Anda di halaman 1dari 10

EVALUASI, AKREDITASI, SERTIFIKASI

PENDAHULUAN

Fungsi penting dari manajemen pendidikan adalah berkaitan dengan proses pembelajaran, hal ini mencakup
dari mulai aspek persiapan sampai dengan evaluasi untuk melihat kualitas dari suatu proses tersebut, dalam
hubungan ini Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang melakukan kegiatan/proses pembelajaran jelas
perlu mengelola kegiatan tersebut dengan baik karena proses belajar mengajar ini merupakan kegiatan utama
dari suatu sekolah.

Dengan demikian nampak bahwa Guru sebagai tenaga pendidik merupakan faktor penting dalam manajemen
pendidikan, sebab inti dari proses pendidikan di sekolah pada dasarnya adalah guru, karena keterlibatannya
yang langsung pada kegiatan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu Manajemen Sumber Daya Manusia
Pendidik dalam suatu lembaga pendidikan akan menentukan bagaimana kontribusinya bagi pencapaian
tujuan.

RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian, tujuan dan fungsi dari akreditasi ?
2. Fungsi evaluasi, dan
3. Pengertian, tujuan dan fungsi sertifikasi ?

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akreditasi
Pengertian mencakupi pengertian akreditasi , program dan satuan pendidikan non formal.

1.1 Akreditasi : Berdasarkan UU RI N0. 20/2003 Pasal 60 ayat (1) dan (3) , akreditasi adalah kegiatan yang
dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non
formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan berdasarkan kriteria yang bersifat terbuka.
Kriteria tersebut dapat berbentuk standar seperti yang termaktub dalam Pasal 35. ayat (1) yang menyatakan
bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas: standar isi, stándar proses, stándar kompetensi lulusan,
stándar tenaga kependidikan, stándar sarana dan prasarana, stándar pengelolaan, stándar pembiayaan, dan
stándar penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala

1.2 Program pendidikan non formal : Berdasarkan pada ketentuan umum pasal 1 ayat (9) UU RI N0. 20/2003
disebutkan bahwa Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan
suatu satuan pendidikan. Sedang pasal 15 menyebutkan jenis pendidikan mencakup pendidikan umum,
kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.

Khusus pada jalur pendidikan non formal sebagai tersebut pasal 26 ayat 3 UU RI NO 20/2003 menyatakan
bahwa Pendidikan Non Formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan
kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan
pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik.

Mengacu pada ketentuan umum pasal 1 ayat (9) dan pasal 15 tersebut dapat rumuskan bahwa program
pendidikan non formal adalah jenis pendidikan yang ada pada jalur non formal yang mencakupi ( menurut
penjelasan pasal 26 ayat 3)
a. Program pendidikan kecakapan hidup (life skills) yang memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial,
kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha mandiri.

b. Program pendidikan kepemudaan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan kader pemimpin bangsa,
seperti organisasi pemuda, pendidikan kepanduan/kepramukaan, keolahragaan, palang merah, pelatihan,
kepemimpinan, pecinta alam, serta kewirausahaan.

c. Program pendidikan pemberdayaan perempuan untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan.

d. Program pendidikan kesetaraan adalah program pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan
umum setara SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA yang mencakup program paket A, paket B, dan paket C.
e. Program pendidikan dan pelatihan kerja dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik
dengan penekanan pada penguasaan keterampilan fungsional yang sesuai dengankebutuhan dunia kerja.

1.3 Satuan pendidikan non formal Berdasarkan ketentuan umum pasal 1 ayat 10 UU RI NO 20/2003 satuan
pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, non
formal dan informal sedang menurut pasal 26 ayat 4 yang dimaksud dengan satuan pendidikan nonformal
terdiri atas 1) lembaga kursus, 2) lembaga pelatihan, 3) kelompok belajar, 4) pusat kegiatan belajar masyarakat,
dan 5) majelis taklim, serta 6) satuan pendidikan yang sejenis.
Satuan pendidikan kursus dan pelatihan secara khusus disebutkan dalam pasal 26 ayat 5 bahwa kursus dan
pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan
hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Kursus dan pelatihan diperjelas dalam penjelasan pasal 26 ayat 5 sebagai bentuk pendidikan berkelanjutan
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan, standar
kompetensi, pengembangan sikap kewirausahaan serta pengembangan kepribadian profesional. Kursus dan
pelatihan dikembangkan melalui sertifikasi dan akreditasi yang bertaraf nasional dan internasional.

