PROPOSAL
OLEH:
DANTI AUFA WILADAH
17.11.030
PROPOSAL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan
Institut Kesehatan Deli Husada Delitua
OLEH:
DANTI AUFA WILADAH
17.11.030
PROPOSAL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan
Institut Kesehatan Deli Husada Delitua
OLEH:
DANTI AUFA WILADAH
17.11.030
Oleh
Dosen Pembimbing
Diketahui,
Dekan Fakultas Keperawatan
i
LEMBAR PENGESAHAN
Training pada Balita (1-4 Tahun) di PAUD Mawar Kecamatan Medan Area
Dosen Penguji I
(Ns. Meta Rosaulina, S.Kep., M.Kep) (Bd. Peny Ariani, SST., M.Keb)
NPP. 19800426.201411.2.002 NPP. 19890614.200108.2.002
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
Balita di PAUD Mawar Kecamatan Medan Area Kota Medan Tahun 2021”.
dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena
4. Ns. Meta Rosaulina, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Jurusan Program Studi
5. Ns. Nur Mala Sari, SST., M.Kes selaku Dosen Pembimbing saya yang telah
ini.
iii
6. Ns. Meta Rosaulina, S.Kep., M.Kep dosen penguji 2 dan Bd. Peny Ariani,
SST., M.Keb dosen penguji 3 yang sudah banyak memberikan arahan dan
7. Ns. Zuliawati, S.Kep, M.Kep selaku wali tingkat yang telah banyak
8. Seluruh staf dosen Institut Kesehatan Deli Husada Delitua yang telah
dari awal hingga akhir. Terimakasih untuk semua motivasi dan dukungan
segala cinta dan kasih yang telah diberikan selama proses pendidikan
9. Teristimewa kepada kedua orang tua saya yang sangat saya cintai,
Ayahanda M. Hamdani, Ibu Sri Supianti, dan Adik saya M. Fahri Raisya
selesai.
10. Terkhusus untuk Nugraha Pratama yang telah membantu doa dan
11. Sahabat saya Dipya, Desmita, Putri, Sulis, Wiwik, dan Tiwi yang telah
Angkatan XVI yang tidak dapat diucapkan satu per satu yang telah banyak
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sangat membangun demi kesempurnaan dimasa yang akan datang akhir kata
iv
dapat bermanfaat nantinya bagi profesi keperawatan khususnya dan masyarakat
semua.
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
Agama : Islam
II. PENDIDIKAN
DELITUA
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................vi
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................6
1.3. Tujuan Penelitian.........................................................................................6
1.3.1. Tujuan Umum......................................................................................6
1.3.2. Tujuan Khusus.....................................................................................6
1.4. Manfaat Penelitian.......................................................................................6
1.4.1. Bagi Peneliti.........................................................................................6
1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan...............................................7
1.4.3. Bagi Orang Tua....................................................................................7
1.4.4. Bagi Pendidik PAUD...........................................................................7
vii
2.2.4. Keuntungan Toilet Training................................................................18
2.2.5. Manfaat Toilet Training.......................................................................18
2.2.6. Dampak Kegagalan Toilet Training....................................................20
2.3. Konsep Balita..............................................................................................20
2.3.1. Pengertian Balita..................................................................................20
2.3.2. Karakteristik Balita..............................................................................20
2.3.3. Tahap Kemampuan Toilet Training pada Balita.................................21
2.4. Kerangka Teori............................................................................................23
2.5. Kerangka Konsep........................................................................................24
2.6. Hipotesis Penelitian.....................................................................................24
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar
mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar. Pada
toilet training selain melatih anak dalam mengontrol buang air kecil dan buang air
besar juga dapat bermanfaat dalam pendidikan seks sebab saat anak melakukan
kegiatan tersebut disitu anak akan mempelajari anatomi tubuhnya sendiri serta
peran orang tua sedemikian rupa untuk mengajarkan toilet training yang di mulai
sejak usia 1-5 tahun. Pada saat usia tersebut, anak harus mampu melakukan toilet
training. Jika anak tidak mampu melakukan toilet training anak akan mengalami
hambatan. Pada usia balita anak merasa sudah mampu mengatur keperluannya
untuk mengatur keperluannya untuk buang air kecil (BAK) dan buang air besar
(BAB) bila anak diajarkan lebih dari usia 5 tahun di khawatirkan akan susah
mengubah perilaku anak. Bila usia anak sudah lebih dari 5 tahun belum mampu
mengompol yang sulit hilang, tidak dapat mengendalikan buang air kecil dan
buang air besar sehingga kondisi psikologis anak merasa malu dengan teman-
Lebih dari 50 juta anak-anak di seluruh dunia berusia 5–15 tahun masih
mengompol. Satu dari empat anak tetap mengompol saat usia mereka 3,5 tahun.
