saat berlangsungnya BAB tapi jangan terlalu erat hanya untuk

memastikan bahwa anak aman, dan pelukan dapat memberikan

kenyamanan dan ketenangan anak.


18

d. Ajak anak menyanyi, cara ini efektif dalam mengurangi tingkat kecemasan

anak saat melakukan proses toilet training.

e. Ketika anak mulai merasa bosan turuti keinginannya dan jangan

memaksakan anak karena akan menggagalkan proses BAB.

f. Dalam proses membersihkan kotoran BAB maupun BAK anak akan lebih

cenderung merebut gayung atau selang sehingga ibu perlu kesabaran,

kemudian pelan-pelan basuh dubur anak dan melihat mata anak sambil

menjelaskan bahwa itu kotoran yang harus di buang dan di bersihkan.

g. Berikan penghargaan atau pujian setiap anak selesai melakukan aktivitas.

2.2.4. Keuntungan Toilet Training

Warga (2017), menyatakan seorang anak yang berhasil melakukan Toilet

Training memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut :

a. Anak memiliki kemampuan mengontrol BAB dan BAK.

b. Anak memiliki kemmapuan menggunakan toilet pada saat ingin BAK atau

BAB.

c. Toilet training menjadi awal kemandirian anak secara nyata sebab anak sudah

bisa melakukan sendiri hal-hal seperi BAB dan BAK.

d. Toilet training membuat anak dapat mengetahui bagian-bagian tubuh serta

fungsinya.

2.2.5. Manfaat Toilet Training.

Toilet training tidak hanya bermanfaat untuk melatih anak menggunakan

toilet. Menurut Kemdikbud, (2019) ada beberapa manfaat positif toilet training

yang dapat muncul bagi anak. Manfaat tersebut antara lain:


19

1. Kemandirian Semakin Terasah

Salah satu manfaat yang jelas terasa ketika melatih anak ke toilet yaitu anak

semakin mandiri dalam melakukan sesuatu. Ayah-Bunda cukup memberikan

contoh yang benar. Setelah itu biarkan anak mencobanya sendiri sembari kita

dampingi.

2. Belajar Bertanggung Jawab Terhadap Dirinya

Membiarkan anak belajar menggunakan toilet dapat pula berpengaruh

terhadap rasa tanggung jawab dalam dirinya. Anak belajar bertanggung jawab

untuk membersihkan toilet usai digunakan, mengisi air di toilet dan

bertanggung jawab atas kebersihan dirinya usai menggunakan toilet. Maka

mengajarkan ank menggunakan toilet dengan benar adalah kewajiban mutlak

bagi orangtua.

3. Memupuk Rasa Percaya Diri

Saat diberi kesempatan melakukan sesuatu hal dengan kemauan sendiri,

seorang anak akan merasa bahwa orangtuanya percaya bahwa dia mampu

melakukannya. Demikian pula ketika anak belajar menggunakan toilet

sendiri. Mulai dari melepas pakaian, membersihkan diri hingga

membersihkan toilet usai digunakan membuat rasa percaya dirinya semakin

meningkat. Jangan lupa Ayah-Bunda berikan pujian jika anak mampu

melakukanya dengan baik dan benar.

4. Melatih kedisiplinan

Melatih anak menggunakan toilet awalnya tentu tidak mudah. Meskipun anak

sudah mampu berbicara, belum tentu sepenuhnya anak selalu memberi tahu

jika ingin ke toilet. Sesekali pasti anak akan mengompol..


20

2.2.6 Dampak Kegagalan Toilet Training

Menurut Hidayat (2019), dampak yang mungkin timbul apabila anak gagal

dalam toilet training adalah rasa iri, dimana perasaan ini timbul bila seorang anak

merasa takut akan kehilangan suesuatu dan anak akan berusaha menarik perhatian

orang tua.