Satuan pendidikan anak usia dini secara khusus sebagai tersebut dalam Pasal 28 ayat 4 yang menyebutkan
pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman
penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Di perjelas dalam penjelasan pasalnya dikatakan
pendidikan anak usia dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan
merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar.
Dengan demikian akreditasi pendidikan non formal adalah suatu kegiatan penilaian kelayakan suatu satuan
dan program pendidikan non formal berdasarkan kriteria yang bersifat terbuka sebagai bentuk akuntabilitas
publik yang dilakukan secara obyektif, adil, transparan, dan komprehensif dengan menggunakan instrumen
dan kriteria yang mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan.

B. Tujuan Dan Manfaat Akreditasi Program Studi Sarjana (S1)

Akreditasi program studi sarjana adalah proses evaluasi dan penilaian secara komprehensif atas komitmen
program studi terhadap mutu dan kapasitas penyelenggaraan program tridarma perguruan tinggi, untuk
menentukan kelayakan program akademiknya. Evaluasi dan penilaian dalam rangka akreditasi program studi
dilakukan oleh tim asesor yang terdiri atas pakar sejawat dan/atau pakar yang memahami penyelenggaraan
program akademik program studi. Keputusan mengenai mutu didasarkan pada evaluasi dan penilaian terhadap
berbagai bukti yang terkait dengan standar yang ditetapkan dan berdasarkan nalar dan pertimbangan para
pakar sejawat. Bukti-bukti yang diperlukan termasuk laporan tertulis yang disiapkan oleh program studi yang
diakreditasi, diverifikasi dan divalidasi melalui kunjungan atau asesmen lapangan tim asesor ke lokasi program
studi.

BAN-PT adalah lembaga yang memiliki kewenangan untuk mengevaluasi dan menilai, serta menetapkan status
dan peringkat mutu program studi berdasarkan standar mutu yang telah ditetapkan. Dengan demikian, tujuan
dan manfaat akreditasi program studi adalah sebagai berikut.
Memberikan jaminan bahwa program studi yang terakreditasi telah memenuhi standar mutu yang ditetapkan
oleh BAN-PT dengan merujuk pada standar nasional pendidikan yang termaktub dalam Peraturan Pemerintah
No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, sehingga mampu memberikan perlindungan bagi
masyarakat dari penyelenggaraan program studi yang tidak memenuhi standar yang ditetapkan itu.
Mendorong program studi untuk terus menerus melakukan perbaikan dan mempertahankan mutu yang tinggi

Hasil akreditasi dapat dimanfaatkan sebagai dasar pertimbangan dalam transfer kredit perguruan tinggi,
pemberian bantuan dan alokasi dana, serta pengakuan dari badan atau instansi yang lain.
Mutu program studi merupakan cerminan dari totalitas keadaan dan karakteristik masukan, proses, keluaran,
hasil, dan dampak, atau layanan/kinerja program studi yang diukur berdasarkan sejumlah standar yang
ditetapkan itu.

C. Fungsi Evaluasi Pendidikan

Bagi pendidik, secara didaktik evaluasi pendidikan itu setidak-tidaknya memiliki lima macam fungsi, yaitu:

1. Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai oleh peserta didiknya. Di sini,
evaluasi dikatakan berfungsi memeriksa (= mendiagnose), yaitu memeriksa pada bagian-bagian manakah para
peserta didik pada umumnya mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran, untuk selanjutnya
dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara pemecahannya. Jadi, di sini evaluasi mempunyai fungsi
diagnostik.

2. Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-masing peserta didik di
tengah-tengah kelompoknya. Dalam hubungan ini, evaluasi sangat diperlukan untuk dapat menentukan secara
pasti, pada kelompok manakah kiranya seorang peserta didik seharusnya ditempatkan. Dengan kata lain,
evaluasi pendidikan berfungsi menempatkan peserta didik menurut kelompoknya masing-masing, misalnya
kelompok atas (= cerdas), kelompok tengah (= rata-rata), dan kelompok bawah (= lemah). Jadi, di sini evaluasi
memiliki fungsi placement.

3. Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status peserta didik. Dalam
hubungan ini, evaluasi pendidikan dilakukan untuk menetapkan, apakah seorang peserta didik dapat
dinyatakan lulus atau tidak lulus, dapat dinyatakan naik kelas ataukah tinggal kelas, dapat diterima pada
jurusan tertentu ataukah tidak, dapat diberikan bea siswa, ataukah tidak dan sebagainya. Dengan demikian,
evaluasi memiliki fungsi selektif.

4. Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta didik yang memang
memerlukannya. Berlandaskan pada hasil evaluasi, pendidik dimungkinkan untuk dapat memberikan petunjuk
dan bimbingan kepada para peserta didik, misalnya tentang bagaimana cara belajar yang baik, cara mengatur
waktu belajar, cara membaca dan mendalami buku pelajaran dan sebagainya, sehingga kesulitan-kesulitan
yang dihadapi oleh peserta didik dalam proses pembelajaran dapat diatasi dengan sebaik-baiknya. Dalam
keadaan seperti ini, evaluasi dikatakan memiliki fungsi bimbingan.

5. Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh manakah program pengajaran yang telah ditentukan telah dapat
dicapai. Di sini evaluasi dikatakan memiliki fungsi instruksional, yaitu melakukan perbandingan antara Tujuan
Instruksional Khusus (TIK) yang telah ditentukan untuk masing-masing mata pelajaran dengan hasil-hasil
belajar yang telah dicapai oleh peserta didik bagi masing-masing mata pelajaran tersebut, dalam jangka waktu
yang telah ditentukan.
Adapun secara administratif, evaluasi pendidikan setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi, yaitu:
1. Memberikan Laporan Dalam melakukan evaluasi, akan dapat disusun dan disajikan laporan mengenai
kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu. Laporan mengenai perkembangan dan kemajuan belajar peserta didik itu pada umumnya tertuang
dalam bentuk Buku Laporan Kemajuan Belajar Siswa, yang lebih dikenal dengan istilan Rapor (untuk peserta
didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah), atau Kartu Hasil Studi (KHS), bagi peserta didik di
lembaga pendidikan tinggi, yang selanjutnya disampaikan kepada orang tua peserta didik tersebut pada setiap
catur wulan atau akhir semester.

2. Memberikan Bahan-bahan Keterangan (Data) Setiap keputusan pendidikan harus didasarkan kepada data
yang lengkap dan akurat. Dalam hubungan ini, nilai-nilai hasil belajar peserta didik yang diperoleh dari
kegiatan evaluasi, adalah merupakan data yang sangat penting untuk keperluan pengambilan keputusan
pendidikan dan lembaga pendidikan : apakah seorang peserta didik dapat dinyatakan tamat belajar, dapat
dinyatakan naik kelas, tinggal kelas, lulus ataukah tidak lulus, dan sebagainya.

3. Memberikan gambaran-gambaran mengenai hasil-hasil yang telah dicapai dalam proses pembelajaran
tercermin antara lain dari hasil-hasil belajar peserta didik setelah dilakukannya evaluasi hasil belajar. Dari
kegiatan evaluasi hasil belajar yang telah dilakukan untuk berbagai jenis mata pelajaran misalnya, akan dapat
tergambar bahwa dalam mata pelajaran tertentu (misalnya Bahasa Arab, matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam) pada umumnya kemampuan peserta didik masih sangat memprihatinkan. Sebaliknya, untuk mata
pelajaran Pendidikan Moral Pancasila dan Ilmu Pengetahuan Sosial misalnya, hasil belajar siswa pada
umumnya sangat menggembirakan. Gambaran tentang kualitas hasil belajar peserta didik juga diperoleh
berdasar data yang berupa Nilai Ebtanas Murni (NEM), Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dan lain-lain.

D. Sertifikasi

Sertifikat Pendidik adalah sebuah sertifikat yang ditandatangani oleh perguruan tinggi penyelenggara
sertifikasi sebagai bukti formal pengakuan profesionalitas guru yang diberikan kepada guru sebagai tenaga
profesional.
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat pendidik diberikan kepada
guru yang telah memenuhi standar profesional guru. Guru profesional merupakan sarat mutlak untuk
menciptakan sistim dan praktik pendidikan yang berkualitas.
Sertifikasi guru yang konon difungsikan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan mencari guru yang layak
untuk menjadi pendidik serta pembimbing siswa itu sangat bagus, tetapi sepertinya itu hanya teori dan
dilaksanakan di depan, setelah sekian langkah kok menjadi semakin rancu, karena guru guru yang lulus
program sertifikasi kebanyakan guru guru yang hanya bisa kopi paste, mulai menyusun RPP, Artikel,dll, terus
juga di dalam KBM sering siswanya tidak paham dengan apa yang disampaikan. Terus kedepannya nanti akan
seperti apa mutu pendidikan di Indonesia, sementara pemerintah hanya menuntut nilai bagus dengan laporan
yang baik, bukan kemampuan dan bukti kerja yang baik, terbukti pelaksanaan UN tetap saja terjadi kecurangan
baik yang dilakukan oleh Guru maupun Siswa.

Manfaat Sertifikasi Guru


1) Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat:
2) Menjaga citra profesi guru dan melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak
berkualitas, dan tidak professional.
3) Meningkatkan kesejahteraan guru.
Tujuan Sertifikasi Guru
4) Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
5) Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan.
6) Meningkatkan martabat guru serta meningkatkan profesionalitas guru.