Sedangkan pada usia 5 tahun, satu dari lima anak masih ngompol di tempat tidur
dan pada usia 6 tahun turun menjadi satu dari 10 anak. Biasanya enuresis akan
1
2
berhenti ketika anak mencapai usia pubertas. Anak laki-laki lebih banyak yang
masa kanak-kanak karena orang cenderung untuk tidak berbicara tentang hal itu di
Kejadian Enuresis (mengompol) lebih besar pada anak laki-laki yaitu 60%
dan anak perempuan 40%. Penelitian pada anak 10.960 anak di Amerika ,
(mengompol) pada usia 5 tahun akan menurun menjadi 5% sampai pada usia 10
perubahan kebiasaan pemakaian popok (diapering habits) yang saat ini cenderung
lebih banyak pemakaian popok sekali pakai (diapers disposable) dengan daya
serap yang tinggi (disposable absorbent diapers) daripada popok kain (cloth
4 buah diapers per hari, 1500 diapers per tahun, dan 3796 diapers sepanjang
tahunnya seorang bayi menghabiskan sekitar 1.500 diapers (Amallia et al., 2020).
memiliki kebiasaan BAB (Buang Air Besar) sembarangan pada usia 7 tahun
dimana hal ini disebabkan karena kegagalan toilet training. Selain itu di
3
sekitar 1,3% anak laki-laki serta 0,3% untuk anak perempuan. Berdasarkan hal
tersebut menggambarkan bahwa toilet training pada anak balita menjadi hal yang
penting dilakukan.
5% anak usia10 tahun, hampir 2% anak usia 12-14 tahun, dan 1% anak usia 18
tahun masih mengompol. Pada umumnya anak berhenti mengompol sejak usia 2,5
tahun. Pada anak usia 3 tahun, 75% anak telah bebas mengompol siang dan
malam hari. Pada usia 5 tahun, sekitar 10-15% anak masih mengompol paling
tidak satu kali dalam seminggu. Pada usia 10 tahun masih ada sekitar 7%, sedang
pada usia 15 tahun hanya sekitar 1% anak yang masih mengompol (Ratnaningsih
Anak Usia Balita di Indonesia diperkirakan mencapai 30% dari 250 juta
diperkirakan jumlah balita yang susah mengontrol BAB dan BAK di usia sampai
balita mencapai 75 juta anak. Fenomena ini dipicu karena banyak hal, infisalah
satunya adalah pemakaian popok sekali pakai, pengetahuan ibu yang kurang
tentang melatih anak BAB dan BAK, hadirnya saudara baru dan masih banyak
toilet training. Keterlambatan tersebut disebabkan anak merasa bahwa tidak perlu
mulai tertarik untuk melakukan toilet training pada usia 3 tahun, bahkan pada
beberapa kasus anak mulai belajar toilet training pada usia 7 tahun (Uyun, Arifah
and W, 2016).
Menurut Hidayat (2016), dampak yang mungkin timbul apabila anak gagal
dalam toilet training adalah rasa iri, dimana perasaan ini timbul bila seorang anak
merasa takut akan kehilangan suesuatu dan anak akan berusaha menarik perhatian
popok terbesar nomor tiga setelah India dan China. Pada bayi dengan rentang umr
0-2 tahun, sekitar 12 juta buah popok dipakai setiap tahunnya di Indonesia.