Pembelajaran terlalu dini akan membuat anak takut kepada orang tua dan

selalu agar tidak di marahi dengan menjadi sangat bersih, sangat rapi dan penurut

atau bahkan sebaliknya. Kegagalan tugas toilet training menyisakan konflik yang

menimbulkan kepribadian anal-retentif yaitu bersifat obsesif, berpandangan

sempit, dan juga pelit atau menimbulkan kepribadian yang tidak rapi dan kurang

pengendalian diri.

2.3 Konsep Anak Balita

2.3.1 Pengertian Balita

Usia balita atau yang biasa disebut “the golden age” atau masa keemasan

yaitu masa dimana pada tahun pertama anak merupakan tahap penting dalam

perkembangannya, pada masa ini perkembangan kemapuan anak dalam

berbahasa, beraktivitas, kesadaran sosial, emosional berjalan sangat cepat dan

juga merupakan landasan untuk perkembangan selanjutnya. (Lase, 2018)

Anak bawah lima tahun atau sering disingkat anak balita adalah anak yang

berusia diatas satu tahun atau dibawah lima tahun atau dengan perhitungan bulan

12-59 bulan (Kemenkes RI 2016).

2.3.2. Karakteristik Balita

Balita mempunyai karakteristik yang digolongkan menjadi dua yaitu anak

usia 1-3 tahun yang disebut batita dan anak usia prasekolah (Kemenkes RI 2016).
21

Menurut Sufyanti (2019), balita adalah anak berusia 12-59 bulan dimana masa ini

yang paling penting untuk pertumbuhan intelektual dan perkembangan

kepandaian anak.

Anak usia di bawah lima tahun merupakan masa pertumbuhan fisik yang

cepat, sehingga memerlukan kebutuhan gizi yang paling banyak dibanding masa-

masa berikutnya. Anak akan mudah mengalami gizi kurang di usia ini apabila

kebutuhan nutrisi tidak ditangani dengan baik (Ningsih et al. 2016).

2.3.3. Tahap Kemampuan Toilet Training Pada Anak Balita

Salah satu tahap tumbuh kembang anak terdiri dari beberapa tahapan dan

tiap tahap mempunyai ciri tersendiri. Salah satu tahap tumbuh kembang anak

adalah balita yaitu usia 1-5 tahun anak harus mampu melakukan toilet training

secara mandiri. Menurut Purwatih (2017) :

1. Kemampuan Toilet training yang harus di capai anak usia balita :

a. Anak mampu menunjukkan keinginan untuk buang air kecil dan buang air

besar.

b. Anak dapat jongkok dan duduk tenang kurang lebih 2-5 menit.

c. Anak dapat merasakan tidak nyaman bila mengenakan popok sekali pakai

yang basah.

d. Anak mampu di ajak bekerjasama saat orang tua mengajari buang air besar

atau kecil.

2. Kemampuan Toilet training yang harus dicapai anak usia 5 tahun :

a. Anak dapat memberitahu bila ingin buang air besar atau buang air kecil.

b. Anak dapat menaikkan dan menurunkan celananya sendiri.


22

c. Anak menunjukkan keinginan dan perhatian terhadap kebiasaan kamar

mandi.

d. Anak dapat jongkok dan duduk tenang lebih dari 5 menit.

e. Anak memulai kemampuan mencontoh dan meniru tindakan orang lain.

f. Anak menunjukkan sikap mandiri.


23

2.4. Kerangka Teori


Balita adalah anak yang
berusia diatas satu tahun Diapers Dispossible dengan
atau dibawah lima tahun keberhasilan Toilet Training di Gambar 2.1
atau dengan perhitungan PAUD Mawar Kecamatan
bulan 12-59 bulan Medan Area tahun 2021

Faktor Predisposisi Faktor Pendukung Faktor Pendorong


Banyaknya toko yang Sikap dan kebiasaan
Pengetahuan
menjual diapers Ibu
Tingkat pendidikan Pengaruh lingkungan
disposable
Pekerjaan Iklan diapers disposable masyarakat
Tingkat sosial ekonomi

Diapers disposable

Faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan Hasil yang diharapkan :
toilet training
Kesiapan fisik Diapers disposable
Kesiapan mental menyebabkan keberhasilan
Kesiapan
Hidayat psikologis
(2019), Kemenkes RI (2016), Purwatih (2017).toilet training terganggu
Kesiapan mental
24

2.5. Kerangka Konsep

Kerangka Konsep adalah alur penelitian yang memperlihatkan variabel-

variabel yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi. atau dengan kata lain dalam

kerangka konsep akan terlihat faktor-faktor yang terdapat dalam variabel

penelitian .