Pendahuluan
A.    Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan, yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang berakar pada milai-nilai Agama, kebudayaan, Nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan
zaman.

Pembaruan pendidikan dilakukan terus menerus agar mampu menghadapi tantangan zaman. Dalam era reformasi dan
demokrasi pendidikan, tantangan yang dihadapi sitem pendidikan meliputi persoalan-persoalan yang terkait dengan
pemerataan, mutu relevansi, dan efisiensi pendidikan.

Untuk mengetahui apakah sebuah tujuan pendidikan sudah tercapai diperlukan sebuah evaluasi dan untuk menentukan
kelayakan program dan satuan pendidikan dilakukan sebuah akreditasi dan untuk melaksanakan kegiatan profesional guru
dalam pendidikan diperlukan sertifikasi. Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu
pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk
pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan.
Akrediasi merupakan salah satu dari program pemerintah dalam bidang pendidikan yang bertujuan untuk meningatkan mutu
pendidikan didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang memperhatikan 8 standar pendidikan yaitu standar isi,
proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, biaya, pengelolaan dan penilaian.
Bab II

Pembahasan
A.    Evaluasi Pendidikan

1.      Pengertian Evaluasi pendidikan

Secara bahasa, evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation dari akar kata value  yang berarti penilaian. Evaluasi
pendidikan dapat diartikan  penilaian dalam (bidang) pendidikan  atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaiatan dengan
kegiatan pendidikan.[1]

Secara istilah, evaluasi menurut Edwin Wand dan Gerald W. Brown, adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai daripada sesuatu. Sesuai dengan pendapat tersebut maka evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu
tindakan atau suatu proses untuk menentukan segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada
hubungannya dengan dunia pendidikan.[2]

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Evaluasi
Pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen
pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
Dalam pasal 57 ayat (1) disebutkan bahwa evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu  pendidikan secara nasional
sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, di antaranya terhadap
peserta didik, lembaga, dan program pendidikan.[3]

Menurut  Ramayulis, evaluasi merupakan suatu proses mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi
guna menetapkan keluasan pencapaian tujuan oleh individu.[4]

Menurut Abdul Mujid dan Jusuf Mudzakir, evaluasi adalah suatu proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan,
dan perkembangan peserta didik untuk tujuan pendidikan. Sedangkan Evaluasi Pendidikan Islam adalah suatu taraf untuk
menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas di dalam pendidikan Islam.[5]

Menurut A. Heris Hermawan, evaluasi adalah penilaian, setelah proses penilaian ada hasil. Hasilnya adalah yang kemudian
menjadi semacam parameter untuk mengetahui apakah seorang itu berhasil atau tidak. Evaluasi sangat menentukan kualitas.
[6]

Dapat disimpulkan bahwa evaluasi pendidikan adalah suatu proses penilaian dalam mengumpulkan dan menganalisis
untuk menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas didalam pendidikan guna menetapkan pencapaian suatu tujuan untuk
pendidik dan peserta didik.

2.      Tujuan dan Fungsi Evaluasi pendidikan

Sebagaimana kita ketahui, evaluasi banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan, antara lain dalam kegiatan
bimbingan dan penyuluhan, kegiatan supervisi, kegiatan seleksi, dan kegiatan pengajaran. Setiap bidang dan kegiatan
menuntut tujuan yang berbeda. Dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan, tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh
informsi secara menyeluruh mengenai karakteristik anak didik sehingga dapat diberikan bimbingan dan penyuluhan yang
sebaik-baiknya. Dalam kegiatan supervisi, tujuan evaluasi adalah untuk menentukan keadaan suatu situasi pendidikan pada
umumnya dan situasi belajar-mengajar (teaching learning situation) pada khususnya sehingga dapat diusahakan langkah-
langkah perbaikan dan atau peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran di suatu sekolah.[7]

Tujuan evaluasi pendidikan, yaitu:[8]

a.       Untuk mengumpulkan/memperoleh data tentang hasil-hasil yang telah dicapai pada akhir suatu periode pelaksanaan
pendidikan.

b.      Untuk mengetahui kesulitan atau hambatan yang dialami dalam pelaksanaan pendidikan.

c.       Untuk memperoleh dasar bagi pembuatan atau pengambilan keputusan dalam penyusunan langkah-langkah/kebijakan yang
akan ditempuh dalam periode berikutnya.
d.      Untuk menghindari gangguan/hambatan, serta menjamin efektivitas dan efisiensi kerja pada periode berikutnya.