(Richer, 2017)
Berdasarkan survey cepat di Jawa Timur pada tahun 2018 peran orang tua
dalam mengajarkan anak toilet training pada balita masih kurang hal ini di
tunjukkan dengan angka 20% orang tua yang mengajarkan toilet training pada
balita yang tepat dan sesuai dengan usia dan juga didapatkan data jumlah anak
usia toddler (1-3 tahun) sebanyak 134 anak. Anak yang berhasil menjalankan
toilet training 15% dan 85% gagal dalam menjalankan toilet training, sedangkan
anak usia pra sekolah (4-5 tahun) anak yang berhasil menjalankan toilet training
25% dan 75% anak gagal dalam menjalankan toilet training. (Purwatih, 2017)
Pada tahun 2017 anak usia toddler (1-3 tahun) sebanyak 123 anak. Anak
yang berhasil menjalankan toilet training 25% dan 75% gagal dalam menjalankan
toilet training. pada anak usia pra sekolah (4-5 tahun) anak yang berhasil
menjalankan toilet training 40% dan 60% gagal menjalankan toilet training
Angka penggunaan popok sekali pakai di Jawa Timur tahun 2015 dari
sekali pakai dan sisanya yang tidak memakai 816.293 (33,01%) ini karena alasan
mengalami peningkatan tahun 2017 sebanyak (7,1%) dari jumlah balita kurang
Tahun 2016 jumlah anak usia balita Sumatera Utara yaitu 1.244.256 jiwa
dimana pada tahun 2019 jumla balita di sumatera utara menjadi 1.501.845 jiwa
kebutuhannya dalam setahun mencapai sekitar 1500 diapers setahun. Dalam usia
dua tahun setengah seorang bayi membutuhkan 3796 diapers yang siap dilepas ke
mencapai 85%, dan diperkirakan penggunaan popok bayi di Indonesia akan terus
meningkat seiring dengan angka kelahiran bayi yang juga terus bertambah.
Dari hasil survey awal di PAUD Mawar Kecamatan Medan Area Kota
Medan, didapatkan jumlah anak-anak dengan usia 1-5 tahun (balita) yakni
sebanyak 50 anak. Berdasarkan informasi dan data dari guru serta kepala sekolah
Training pada Balita di PAUD Mawar Kecamatan Medan Area Kota Medan
Tahun 2021.”
keberhasilan toilet training pada balita di PAUD Mawar Kecamatan Medan Area
Kota Medan.
toilet training pada balita di PAUD Mawar Kecamatan Medan Area Kota
Medan.
Dengan adanya penelitian ini dapat menambah informasi bagi orang tua
Diapers disposable ialah popok sekali pakai yang berdaya serap besar yang
dibuat dari plastik serta kombinasi bahan kimia yang berfungsi untuk menampung
sisa-sisa metabolisme seperti air seni serta feses (Amallia et al., 2020)
Anak-anak yang terbiasa dari bayi hingga agak besar menggunakan diapers, akan
mengalami beberapa perbedaan dari anak-anak lainnya, tentu saja jika diapers itu
di pakai setiap saat, bukan pada saat-saat tidak berdekatan dengan toilet saja atau
Diapers merupakan alat yang berupa popok sekali pakai berdaya serap
tinggi yang terbuat dari plastik dan campuran bahan kimia untuk menampung
Menurut (Irmayanti, et al, 2020), secara umum ada 2 jenis popok, antara lain :
dan menahan cairan dalam rentang waktu tertentu sehingga anak dapat
8
9
Popok sekali pakai terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan pertama atau
lapisan atas (top layer) yang terbuat dari material polymer yaitu
dilanjutkan ke bagian lapisan inti dan untuk mencegah kulit bayi agar
tidak basah. Lapisan kedua adalah lapisan inti (diaper core layer) yang
mengandung bubur kertas yang terbuat dari material cellulose dan super
ini tahan air. Sejak tahun 2011, berat dari popok sekali pakai menjadi lebih
ringan yaitu dari 64,2 gram menjadi 36,3 gram. Meskipun terdapat
dicuci. Bahan dasar dari popok kain dapat berupa kain katun, namun saat
ini popok kain juga dibuat dengan kain microfilament seperti microfleece
keberhasilan toilet training sebesar 4,6 kali daripada anak balita yang
1. Faktor prediposisi
a. Pengetahuan
berhubungan erat dengan pengetahuan ibu tentang toilet training pada anak.
