Tata laksana awal IMA mengikuti alur tata laksana acute coronary syndrome atau
sindrom koroner akut. Penanganan didahului pemeriksaan awal dan anamnesis yang
mengarah kepada angina pektoralis tipikal.
Aspirin
Bila kecurigaan adanya infark kuat, maka pasien perlu segera mendapatkan tablet
kunyah aspirin 160−325 mg peroral, sebagai agen antitrombotik.[1,3,7,10]
Oksigen
Nitrogliserin
Bila nyeri tidak berkurang dengan nitrogliserin atau pada pasien yang tidak
memungkinkan dengan pemberian nitrogliserin, maka nyeri dapat diatasi dengan
pemberian analgesik opioid berupa morfin. Morfin diberikan dengan dosis 2–4 mg,
dan dapat diulangi 5–15 menit kemudian bila nyeri tidak berkurang. Dosis maksimal
adalah pemberian total 20 mg.
Pemberian morfin perlu dilakukan dengan pemantauan hemodinamik, karena morfin
dapat menyebabkan konstriksi vena, bradikardi, hingga blok jantung.[1,3,7,10]
Terapi Reperfusi
Tujuan penanganan IMA adalah untuk mengembalikan perfusi arteria coroner
sesegera mungkin. Pada kasus NSTEMI, terapi reperfusi dapat ditunda sesuai dengan
stratifikasi risiko. Sedangkan pada kasus STEMI dengan onset ≤12 jam, terapi
reperfusi secara mekanik atau farmakologis harus dilakukan secepatnya.
Berdasarkan onset gejala, terapi reperfusi dilakukan pada keadaan IMA sebagai
berikut:
>24 jam: tidak dianjurkan dilakukan PCI walaupun sebelumnya telah dilakukan
terapi fibrinolisis[3,7,10,11]
Fibrinolisis
Fibrinolisis dianjurkan dilakukan dalam <12 jam setelah onset gejala, dan jika pPCI
tidak dapat dilakukan dalam 90 menit sejak pasien tiba di IGD. Fibrinolisis dilakukan
dengan target 30 menit sejak pasien tiba di IGD. [3,7,9,10]
Fibrinolisis hanya dapat dilakukan bila tidak ada kontraindikasi absolut, yaitu
riwayat perdarahan intrakranial, stroke iskemik dalam 6 bulan terakhir, aneurisma
serebrovaskular, tumor intrakranial, trauma kepala dalam 3 bulan terakhir, diseksi
aorta, perdarahan gastrointestinal dalam 1 bulan terakhir, pungsi lumbal dalam 24 jam
sebelumnya.[3,7,10,11]
Sedangkan kontraindikasi yang bersifat relatif adalah serangan iskemik transien dalam
6 bulan terakhir, telah mendapat terapi antikoagulan, hamil atau postpartum 1 minggu,
hipertensi yang refrakter, penderita penyakit hati tahap lanjut, endokarditis
infektif, ulkus peptikum aktif, dan trauma akibat resusitasi.[3,7,10,11]
Fibrinolisis dapat dilakukan dengan pemberian:
Streptokinase: 1,5 juta unit yang dilarutkan dengan 100 ml larutan dekstrosa
5% atau normal salin, diberikan per infus intravena selama 30−60 menit
Tissue plasminogen activator atau alteplase: 15 mg bolus intravena, kemudian
dilanjutkan 0,75 mg/kgBB untuk 30 menit berikutnya dan 0,6 mg/kgBB untuk 60
menit berikutnya.
Reteplase: dosis 10 unit bolus intravena, sebanyak 2 kali dengan jarak 30
menit[3,7,10,11]
Terapi Antitrombotik
Terapi antitrombotik, selain aspirin, merupakan tata laksana adjunctive untuk pasien
IMA. Terapi antitrombotik terdiri dari antiplatelet oral atau intravena, juga dapat
diberikan antikoagulan intravena.
Antiplatelet
Eptifibatide dosis 180 µg/kgBB bolus, diberikan 2 kali dengan jarak 10 menit,
diikuti rumatan 2 µg/kgBB/menit selama 72–96 jam