Fungsi evaluasi pendidikan, yaitu:[9]

a.       Bagi pelaksana pendidikan berguna untuk dasar  penyusunan laporan sebagai kelengkapan pertanggungjawaban tugas

b.      Bagi lembaga atau badan yang membawahi pelakasana pendidikan mempunyai data yang akurat sebagai bahan pengambilan
keputusan, khususnya untuk kepentingan supervisi

c.       Bagi evaluator luar dapat bertindak dengan  obyektif  karena berpijak pada data yang dikumpulkan dengan cara-cara sesuai
dengan aturan tertentu.

Dapat juga untuk mengukur kemajuan, menunjang penyusunan rencana, dan memperbaiki atau melakukan
penyempurnaan dalam pendidikan.

3.      Subjek dan Objek Evaluasi Pendidikan

Subjek evaluasi adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi (evaluator). Dalam kegiatan evaluasi pendidikan di mana
sasaran evaluasinya adalah prestasi belajar maka subyek evaluasinya adalah guru atuu dosen yang mengasuh mata pelajaran
tertentu. Jika evaluasi yang dilakukan itu sasarannya adalah sikap peserta didik, maka subyek evaluasinya adalah guru atau
petugas yang melaksanakan evaluasi tentang sikap.[10]

Obyek atau sasaran evaluasi pendidikan adalah segala sesuatu yang bertalian dengan kegiatan atau proses pendidikan
yang dijadikan titik pusat perhatian atau pengamatan karena pihak penilai ingin memperoleh informasi tentang kegiatan atau
proses pendidikan tersebut. Salah satu cara untuk mengenal atau mengetahui obyek dari evaluasi pendidikan adalah dengan
jalan menyoroti dari tiga segi yaitu segi input, transformasi, dan output.[11]

4.      Prosedur Pelaksanaan Evaluasi Pendidikan

Badan Standar Nasional Pendidikan yang selanjutnya disebut BSNP adalah Badan mandiri dan independen yang bertugas
mengembangkan, memantau pelaksanaan dan mengevaluasi Standar Nasional Pendidikan.[12]

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan yang selanjutnya disebut LPMP, adalah unit pelaksana teknis Departemen yang
berkedudukan di provinsi dan bertugas untuk membantu Pemerintah Daerah dalam bentuk supervisi, bimbingan, arahan,
saran, dan bantuan teknis kepada satuan pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan nonformal, dalam berbagai upaya
penjaminan mutu satuan pendidikan untuk mencapai Standar Nasional Pendidikan.[13]

Secara garis besar langkah-langkah yang ditempuh dalam evaluasi program adalah sebagai berikut:[14]

a.       Perencanaan umum, yang meliputi:

1)      Tahap pertama, identifikasi tujuan

2)      Tahap kedua, menciptakan situasi yang   kondusif agar kegiatan evaluasi dapat terlaksana dengan baik

3)      Tahap ketiga, merencanakan kegiatan evaluasi itu sendiri, yaitu identifikasi hal-hal yang menjadi fokus   program, yang meliputi
:

a)      Tujuan program/proyek (meningkatkan kualitas, meningkatkan kuantitas, atau meningkatkan efisiensi)

b)      Mengadakan identifikasi terhadap indikator pencapaian tujuan (kenaikan prestasi, kenaikan keterlibatan, menurunnya cost)

c)      Menentukan kriteria atau standar yang akan digunakan untuk mengukur keberhasilan program.

d)     Menciptakan/menyusun instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data.

e)      Menentukan garis besar laporan evaluasi (sistematika, jenis laporan, alamat laporan, isi laporan)

b.      Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan evaluasi program kegiatannya serupa dengan kegiatan penelitian pada umumnya. Persyaratan-
persyaratan yang dituntut yang menyangkut waktu, prosedur, dan pencatatan data sama dengan yang dilakukan dalam
kegiatan penelitian.

c.       Penyusunan Laporan

Di dalam laporan dicantumkan beberapa hal: Penjelasan tentang pengertian-pengertian yang termuat dalam laporan, agar
ada kesamaan interpretasi antara penyusun dan pembaca laporan.