Pengetahuan ibu yang rendah mengenai dampak dari penggunaan diapers pada
anak ini akan berpengaruh pada perkembangan anak dalam toilet training.
Semakin tinggi pengetahuan ibu tentang dampak dari penggunaan diapers pada
anaknya semakin baik pula pengetahuan ibu tentang toilet training pada anaknya,
dimana apabila anak tidak memakai diapers maka anak akan melalui masa toilet
training nya.
b. Tingkat pendidikan
berpengaruh dalam hal penggunaan diapers pada anak usia balita. Pendidikan
akan memberikan dampak pada pola pikir dan poandangan ibu dalam penggunaan
c. Pekerjaan
pada anak. Pekerjaan ibu yang menyita waktu untuk anak dalam melakukan
Rata-rata masyarakat atau keluarga dengan tingkat sosial ekonomi yang cukup
baik akan lebih memilih menggunakan diapers pada anaknya karena kelebihan
2. Faktor pendukung
Diapers disposable bukan lagi suatu hal yang sulit didapat karena sudah
banyak dijual misyalnya toko, pasar swalayan, atau supermarket yang menjual
diapers disposable, jadi diapers disposable bisa didapat dimana saja dan kapan
saja terutama di kota-kota besar sehingga ini menjadi alasan ibu menggunakan
harga yang relatif murah. Ini menjadi salah satu alasan ibu menggunakan diapers
3. Faktor pendorong
didasarkan pada cara dia memberikan penilaian terhadap objek tertentu yang
berguna ataupun tidak bagi dirinya. Sikap dan kebiasaan ibu yang hidup penuh
dengan serba praktis dan tidak mau repot ini akan berpengaruh dengan
diapers disposable pada anak, dimana ibu akan memperhatikan lingkungan sekitar
apakah anak usia balita di sekitarnya masih menggunakan diapers disposable atau
yang terkait langsung dengan penggunaan diapers disposable tersebut adalah cara
berjalan anak sedikit mengangkang atau kakinya tidak bisa merapat. Pada kulit
hambatan dari segi sebab-akibat yaitu apabila anak buang air kecil dicelana
akibatnya celananya basah ini merupakan pelajaran logika hidup yang pertama
dan kemampuan berlogika akan digunakan sampai anak dewasa. Dari segi
13
mengalami kesulitan yang levelnya setingkat diatas anak-anak lainnya yang tidak
dengan tuntutan lingkungan, dan dampaknya akan panjang sampai anak dewasa.
Anak menjadi kurang sensitif dengan lingkungan sekitar dan percaya diriyang
dalam jangka panjang pada usia balita maka anak akan kehilangan masa untuk
toilet training, dimana anak dapat belajar cara menggunakan toilet. Sehingga
dikhawatirkan pada usia selanjutnya anak akan gagal toilet training atau sering
ngompol dan malas ke kamar mandi, dan sedikit banyak akan mempengaruhi
perkembangan kreativitas anak karena sudah terbiasa dengan hidup yang praktis.
2017)
3. Diapers disposable digunakan saat berpergian saja atau saat jauh dari
toilet.
air kecil tetapi buang air besar. Pasalnya diapers hanya mempunyai
14
kemampuan menyerap air dan bukan benda padat. Terlalu lama kulit
sangat penting.