Variabel Independen Variabel Dependen

Diapers Disposable Keberhasilan Toilet


Training

Gambar 2.2 kerangka konsep penelitian.

2.6. Hipotesis Penelitian

Ha : Ada hubungan antara diapers disposable dengan keberhasilan toilet

training pada balita di PAUD Mawar Kecamatan Medan Area Kota

Medan Tahun 2021


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelasional yang

dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan penggunaan diapers

disposable terhadap keberhasilan toilet training di Paud Mawar Kecamatan Medan

Area, dengan pendekatan penelitian cross sectional yaitu suatu penelitian dimana

variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama

Notoadmojo (2014), dengan kata lain penelitian ini untuk melihat hubungan

antara variabel-variabel yaitu variabel dependen dengan variabel independen

dengan mengidentifikasi apakah ada Hubungan Diapers Disposable Terhadap

Keberhasilan Toilet Training pada Balita Usia (1-4 Tahun) di PAUD Mawar

Kecamatan Medan Area Kota Medan Tahun 2021.

3.2. Waktu Dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2021 hingga Mei 2021 di

PAUD Mawar Kecamatan Medan Area Kota Medan.

3.3. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua Ibu yang memiliki anak balita (1-4

Tahun) dan menggunakan diapers disposable di PAUD Mawar Kecamatan

Medan Area Kota Medan yang berjumlah 37 orang.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili keseluruhan

populasi (Notoatmodjo, 2015). Sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik

25
26

sampling jenuh yaitu tehnik pengambilan sampel sama dengan populasi karena

populasi yang digunakan relatif kecil. (Sugiono, 2016).

Menurut (Sugiono, 2016) alasan mengambil sampling jenuh karena jumlah

populasi yang kurang dari 100 maka seluruh populasi dijadikan sampel penelitian.

Total sampel sebanyak 37 orang.

a. Kriteria sampel

1. Kriteria inklusi yaitu suatu karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target bisa terpenuhi dan bisa diteliti (Nursalam, 2016)

a. Ibu yang memiliki anak balita berusia (1-4 tahun) yang bersedia

menjadi responden di PAUD Mawar

b. Ibu yang memiliki anak balita berusia (1-4 tahun) yang

menggunakan diapers disposable

c. Ibu yang memiliki anak balita berusia (1-4 tahun) yang mengalami

gangguan toilet training

2. Kriteria eksklusi yaitu mengeluarkan atau menghilangkan

a. Ibu yang memiliki anak balita berusia (1-4 tahun) yang tidak

bersedia menjadi responden

b. Ibu yang memiliki anak balita berusia (1-4 tahun) yang tidak

menggunakan diapers disposable

3.4. Variabel, Defenisi Operasional, dan Aspek Pengukuran

3.4.1. Variabel Penelitian

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok

yang berbeda dengan yang dimiliki oleh sekelompok lain. Defenisi lain

mengatakan bahwa variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau
27

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu

konsep pengertian tertentu (Notoatmojo, 2014).

Dalam penelitian ini ada 2 jenis variabel yaitu variabel independen (variabel

bebas) dan variabel dependen (variabel terikat).

1. Variabel Independen (bebas)

Variabel ini sering disebut stimulus, input, prediktor, dan atecendent. Atau

variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat.

Adapun variabel independen dari penelitian ini adalah diapers disposable .

2. Variabel Dependen (terikat)

Variabel ini sering disebut variabel respon, ouput, kriteria, konsekuensi.