B.     Akreditasi Pendidikan

1.      Pengertian Akreditasi Pendidikan

Akreditasi berdasarkan UU RI No. 20/2003 pasal 60 ayat (1) dan (3) adalah kegiatan yang dilakukan untuk menentukan
kelayakan program dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non formal pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan berdasarkan kriteria yang bersifat terbuka. Kriteria tersebut dapat berbentuk standar seperti yang termaktub
dalam pasal 35 ayat (1) yang menyatakan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas: standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan,
dan standar penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. [15]

Akreditasi sekolah adalah suatu kegiatan penilaian kelayakan suatu sekolah berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan
dilakukan oleh Badan Akreditasi Sekolah yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk pengakuan peringkat kelayakan.[16]

Menurut Achmad Sudrajat akreditasi sekolah adalah kegiatan penilaian atau assesment sekolah secara sistematis dan
komperhensif melalui kegiatan evaluasi diridan evaluasi eksternal (visitasi) untuk menentukan kelayakan dan kinerja
sekolah. [17]

Menurut pasal 1 angka 22, akreditasi adalah suatu kegiatan penilaian kelayakan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan.[18]

Menurut Orshinger menyatakan bahwa akreditasi mengacu pada akreditasi profesional yang digunakan untuk
menampilkan apakah suatu program atau kualifikasi menjamin akses pada suatu profesi tertentu.[19]

Dapat disimpulkan bahwa akreditasi adalah pengakuan dan penilaian terhadap suatu lembaga pendidikan tentang
kelayakan dan kinerja suatu lembaga pendidikan yang dilakukan oleh Badan Akreditasi Sekolah Nasional (BASNAS)/ Badan
Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M)/ Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) yang kemudian
hasilnya berbentuk pengakuan peringkat kelayakan

2.      Fungsi dan Tujuan Akreditasi Pendidikan

Fungsi Akreditasi sekolah dan Madrasah, yaitu:[20]

a.       Untuk pengetahuan, yakni dalam rangka mengetahui bagaimana kelayakan dan kinerja sekolah dilihat dari berbagai unsur
yang terkait, mengacu pada baku kualitas yang di kembangkan berdasarkan indikator-indikator amalan baik Sekolah,

b.      Untuk akuntabilitas, yakni agar sekolah dapat mempertanggungjawabkan apakah layanan yang diberikan memenuhi harapan
atau keinginan masyarakat.

c.       Untuk kepentingan pengembangan, yakni agar Sekolah dapat melakukan peningkatan kualitas atau pengembangan
berdasarkan masukan dari hasil akreditasi.

d.      Perlindungan masyarakat (quality assurance), maksudnya agar masyarakat memperoleh jaminan tentang kualitas pendidikan
madrasah dan sekolah yang akan dipilhnya, sehingga terhindar dari adanya praktek yang tidak bertanggungjawab.

e.       Pengendalian mutu (quality control), maksudnya agar Sekolah dan Madrasah mengetahui akan kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya, sehingga dapat menyusun perencanaan pengembangan secara berkesinambungan.

Akreditasi perguruan tinggi/ sekolah/ madrasah atau lembaga diklat secara garis besar mempunyai variasi tujuan penting, di
antaranya :[21]
a.       Memberikan informasi kepada masyarakat tentang tingkat kelayakan baik suatu layanan maupun kinerja suatu lembaga
sekolah dalam menyelenggarakan layanan pendidikan.

b.      Menjadi acuan para penyelenggara diklat tentang peningkatan utu sekolah baik untuk saat sekarang maupun pada masa yang
akan datang.

c.       Menjadi acuan bagi pemerintah dalam memberikan bantuan sekolah

d.      Menjadi acuan bagi masyarakat dalam memilih dan mempercayakan anaknya untuk sekolah dilembaga tersebut.

e.       Sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara sekolah tentang gambaran kinerja sekolah.

f.       Sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggara sekolah terhadap apa yang telah dilakukan sebagai pengelola lembaga.

Pemerintah melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan untuk menentukan kelayakan program
dan/atau satuan pendidikan.[22]

Selain itu tujuan ekreditasi juga bertujuan agar pihak luar, pengguna jasa pendidikan mengetahui mutu sekolah dimana
mereka sedang belajar, orang tua mengetahui mutu dan repotasi dimana anak mereka belajar, pasar atau dunia kerja juga
mengetahui kemana merekaharus memilih dan merekrut tenaga kerjanya; pemerintah  mengetahui dari reputasi sekolah dan
madrasah yang bagaimana mereka harus merekrut atau mendapatkan tenaga kerjanya, dan lembaga-lembaga (sekolah-
sekolah) lain juga dapat mengetahui dengan lembaga pendidikan yang bagaimana mereka bekerja sama. Lebih dari pada itu,
pemerintah sangat berkepentingan untuk mengetahui, baik langsung maupun tidak langsung, mutu pendidikan nasional.[23]

3.      Persyaratan Sekolah dan Madrasah yang di Akreditasi

Untuk memperoleh pengakuan status dan tingkat kelayakan sekolah dan madrasah melalui akreditasi, sekurang-kurangnya
satuan pendidikan madrasah harus telah memenuhi persyaratan sebagai lembaga penyelenggara pendidikan, yaitu:

a.       Tersedianya komponen penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran pada satuan pendidikan, yaitu:[24]