pada kehidupan awal anak dan salah satu tugas yang semua anak diharuskan dapat
nilai dan norma yang berlaku, serta untuk mencapai kemandirian dan penghargaan
Toilet training dapat dimulai pada usia anak 18-24 bulan. Pelaksanaan
toilet training membutuhkan persiapan dari berbagai aspek mulai dari fisik aitu
aktivitas buang air kecil dan buang air besar pada tempatnya (toilet) secara benar
dan teratur. Latihan ini dimulai pada saat anak berusia 15 bulan dan apabila
kurang dari 15 bulan anak dilatih melakukan toilet training maka akan
Toilet Training
Ada beberapa kesiapan anak yang perlu dikaji baik kesiapan fisiologis
uretral pada usia 18 sampai 24 bulan, mampu tidak mengompol selama 2 jam,
jumlah popok yang basah berkurang, tidak mengompol selama tidur siang,
2. Kesiapan Mental meliputi mengenal rasa yang tiba-tiba datang untuk BAB
atau BAK, mampu berkomunikasi verbal atau nonverbal jika merasa ingin
3. Kesiapan Psikologis meliputi dapat duduk dan jongkok di toilet selama 5-10
menit tanpa berdiri dulu, mempunyai rasa penasaran dan rasa ingin tahu
terhadap kebiasaan orang dewasa dalam buang air, merasa tidak betah akibat
kondisi popok basah dan adanya benda padat di celana, dan ingin untuk
diganti segera.
4. Kesiapan orang tua meliputi mengenal tingkat kesiapan anak untuk berkemih
dan defekasi, tidak mengalami konflik atau stress keluarga yang berarti
Berikut ini beberapa tehnik yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam
melatih anak buang air kecil dan buang air besar setelah orang tua mengetahui
1. Teknik Oral
Teknik oral merupakan usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan
instruksi pada anak dengan kata-kata sebelum dan sesudah buang air kecil
maupun besar. Cara ini kadang merupakan hal biasa yang di lakukan oleh orang
tua akan tetapi teknik lisan ini mempunyai nilai yang cukup besar dimana dengan
lisan ini persiapan psikologis pada anak akan semakin matang dan akhirnya anak
mampu dengan baik dalam melaksanakan buang air besar maupun kecil secara
mandiri.
2. Teknik Modeling
melakukan buang air besar maupun kecil dengan cara memberi contoh untuk
buang air besar maupun kecil. Cara ini dilakukan dengan member contoh atau
membiasakan untuk buang air besar maupun kecil secara benar. Terdapat
beberapa hal yang harus dilakukan seperti melakukan observasi pada saat anak
ingin merasakan buang air besar maupun kecil, tempatkan anak diatas pispot atau
ajak anak ke kamar mandi. Biasakan anak ke toilet pada jam-jam tertentu
2017).
17
(Purwatih, 2017).
tahapan :
a. Kenalkan istilah BAK (pis, pipis, dll) terutama saat anak selaesai
a. Kenalkan istilah BAB (pup, eek, dll) terutama saat anak selesai melakukan
aktivitas tersebut.
b. Pastikan anak sudah bisa duduk dengan baik tetapi tetap di pegang selama
proses berlangsung.
c. Peluk anak saat berlangsungnya BAB tapi jangan terlalu erat hanya untuk
d. Ajak anak menyanyi, cara ini efektif dalam mengurangi tingkat kecemasan
f. Dalam proses membersihkan kotoran BAB maupun BAK anak akan lebih
kemudian pelan-pelan basuh dubur anak dan melihat mata anak sambil
b. Anak memiliki kemmapuan menggunakan toilet pada saat ingin BAK atau
BAB.
c. Toilet training menjadi awal kemandirian anak secara nyata sebab anak sudah
fungsinya.
toilet. Menurut Kemdikbud, (2019) ada beberapa manfaat positif toilet training
Salah satu manfaat yang jelas terasa ketika melatih anak ke toilet yaitu anak
contoh yang benar. Setelah itu biarkan anak mencobanya sendiri sembari kita
dampingi.
terhadap rasa tanggung jawab dalam dirinya. Anak belajar bertanggung jawab
bagi orangtua.
seorang anak akan merasa bahwa orangtuanya percaya bahwa dia mampu
4. Melatih kedisiplinan
Melatih anak menggunakan toilet awalnya tentu tidak mudah. Meskipun anak
sudah mampu berbicara, belum tentu sepenuhnya anak selalu memberi tahu
Menurut Hidayat (2019), dampak yang mungkin timbul apabila anak gagal
dalam toilet training adalah rasa iri, dimana perasaan ini timbul bila seorang anak
merasa takut akan kehilangan suesuatu dan anak akan berusaha menarik perhatian
orang tua.