Variabel terikat merupakan variabel dipengaruhi atau menjadi akibat karena

adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah

keberhasilan toilet training.

3.4.2. Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu

variabel dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun

memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.

(Pinton, et al, 2020)


28

Tabel 3.1
Defenisi Operational
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1 Independen Menggunaan alat berupa popok Kuisioner 0 : Tidak rutin Nominal
diapers sekali pakai berdaya serap tinggi Jika jumlah skor <20 pada
disposable yang terbuat dari plastik dan kuisioner
campuran bahan kimia untuk 1 : Rutin
menampung sisa-sisa metabolisme Jika jumlah skor 20 pada
seperti air seni dan feses kuisioner

2 Dependen Mampu melakukan toilet training Kuisioner 0 : Tidak berhasil Nominal


Keberhasilan dan sudah mampu melakukan Jika jumlah skor <20 pada
Toilet Training kebersihan diri serta mengontrol rasa kuisioner
ingin BAB dan BAK secara mandiri. 1 : Berhasil
Jika jumlah skor 20 pada
kuisioner
29

3.4.3. Aspek Pengukuran

1. Pengukuran diapers disposbale

Alat ukur : Kuesioner

Skala ukur : Nominal

Aspek pengukuran diapers disposable menggunakan skala Likert. Bila dari

kuesioner responden menjawab “Selalu” maka diberi nilai 4, bila responden

menjawab “Sering” maka diberi nilai 3, bila responden menjawab “Jarang” diberi

nilai 2, bila responden menjawab “Tidak pernah” maka diberi nilai 1.

2. Pengukuran keberhasilan toilet training

Alat ukur : Kuesioner

Skala ukur : Nominal

Aspek pengukuran keberhasilan toilet training menggunakan skala Likert Bila

dari kuesioner responden menjawab “Selalu” maka diberi nilai 4, bila responden

menjawab “Sering” maka diberi nilai 3, bila responden menjawab “Jarang” diberi

nilai 2, bila responden menjawab “Tidak pernah” maka diberi nilai 1.

3.5. Instrument Penelitian

Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data instrument penelitian (alat bantu) yang digunakan dalam

penelitian ini adalah berupa kuesioner (daftar pernyataan) (Notoatmodjo, 2014).

Kuesioner adalah daftar penyataan tertulis yang diberikan kepada subjek

yang diteliti untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan peneliti. Kuesioner

yang digunakan dalam penelitian diapers disposable adalah bentuk kuesioner

tertutup sehingga responden hanya perlu memberikan jawaban dengan memilih

salah satu jawaban dengan jawaban yang tersedia.


30

Instrument dalam penelitian ini antara lain adalah :

1. Data Demografi Ibu dan Anak.

2. Variabel independen : dengan instrument kuesioner yang isinya lama

tidaknya pemakaian disposable diapers pada balita di PAUD Mawar

Kecamatan Medan Area Kota Medan

3. Variabel dependen : dengan instrument kuesioner yang isinya kemampuan

toilet training pada anak usia pra sekolah di PAUD Mawar Kecamatan

Medan Area Kota Medan.

3.6. Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan data dilakukan dengan menggunakan

kuisioner untuk menilai diapers disposable dan keberhasilan toilet training .

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan :

1. Data Primer

Data primer datanya diambil langsung dari responden. Data primer dilakukan

dengan mengisi kuesioner yang berbentuk pernyataan yang diberikan kepada

orang tua anak balita yang menjadi sampel.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapati oleh peneliti berdasarkan sumber

lain (Notoatmodjo, 2014). Data sekunder didapatkan dari PAUD Mawar

Kecamatan Medan Area Kota Medan Tahun 2021.

3.7. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh

seorang peneliti secara teratur dan sistematis untuk mencapai tujuan-tujuan

penelitian, antara lain:


31

1. Peneliti mengurus surat izin meneliti di Institut Kesehatan Deli Husada

Delitua kemudian mengajukan surat izin meneliti tersebut ke PAUD Mawar

Kecamatan Medan Area Kota Medan. Setelah mendapat surat balasan peneliti

kemudian melakukan penelitian.

2. Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat serta prosedur penelitian kepada

calon responden.

3. Peneliti mengkaji diapers diposable dengan keberhasilan toilet training pada

balita.

3.8. Kode Etik Penelitian

Peneliti melakukan penelitian dengan memperhatikan masalah etika penelitian

antara lain sebagai berikut :

1. Informed consent, saat pengambilan sampel terlebih dahulu peneliti meminta

izin kepada responden secara lisan atas ketersediaannya menjadi responden.

2. Anonymity (tanpa nama) pada lembar persetujuan maupun lembar pernyataan

wawancara tidak akan menuliskan nama responden tapi hanya member

symbol saja.

3. Confidentiality (kerahasiaan) pembenaran informasi oleh responden tidak akan

disebarluaskan kepada orang lain tanpa seizin responden (Nursalam, 2014).

3.9. Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2014), data yang terkumpul diolah dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

1. Editing

Hasil yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit)

terlebih dahulu.
32

2. Coding

Setelah semua kuesioner diedit, selanjutnya dilakukan pengkodean atau

coding yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data

angka atau bilangan.

3. Entry Data

Jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode

kedalam program atau computer.

4. Cleaning

Apabila semua data dari sikap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan

adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya,

kemudian dilakukan pembersihan ( data cleaning).

3.10. Metode Analisisa Data

1. Analisa Unvariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik populasi dan hasil deskriptif melalui frekuensi distribusi dari

variabel dependen dan variabel independen yaitu diapers disposable dengan

keberhasilan toilet training. Pada penelitian ini analisa univariat berguna untuk

menganalisa data demografi. (Notoatmodjo, 2012).

2. Analisa Bivariat

Analisis data bivariat adalah suatu prosedur untuk menganalisis hubungan

antara dua variabel. Untuk melihat hubungan antara variabel independen

(diapers disposable) dengan variabel dependen (Keberhasilan Toilet Training).

Berdasarkan karakteristik data tersebut maka uji statistic menggunakan uji


33

Chi-Square dengan tingkat kepercayaan CI : 95% ( = 0,05). Bila p > 0,05

maka ada hubungan diapers disposable dengan keberhasilan toilet training di

PAUD Mawar Kecamatan Medan Area Kota Medan tahun 2021. Selanjutnya

dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi.


DAFTAR PUSTAKA

Abror, R. B. (2018) Hubungan Penggunaan Diapers Dengn Kemampuan


Toileting Pada Anak. Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

34
LAMPIRAN 1

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth. Calon Responden
Di Tempat
Dengan Hormat,

Saya yang bertandatangan dibawah ini adalah mahasiswa Progam Studi


Ilmu Keperawatan INSTITUT KESEHATAN DEI HUSADA DELI TUA,

Nama : Danti Aufa Wiladah


NPM : 17.11.030

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Diapers Disposible


dengan Keberhasilan Toilet Training Pada Balita Usia (1-4 Tahun) di PAUD
Mawar Kecamatan Medan Area Kota Medan Tahun 2021”. Sehubungan dengan
judul penelitian diatas, data yang diperoleh dari penelitian akan sangat bermanfaat
bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Untuk kepentingan tersebut peneliti
memohon anda untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang saya ajukan
dengan jujur. Semua data yang dikumpulkan akan dirahasiakan.
Atas perhatian, kerjasama dan kesediaan dalam partisipasi sebagai
responden dalam penelitian ini, saya menyampaikan terimakasih dan berharap
informasi anda akan berguna, khususnya dalam penelitian ini.
Hormat saya

Danti Aufa Wiladah


LAMPIRAN 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(Informed consent)

Yang bertanda tangan di bawah ini saya :