1)      Kepala Madrasah

2)      Pendidik dan tenaga kependidikan, terdiri dari sekurang-kurang seorang guru untuk setiap kelas bagi madrasah dan sekolah
seorang guru untuk masing-masing mata pelajaran bagi MTs/SMP dan MA/SMA

3)      Siswa, sekurang-kurangnya 10 orang setiap tingkatan

4)      Kurikulum yang diterapkan

5)      Ruang belajar

6)      Buku pelajaran, peralatan dan media pendidikan yang diperlukan

7)      Sumber dana tetap

b.      Penyelenggara pendidikan, baik itu dari pemerintah maupun dari masyrakat. adapun penyelenggaraan pendidikan dari
masyarakat. Harus berbentuk yayasan  atau organisasi sosial yang berbadan hukum.

c.       Telah memiliki piagam terdaftar atau izin operasional penyelenggaraan pendidikan madrasah dan sekolah dari instansi yang
berwenang.

d.      Sekolah /Madrasah Memiliki surat keputusan kelembagaan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) sekolah.

Secara umum pedoman penilaian akreditasi itu meliputi aspek berikut: pertama, dari segi kelembagan meliputi organisasi,
sarana dan prasarana, keuangan, dan tenaga pendidikan.   Kedua, dari segi Akademik meliputi kurikulum, guru dan siswa,
perpustakaan, dan penyelenggara.[25]

4.      Prosedur Akreditasi Sekolah dan Madrasah

Akreditasi dilaksanakan melalui prosedur sebagai berikut:[26]


a.       Mengajukan permohonan akreditasi dari sekolah kepada lembaga atau badan pelaksana akreditasi yang telah ditentukan.
Badan pelaksana akreditasi sekolah terdiri dari:

1)      Badan Akreditasi (BAN-S/M)

2)      Badan Akreditasi Propinsi Sekolah/Madrasah(BAP-S/M)

3)      Unit Pelaksana Akreditasi (UPA) Kabupaten/Kota.

b.      Evaluasi diri oleh sekolah adalah upaya sistematis untuk mengumpulkan, memilih, dan memperoleh data dan informasi yang
valid dari fakta yang dilakukan oleh sekolah yang bersangkutan, sehingga diperoleh gambaran menyeluruh tentang keadaan
sekolah untuk dipergunakan dalam rangka pengambilan tindakan manajemen bagi pengembangan sekolah. Tujuan  evaluasi
diri ini adalah untuk mendapatkan informasi yang objektif, transparan, dan akuntabel dari sekolah yang diakreditasi.
Sedangkan fungsi evaluasi diri adalah sebagai penilaian pertama untuk menentukan kelayakan sekolah dibandingkan dengan
standar kelayakan nasional. kegiatan evaluasi diri tidak boleh dilakukan secara sembarangan tetapi harus berdasarkan kondisi
nyata sekolah. Oleh karena itu, agar diperopleh data evaluasi diri yang akurat dan objektif maka kepala sekolah perlu
melakukan koordinasi untuk melakukan pengisian instrumen evaluasi diri. Sebaiknya disekolah dibentuk Tim Evaluasi Diri yang
bertugas untuk mendata dan menyiapkan berbagai bukti fisik yang diperlukan guna mendukung pengisian instrumen evaluasi
diri. Pengisian instrumen evaluasi diri disesuaikan dengan kebutuhan waktu, namun tidak melewati batas waktu yang telah
ditentukan. Setelah pengisian instrumen evaluasi diri, sekolah harus menyerahkan kembali instrumen tersebut dengan
melampirkan dokumen pendukung yang diperlukan.

c.       Pengolahan hasil evaluasi diri. Evaluasi diri untuk setiap jenjang dan jenis sekolah terdiri dari dua bagian utama yaitu

1)      Bagian butir-butir soal untuk mengungkap sembilan kompenen sekolah, baik komponen utama maupun komponen tambahan
yang akan diperhitungkan untuk menentukan sekor hasil akreditasi. Terdiri dari 185 pernyataan, bersiifat dikotomis(ya=1) dan
(tidak=0), setiap komponen memiliki bobot yang berbeda, skor butir untuk pernyataan terbuka jika tidak diisi diberi skor 0 dan
jika diisi diberi skor 1, dan setiap butir memiliki skor maksimal=1. Setiap komponen disertai dengan data tentang anlisis
kelemahan dan kekuatan masing-masing komponen.