Pembelajaran terlalu dini akan membuat anak takut kepada orang tua dan
selalu agar tidak di marahi dengan menjadi sangat bersih, sangat rapi dan penurut
atau bahkan sebaliknya. Kegagalan tugas toilet training menyisakan konflik yang
sempit, dan juga pelit atau menimbulkan kepribadian yang tidak rapi dan kurang
pengendalian diri.
Usia balita atau yang biasa disebut “the golden age” atau masa keemasan
yaitu masa dimana pada tahun pertama anak merupakan tahap penting dalam
Anak bawah lima tahun atau sering disingkat anak balita adalah anak yang
berusia diatas satu tahun atau dibawah lima tahun atau dengan perhitungan bulan
usia 1-3 tahun yang disebut batita dan anak usia prasekolah (Kemenkes RI 2016).
21
Menurut Sufyanti (2019), balita adalah anak berusia 12-59 bulan dimana masa ini
kepandaian anak.
Anak usia di bawah lima tahun merupakan masa pertumbuhan fisik yang
cepat, sehingga memerlukan kebutuhan gizi yang paling banyak dibanding masa-
masa berikutnya. Anak akan mudah mengalami gizi kurang di usia ini apabila
Salah satu tahap tumbuh kembang anak terdiri dari beberapa tahapan dan
tiap tahap mempunyai ciri tersendiri. Salah satu tahap tumbuh kembang anak
adalah balita yaitu usia 1-5 tahun anak harus mampu melakukan toilet training
a. Anak mampu menunjukkan keinginan untuk buang air kecil dan buang air
besar.
b. Anak dapat jongkok dan duduk tenang kurang lebih 2-5 menit.
c. Anak dapat merasakan tidak nyaman bila mengenakan popok sekali pakai
yang basah.
d. Anak mampu di ajak bekerjasama saat orang tua mengajari buang air besar
atau kecil.
a. Anak dapat memberitahu bila ingin buang air besar atau buang air kecil.
mandi.
Diapers disposable
Faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan Hasil yang diharapkan :
toilet training
Kesiapan fisik Diapers disposable
Kesiapan mental menyebabkan keberhasilan
Kesiapan
Hidayat psikologis
(2019), Kemenkes RI (2016), Purwatih (2017).toilet training terganggu
Kesiapan mental
24
variabel yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi. atau dengan kata lain dalam
penelitian .
Area, dengan pendekatan penelitian cross sectional yaitu suatu penelitian dimana
variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama
Notoadmojo (2014), dengan kata lain penelitian ini untuk melihat hubungan
Keberhasilan Toilet Training pada Balita Usia (1-4 Tahun) di PAUD Mawar
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2021 hingga Mei 2021 di
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua Ibu yang memiliki anak balita (1-4
2. Sampel
25
26
sampling jenuh yaitu tehnik pengambilan sampel sama dengan populasi karena
populasi yang kurang dari 100 maka seluruh populasi dijadikan sampel penelitian.
a. Kriteria sampel
suatu populasi target bisa terpenuhi dan bisa diteliti (Nursalam, 2016)
a. Ibu yang memiliki anak balita berusia (1-4 tahun) yang bersedia
c. Ibu yang memiliki anak balita berusia (1-4 tahun) yang mengalami
a. Ibu yang memiliki anak balita berusia (1-4 tahun) yang tidak
b. Ibu yang memiliki anak balita berusia (1-4 tahun) yang tidak
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok
yang berbeda dengan yang dimiliki oleh sekelompok lain. Defenisi lain
mengatakan bahwa variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau
27
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu
Dalam penelitian ini ada 2 jenis variabel yaitu variabel independen (variabel
Variabel ini sering disebut stimulus, input, prediktor, dan atecendent. Atau
Tabel 3.1
Defenisi Operational
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1 Independen Menggunaan alat berupa popok Kuisioner 0 : Tidak rutin Nominal
diapers sekali pakai berdaya serap tinggi Jika jumlah skor <20 pada
disposable yang terbuat dari plastik dan kuisioner
campuran bahan kimia untuk 1 : Rutin
menampung sisa-sisa metabolisme Jika jumlah skor 20 pada
seperti air seni dan feses kuisioner
menjawab “Sering” maka diberi nilai 3, bila responden menjawab “Jarang” diberi
dari kuesioner responden menjawab “Selalu” maka diberi nilai 4, bila responden
menjawab “Sering” maka diberi nilai 3, bila responden menjawab “Jarang” diberi
toilet training pada anak usia pra sekolah di PAUD Mawar Kecamatan
1. Data Primer
Data primer datanya diambil langsung dari responden. Data primer dilakukan
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapati oleh peneliti berdasarkan sumber
Kecamatan Medan Area Kota Medan. Setelah mendapat surat balasan peneliti
calon responden.