Nama :………………………………
Umur :………………………………
Alamat:………………………………

Saya menyatakan untuk turut berpartisipasi sebagai responden peneliti yang


dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Institut Kesehatan
DELI HUSADA Delitua yang bernama Danti Aufa Wiladah dengan judul
“Hubungan Diapers Disposable dengan Keberhasilan Toilet Training Pada Balita
Usia (1-4 Tahun) di PAUD Mawar Medan Area Kota Medan Tahun 2021”

Tujuan peneliti ini adalah untuk mengetahui bagaimana Hubungan


Diapers Disposable Dengan Keberhasilan Toilet Training Pada Balita Di PAUD
Mawar Kecamatan Medan Area Kota Medan Tahun 2021.

Saya berharap jawaban yang saya berikan dapat bermanfaat untuk peneliti ini,
jawaban saya tidak mengandung unsur paksaan dari pihak manapun.

Medan

Responden Peneliti

.......................... ..........................
LAMPIRAN 3

LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN DIAPERS DISPOSABLE DENGAN
KEBERHASILAN TOILET TRAINING

Petunjuk :
 Bacalah pertanyaan dengan baik dan teliti sebelum anda menjawab
 Pilih salah satu jawaban benar atau salah dengan memberikan tanda (√ ) pada
kolom yang sesuai dengan jawaban ibu.
 Untuk melancarkan penelitian ini, mohon isilah jawaban sesuai dengan apa
yang anda rasakan, tidak perlu bertanya dengan orang lain, jawab dengan
jujur apa adanya
 Kerahasiaan anda tetap kami jaga

1. Inisial Orang Tua : ………........................................

2. Usia anak : ………........................................ Tahun

3. Anak keberapa : ……….........................................

4. Apakah anak memakai pempers? ………...............................

 Jika iya sejak usia berapa ? ………...............................................

5. Umur ibu

 20-30 tahun

 31-40 tahun

 41-50 tahun

6. Jenis kelamin anak

 Laki-laki
 Perempuan
LEMBAR KUESIONER
KEBERHASILAN TOILET TRAINING

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan memberikan tanda (√) pada
salah satu kolom yang telah disediakan :

SL : Selalu
S : Sering
J : Jarang
TP : Tidak Pernah

NO Pernyataan SL S J TP
1. Anak ibu selalu mengatakan jika ingin BAB
atau BAK
2. Anak ibu mempunyai kebiasaan diam /
sembunyi jika ingin BAB
3. Anak ibu mempunyai kebiasaan mengompol
ketika tidur malam
4. Ibu memakaikan celana yang mudah di lepas
5. Anak ibu mampu secara mandiri melepas dan
memakai celana
6. Anak ibu jika ingin BAB dan BAK pergi ke
kamar mandi
7. Anak ibu dapat BAB dan BAK di tempat
terbuka selain di kamar mandi
8. Anak ibu mampu menahan BAB dan BAK
9. Anak ibu mampu jongkok selama lebih dari 5
menit
10. Anak ibu selalu minta antar jika pergi ke
kamar mandi

Sumber : (Purwatih, 2017)


LEMBAR KUESIONER
DISPOSABLE DIAPERS

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan memberikan tanda (√) pada
salah satu kolom yang suak disediakan :

SL : Selalu
S : Sering
J : Jarang
TP : Tidak Pernah

No Pernyataan SL S J TP
1. Anak ibu memakai popok setiap hari
2. Anak ibu memakai popok setiap siang hari
3. Anak ibu memakai popok dalam waktu yang
lama disiang hari lebih dari 6 jam
4 Anak ibu memakai popok saat anak tidur
dimalam hari
5 Anak ibu memakai popok saat bepergian
6. Anak ibu memakai popok lebih dari 3 buah
sehari
7 Ibu selalu mengganti popok selama 5 jam
sekali
8. Ibu selalu mengganti popok anak saat anak
selesai BAB
9. Ibu mengganti popok jika terlihat sudah terisi
penuh.
10. Ibu memeriksa popok anak secara rutin
Sumber : (Apriyani, 2019)

Anda mungkin juga menyukai