2)      Berupa isian-isian data penunjang tentang keadaan sekolah. Data ini hanya merupakan penunjang atas data yang tercantum
pada bagian pertama dan tidak akan diolah menjadi skor akreditasi.

d.      Visitasi oleh Asesor adalah kunjungan tim asesor kesekolah dalam rangka pengamatan lapangan, wawancara dengan warga
sekolah, verifikasi data pendukung, serta pendalaman hal-hal khusus yang berkaitan dengan komponen dan aspek akreditasi.
Visitasi ini bertujuan:

1)      Meningkatkan keabsahan dan kesesuaian data/informasi

2)      Memperoleh data/informasi yang akurat dan valid untuk menetapkan peringkat akreditasi

3)      Memperoleh informasi tambahan (pengamatan, wawancara, dan pencermatan data pendukung)

4)      Mendukung pengambilan keputusan yang tepat dan tidak merugikan pihak manapun, denganberpegang pada prinsip-prinsip:
objektif, efektif, efisien, dan mandiri.

Proses visitasi merupakan rangkaian pelaksanaan akreditasi yang melekat dengan fungsi evaluasi diri dan sekolah
diharapkan untuk senantiasa menjamin kelengkapan dan ketepatan data dan informasi yang diperlukan dalam pelaksanaan
akreditasi sekolah. Visitasi dilaksanakan oleh tim yang terdiri dari dua orang asesor. Agar visitasi berjalan sesuai dengan
tujuannya, sehingga dapat mendukung hasil hasil akreditasi yang komprehensif, valid, dan akurat serta dapat memberikan
manfaat maka kegiatan visitasi harus mengikuti tata cara pelaksanaan yang baku. Visitasi dilaksanakan jika suatu sekolah
dinyatakan layak berdasarkan penilaian evaluasi diri. Visitasi dilaksanakan segera (maksimal 5 bulan) setelah sekolah
mengirimkan evaluasi diri.

e.       Penetapan hasil akreditasi, setelah dilaksanakan visitasi terhadap sekolah/madrasah kemudian dikeluarkanlah hasil akreditasi.
Hasil akreditasi ini adalah berupa sertifikat akreditasi sekolah, profil sekolah, kekuatan dan kelemahan serta rekomendasi.

f.       Penerbitan sertifikat dan laporan akreditasi. Sertifikat Akreditasi sekolah adalah surat yang menyatakan pengakuan dan
penghargaan terhadap sekolah atas status dan kelayakan sekolah melalui proses pengukuran dan penilaian kinerja sekolah
terhadap komponen-komponen sekolah berdasarkan standar yang ditetapkan BAN-S/M untuk jenjang pendidikan tertentu.
Masa berlaku akreditasi adalah selama 4 tahun, permohonan akreditasi ulang dilakukan 6 bulan sebelum masa berlaku habis.
Akreditasi ulang untuk perbaikan diajukan sekurang-kurangnya 2 tahun sejak ditetapkan. Hasil akreditasi sekolah dinyatakan
dalam peringkat akreditasi sekolah. Peringkat akreditasi sekolah terdiri atas tiga klasifikasi sebagai berikut yaitu: A (Amat Baik),
B (baik), C (Cukup).

C.    Sertifikasi Pendidikan

1.      Pengertian Sertifikasi Pendidikan

Secara umum sertifikasi adalah proses pemberian setifikat pendidik kepada guru dan dosen.[27]

Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang
telah memenuhi standar profesional guru. Guru profesional merupakan sarat mutlak untuk menciptakan sistim dan praktik
pendidikan yang berkualitas.[28]

Sertifikat Pendidik adalah sebuah sertifikat yang ditandatangani oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi sebagai
bukti formal pengakuan profesionalitas guru yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional.[29]

Dapat disimpulkan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi
persyaratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan yang layak.

2.      Fungsi dan Tujuan Sertifikasi Guru

3.      Prosedur Sertifikasi Guru

Bab III

Penutup

Kesimpulan

Dalam  untuk lebih memacu lembaga pendidikan agar selalu berusaha meningkatkan kualitas dalam berbagai aspeknya
serta dalam rangka lebih meningkatkan akuntabilitas kepada masyarakat, maka upaya adanya akreditasi dan sertifikasi
terhadap lembaga pendidikan merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Akreditasi maupun sertifikasi akan
mencapai hasil yang maksimal apabila masing-masing lembaga pendidikan selalu melakukan evaluasi diri secara rutin dan
berkelanjutan secara obyektif, jujur dan transparan. Ketidakjujuran dalam evaluasi diri selain menipu diri sendiri juga
mengabaikan kepentingan masyarakat, karena secara formal administrative cukup bagus namun dunia nyata (real world)
masih dipertanyakan

Anda mungkin juga menyukai