balita.
symbol saja.
1. Editing
Hasil yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit)
terlebih dahulu.
32
2. Coding
coding yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
3. Entry Data
4. Cleaning
Apabila semua data dari sikap sumber data atau responden selesai
1. Analisa Unvariat
keberhasilan toilet training. Pada penelitian ini analisa univariat berguna untuk
2. Analisa Bivariat
PAUD Mawar Kecamatan Medan Area Kota Medan tahun 2021. Selanjutnya
34
LAMPIRAN 1
Kepada
Yth. Calon Responden
Di Tempat
Dengan Hormat,
Saya berharap jawaban yang saya berikan dapat bermanfaat untuk peneliti ini,
jawaban saya tidak mengandung unsur paksaan dari pihak manapun.
Medan
Responden Peneliti
.......................... ..........................
LAMPIRAN 3
LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN DIAPERS DISPOSABLE DENGAN
KEBERHASILAN TOILET TRAINING
Petunjuk :
Bacalah pertanyaan dengan baik dan teliti sebelum anda menjawab
Pilih salah satu jawaban benar atau salah dengan memberikan tanda (√ ) pada
kolom yang sesuai dengan jawaban ibu.
Untuk melancarkan penelitian ini, mohon isilah jawaban sesuai dengan apa
yang anda rasakan, tidak perlu bertanya dengan orang lain, jawab dengan
jujur apa adanya
Kerahasiaan anda tetap kami jaga
5. Umur ibu
20-30 tahun
31-40 tahun
41-50 tahun
Laki-laki
Perempuan
LEMBAR KUESIONER
KEBERHASILAN TOILET TRAINING
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan memberikan tanda (√) pada
salah satu kolom yang telah disediakan :
SL : Selalu
S : Sering
J : Jarang
TP : Tidak Pernah
NO Pernyataan SL S J TP
1. Anak ibu selalu mengatakan jika ingin BAB
atau BAK
2. Anak ibu mempunyai kebiasaan diam /
sembunyi jika ingin BAB
3. Anak ibu mempunyai kebiasaan mengompol
ketika tidur malam
4. Ibu memakaikan celana yang mudah di lepas
5. Anak ibu mampu secara mandiri melepas dan
memakai celana
6. Anak ibu jika ingin BAB dan BAK pergi ke
kamar mandi
7. Anak ibu dapat BAB dan BAK di tempat
terbuka selain di kamar mandi
8. Anak ibu mampu menahan BAB dan BAK
9. Anak ibu mampu jongkok selama lebih dari 5
menit
10. Anak ibu selalu minta antar jika pergi ke
kamar mandi
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan memberikan tanda (√) pada
salah satu kolom yang suak disediakan :
SL : Selalu
S : Sering
J : Jarang
TP : Tidak Pernah
No Pernyataan SL S J TP
1. Anak ibu memakai popok setiap hari
2. Anak ibu memakai popok setiap siang hari
3. Anak ibu memakai popok dalam waktu yang
lama disiang hari lebih dari 6 jam
4 Anak ibu memakai popok saat anak tidur
dimalam hari
5 Anak ibu memakai popok saat bepergian
6. Anak ibu memakai popok lebih dari 3 buah
sehari
7 Ibu selalu mengganti popok selama 5 jam
sekali
8. Ibu selalu mengganti popok anak saat anak
selesai BAB
9. Ibu mengganti popok jika terlihat sudah terisi
penuh.
10. Ibu memeriksa popok anak secara rutin
Sumber : (Apriyani, 2019)